You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hukum alam sesungguhnya merupakan suatu konsep yang
mencakup banyak teori didalamnya. Berbagai anggapan dan pendapat
yang dikelompokkan ke dalam hukum alam bermunculan dari masa ke
masa.Mempelajari sejarah hukum alam, maka kita akan mengkaji sejarah
manusia yang berjuang untuk menemukan keadilan yang mutlak di dunia
ini serta kegagalan-kegagalannya. Pada suatu saat hukum alam muncul
dengan kuatnya, pada saat yang lain ia diabaikan, tetapi yang pasti hukum
alam tidak pernah mati.
Hukum Alam adalah hukum yang normanya berasal dari Tuhan
Yang Maha Esa, dari alam semesta dan dari akal budi manusia, karenanya
ia di gambarkan sebagai hukum yang berlaku abadi.
Hukum alam dimaknai dalam berbagai arti oleh beberapa kalangan
pada masa yang berbeda.
Diantara beragam pandangan penganut mazhab hukum alam
tersebut, dapat kita ambil contoh pandangan hukum alam menurut
Aristoteles, Thomas Aquinas, dan Hugo Grotius.
Hukum keilmuan atau sumber keilmuan yang khusus berkenaan
dengan penggunaannya dalam bahasa indonesia, terlebih dahulu ada
beberapa pengertian yang perlu diperjelas berkenaan dengan istilah ilmu.
Dal;am banyak hal, untuk menyatakan bentuk pengetahuan yang disebut
ilmu, dalam bahasa indonesia digunakan dalam bahasa ilmu
pengetahuan.selanjutnya dalam bahasa arab kata : ilmun, dan ilmiyah,
kata ilm artinya ilmu dan kata ilmiyayyah artinya ilmiah ataun memiliki
sifat sebagai ilmu.
Sementara itu, jujun S.Suriasumantri berpandangan bahwa filsafat
ilmu atau sumber keilmuan merupakan telaahan secara filsafati yang ingin
menjawab penrtanyaan mengenai hakikat ilmu dalam tiga landasan
fisologi yaitu : landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan pengertian hukum alam dan sumber keilmuan !
2. Jelaskan tentang aliran hukum alam !
3. Jelaskan teori hukum alam !
4. Jelaskan pengertian hukum alam !
5. Jelaskan kekuatan dan kekurangan hukum alam !
6. Jelakan tentang sumber keilmuan !

BAB II

PEMBAHASAN

2
A. PENGERTIAN HUKUM ALAM DAN SUMBER KEILMUAN
Pengertian hukum alam adalah ketentuan ALLAH terhadap segala
sesuatu yang ada di dalam semesta ini. Hukum alam ini sering disebut juga
dengan sunatullah (Ketentuan ALLAH). alam Hukum alam terjadi sebab
akibat. Allah menciptakan alam dan isinya serta mengaturnya sedemikian
rupa, sesuai ukurannya.
Semua Hal" yang terjadi di alam ini yang dapat disaksikan dengan
panca indera, dpt di jelaskan serta dapat dinilai secara Ilmiah disebut
fenomena alam dari Fenomena alam yang terjadi dpt menimbulkan
berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Tetapi jika kita renungi lebih dalam
maka fenomena alam yang terjadi akan dapat membuka kesadaran
Kemudian Hukum alam (Natural Law/ Lex Naturalis/ Law of
Nature) juga dapat didefinisikan sebagai suatu sistem hukum yang konon
ditentukan oleh alam, dan oleh karenanya bersifal universal.
Pengertian sumber keilmuan merupakan cabang filsafat yang
membicarakan tentang sumber pengetahuan dan bagaimana cara
menmperoleh pengetahuan itu, adalah teori pengetahuan yang memiliki
landasan teori ontologis, epistemiologis dan aksiologis.

B. ALIRAN HUKUM ALAM


Aliran ini berpendapat bahwa hukum berlaku universal (umum).
Menurut Friedman, aliran ini timbul karena kegagalan manusia dalam
mencari keadilan yang absolut, sehingga hukum alam dipandang sebagai
hukum yang berlaku secara universal dan abadi.
Gagasan mengenai hukum alam didasarkan pada asumsi bahwa
melalui penalaran, hakikat mahkluk hidup akan dapat diketahui dan
pengetahuan tersebut menjadi dasar bagi tertib sosial serta tertib hukum
eksistensi manusia. Hukum alam dianggap lebih tinggi dari hukum yang
sengaja dibentuk oleh manusia. Aliran hukum alam ini dibagi menjadi 2
(dua), yaitu:

1. Irrasional:
Aliran ini berpendapat bahwa hukum yang berlaku universal dan
abadi bersumber dari Tuhan secara langsung. Pendukung aliran ini

