Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut para ahli etika tidak lain adalah aturan perilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar
dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari
kata Yunani ethos yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan
ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
Begitu halnya dengan profesi kebidanan, diperlukan suatu petunjuk bagi anggota
profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, yaitu
ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anggota
profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya melainkan juga
menyangkut tingkah laku dalam pergaulan sehari-hari dimayarakat, yang dalam
hal ini kode etik profesi kebidanan.Perkembangan teknologi kesehatan yang
semakin pesat, khususnya bidang kebidanan telah mempengaruhi peran bidan
dalam praktik kebidanan. Setiap peran mengemban tanggung jawab dan cukup
sulit bagi bidan memikul semua tanggung jawab itu.
B. Rumusan Masalah
v Apa saja peran dan tugas bidan berdasar etik dan kode etik profesinya?
C. Tujuan
v Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat mengetahui, mengerti dan menjelaskan peran dan tugas bidan
berdasar etik dan kode etik profesi.
v Tujuan Umum
6. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan apa saja peran dan tugas
bidan yang di lakukan berdasar etik dan kode etik profesinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ETIKA
v Definisi Etika
Etika diartikan "sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam
hidupmanusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh kehandak
dengan didasaripikiran yang jernih dengan pertimbangan perasaan".
1. Ilmu ttg apa yg baik dan apa yg buruk ttg hak dan kewajiban moral.
3. Nilai mengenai benar dan salah yg dianut suatu golongan atau masyarakat .
Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia
dalam menghargai suatu tindakan apakah benar atau salah dan apakah
penyelesaiannya baik atau salah (Jones, 1994). Penyimpangan mempunyai
konotasi yang negatif yang berhubungan dengan hukum. Seorang bidan
dikatakan profesional bila ia mempunyai etika. Semua profesi kesehatan
memiliki etika profesi, namun demikian etika dalam kebidanan mempunyai
kekhususan sesuai dengan peran dan fungsinya seorang bidan bertanggung
jawab menolong persalinan. Dalam hal ini bidan mempunyai hak untuk
mengambil keputusan sendiri yang berhubungan dengan tanggung jawabnya.
Untuk melakukan tanggung jawab ini seorang bidan harus mempunyai
pengetahuan yang memadai dan harus selalu memperbaharui ilmunya dan
mengerti tentang etika yang berhubungan dengan ibu dan bayi.
3. Deontologi/tugas
4. Hak
Keputusan berdasarkan hak seseorang yang tidak dapat diganggu. Hak berbeda
dengan keinginan, kebutuhan dan kepuasan.
5. Instusionist
Keputusan diambil berdasarkan pengkajian dari dilema etik dari kasus per kasus.
Dalam teori ini ada beberapa kewajiban dan peraturan yang sama pentingnya.
6. Beneficience
7. Mal-eficience
8. Malpraktek/lalai
Ceroboh
Lupa
Gagal mengkomunikasikan
Kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi dalam
melaksanakan tugas profesinya dan hidupnya di masyarakat. Norma tersebut
berisi petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka menjalankan
profesinya dan larangan, yaitu ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak
boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam
menjalankan tugas profesinya melainkan juga menyangkut tingkah laku pada
umumnya dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat.
Kode etik bidan pertam kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan dalam
Kongres Nasional IBI X tahun 1988. Petunjuk pelaksanaan kode etik bidan
disahkan dalam Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) IBI tahun 1991. Kode etik
bidan sebagai pedoman dalam berperilaku, disusun berdasarkan pada
penekanan keselamatan klien.
Pada dasarnya tujuan menciptakan atau merumuskan kode etik suatu profesi
adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi, tetapi secara
umum tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut :
Dalam hal ini yang dijaga adalah image dari pihak luar atau masyarakat,
mencegah orang luar memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh
karena itu setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak
tanduk atau kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik
profesi di dunia luar.Dari segi ini kode etik juga disebut kode kehormatan.
Yang dimaksud kesejahteraan disini ialah kesejateraan materiil dan spiritual atau
mental. Dalam hal kesejateraan materiil anggota profesi, kode etik umumnya
menetapkan larangan-larangan bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan
yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga menciptakan peraturan-peraturan
yang di tunjukan kepada pembatasan tingkah laku yang tidak pantas atau tidak
jujur para anggota profesi dalam interaksinya dengan sesama anggota profesi.
