You are on page 1of 30

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

Judul Percobaan : Pembuatan Briket Batubara dan Alang-alang

Dosen Pembimbing : Kusyanto ST.,M.Eng

Kelas : VII B / S1 Terapan

Kelompok : I ( Satu )

Nama Mahasiswa / NIM : 1. Joko Budiarto 13 644 043


2. Senny Indriyati 13 644 046
3. Erhap Sujarwo 13 644 047
4. Dewi Fatmawati 13 644 048

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal 2016

Mengetahui
Dosen Pembimbing

Firman ST., M.Eng


NIP. 19741004 200112 100
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Dapat membuat briket batubara dan alang-alang
2. Dapat melakukan analisa proximate pada briket batubara

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Bioriket
Briket merupakan bahan bakar padat yang dapat digunakan untuk
memasak. Briket merupakan sumber energi alternatif dan atau pengganti bahan
bakar minyak dan atau kayu yang terbuat dari limbah organik, limbah pabrik
maupun dari limbah perkotaan dengan metode yang mengkonversi bahan baku
padat menjadi suatu bentuk hasil kompaksi yang lebih efektif, efisien dan mudah
untuk digunakan. (Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, 2006).
Salah satu upaya untuk mengatasi ketergantungan terhadap pemakaian
bahan bakar minyak ialah melalui bahan bakar alternatif, seperti briket. Briket
adalah padatan yang umumnya berasal dari limbah pertanian. Sifat fisik briket
tidak kompak, tidak keras, dan tidak padat, seperti serbuk gergaji dan sekam
Briket merupakan hasil dari pengolahan limbah atau sampah padat, namun
hanya sampah yang bersifat degradable yang hanya dapat dijadikan sebagai briket,
artinya hanya sampah yang mudah hancur yang dapat dijadikan briket. Briket
sudah sering ditemui di lingkungan dan dikenal sebagai arang, namun kebanyakan
briket yang ada di masyarakat adalah briket yang berasal dari kayu dan batu bara,
sebab disamping masyarakat belum memahami bahwa briket ini sebenarnya dapat
dibuat dari berbagai macam bahan baku, misalnya; tempurung kelapa, kotoran
sapi, eceng gondok, kulit kacang, dan sampah organik (contohnya; dedaunan,
ranting, serasah, dan jerami).
Biobriket mampu menyuplai energi dalam jangka panjang. Biobriket dapat
didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud padat dan berasal dari sisa-sisa
bahan organik yang telah mengalami proses pemampatan dengan daya tekan
tertentu. Pemanfaatan biobriket sebagai energi alternatif merupakan langkah tepat.
Biobriket dapat menggantikan penggunaan kayu bakar yang mulai meningkat
konsumsinya dan berpotensi merusak ekologi hutan. Selain itu, harga biobriket
relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat, terutama yang berdomisili di daerah
terpencil, dan pengusahaan biobriket dapat menyerap tenaga kerja, baik di pabrik
briketnya, distributor, industri tungku, dan mesin briket.
Pembuatan biobriket tergolong mudah, karena teknologinya sangat
sederhana. Proses pembuatan biobriket meliputi empat tahap, yaitu pengeringan,
penggerusan, pencampuran, dan pembentukan campuran menjadi biobriket.
. Pada pembuatan biobriket umumnya bahan baku yang telah kering
diarangkan terlebih dahulu sebelum diproses ketahap berikutnya. Pembuatan
arang dimaksudkan untuk memperbaiki sifat fisik dari bahan baku tersebut, jadi
bahan baku tersebut digunakan langsung sebagai sumber energi panas.
Biobriket memiliki beberapa manfaat yaitu :
a) sangat mudah untuk ditranspor/ didistribusi ke daerah-daerah
penggunanya
b) mudah untuk disimpan di tempat-tempat penyimpanan
c) dengan harga yang relatif murah banyak membantu rumah tangga
sederhana memperoleh bahan bakar untuk keperluan masak-memasak
d) dapat dimanfaatkan juga untuk proses produksi usaha-usaha skala
UMKM karena pembelian BBM fosil cukup memberatkan biaya
operasional mereka
e) dengan jenis briket berkalori tinggi (>5.500 kcal/kg), proses pembakaran
tertentu dapat menggantikan kebutuhan batu bara yang selama ini harus
disediakan.
Pembakaran Biobriket menghasilkan tingkat polusi yang jauh lebih rendah.
Dengan demikian, pemanfaatan biobriket memiliki dampak-dampak sebagai
berikut :
1) udara disekitar proses pembakaran lebih bersih dibandingkan kualitas
udara didekat proses pembakaran BBM fosil. Dengan demikian,
masyarakat lebih diuntungkan dalam menghemat biaya perawatan
kesehatannya
2) bagi pengelola pembangkit daya berbahan bakar biomassa, hal ini dapat
menekan baik biaya investasi maupun biaya operasional harian. Semakin
kompleks pengoprasiannya, semakin besar energi listrik yang diperlukan
karena setiap unit pencegah polusi pun perlu energi listrik
3) CO2 hasil pembakaran biomassa juga dikategorikan sebagai carbon
neutral karena diserap kembali oleh tumbuh-tumbuhan guna menopang
pertumbuhannya
4) Penanaman tumbuhan energi dilahan-lahan marginal selain mendongkrak
pendapatan masyarakat setempat juga dapat mencegah terjadinya erosi
tanah dan berarti mengurangi potensi longsor
5)Bila lahan-lahan tidur tadi dimanfaatkan untuk tanaman-tanaman maka
fungsi penyerap air hujan diaktifkan kembali sebagai salah satu cara
mencegah banjir.
Tabel 1.1 Standar kualitas briket arang menurut SNI 01-6235-2000

