You are on page 1of 19

Makalah peran dan tugas Bidan berdasar Etik dan Kode Etik Profesi.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etika diperlukan dalampergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga


pergaulan hidup tingkat internasional. Etika merupakan suatu sistem yang
mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan
pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan
sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan
tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka
senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta
terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat
kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi
umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat.

Menurut para ahli etika tidak lain adalah aturan perilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar
dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari
kata Yunani ethos yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan
ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika


memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian
tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap
dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya
membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu
kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan manusia.

Begitu halnya dengan profesi kebidanan, diperlukan suatu petunjuk bagi anggota
profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, yaitu
ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anggota
profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya melainkan juga
menyangkut tingkah laku dalam pergaulan sehari-hari dimayarakat, yang dalam
hal ini kode etik profesi kebidanan.Perkembangan teknologi kesehatan yang
semakin pesat, khususnya bidang kebidanan telah mempengaruhi peran bidan
dalam praktik kebidanan. Setiap peran mengemban tanggung jawab dan cukup
sulit bagi bidan memikul semua tanggung jawab itu.
B. Rumusan Masalah

v Apa yang di maksud dengan etika?

v Apa yang di maksud dengan kode etik profesi?

v Apa tujuan kode etik?

v Apa fungsi dari kode etik?

v Apa saja prinsip dan dimensi dari kode etik?

v Bagaimana penentuan kode etik profesi bidan di Indonesia?

v Apa saja peran dan tugas bidan berdasar etik dan kode etik profesinya?

C. Tujuan

v Tujuan Khusus

Mahasiswa dapat mengetahui, mengerti dan menjelaskan peran dan tugas bidan
berdasar etik dan kode etik profesi.

v Tujuan Umum

1. Mahaisiwa dapat mengetahui dan menjelaskan apa yang di makasud


dengan etika.

2. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan apa yang di maksud


dengan kode etik.

3. Maahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan tujuan dari adanya kode


etik.

4. Mahasisiwa dapat mengetahui dan menyebutkan apa saja yang menjadi


prinsip dan dimensi kode etik.

5. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana penentuan kode etik profesi bidn


Indonesia.

6. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan apa saja peran dan tugas
bidan yang di lakukan berdasar etik dan kode etik profesinya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. ETIKA

v Definisi Etika

Etika diartikan "sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam
hidupmanusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh kehandak
dengan didasaripikiran yang jernih dengan pertimbangan perasaan".

Menurut kamus bahasa Indonesia (poerwadarminta ,1953)Etikaartinya ilmu


pengetahuan ttg azas akhlak (moral).

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (Depdikbud,1988) etika mengandung


arti :

1. Ilmu ttg apa yg baik dan apa yg buruk ttg hak dan kewajiban moral.

2. Kumpulan azas atau nilai yg berkenaan dgn akhlak.

3. Nilai mengenai benar dan salah yg dianut suatu golongan atau masyarakat .

Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia
dalam menghargai suatu tindakan apakah benar atau salah dan apakah
penyelesaiannya baik atau salah (Jones, 1994). Penyimpangan mempunyai
konotasi yang negatif yang berhubungan dengan hukum. Seorang bidan
dikatakan profesional bila ia mempunyai etika. Semua profesi kesehatan
memiliki etika profesi, namun demikian etika dalam kebidanan mempunyai
kekhususan sesuai dengan peran dan fungsinya seorang bidan bertanggung
jawab menolong persalinan. Dalam hal ini bidan mempunyai hak untuk
mengambil keputusan sendiri yang berhubungan dengan tanggung jawabnya.
Untuk melakukan tanggung jawab ini seorang bidan harus mempunyai
pengetahuan yang memadai dan harus selalu memperbaharui ilmunya dan
mengerti tentang etika yang berhubungan dengan ibu dan bayi.

v Istilah dalam Etika

Sebelum melihat masalah etik yang mungkin timbul dalam pelayanan


kebidanan, maka ada baiknya dipahami beberapa istilah berikut ini:

1. Legislasi (Lieberman, 1970 )

Ketetapan hukum yang mengatur hak dan kewajiban seseorng yang


berhubungan erat dengan tindakan.
2. Lisensi

Pemberian ijin praktek sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan yang telah


ditetapkan tujuannya untuk membatasi pemberian kewenangan dan untuk
meyakinkan klien.