3. Untuk Meningkatkan Pengabdian Para Anggota Profesi
Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga
para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung
jawab pengabdian profesinya. Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan-
ketentuan yang perlu dilakukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan
tugasnya.
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar para profesi
selalu berusaha untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang
pengabdiannya. Selain itu kode etik juga mengatur bagaimana cara memelihara
dan meningkatkan mutu organisasi profesi. Dari uraian diatas, jelas bahwa
tujuan suatu profesi menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi
martabat profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota,
meningkatkan pengabdian anggota, dan meningkatkan mutu profesi serta
meningkatkan mutu organisasi profesi.
1. Menghargai Otonomi.
7. Menjaga Kerahasiaan.
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para anggotanya. Kode
etik suatu organisasi akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan
disiplin di kalangan profesi, jika semua individu yang menjalankan profesi yang
sama tergabung dalam suatu organisasi profesi. Jika setiap orang yang
menjalankan suatu profesi secara otomatis tergabung dalam suatu organisasi
atau ikatan profesi, barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan
secara murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang melakukan
pelanggaran terhadap kode etik dan dikenai sanksi.
Seperti yang sudah di sebutkan di atas, kode etik bidan pertam kali disusun pada
tahun 1986 dan disahkan dalam Kongres Nasional IBI X tahun 1988. Petunjuk
pelaksanaan kode etik bidan disahkan dalam Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS)
IBI tahun 1991. Kode etik bidan sebagai pedoman dalam berperilaku, disusun
berdasarkan pada penekanan keselamatan klien.
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan didorong oleh keinginan luhur demi
tercapainya :
Maka Ikatan Bidan Indonesia sebagai organisasi profesi kesehatan yang menjadi
wadah persatuan dan kesatuan para bidan di Indonesia menciptakan Kode Etik
Bidan Indonesia yang disusun atas dasar penekanan keselamatan klien diatas
kepentingan lainnya.
Terwujudnya kode etik ini merupakan bentuk kesadaran dan kesungguhan hati
dari setiap bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara professional
dan sebagai anggota tim kesehatan demi tercapainya cita-cita pembangunan
nasional dibidang kesehatan pada umumnya, KIA/KB dan Kesehatan Keluarga
pada khususnya.Mengupayakan segala sesuatunya agar kaumnya pada detik-
detik yang sangat menentukan pada saat menyambut kelahiran insan generasi
secara selamat, aman dan nyaman merupakan tugas sentral dari para bidan.
3. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan dengan kepentingan klien.
1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan
pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
C. PERAN DAN TUGAS BIDAN BERDASARKAN ETIK DAN KODE ETIK PROFESI
Sebagai pendidik, bidan harus memberikan pengajaran yang jelas, tidak bias.
Akan tetapi, bidan harus menghindari kecenderungan untuk menciptakan bidan
kaku (tidak mengikuti informasi terkini dari literature yang jelas tentang
perkembangan pelayanan kebidanan) sehingga akan menimbulkan sikap sok
tau. Contohnya pada saat menolong persalinan mahasiswa bidan diajarkan
untuk tidak melakukan episiotomi.
Jika pola pengajaran tidak tepat mahasiswa akan sepenuhny menyerap materi
tersebut, akibatnya, ia tidak akan melakukan episiotomi tanpa melihat ada
tidaknya indikasi.
Sebagai konselor bidan harus menjelaskan tentang tindakan yang akan diberikan
kepada klien dengan jelas, contohnya seorang ibu datang ke bidan yang ingin
menjadi akspetor KB IUD namun timbul ketakutan akibat rumor negatif yang
beredar dimayarakat tentang IUD. Masalah etika yang timbul yaitu ketika bidan
tidak dapat menjelaskan dengan baik, sehingga pandangan klien tentang IUD
tidak berubah dan mengurungkan niatnya untuk menjadi akseptor KB.
Bidan juga dapat berperan sebagai teman, sehingga klien merasa nyaman ketika
menerima pelayanan yang diberikan kepada kien, namun peran sebagai teman
juga harus memiliki batasannya. Sikap professional terhadap klien harus dijaga,
sehingga klien dan keluarganya memandang bidan sebagai orang yang
berwibawa dan mampu mengendalikan diri sehingga mampu melindungi
kliennya. Peran dosen bidan sebagai teman juga diperlukan, sehingga siswa
tidak merasa sungkan dalam proses belajar mengajar.