No Satua Persyarata
Jenis Uji
. n n

1 Kadar air % 8

2 Zat terbang % 15

3 Kadar abu % 8

4 Kalori Kal/g Min 5000


Sumber : Badan Standar Nasional (2000)
1.2.2 Bahan Baku Pembuatan Briket

Biomassa merupakan bahan hayati yang biasanya dianggap sampah dan


sering dimusnahkan dengan cara dibakar. Sumber energi biomassa mempunyai
beberapa kelebihan antara lain merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui
(renewable) sehingga dapat menyediakan sumber energi secara berkesinambungan
(suistainable). Di Indonesia, biomassa merupakan sumber daya alam yang sangat
penting dengan berbagai produk primer sebagai serat, kayu, minyak, bahan
pangan dan lain-lain yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik
juga diekspor dan menjadi tulang punggung penghasil devisa negara. Biomassa
berfungsi sebagai :
Sebagai penyedia sumber karbon untuk energi,
Dengan teknologi modern dalam pengkonversiannya dapat menjaga emisi
pada tingkat yang rendah.
Mendorong percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan perlindungan
tata air.
Digunakan untuk menyediakan berbagai vektor energi, baik panas, listrik
atau bahan bakar kendaraan. ( Anonim, 2006)
Biomassa lain seperti sekam, arang sekam, serbuk gergaji, serbuk kayu,
dan limbah-limbah biomassa yang lainnya. Cara umum teknologi konversi
biomassa menjadi bahan bakar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu pembakaran
langsung, konversi termokimiawi dan konversi biokimiawi. Pembakaran langsung
merupakan teknologi yang paling sederhana karena pada umumnya biomassa
telah dapat langsung dibakar. Beberapa biomassa perlu dikeringkan terlebih
dahulu dan didensifikasi untuk kepraktisan dalam penggunaan. Konversi
termokimiawi merupakan teknologi yang memerlukan perlakuan termal untuk
memicu terjadinya reaksi kimia dalam menghasilkan bahan bakar. Sedangkan
konversi biokimiawi merupakan teknologi konversi yang menggunakan bantuan
mikroba dalam menghasilkan bahan bakar.
Selain biomassa, briket juga dapat diolah dari batubara peringkat rendah.
Briket batubara merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari Batubara, bahan
bakar padat ini murupakan bahan bakar alternatif atau merupakan pengganti
minyak tanah yang paling murah dan dimungkinkan untuk dikembangkan secara
masal dalam waktu yang relatif singkat mengingat teknologi dan peralatan yang
digunakan relatif sederhana. Adapun keuntungan penggunaan batubara sebagai
briket adalah sebagai berikut:
Semakin tinggi nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin
tinggi
Semakin tinggi nilai kalorinya, pembakaran akan semakin lama karena
unsur zat yang mudah terbakar (volatile matter) yang dikandungnya akan
semakin sedikit
Semakin banyak komposisi batubaranya, pembakaran yang dihasilkan
akan semakin panas dan semakin lama
Semakin tinggi nilai kalorinya semakin sulit menyala, karena kadar
volatile matternya akan semakin sedikit
Semakin rendah nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin
berkurang dan lama pembakaran akan semakin cepat. Batubara dengan
nilai kalori rendah juga mengandung banyak air sehingga menyulitkan
dalam penyalaan, berasap dan panas yang berkurang. Solusinya dengan
cara pengeringan (mengurangi kadar air) dan dengan cara karbonisasi
(menaikkan kadar kalori batubara).