3. Deontologi/tugas

Keputusan yang diambil berdasarkan keterkaitan atau hubungan dengan tugas


dalam pengambilan keputusan, perhatian utama pada tugas.

4. Hak

Keputusan berdasarkan hak seseorang yang tidak dapat diganggu. Hak berbeda
dengan keinginan, kebutuhan dan kepuasan.

5. Instusionist

Keputusan diambil berdasarkan pengkajian dari dilema etik dari kasus per kasus.
Dalam teori ini ada beberapa kewajiban dan peraturan yang sama pentingnya.

6. Beneficience

Keputusan yang diambil harus selalu menguntungkan klien.

7. Mal-eficience

Keputusan yang diambil merugikan pasien.

8. Malpraktek/lalai

Gagal melakukan tugas atau kewajiban kepada klien.

Tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar.

Melakukan tindakan yang mencederai klien.

Klien cedera karena kegagalan melakukan tugas.

Malpraktek terjadi karena :

Ceroboh

Lupa

Gagal mengkomunikasikan

B. KODE ETIK PROFESI

v Pengertian Kode Etik Profesi

Kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi dalam
melaksanakan tugas profesinya dan hidupnya di masyarakat. Norma tersebut
berisi petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka menjalankan
profesinya dan larangan, yaitu ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak
boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam
menjalankan tugas profesinya melainkan juga menyangkut tingkah laku pada
umumnya dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat.

v Kode Etik Bidan

Kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi yang


menuntut bidan melaksanakan praktik kebidanan baik yang berhubungan
dengan kesejahteraan keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya.
Penetapan kode etik kebidanan harus dilakukan dalam Kongres Ikatan Bidan
Indonesia (IBI).

Kode etik bidan pertam kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan dalam
Kongres Nasional IBI X tahun 1988. Petunjuk pelaksanaan kode etik bidan
disahkan dalam Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) IBI tahun 1991. Kode etik
bidan sebagai pedoman dalam berperilaku, disusun berdasarkan pada
penekanan keselamatan klien.

v Tujuan Kode Etik

Pada dasarnya tujuan menciptakan atau merumuskan kode etik suatu profesi
adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi, tetapi secara
umum tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut :

1. Untuk Menjunjung Tinggi Martabat dan Citra Profesi

Dalam hal ini yang dijaga adalah image dari pihak luar atau masyarakat,
mencegah orang luar memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh
karena itu setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak
tanduk atau kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik
profesi di dunia luar.Dari segi ini kode etik juga disebut kode kehormatan.

2. Untuk Menjaga dan Memelihara Kesejahteraan Para Anggota

Yang dimaksud kesejahteraan disini ialah kesejateraan materiil dan spiritual atau
mental. Dalam hal kesejateraan materiil anggota profesi, kode etik umumnya
menetapkan larangan-larangan bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan
yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga menciptakan peraturan-peraturan
yang di tunjukan kepada pembatasan tingkah laku yang tidak pantas atau tidak
jujur para anggota profesi dalam interaksinya dengan sesama anggota profesi.
3. Untuk Meningkatkan Pengabdian Para Anggota Profesi

Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga
para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung
jawab pengabdian profesinya. Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan-
ketentuan yang perlu dilakukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan
tugasnya.