Namun lagi-lagi- peran sebagai teman tetap ada batasnya, jangan sampai
penilaian terhadap mahasiswa menjadi subyektif, ketika mahasiswa bidan
melakukan suatu kesalahan dosen bidan menutupi kesalahan mahasiswanya
karena kedekatan yang berlebihan.
v Peran Bidan
Dalam dunia profesi, istilah tanggung jawab moral disebut etika dan selama
menjalankan perannya, bidan sering kali bersinggungan dengan masalah etika.
Pada umumnya, bidan memiliki tiga peran yang dilakukan berdasar pada etik
dan kode etik profesi bidan, yaitu bidan sebagai pengelola/pelaksana, bidan
sebagai pendidik, dan bidan sebagai peneliti.Menurut jones ( 2000 ), bidan
secara menyeluruh memiliki peran sebagai praktisi, pendidik, konselor,
penasihat, advokat, peneliti dan pengelola.
1. Sebagai Praktisi
Hati nurani.
Teori etika.
Untuk memecahkan suatu masalah dalam situasi yang sulit, bidan dapat
berpegang pada teori etika. Sekalipun teori ini telah tua, namun masih relevan
karena selalu disesuaikan dengan perkembangan saat ini, seperti teori Immanuel
Kant yang menyatakan bahwa sikap menjunjung tinggi prinsip autonomi adalah
penting dan teori ini sangat relevan bila diterapkan dalam praktik kebidanan.
2. Sebagai Pendidik
Orang tua. Bidan harus berperan aktif dalam mendidik atau mengajarkan
keterampilan perawatan bayi dan promosi kesehatan kepada ibu, suami
( pasangannya ) dan anggota keluarga yang lain.
Pada dasarnya, tujuan utama peran pendidik yang dimiliki bidan adalah
memberdayakan orang tua dan mahasiswa agar mereka memiliki keterampilan
dan dalat menerapkan keterampilan tersebut secara mandiri sehingga
terciptanya autonomi pribadi.
3. Sebagai Konselor
Masalah etika yang biasanya muncul saat bidan menjalankan perannya sebagai
konselor adalah sebagai berikut :
4. Sebagai Penasihat
Dalam menjalankan peran sebagai penasihat, bidan harus dapat membatasi diri
jika ingin tetap menghargai autonomi klien.. Klien membutuhkan informasi yang
memadai agar dapat membuat keputusan dan terus mengendalikan dirinya
sendiri. Akan tetapi, sangat sulit bagi bidan untuk menahan diri tidak memberi
nasihat ( sekalipun tidak diminta ) berdasarkan pengalamannya menghadapi
berbagai klien dan teman sejawat. Hal ini akan menghambat klien dalam
menentukan pilihannya sendiri.
5. Sebagai Advokat
Peran bidan dalam memberi advokasi sangat penting, khususnya ketika klien
menolak persetujuan atas tindakan medis yang sebenarnya dapat mencegah
terjadinya kematian atau kesakiitan klien itu sendiri. Dalam hal ini bidan harus
berperan sebagai advokat dengan memberi penjelasan dan doronngan ( bukan
paksaan ) kepada klien mengenai sisi positif dan negatif dari keputusan yang
diambil.
6. Sebagai Peneliti
Peran bidan sebagai peneliti sejalan dengan salah satu pasal dalam kode etik
bidan yang menyatakan :
Sudah jelas bahwa penelitian bukan lagi merupakan pilihan, namun tanggung
jawab etik bidan. Bidan mungkin banyak terlibat dalam penelitian baik sebagai
subyek maupun obyek penelitian.
7. Sebagai Pengelola
v Tugas Bidan
1. Tugas Mandiri
b) Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja & wanita pra nikah dengan
melibatkan klien.
2. Tugas Koaborasi
b) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi &
pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi.
d) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko
tinggi & pertolongan pertama dalam keadaan kegawatan yang memerlukan
pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan
keluarga.