1.2.3 Perekat Tapioka


Perekat aci (tapioka) terbuat dari tepung tapioka yang mudah di beli di toko
makanan dan di pasar. Perekat ini bisa untuk mengelem prangko dan kertas. Cara
membuatnya sangat gampang, yaitu cukup mencampurkan tepung tapioca dengan
air, lalu mendidihkannya di atas kompor. Selama pemanasan tepung diaduk terus-
menerus agar tidak menggumpal. Warna tepung yang semula putih akan berubah
menjadi transparan setelah beberapa menit dipanaskan dan terasa lengket
ditangan.
Jika sudah siap, lem didinginkan terlebih dahulu, lalu dimasukka ke dalam
wadah yang berisi bahan baku briket. Lem yang terlalu encer atau terlalu pekat
akan memperlambat proses percetakan. Hal ini disebabkan tingkat kekerasan
maupun ketahanan briket terhadap benturan menjadi kurang dan mudah retak.
Bahan perekat dari seperti tapioka memiliki keuntungan dimana jumlah perekat
yang dibutuhkan untuk jenis ini sedikit dibandingkan dengan bahan perekat
hidrokarbon, namun kelemahannya briket yang dihasilkan kurang tahan terhadap
kelembaban. Hal ini disebabkan kanji memiliki sifat dapat menyerap air dari
udara. Kadar perekat yang digunakan untuk briket arang umumnya tidak lebih
dari 5%. Biobriket yang menggunakan perekat kanji memiliki kadar abu yang
rendah kerapatannya rendah, volatile matter yang rendah. Sedangkan memiliki
nilai kalor, fixed carbon, dan moisture yang tinggi (Suprapti, 2005).

1.2.4 Tahapan Pembuatan Briket


Adapun tahapan pembuatan briket secara umum adalah sebagai berikut:
1. Pengelompokan bahan
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pembuatan briket
dikelompokkan berdasarkan jenisnya (sersah dedaunan, ranting kecil,
pecahan dahan, sekam, serbuk gergaji, dan sebagainya)
2. Pengarangan.
Pengarangan atau karbonasi adalah suatu proses untuk menghilangkan
unsur-unsur yang terdapat dalam briket yang apabila dibakar akan
membentuk asap dan mengganggu lingkungan.
3. Pencampuran dan penghalusan
Semua arang dari masing-masing jenis bahan dicampurkan kemudian
dihaluskan dengan cara dipukul-pukul atau dengan menggunakan alat
sampai hancur. Dalam pembuatan briket, serbuk arang harus diperhatikan
kehalusannya. Biasanya ukuran serbuk antara 40-80 mesh.
4. Pembuatan dan pencampuran perekat
Arang yang sudah hancur kemudian dicampur dengan sedikit perekat
agar bahan campuran dapat digumpalkan. Dengan pemakaian perekat maka
tekanan yang diperlukan akan jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan
briket tanpa memakai bahan perekat.
5. Pencetakan
Pencetakan briket dilakukan dengan pemberian tekanan menggunakan
alat kempa. Pemberian tekanan pada briket dapat mengakibatkan pemadatan
atau pengecilan volume sehingga luas persinggungan atau luas kontak
diperbesar dan memungkinkan terjadinya ikatan antar partikel yang lebih
baik.

1. Pengeringan
Suhu dan waktu pengeringan yang dipergunakan dalam pembuatan
briket tergantung dari kadar jumlah air campuran dan mesin pengering.
Suhu pengeringan yang umum dilakukan adalah sebesar 60 C selama 24
jam. Tujuan dari pengeringan adalah agar briket menjadi kering dan kadar
airnya dapat disesuaikan dengan ketentuan kadar air briket yang berlaku.
Pengeringan dapat dilakukan dengan bermacam-macam alat seperti kiln,
oven atau penjemuran.