4. Untuk Meningkatkan Mutu Profesi

Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar para profesi
selalu berusaha untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang
pengabdiannya. Selain itu kode etik juga mengatur bagaimana cara memelihara
dan meningkatkan mutu organisasi profesi. Dari uraian diatas, jelas bahwa
tujuan suatu profesi menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi
martabat profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota,
meningkatkan pengabdian anggota, dan meningkatkan mutu profesi serta
meningkatkan mutu organisasi profesi.

v Fungsi Kode Etik

Kode etik memiliki beberapa fungsi, yaitu :

1. Memberi panduan dalam membuat keputusan tentang masalah etik.

2. Menghubungkan nilai atau norma yang dapat diterapkan dan


dipertimbangkan dalam memberi pelayanan.

3. Merupakan cara untuk mengevaluasi diri.

4. Menjadi landasan untuk memberi umpan balik bagi rekan sejawat.

5. Menginformasikan kepada calon perawat dan bidan tentang nilai dan


standar profesi.

6. Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai moral.

v Prinsip dan Dimensi Kode Etik

Prinsip kode etik meliputi :

1. Menghargai Otonomi.

2. Melakukan tindakan yang benar.

3. Mencegah tindakan yang dapat merugikan.

4. Memberlakukan manusia dengan adil.


5. Mejelaskan dengan benar.

6. Menepati janji yang telah di sepakati.

7. Menjaga Kerahasiaan.

Dimensi kode etik meliputi :

1. Anggotaprofesi dan Klien/ Pasien.

2. Anggota profesi dan sistem kesehatan.

3. Anggotaprofesi dan profesikesehatan.

4. Anggotaprofesi dan sesamaanggotaprofesi.

v Penetapan Kode Etik

Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para anggotanya. Kode
etik suatu organisasi akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan
disiplin di kalangan profesi, jika semua individu yang menjalankan profesi yang
sama tergabung dalam suatu organisasi profesi. Jika setiap orang yang
menjalankan suatu profesi secara otomatis tergabung dalam suatu organisasi
atau ikatan profesi, barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan
secara murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang melakukan
pelanggaran terhadap kode etik dan dikenai sanksi.

v Pembentukan Kode Etik Bidan Di Indonesia

Seperti yang sudah di sebutkan di atas, kode etik bidan pertam kali disusun pada
tahun 1986 dan disahkan dalam Kongres Nasional IBI X tahun 1988. Petunjuk
pelaksanaan kode etik bidan disahkan dalam Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS)
IBI tahun 1991. Kode etik bidan sebagai pedoman dalam berperilaku, disusun
berdasarkan pada penekanan keselamatan klien.

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan didorong oleh keinginan luhur demi
tercapainya :

1. Masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan


Undang-Undang Dasar 1945.

2. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

3. Tingkat kesehatan yang optimal bagi setiap warga negara Indonesia.

Maka Ikatan Bidan Indonesia sebagai organisasi profesi kesehatan yang menjadi
wadah persatuan dan kesatuan para bidan di Indonesia menciptakan Kode Etik
Bidan Indonesia yang disusun atas dasar penekanan keselamatan klien diatas
kepentingan lainnya.

Terwujudnya kode etik ini merupakan bentuk kesadaran dan kesungguhan hati
dari setiap bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara professional
dan sebagai anggota tim kesehatan demi tercapainya cita-cita pembangunan
nasional dibidang kesehatan pada umumnya, KIA/KB dan Kesehatan Keluarga
pada khususnya.Mengupayakan segala sesuatunya agar kaumnya pada detik-
detik yang sangat menentukan pada saat menyambut kelahiran insan generasi
secara selamat, aman dan nyaman merupakan tugas sentral dari para bidan.

Menelusuri tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang terus


meningkat sesuai dengan perkembangan zaman dan nilai-nilai sosial budaya
yang berlaku dalam masyarakat, sudah sewajarnya kode etik bidan ini
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan ideal
dan garis-garis Besar Haluan Negara sebagai landasan operasional.Sesuai
dengan wewenang dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi bidan, kode
etik ini merupakan pedoman dalam tata cara dan keselarasan dalam
pelaksanaan pelayanan professional.Bidan senantiasa berupaya memberikan
pemeliharaan kesehatan yang komprehensif terhadap ibu hamil, ibu menyusui,
bayi dan balita pada khususnya, sehingga mereka tumbuh berkembang menjadi
insan Indonesia yang sehat jasmani dan rohani dengan tetap memperhatikan
kebutuhan pemeliharaan kesehatan bagi keluarga dan masyarakat pada
khususnya.

v Tujuh Bab Kode Etik Bidan di Indonesia

Berikut adalah kode etik profesi bidan di Indonesia :

BAB I. KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN DAN MASYARAKAT

1. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan


sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.

2. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat


dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.

3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada


peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat.

4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien,


menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan


kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan indentitas yang sama
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan


pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.
BAB II. KEWAJIBAN TERHADAP TUGASNYA

1. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien,


keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya
berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.

2. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan


dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan
konsultasi dan atau rujukan.

3. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan dengan kepentingan klien.

BAB III. KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP SEJAWAT DAN TENAGAKESEHATAN LAINNYA

1. Setiap bidan harus menjalin hubungan yang dengan teman sejawatnya


untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.

2. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik


terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

BAB IV. KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PROFESINYA

1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan
pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.

2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan


kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

3. Setiap bidan senantiasa berperan dalam kegiatan penelitian dan kegiatan


sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

BAB V. KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP DIRI SENDIRI

1. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan


tugas profesinya dengan baik.

2. Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan


keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB VI. KEWAJIBAN BIDAN TERHADPA PEMERINTAH NUSA,BANGSA DAN TANAH


AIR

1. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa melaksanakan


ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan khususnya dalam
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.
2. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan
pemikirannya kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan
pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

BAB VII. PENUTUP

Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati


dan mengamalkan Kode Etik Bidan Indonesia.

C. PERAN DAN TUGAS BIDAN BERDASARKAN ETIK DAN KODE ETIK PROFESI

Dalam mengadaptasi teori etika seorang bidan harus mampu menyesuaikan


dengan keadaan dirinya dan berlandaskan pada kode etik dan standar profesi.
Bidan tidak dapat memaksakan untuk mengadapatasi suatu teori etika secara
kaku, karena hal ini akan merugikan bidan itu sendiri.Bidan harus menilai
kemampuan dirinya dalam melakukan sesuatu namun tidak menyimpang dari
prinsip pelayanan, yaitu berusaha mengutamakan keselamatan ibu, bayi dan
kelurga. Contohnya ketika seorang bidan desa harus menolong persalinan, disaat
jadual pemeriksaan kehamilan, selain itu ada beberapa ibu yang memerlukan
pelayanan KB dan asuhan BBL. Maka kemungkinan besar ia hanya dapat
mencoba menghasilkan yang terbaik bagi semua orang sesuai kemampuannya.

Sebagai pendidik, bidan harus memberikan pengajaran yang jelas, tidak bias.
Akan tetapi, bidan harus menghindari kecenderungan untuk menciptakan bidan
kaku (tidak mengikuti informasi terkini dari literature yang jelas tentang
perkembangan pelayanan kebidanan) sehingga akan menimbulkan sikap sok
tau. Contohnya pada saat menolong persalinan mahasiswa bidan diajarkan
untuk tidak melakukan episiotomi.

Jika pola pengajaran tidak tepat mahasiswa akan sepenuhny menyerap materi
tersebut, akibatnya, ia tidak akan melakukan episiotomi tanpa melihat ada
tidaknya indikasi.

Sebagai konselor bidan harus menjelaskan tentang tindakan yang akan diberikan
kepada klien dengan jelas, contohnya seorang ibu datang ke bidan yang ingin
menjadi akspetor KB IUD namun timbul ketakutan akibat rumor negatif yang
beredar dimayarakat tentang IUD. Masalah etika yang timbul yaitu ketika bidan
tidak dapat menjelaskan dengan baik, sehingga pandangan klien tentang IUD
tidak berubah dan mengurungkan niatnya untuk menjadi akseptor KB.

