You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Data pada Badan Litbang Gizi Depkes RI tahun 2006, menunjukkan

lima provinsi di Indonesia berisiko tinggi penderita osteoporosis yaitu

Sumatera Selatan (27,7%), Jawa Tengah (24,02%), Yogyakarta (23,5%),

Sumatera Utara (22,82%), dan Jawa Timur (21,42%) (Himiyah, 2013).

Menurut data Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang terdapat 88

pasien yang menderita osteoporosis periode Januari 2008-Desember 2012.

Terdapat 23 penderita laki-laki dan 65 penderita osteoporosis diderita oleh

wanita pascamenopause (Kridiana, 2013). Selama ini osteoporosis identik

dengan orang tua, namun pengeroposan tulang bisa menyerang siapa saja

termasuk usia muda. Risiko osteoporosis wanita di Indonesia empat kali

lebih tinggi dibandingkan pria (Pusat Data dan Informasi Kementrian

Kesehatan RI, 2015).

Osteoporosis adalah penyakit yang disebabkan oleh penurunan kadar

kalsium darah yang berlangsung lama, sehingga tubuh akan mengambil

kalsium dari tulang. Hal ini menyebabkan penurunan kalsium dalam tulang,

semakin meningkat usia seseorang, maka akan semakin mengalami

penurunan jaringan tulang yang progresif (Sudoyo, 2009). Sekitar 99 %

kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam tulang.

Sebanyak 1 % kalsium berada di cairan ekstraselular, yang memiliki peran

sangat penting seperti kegiatan enzim, hormon, saraf, otot dan pembekuan

darah (Zaviera, 2008). Kalsium yang beredar di dalam darah menjadi

1
patokan keseimbangan kadar kalsium di seluruh tubuh. Keseimbangan

kalsium darah diatur oleh tiga hormon yaitu hormon paratiroid (parathyroid

hormon/PTH), hormon kalsitonin (calcitonin/CT), dan vitamin D (1,25-

dihidroksi-vitamin-D3/kalsitriol). Apabila kadar kalsium dalam darah

normal, maka proses mineralisasi dan demineralisasi tulang berlangsung

seimbang (Zaviera, 2008). Kalsium mempunyai peran penting dalam tubuh,

sehingga homeostasis kalsium harus selalu dijaga. Homeostasis kalsium

dipertahankan oleh 3 organ utama, yaitu: sistem gastrointestinal, tulang dan

ginjal. Absorpsi kalsium di usus halus merupakan sumber utama kalsium

dalam tubuh. Salah satu cara meningkatkan absorpsi kalsium adalah dengan

berolahraga, karena aktivitas fisik atau olahraga ikut berperan dalam

metabolisme kalsium (Muliani, 2012).

Aktivitas fisik atau olahraga dengan intensitas sedang akan

meningkatkan absorpsi kalsium di usus halus akibat meningkatnya kadar

1,25-dihidroksi-vitamin-D3 yang merupakan bentuk aktif dari vitamin D

dalam sirkulasi darah, menurunkan PTH, menurunkan ekskresi kalsium

dalam urin, sedikit meningkatkan ion kalsium dalam darah, meningkatkan

kepadatan, kekuatan dan pembentukan tulang. Keadaan aktivitas fisik

kurang aktif yang berlangsung lama, dapat mengakibatkan penurunan

absorpsi kalsium di usus, peningkatan ekskresi kalsium dalam urin, resorpsi

kalsium dari tulang dan kehilangan massa tulang, sehingga meningkatkan

risiko osteoporosis (Muliani, 2012). Salah satu faktor risiko penyakit

osteoporosis adalah aktivitas fisik yang kurang aktif (Arisman, 2009).

Menurut WHO, sekitar 23% dari orang dewasa berusia 18 memiliki

2
aktivitas fisik kurang aktif, dengan persentase laki-laki 20% dan perempuan

27% pada tahun 2010. Proporsi penduduk Jawa Tengah umur 10 tahun,

memiliki 79,5% beraktivitas aktif dan 20,5% kurang aktif (Riskesdes,

2013).