1.2.5. Parameter Analisa Biobriket


1. Kadar Air
Penentuan Total moisture ada dua cara, yaitu cara satu tahap dan cara
dua tahap. Pada cara satu tahap, semua moisture dalam sampel langsung
ditentukan, sedangkan pada cara dua tahap, peratama ditentukan free
moisture, kemudian ditentukan residual moisture. Metode yang digunakan
yaitu standar ASTM D-3173 dengan rumus :
W 0W
Kadar air ( )= 100 (Persamaan 1)
W s0

Dimana :
W0 = Berat sampel dan cawan sebelum dikeringkan (gr)
W = Berat sampel dan cawan sesudah dikeringkan (gr)
WS0 = Berat sampel awal (gr)

2. Kadar Zat Mudah Menguap


Volatile matter ialah banyaknya zat yang hilang bila sampel dipanaskan
pada suhu dan waktu yang telah ditentukan (setelah dikoreksi oleh kadar
moisture). Semakin banyak kandungan volatile matter pada biobriket maka
semakin mudah biobriket untuk terbakar dan menyala, sehingga laju
pembakaran semakin cepat. Besarnya zat mudah menguap dihitung
menggunakan standar ASTM D-3175-02 dengan rumus :

VM =
{(m 2m 3)
( m mm 1) }
100 M ad
. (Persamaan 2)

Dimana :
m1
: Berat cawan kosong + tutupnya (gr)

m2
: Berat cawan kosong + tutupnya +sampel sebelum dipanaskan (gr)
m3
: Berat cawan kosong + tutupnya +sampel setelah dipanaskan (gr)

M ad
: Persen moisture dalam sampel yang dianalisis (gr)

3. Kadar Abu (Ash)


Abu adalah material padat yang tersisa setelah pembakaran oleh api.
Unsur utama abu adalah material silica dan pengaruhnya kurang baik
terhadap nilai kalor yang dihasilkan, sehingga jika kadar abu yang dihasilkan
briket cukup tinggi berarti kualitas briket akan semakin rendah. Kandungan
abu dapat ditentukan melalui metode ASTM D 3174-02 Standard practice of
determination of ash in the analysis sample of coal and coke from coal.
Kandungan abu dapat ditentukan dengan rumus berikut:
m
( 2m1 ) 100
( m m4) . (Persamaan 3)
Kadar abu ( )= 3

Dimana :
m1
: Berat cawan dan tutupnya (gr)
m2
: Berat cawan dan tutupnya tambah sampel (gr)
m3
: Berat sampel dan tutupnya tambah ash (gr)
m4
. : Berat sampel dan tutupnya setelah semua ash dibuang dan

dibersihkan

4. Kadar karbon terikat (Fixed Carbon)


Fixed Carbon (FC) menyatakan banyaknya karbon yang terdapat dalam
material sisa setelah volatile matter dihilangkan. Penentuan fixed carbon dapat
dilakukan dengan metode ASTM D 3172 dengan rumus sebagai berikut:
FC ( ) =100 (%air +%abu+%VM ) (Persamaan 4)
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat yang digunakan :
1. Alat cetak briket 12. Gegep
2. Furnace 13. Hot plate
3. Oven 14. Magnetic stirrer
4. Crusher 15. Gelas kimia 250 ml dan
5. Cawan Petridish 500 ml
6. Cawan crucible 16. Pipet volume 25 ml
7. Desikator 17. Bulp
8. Neracadigital 18. Desikator
9. Screening 19. Batang pengaduk
10. Spatula 20. 1 Set Bomb calorimeter
11. Botol aquades 5E-C5500
21.
22. 2.1.2 Bahan yang digunakan:
1. Batubara Lignit
2. Alang-Alang
3. Aquadest
4. Tepung kanji

23.
2.2 Prosedur Kerja
2.2.1 Preparasi bahan baku
1. Mengecilkan ukuran batubara menggunakan crusher dan alang-alang
menggunakan gunting.
2. Menyeragamkan ukuran batu bara dan alang-alang dengan menggunakan
screaning dengan ukuran 16 dan 18 mesh
3. Menyiapkan perekat kanji dengan perbandingan tepung kanji dan aquadest
dengan perbandingan 1 : 5.

24. 2.2.2 Prosedur pembuatan briket

25. 1. Menyiapkan batu bara dan alang-alang yang telah discreaning.

26. 2. Menyiapkan batu bara dan alang-alang dengan perbandingan 90:10,


85:15, dan 80:20.