Bidan juga dapat berperan sebagai teman, sehingga klien merasa nyaman ketika
menerima pelayanan yang diberikan kepada kien, namun peran sebagai teman
juga harus memiliki batasannya. Sikap professional terhadap klien harus dijaga,
sehingga klien dan keluarganya memandang bidan sebagai orang yang
berwibawa dan mampu mengendalikan diri sehingga mampu melindungi
kliennya. Peran dosen bidan sebagai teman juga diperlukan, sehingga siswa
tidak merasa sungkan dalam proses belajar mengajar.

Namun lagi-lagi- peran sebagai teman tetap ada batasnya, jangan sampai
penilaian terhadap mahasiswa menjadi subyektif, ketika mahasiswa bidan
melakukan suatu kesalahan dosen bidan menutupi kesalahan mahasiswanya
karena kedekatan yang berlebihan.

Etika berperan dalam penelitian kebidanan, contohnya dahulu praktik kebidanan


masih banyak berdasar kebiasaan atau dogma, dengan kemajuan zaman praktik
yang seperti itu tidak dapat dilaksanakan lagi, tetapi dituntut praktik yang
professional berdasarkan pada hasil penelitian. Bidan mungkin banyak terlibat
dalam penelitian baik sebagai subyek maupun subyek penelitian. Sehingga bidan
perlu mengetahui tentang etika penelitian, demi kepentingan melindungi klien,
institusi tempat praktik dan diri sendiri. Bidan wajib mendukung penelitian yang
bertujuan memajukan ilmu pengetahuan kebidanan. Bidan harus siap
mengadakan penelitian dan siap untuk memberikan pelayanan pada hasil
penelitian.

v Peran Bidan

Dalam dunia profesi, istilah tanggung jawab moral disebut etika dan selama
menjalankan perannya, bidan sering kali bersinggungan dengan masalah etika.
Pada umumnya, bidan memiliki tiga peran yang dilakukan berdasar pada etik
dan kode etik profesi bidan, yaitu bidan sebagai pengelola/pelaksana, bidan
sebagai pendidik, dan bidan sebagai peneliti.Menurut jones ( 2000 ), bidan
secara menyeluruh memiliki peran sebagai praktisi, pendidik, konselor,
penasihat, advokat, peneliti dan pengelola.

1. Sebagai Praktisi

Dalam menjalankan perannya sebagai praktisi selain berpegang teguh pada


kode etik dan standar profesi, ada beberapa hal yang menjadi pegangan bidan,
antara lain :

Hati nurani.

Bidan harus menjadikan hati nuraninya sebagai pedoman. Hati nurani


mengetahui perbuatan individu yang melanggar etika atau sesuai etika.
Pelanggaran etika oleh bidan dapat bersifat fisik ataupun secara verbal.

Teori etika.

Untuk memecahkan suatu masalah dalam situasi yang sulit, bidan dapat
berpegang pada teori etika. Sekalipun teori ini telah tua, namun masih relevan
karena selalu disesuaikan dengan perkembangan saat ini, seperti teori Immanuel
Kant yang menyatakan bahwa sikap menjunjung tinggi prinsip autonomi adalah
penting dan teori ini sangat relevan bila diterapkan dalam praktik kebidanan.

2. Sebagai Pendidik

Dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, bidan bertanggung jawab untuk


memberi pendidikan kepada :

Orang tua. Bidan harus berperan aktif dalam mendidik atau mengajarkan
keterampilan perawatan bayi dan promosi kesehatan kepada ibu, suami
( pasangannya ) dan anggota keluarga yang lain.

Mahasiswa bidan. Bidan bertanggung jawab dalam memberi pendidikan


kepada mahasiswa bidan agar terampil dan memiliki pengetahuan baru.

Pada dasarnya, tujuan utama peran pendidik yang dimiliki bidan adalah
memberdayakan orang tua dan mahasiswa agar mereka memiliki keterampilan
dan dalat menerapkan keterampilan tersebut secara mandiri sehingga
terciptanya autonomi pribadi.