Aktivitas fisik kurang aktif dapat disebabkan oleh stres. Mahasiswa

termasuk individu yang sering mengalami stres, karena tuntutan tugas

terkait perkuliahan yang harus dipenuhi menjadikan mahasiswa berpikir

ekstra untuk memenuhi tuntutan tersebut, apabila disertai rasa tegang,

emosi, tertekan, khawatir, ragu, panik dapat menyebabkan stres, ditambah

dengan kesibukan jadwal kuliah menyebabkan mereka jarang melakukan

olahraga, tersedianya transportasi membuat mayoritas mahasiswa berangkat

kuliah menggunakan sepeda motor dan tersedianya lif menjadikan

mahasiswa jarang memilih memakai tangga. Stres dapat menyebabkan diet

yang buruk dan kelelahan psikis di saat stres dapat menyebabkan penurunan

aktivitas fisik. Hal inilah yang dialami oleh mahasiswa Jurusan Analis

Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar

kalsium darah pada mahasiswa Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Semarang.

B Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar kalsium darah

pada mahasiswa Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Semarang?

3
C Tujuan Penelitian

1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar kalsium

darah pada mahasiswa Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Semarang.

2 Tujuan Khusus

1 Mengukur aktivitas fisik pada mahasiswa Analis Kesehatan Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.

2 Mengukur kadar kalsium darah pada mahasiswa Analis Kesehatan

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.

3 Menganalisa hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar kalsium darah

pada mahasiswa Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Semarang.

D Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Kimia Klinik.

E Manfaat Penelitian

1 Bagi Akademik

Menambah perbendaharaan Karya Tulis Ilmiah tentang hubungan

aktivitas fisik dengan kadar kalsium darah di Perpustakaan Kampus

III Jurusan Gizi dan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Semarang.

2 Bagi Mahasiswa

Menambah pengetahuan mahasiswa dan mengetahui tingkat aktivitas

fisik yang dapat mempengaruhi kadar kalsium darah.

4
3 Bagi Penulis

Menambah keterampilan penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah

serta menambah pengetahuan tentang hubungan aktivitas fisik dengan

kadar kalsium darah.

FKeaslian Penelitian

Penelitian tentang hubungan aktivitas fisik dengan kadar kalsium

darah belum pernah diteliti. Adapun penelitian sebelumnya yang peneliti

jadikan sebagai referensi yaitu:

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian

No. Judul Penelitian Pengarang Tahun Hasil


1 Hubungan antara Riwayat Rumsari 2009 Ada hubungan antara
Aktivitas Fisik dengan Mutiarawati aktivitas fisik dengan
Kejadian Hipertensi pada kejadian Hipertensi
Usia 45-54 Tahun Study di pada Usia 45-54 Tahun
Wilayah Kelurahan Study di Wilayah
Tlogosari Kulon Semarang Kelurahan Tlogosari
Tahun 2009. Kulon Semarang Tahun
2009.

Hubungan Asupan Purin, Siti Santiaji 2014 Terdapat hubungan


Vitamin C dan Aktivitas Pusriningsih bermakna antara
Fisik terhadap Kadar Asam asupan purin, vitamin
Urat pada Remaja Laki- C dan aktivitas fisik
Laki. terhadap kadar asam
urat pada remaja laki-
laki.
Hubungan Aktivitas Fisik Gumilang 2014 Terdapat hubungan
dengan Kadar Gula Darah Mega signifikan antara
pada Pasien Diabetes Paramita aktivitas fisik dengan
Melitus Tipe 2 di Rumah kadar
Sakit Umum Daerah gula darah puasa pada
Karanganyar. pasien diabetes melitus
tipe 2.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu variabel

bebas penelitian sama-sama membahas aktivitas fisik. Perbedaan penelitian

ini dengan penelitian sebelumnya yaitu variabel terikat penelitian ini adalah

kadar kalsium darah.

You might also like