27. 3. Mencampurkan batubara dan sekam padi dengan perbandingan bahan


baku dan perekat kanji seperti pada tabel 2.1

28. Tabel 2.1 Variasi bahan baku dan perekat kanji

29. 30. Variasi Bahan Baku 32. Variasi


31. Batubara : Alang-alang
No Perekat Kanji
(%)
. (%)*
33. 34. 37. 10 %
35. 90 % : 10 % 38. 15 %
1. 36. 39. 20 %
42. 10 %
40.
41. 85 % : 15 % 43. 15 %
2.
44. 20 %
45. 46. 80% : 20% 47. 10 %
48. 15 %
3.
49. 20 %
50. * % perekat berdasarkan massa bahan baku yang digunakan

4. Mencetak briket menggunakan alat pencetak briket.


5. Mengoven briket pada suhu 60C selama 12 jam.
6. Mengulangi langkah 5-7 menggunakan variasi bahan baku dan perekat
yang berbeda.
7. Briket yang sudah kering siap untuk dianalisa.

51.

52.

53. 2.2.3 Analisa proximate batubara


a. Uji Ash content (ASTM D 3174)

1. Mencatat nomor sampel, nomor pekerjaan dan nomor crucible pada


lembar kerja analisa.
2. Menimbang cawan crucible kosong dan mencatat data.
3. Menimbangn 1 gram kedalam crucible, meratakannya lalu
meletakkannya kedalam tray
4. Memijarkan crucible yang telah berisi sampel di dalam furnace pada suhu
400 450o selama 1 jam, kemudian dilanjutkan pada suhu 750oC selama 3
jam.
5. Mengeluarkan crucible dari furnace dan mendinginkan didalam desikator
selama 5-10 menit.
6. Menimbang crucible yang berisi residu.
7. Membersihkan residu didalam crucible menggunakan kuas kering.
8. Menimbang crucible kosong setelah pemanasan.
9. Mencatat data analisa pada lembar kerja analisa.
10. Melakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan:
m3m4
54. % Ash content = m 2m1 100%

55. Keterangan:
56. m1= massa cawan kosong (sebelum pemanasan)
(gram)
57. m2= massa cawan + sampel (sebelum pemanasan)
(gram)
58. m3= massa cawan + sampel (setelah pemanasan)
(gram)
59. m4= massa cawan kosong (setelah pemanasan) (gram)

b. Uji Inherent Moisture (ASTM D 3173)


1. Menaikkan suhu oven hingga 110oC
2. Menimbang cawan petridish kosong + tutupnya, mencatat data
3. Menimbang sampel 1 gram kedalam cawan petridish, meletakkan
diatas tray.
4. Memasukkan tray beserta sampel tersebut kedalam oven, dan meletakkan
tutup cawan pertidish di luar.
5. Memanaskan selama 1 jam.
6. Mengeluarkan tray beserta sampel dari oven dan menutup kembali
dengan penutup cawan petridish yang sesuai.
7. Mendinginkan tray beserta sampel di dalam desikator selama 5 menit.
8. Menimbang kembali cawan petridish beserta sampel yang telah
didinginkan.
9. Mencatat data analisa pada lembar kerja analisa.
10. Melakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan:
60. Perhitungan :
m2m3
61. % Kadar Air = m2m1 100%

62. Keterangan :
63. m1= massa cawan kosong (gram)
64. m2 = massa cawan + sampel (sebelum pemanasan)
(gram)
65. m3= massa cawan + sampel (setelah pemanasan) (gram)
c. Uji Volatil Matter (ASTM D 3175)
1. Menaikkan suhu furnace VM hingga 950oC.
2. Mencatat nomor sampel, nomor pekerjaan dan nomor cawan crucible
pada kerja analisa.
3. Menimbang cawan crucible kosong beserta tutup kemudian
mencatatnya pada lembar kerja analisa.
4. Menimbang secara merata sampel 1 gram kedalam cawan crucible,
lalu menutupnya kembali dan mencatat hasil timbangan.
5. Memasukkan cawan crucible yang telah berisi sampel dalam furnace
beserta tutupnya dan memijarkannya selama 7 menit.
6. Mengeluarkan cawan crucible dari furnace dan mendinginkannya pada
desikator selama 7 menit.
7. Menimbang cawan yang berisi residu yang telah didinginkan tersebut
beserta tutupnya dan mencatatnya pada lembar kerja analisa.
8. Melakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan:
m 2m 3
66. Volatile Matter = ( m 2m 1 )
100