3. Sebagai Konselor

Peran bidan sebagai konselor mencakup pemberian informasi dan penjelasan,


termasuk mendengarkan dan membantu klien serta keluarganya memahami
berbagai masalah yang ingin mereka ketahui. Bidan bertanggung jawab
memberi informasi terkini dan menyampaikannya dalam bahasa yang dipahami
oleh klien dan keluarganya.

Masalah etika yang biasanya muncul saat bidan menjalankan perannya sebagai
konselor adalah sebagai berikut :

Memaksa klien membuka rahasia yang enggan ia ceritakan pada saat


konseling.

Memberi informasi yang secara tidak langsung menggiring klien


mengambil keputusan yang menurut bidan adalah keputusan terbaik.

4. Sebagai Penasihat

Dalam menjalankan peran sebagai penasihat, bidan harus dapat membatasi diri
jika ingin tetap menghargai autonomi klien.. Klien membutuhkan informasi yang
memadai agar dapat membuat keputusan dan terus mengendalikan dirinya
sendiri. Akan tetapi, sangat sulit bagi bidan untuk menahan diri tidak memberi
nasihat ( sekalipun tidak diminta ) berdasarkan pengalamannya menghadapi
berbagai klien dan teman sejawat. Hal ini akan menghambat klien dalam
menentukan pilihannya sendiri.
5. Sebagai Advokat

Peran bidan dalam memberi advokasi sangat penting, khususnya ketika klien
menolak persetujuan atas tindakan medis yang sebenarnya dapat mencegah
terjadinya kematian atau kesakiitan klien itu sendiri. Dalam hal ini bidan harus
berperan sebagai advokat dengan memberi penjelasan dan doronngan ( bukan
paksaan ) kepada klien mengenai sisi positif dan negatif dari keputusan yang
diambil.

6. Sebagai Peneliti

Peran bidan sebagai peneliti sejalan dengan salah satu pasal dalam kode etik
bidan yang menyatakan :

Bidan harus berkembang dan memperluas pengetahuan kebidanannya melalui


berbagai proses seperti diskusi dengan rekan sejawat dan penelitian.

Sudah jelas bahwa penelitian bukan lagi merupakan pilihan, namun tanggung
jawab etik bidan. Bidan mungkin banyak terlibat dalam penelitian baik sebagai
subyek maupun obyek penelitian.

7. Sebagai Pengelola

Sebagai pengelola, bidan bertanggung jawab mengambil keputusan sosial dan


etik, memberi rumusan kebijakan dan praktik, membantu pengawasan dan
alokasi sumber pendapatan, memperhatikan aspek kejujuran, perhatian terhadap
orang lain dan mendukung serta berperan penting dalam pilihan etik.Bidan
pengelola juga mempunyai tanggung jawab untuk menjaga biaya pelayanan
tetap minimal secara efisien dan efektif dengan tetap mempertahankan kualitas
pelayanan.Dengan penjabaran diatas, maka dalam kesempetan kali ini akan
dipaparkan mengenai kajian kode etik dan kode etik profesi bidan.

v Tugas Bidan

Dalam menjalankan praktiknya, ada 3 pengelompokan tugas bidan yang


dilakukan berdasar pada etik dan kode etik profesi, yaitu :

1. Tugas Mandiri

a) Menerapkan Manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang di


berikan.

b) Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja & wanita pra nikah dengan
melibatkan klien.

c) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal.


d) Memberikan asuhan kebidanan keoada klien dalam masa persalinan dengan
melibatkan klien dan kelurga.

e) Memberikan asuhan kebidanan pada BBL

f) Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan


melibatkan klien dan keluarga.

g) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan


pelayanan kluarga berencana.

h) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita gangguan sistem reproduksi dan


wanita dalam masa klimakternium dan menopause.

i) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan


keluarga.