3. Tugas Rujukan
d) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi & rujukan pada ibu dalam
masa nifas dengan resiko tinggi & kegawat daruratan
f) Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelaiana tertentu &
kegawatan yang memerlukan konsultasi & rujukan dengan melibatkan keluarga.
a. Pelaksana
b. Pengelola
c. Pendidik
d. Peneliti
2. Pelayan Professional
3. Perilaku Profesional
b. Bermoral tinggi
c. Berlaku jujur, baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri
1. Mempunyai pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah.
Kerahasiaan merupakan satu prinsip penting dalam tugas tiap tenaga kesehatan
termasuk bidan. Kedudukan bidan di dalam sistem pelayanan kesehatan tidak
saja sebagai pemberi asuhan kebidanan, akan tetapi sering pula bidan menjadi
semacam biceht vader (tumpuhan permasalahan) dari klien maupun
keluarganya. Permasalahan ini dapat pula yang telah diamati sendiri oleh bidan
pada waktu menolong persalinan di rumah dan/atau pada waktu melakukan
kunjungan rumah. Data/informasi yang didapat bidan melalui anamnese klien di
klinik menjadi faktor rahasia pula dalam tugas bidan. Seorang wanita dalam
keadaan hamil, melahirkan atau nifas, seringkali mendapat gangguan pada
emosinya atau pada keadaan kesehatan mentalnya. Dalam keadaan seperti ini
seringkali ia ingin mencurahkan segala isi hatinya atau permasalahan dirinya
secara pribadi maupun dalam keluarga pada seseorang yang mau
mendengarkannya. Biasanya orang tersebut adalah bidan, yang pada waktu-
waktu tersebut adalah dekat dengan klien. Bidan harus tetap menghormati
kepercayaan yang diberikan klien kepadanya dan memegang teguh kerahasiaan
informasi yang didapat.
Ada kalanya informasi perlu dibuka kerahasiaan, yaitu sebagai contoh pada
persidangan (hukum) bila bidan bertindak sebagai saksi dan informasi tertentu
dibutuhkan hakim sebagai bukti. Memegang kerahasiaan ditegaskan dalam Per
Menkes No. 572/1996, ps.30, ad 2 b untuk bidan dan dalam UU Kes No.23/1992
bagi semua tenaga kesehatan.
Ada dua hal yang hampir sama yang harus dibedakan yaitu kerahasiaan dan
privacy, sebagai berikut.
Bila B yang membaca catatan perihal Betsy dari catatan yang ada di file Betsy
pada pergantian dinas, juga termasuk melanggar kerahasiaan.
Bila kejadian diatas terjadi, Bidan A dan B sebenarnya tidak dapat dipersalahkan
walaupun mereka telah melanggar kerahasiaan dan privacy Betsy.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika sebagai salah satu cabang filsafat seringkali dianggap sebagai ilmu yang
abstrak dan kurang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak uraian filsafat
dianggap jauh dari kenyataan, tetapi setidaknya etika mudah dipahami secara
relevan bagi banyak persoalan yang dihadapi. Etika sebagai filsafat moral
mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan secara rasional
teori yang berlaku tentang apa yang benar dan yang salah, baik atau buruk,
yang secara umum dapat dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang
menjadi pedoman bagi tindakan manusia.
Etika tidak lepas dari kehidupan manusia, termasuk dalam profesi kebidanan
membutuhkan suatu system untuk mengatur bidan dalam menjalankan peran
dan fungsinya. Dalam menjalankan perannya bidan tidak dapat memaksakan
untuk mengadapatasi suatu teori etika secara kaku, tetapi harus disesuaikan
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi saat itu dan berlandaskan pada kode
etik dan standar profesi.
B. Saran
Sebagai mahasiswi calon bidan, sebaiknya harus mendalami etik dan kode etik
profesi terlebih dahulu, agar dapat menerapkannya saat praktik, sehingga dapat
menghasilkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan optimal sesuai dengan
wewenang profesinya.
Sebagai seorang bidan hendaknya selalu menerapkan dan menjadikan etik dan
kode etik profesi sebagai dasar dalam memberikan setiap pelayanan. Sehingga
klien akan merasa nyaman dengan pelayanan bidan dan akan segan dengan
profesi bidan.
Daftar Pustaka
http://yasintagirie.blogspot.com/2013/12/peran-dan-tugas-bidan-berdasarkan-
etik.html