67. m1 = Massa cawan kosong


68. m2 = Massa cawan + sampel sebelum pemanasan
69. m3 = Massa cawan + sampel sesudah pemanasan
70.
d. Uji Fixed Carbon (ASTM D 3172)
71. Penentuan fixed carbon ditentukan dengan rumus :
72. % Fixed Carbon = 100% - % M - % Ash - % VM

73. e. Pengoperasian Bomb Calorimeter


74. 1. Menekan tombol power pada bomb calorimeter
75. 2. Melakukan setting pada temperature calorimeter pada suhu 26-
28oC dengan cara menekan tombol set dan sesuaikan nilai temperature
dengan menekan up/down
76. 3. Mengaktifkan aplikasi calorimeter 5E-C5500 pada komputer.
77. 4. Mengklik hardware debugging dan melihat posisi instrument
78.
79.
80.

81.

82.

83.

84.

85.

86.

87.

88.

89.

90.

91.

92. BAB III

93. HASIL DAN PEMBAHASAN

94. 3.1 Data Pengamatan

1.1 Data Pengamatan

95. Tabel 3.1 Hasil Analisa Biobriket 90% Batubara dan 10%
Alang-alang
97. Standar 98. Variasi Indikator
Mutu Kanji
96. Karakteristi
Briket
k 101. 1 102. 1 103. 2
(SNI) 01-
0% 5% 0%
6235-200
104. Kadar Air 105. Maks 8 106. 7, 107. 8 108. 8
(%) 07 ,09 ,32
109. Kadar Abu 110. Maks 8 111. 7, 112. 7 113. 7
(% ) 53 ,71 ,21
114. Volatile 115. Maks 15 116. 5 117. 6 118. 6
Matter (% ) 8,10 3,91 2,16
119. Fixed 120. Min 77 121. 2 122. 2 123. 2
Carbon (% ) 9,80 8,08 5,09
124.

125. Tabel 3.2 Hasil Analisa Biobriket 80% Batubara dan 20%
Alang-alang
127. Standa 128. Variasi Indikator
r Mutu Kanji
126. Karakteristi
Briket
k 131. 1 132. 1 133. 2
(SNI) 01-
6235-200 0% 5% 0%
134. Kadar Air 135. Maks 8 136. 8, 137. 8 138. 8
(%) 54 ,67 ,90
139. Kadar Abu 140. Maks 8 141. 6, 142. 6 143.
(% ) 57 ,21 5, 66
144. Volatile 145. Maks 15 146. 5 147. 5 148. 6
Matter (% ) 7,58 9,24 1,17
149. Fixed 150. Min 77 151. 2 152. 2 153. 2
Carbon (% ) 0,99 2,72 3,36
154.
155. Tabel 3.3 Hasil Analisa Biobriket 85% Batubara dan 15%
Alang-alang
157. Standa 158. Variasi Indikator
r Mutu Kanji
156. Karakteristi
Briket
k 161. 1 162. 1 163. 2
(SNI) 01-
6235-2000 0% 5% 0%
164. Kadar Air 165. Maks 8 166. 8, 167. 8 168. 8
(%) 40 ,56 ,67
169. Kadar Abu 170. Maks 8 171. 7, 172. 6 173. 6
(% ) 32 ,36 ,30
174. Volatile 175. Maks 15 176. 5 177. 5 178. 5
Matter (% ) 4,57 7,14 9,38
179. Fixed 180. Min 77 181. 2 182. 2 183. 2
Carbon (% ) 6,71 5,85 3,93
184.

185. 3.2 Pembahasan


186. Praktikum ini bertujuan untuk dapat membuat biobriket dan dapat
menganalisa biobriket yang dihasilkan. Analisa yang digunakan yaitu analisa
proksimat. Analisa proksimat meliputi kadar air, volatile matter, fixed carbon dan
kadar abu.