2. Tugas Koaborasi

a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesua


fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

b) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi &
pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi.

c) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan resiko


tinggi & keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

d) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko
tinggi & pertolongan pertama dalam keadaan kegawatan yang memerlukan
pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan
keluarga.

e) Memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan resiko tinggi yang


mengalami komplikasi serta kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama
dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga.

f) Memberikan askeb pada balita dengan resiko tinggi yang mengalami


komplikasi serta kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan keluarga.

3. Tugas Rujukan

a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai


fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
b) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi & rujukan pada ibu hamil
dengan resiko tinggi & kegawatdaruratan.

c) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi & rujukan pada masa


persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.

d) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi & rujukan pada ibu dalam
masa nifas dengan resiko tinggi & kegawat daruratan

e) Memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan kelaiana tertentu


kegawatan yang memerlukan konsultasi & rujukan dengan melibatkan keluarga.

f) Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelaiana tertentu &
kegawatan yang memerlukan konsultasi & rujukan dengan melibatkan keluarga.

v Bidan Sebagai Tenaga Profesional

1. Peran bidan Professional

a. Pelaksana

b. Pengelola

c. Pendidik

d. Peneliti

2. Pelayan Professional

a. Berlandaskan sikap dan kemampuan profesional

b. Ditujukan untuk kepentingan yang menerima

c. Serasi dengan pandangan dan keyakinan profesi

d. Memberikan perlindungan bagi anggota profesi

3. Perilaku Profesional

a. Bertindak sesuai dengan keahliannya dan didukung oleh pengetahuan dan


pengalaman serta keterampilan yang tinggi

b. Bermoral tinggi

c. Berlaku jujur, baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri

d. Tidak melakukan tindakan coba-coba yang tidak didukung ilmu pengetahuan


profesinya

e. Tidak memberikan janji yang berlebihan


f. Tidak melakukan tindakan yang semata-mata didorong oleh pertimbangan
komersial

g. Memegang teguh etika profesi

h. Mengenal batas-batas kemampuan

i. Menyadari ketentuan hukum yang membatasi geraknya

v Pengambilan Keputusan Yang Etis

Ciri keputusan yang etis:

1. Mempunyai pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah.

2. Sering menyangkut pilihan yang sukar.

3. Tidak mungkin dielakan.

4. Dipengaruhi oleh norma-norma, situasi, iman tabiat dan lingkungan sosial

Situasi:Mengapa kita perlu mengerti situasi?

1. Untuk menerapkan norma-norma terhadap situasi

2. Untuk melakukan perbuatan yang tepat dan berguna

3. Untuk mengetahui masalah-masalah yang perlu diperhatikan

Bagaimana kita memperbaiki pengertian kita tentang situasi?

1. Melakukan penyelidikan yang memadai

2. Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli

3. Kepekaan terhadap pekerjaan

4. Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain

v Bidan Dan Rahasia Jabatan

Kerahasiaan merupakan satu prinsip penting dalam tugas tiap tenaga kesehatan
termasuk bidan. Kedudukan bidan di dalam sistem pelayanan kesehatan tidak
saja sebagai pemberi asuhan kebidanan, akan tetapi sering pula bidan menjadi
semacam biceht vader (tumpuhan permasalahan) dari klien maupun
keluarganya. Permasalahan ini dapat pula yang telah diamati sendiri oleh bidan
pada waktu menolong persalinan di rumah dan/atau pada waktu melakukan
kunjungan rumah. Data/informasi yang didapat bidan melalui anamnese klien di
klinik menjadi faktor rahasia pula dalam tugas bidan. Seorang wanita dalam
keadaan hamil, melahirkan atau nifas, seringkali mendapat gangguan pada
emosinya atau pada keadaan kesehatan mentalnya. Dalam keadaan seperti ini
seringkali ia ingin mencurahkan segala isi hatinya atau permasalahan dirinya
secara pribadi maupun dalam keluarga pada seseorang yang mau
mendengarkannya. Biasanya orang tersebut adalah bidan, yang pada waktu-
waktu tersebut adalah dekat dengan klien. Bidan harus tetap menghormati
kepercayaan yang diberikan klien kepadanya dan memegang teguh kerahasiaan
informasi yang didapat.

Ada kalanya informasi perlu dibuka kerahasiaan, yaitu sebagai contoh pada
persidangan (hukum) bila bidan bertindak sebagai saksi dan informasi tertentu
dibutuhkan hakim sebagai bukti. Memegang kerahasiaan ditegaskan dalam Per
Menkes No. 572/1996, ps.30, ad 2 b untuk bidan dan dalam UU Kes No.23/1992
bagi semua tenaga kesehatan.

v Kerahasiaan Dan Privacy

Ada dua hal yang hampir sama yang harus dibedakan yaitu kerahasiaan dan
privacy, sebagai berikut.

Contoh di bawah ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari


kerahasiaan dan privacy sering dilanggar, walaupun contoh kasus ini sangat
jarang terjadi.

Seorang bidan (Betsy) melakukan pemeriksaan antenatal pada kunjungan


pertama. Klien menceritakan bahwa ia pernah menggugurkan kandungannya
pada waktu yang lalu, tetapi tidak diketahui suaminya. Dan ia meminta kepada
Betsy agar tidak memberitahukan hal ini kepada suaminya.

Kemudian terjadilah peristiwa sebagai berikut:

Bidan A memberitahukan hal tersebut kepada suami wanita tersebut tanpa


disengaja. Bidan dianggap melanggar kerahasiaan.

Bila B yang membaca catatan perihal Betsy dari catatan yang ada di file Betsy
pada pergantian dinas, juga termasuk melanggar kerahasiaan.

Bidan B kemudian meninggalkan file Betsy di meja sehingga suami Betsy


membuka dan membaca catatan B, Bidan B juga dianggap melanggar privacy
Betsy.

Bila kejadian diatas terjadi, Bidan A dan B sebenarnya tidak dapat dipersalahkan
walaupun mereka telah melanggar kerahasiaan dan privacy Betsy.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Etika sebagai salah satu cabang filsafat seringkali dianggap sebagai ilmu yang
abstrak dan kurang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak uraian filsafat
dianggap jauh dari kenyataan, tetapi setidaknya etika mudah dipahami secara
relevan bagi banyak persoalan yang dihadapi. Etika sebagai filsafat moral
mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan secara rasional
teori yang berlaku tentang apa yang benar dan yang salah, baik atau buruk,
yang secara umum dapat dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang
menjadi pedoman bagi tindakan manusia.

Etika tidak lepas dari kehidupan manusia, termasuk dalam profesi kebidanan
membutuhkan suatu system untuk mengatur bidan dalam menjalankan peran
dan fungsinya. Dalam menjalankan perannya bidan tidak dapat memaksakan
untuk mengadapatasi suatu teori etika secara kaku, tetapi harus disesuaikan
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi saat itu dan berlandaskan pada kode
etik dan standar profesi.

B. Saran

v Bagi Mahasiswi Calon Bidan

Sebagai mahasiswi calon bidan, sebaiknya harus mendalami etik dan kode etik
profesi terlebih dahulu, agar dapat menerapkannya saat praktik, sehingga dapat
menghasilkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan optimal sesuai dengan
wewenang profesinya.

v Bagi Para Bidan

Sebagai seorang bidan hendaknya selalu menerapkan dan menjadikan etik dan
kode etik profesi sebagai dasar dalam memberikan setiap pelayanan. Sehingga
klien akan merasa nyaman dengan pelayanan bidan dan akan segan dengan
profesi bidan.
Daftar Pustaka

Wahyuningsih, Heni Puji. 2007. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

Brownlee, M (1996) Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-faktor di


dalamnya. PT BPK Gunung, Mulia, Jakarta.

Frith, L (1996) Ethtes Midwifery. Issue in Contemporary Practice, Butterworth


Heinemann. Oxfoed.

Jones, S (1994) Ethtes in Midwifery, Mosby, London.

http://yasintagirie.blogspot.com/2013/12/peran-dan-tugas-bidan-berdasarkan-
etik.html

You might also like