187. Kadar air merupakan kandungan air yang terdapat pada briket.
Kadar air mempengaruhi kalor. semakin tinggi kandungan air di dalam briket
maka bahan bakar tersebut makin sukar dibakar. Pada tabel 1 dapat diketahui
bahwa kadar air yang dihasilkan dari briket campuran batu bara dan alang-alang
tidak memenuhi standar SNI 01-6235-2000 dimana maksimal kadar air adalah
8%. Sedangkan pada praktikum ini diperoleh kadar air berkisar 8,09% - 8,67%
hal ini terjadi karena semakin tinggi nilai persen perekat maka
persen kadar air juga meningkat. Kadar air yang tinggi akan menyebabkan nilai
kalor briket yang dihasilkan tersebut menurun.

188.

Kadar Air
65
60
DATA 90;10
55 DATA 80;20
Kadar Air (%)
50 DATA 85;15

45
8 10 12 14 16 18 20 22
Variasi Perekat (%)

189. Kadar abu adalah persentase dari zat zat yang tersisa dari
proses pembakaran dan sudah tidak memiliki unsur karbon. Semakin
tinggi kadar abu dalam suatu briket maka kualitas briket akan semakin
rendah, karena kandungan abu yang tinggi dapat menurunkan nilai
kalor dari briket. Menurut SNI 01-6235-2000 standar maksimal kadar
abu pada briket adalah 8%. Berdasarkan tabel 2 analisa kadar abu yang
diperoleh telah memenuhi standar SNI yaitu berkisar 5,66 % - 7,53 %.
190.

Kadar Abu
65

60
DATA 90 :10
55 DATA 80 :20
Kadar Abu (%)
50 DATA 85 :15

45
8 10 12 14 16 18 20 22
Variasi perekat (%)

191. volatille matter memegang peranan penting dari bahan


bakar padat, dalam hal ini kemampuan menyala dan kemampuan
terbakar. Kadar zat mudah menguap dalam arang merupakan salah satu
petunjuk untuk menentukan kualitas arang. Kadar zat terbang (volatile
matter) menurut SNI 01-6235-2000 memiliki batasan maksimal 15 %.
Dari hasil analisa diketahui bahwa kadar zat terbang dari briket tidak
memenuhi standar yaitu berkisar 54,57% - 59,48 % hal ini karena
terdapat gas-gas yang belum terbakar seperti CO 2 dan H2O dan ini
berpengaruh pada kesempurnaan pembakaran dan intensitas api
192.

Kadar Zat TErbang


65

60
DATA 90 :10
55 DATA 80 :20
Kadar Zat Terbang (%)
50 DATA 85 :15

45
5 10 15 20 25
Variasi Perekat (%)

193.

194. Fixed carbon merupakan fraksi karbon dalam briket arang


selain dari fraksi air, zat mudah menguap dari abu. Kadar karbon
terikat merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk
menentukan kualitas briket, dimana semakin tinggi kadar karbon
terikat maka semakin baik pula kualitas briket yang dihasilkan, karena
kadar karbon terikat yang tinggi akan menghasilkan briket yang minim
asap pada saat pemakaian, selain itu nilai kalor juga akan semakin
rendah.

195. Nilai kalor adalah jumlah panas yang dihasilkan atau


ditimbulkan oleh suatu gram Bahan bakar tersebut dengan
meningkatkan temperature dengan satuan kalori. Dengan kata lain nilai
kalor adalah besarnya panas yang diperoleh dari pembakaran suatu
jumlah tertentu Bahan bakar didalam zat asam.
196.

197.

198.

199.

200.

201.

202.

203.

204.

205.

206.

207.

208.

209.

210.

211.

212. BAB IV

213. KESIMPULAN

214.

215. Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan, maka dapat


diperoleh kesimpulan:
1. Semua analisa proximate yaitu kadar air, kadar abu dan volatille matter
memenuhi standar SNI 01-6235-2000
216.

217.

218.
219.

220.

221.

222.

223.

224.

225.

226.

227.

228.

229.

230.

231.

232.

233.

234.

235. DAFTAR PUSTAKA

236.

237. Badan Standar Nasional. (2000). Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI-
01-6235-2000. Briket arang kayu. 12 Desember, 2015.
http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/5781
238.

239. Hambali, E., Mujdalipah, S., Tambunan, A.H., Pattiwiri, A.W., &
Hendroko, R. (2007).Teknologi Bioenergi. Jakarta. PT.Argo Media
Pustaka https://books.google.co.id/books?
id=7a4H9357oIsC&pg=PA88&dq=pirolisis&hl=id&sa=X&ei=pb1vVZL
XBJShuQTnuoHQAg&ved=0CDIQ6AEwBA#v=onepage&q=pirolisis&
f=false
240. Suprapti, M.L., (2005). Tepung Tapioka Yogyakarta: Kanisius.
https://books.google.co.id/books?
id=yD0OyTwRLVsC&dq=tepung+kanji&source=gbs_navlinks s

241.
242. Tim Laboratorium. 2016. Penuntun Praktikum Laboratorium Pilot Plant.
Samarinda : POLNES
243.

244.

245.

246.

247.

248.

249.

250.

251.

252.

253.

254.

255.

256.

257.

258.

259.

260.

261.

262.

263.
264.

265.
266. LAMPIRAN
267.

268.

269.

270.

271.

272.

273.

274.

275.

276. PERHITUNGAN
277.
1. Analisa Kadar Air

90% Batubara dan 10% Alang-alang dengan Perekat 10%


278. Dik : m1 = massa cawan kosong =
79,7685 gram
279. m2 = massa cawan + sampel (sebelum pemanasan) =
80,6779 gram
280. m3= massa cawan + sampel (setelah pemanasan) =
80,6043 gram
281. Ditanya : Kadar Air = ....................?
282. Jawab :
m2m3
283. Kadar Air = m2m1 100%

80 ,6779 gram 80 ,6779 gram


284. Kadar Air = 80 ,6779 gram 7 9 ,7685 gram

100%
285. Kadar Air = 8,09 %
286. Melakukan perhitungan kadar air untuk variasi
lainnya menggunakan cara yang sama seperti di atas.
287.
2. Analisa Kadar Abu
90% Batubara dan 10% Sekam Padi dengan Perekat 10%
288. Dik : m1= massa cawan kosong (sebelum pemanasan) = 12,3745
gram
289. m2 = massa cawan + sampel (sebelum pemanasan) =
13,3824 gram
290. m3= massa cawan + sampel (setelah pemanasan) = 12,4503
gram
291. m4= massa cawan kosong (setelah pemanasan) = 12,3744
gram
292.Ditanya : Kadar Abu = ..............................?
293. Jawab :
m3m4
294. Kadar Abu = m 2m1 100%

12,4503 gram12,3744 gram


295. Kadar Abu = 13,3824 gram12,3745 gram

100%
296. Kadar Abu = 7,53 %
297. Melakukan perhitungan kadar abu untuk variasi
lainnya menggunakan cara yang sama seperti di atas.
298.
299.
300.
301.
3. Analisa Volatile Matter
90% Batubara dan 10% Sekam Padi dengan Perekat 10%
302. Dik : m1= massa cawan kosong (sebelum pemanasan) = 51.2228gram
303. m2 = massa cawan + sampel (sebelum pemanasan) =
52.6349gram
304. m3= massa cawan + sampel (setelah pemanasan) =51.7106 gram
305. m4= massa cawan kosong (setelah pemanasan) = 51.2302 gram
306. Ditanya : Volatile Matter = ..............................?
307. Jawab :
m3m4
308. Volatile Matter = m 2m1 100%

51.7106 gram51.2302 gram


309. Volatile Matter = 52.6349 gram51.2228 gram gram

100%
310. Volatile Matter =58,10 %
311. Melakukan perhitungan volatile matter untuk
variasi lainnya menggunakan cara yang sama seperti di atas.
312.
4. Analisa Fixed Carbon
90% Batubara dan 10% Sekam Padi dengan Perekat 10%
313. Dik : % M = Kadar Air = 8,09 %
314. % ash = Kadar Abu = 7,53 %
315. % VM = Volatile Matter = 58,10 %
316.Ditanya : Fixed Carbon = ..............................?
317. Jawab :
318. Fixed Carbon = 100% - (% M) - (% ash) - (% VM)
319. Fixed Carbon = 100% - 8,09 % - 7,53 % - 58,10 %
320. Fixed Carbon = 29,80 %
321. Melakukan perhitungan fixed carbon untuk variasi
lainnya menggunakan cara yang sama seperti di atas.
322.

323.

324. DOKUMENTASI
325.

326. Kanji dengan perbandingan 1:6 pencampuran batubara


dengan sekam padi
327.

328. Proses Pencetakan Biobriket


329.

330. Biobriket 90% Batubara dan 10% Alang-alang

331.

332. Biobriket 80% Batubara dan 20% Alang-alang


333.

334. Biobriket 85% Batubara dan 15 % Alang-alang

You might also like