3
antara lain: Thomas Aquinas (Aquino), John Salisbury, Daante, Piere
Dubois, Marsilius Padua, dan John Wyclife.
Thomas Aquinas membagi hukum ke dalam 4 golongan, yaitu:
a. Lex Aeterna, merupakan rasio Tuhan sendiri yang mengatur
segala hal dan merupakan sumber dari segala hukum. Rasio
ini tidak dapat ditangkap oleh pancaindera manusia.
b. Lex Divina, bagia dari rasio Tuhan yang dapat ditangkap
oleh manusia berdasarkan waktu yang diterimanya.
c. Lex Naaturalis, inilah yang dikenal sebagai hukum alam
dan merupakan penjelmaan dari rasio manusia.
d. Lex Posistivis, hukum yang berlaku merupakan
pelaksanaan hukum alam oleh manusia berhubung dengan
syarat khusus yang diperlukan oleh keadaan dunia. Hukum
ini diwujudkan ke dalam kitab-kitab suci dan hukum positif
buatan manusia.
Penulis lain, William Occam dari Inggris mengemukakn adanya
hirarkis hukum, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Hukum Universal, yaitu hukum yang mengatur tingkah laku
manusia yang bersumber dari rasio alam.
b. Apa yang disebut sebagai hukum yang mengikat
masyarakat berasal dari alam.
c. Hukum yang juga bersumber dari prinsip-prinsip alam
tetapi dapat diubah oleh penguasa.
Occam juga berpendapat bahwa hukum identik dengan kehendak
mutlak Tuhan Sementara itu Fransisco Suarez dari Spanyol berpendapat
demikian, manusia yang bersusila dalam pergaulan hidupnya diatur oleh
suatu peraturan umum yang harus memuat unsusr-unsur kemauan dan
akal. Tuhan adalah pencipta hukum alam yang berlaku di semua tempat
dan waktu. Berdasarkan akalnya manusia dapat menerima hukum alam
tersebut, sehingga manusia dapat membedakan antara yang adil dan tidak
adil, buruk atau jahat dan baik atau jujur. Hukum alam yang dapat diterima
oleh manusia adalah sebagian saja, sedang selebihnya adalah hasil dari
akal (rasio) manusia.

2. Rasional:

4
Sebaliknya, aliran ini mengatakan bahwa sumber dari hukum yang
universal dan abadi adalah rasio manusia. Pandangan ini muncul setelah
zaman Renaissance (pada saat rasio manusia dipandang terlepas dari tertib
ketuhanan/lepas dari rasio Tuhan) yang berpendapat bahwa hukum alam
muncul dari pikiran (rasio) manusia tentang apa yang baik dan buruk
penilaiannya diserahkan kepada kesusilaan (moral) alam. Tokoh-tokohnya,
antara lain: Hugo de Groot (Grotius), Christian Thomasius, Immanuel
Kant, dan Samuel Pufendorf.
Pendasar hukum alam yang rasional adalah Hugo de Groot
(Grotius), ia menekankan adanya peranan rasio manusia dalam garis
depan, sehingga rasio manusia sama sekali terlepas dari Tuhan. Oleh
karena itu rasio manusialah sebagai satu-satunya sumber hukum.
Tokoh penting lainnya dalam aliran ini ialah Immanuel Kant.
Filsafat dari Kant dikenal sebagai filsafat kritis, lawan dari filsafat
dogmatis. Ajaran Kant dimuat dalam tiga buah karya besar, yaitu: Kritik
Akal Budi Manusia (kritik der reinen Vernunft yang terkait dengan
persepsi), Kritik Akal Budi Praktis (kritik der praktischen Vernunft yang
terkait dengan moralitas), Kritik Daya Adirasa (kritik der Urteilskraft yang
terkait dengan estetika dan harmoni). Ajaran Kant tersebut ada korelasinya
dengan tiga macam aspek jiwa manusia, yaitu cipta, rasa, dan karsa
(thinking, volition, and feeling).
Metode kritis tidak skeptis, tidak dogmatis (trancendental).
Hakekat manusia (homo noumenon) tidak terletak pada akalnya, beserta
corak berfikir yang bersifat teoritis keilmuan alamiah (natuurweten
schappelijke denkwijze), tetapi pada kebebasan jiwa susila manusia yang
mampu secara mandiri menciptakan hukum kesusilaan bagi dirinya sendiri
dan juga orang lain. Yang penting bukan manusia ideal berilmu atau
ilmuwan, tetapi justru pada manusia ideala berkepribadian humanistis.
Salah satu karya Kant yang berjudul Metaphysische
Anfangsgruende der Rechtslehre (Dasar Permulaan Metafisika Ajaran
Hukum merupakan bagian dari karyanya yang berjudul Metaphysik der
Sitten) pokok pikirannya ialah bahwa manusia menurut darma

5
kesusilaannya mempunyai hak untuk berjuang bagi kebebasan lahiriahnya
untuk menghadirkan dan melaksanakan kesusilaan. Dan hukum berfungsi
untuk menciptakan situasi kondisi guna mendukung perjuangan tersebut.
Hakekat hukum bagi Kant adalah bahwa hukum itu merupakan
keseluruhan kondisi-kondisi di mana kehendak sendiri dari seseorang
dapat digabungkan dengan kehendak orang lain di bawah hukum
kebebasan umum yang meliputi kesemuanya.
Katagori imperatif Kant mewajibkan semua anggota masyarakat
tetap mentaati hukum positif negara sekalipun di dalam hukum terebut
terdapat unsur-unsur yang bertentangan dengan dasar-dasar kemanusiaan.
Jadi, di sini sudah terdapat larangan mutlak bagi perilaku yang tergolong
melawan penguasa negara, sehingga dengan katagori imperatif ini ajaran
dari Immanuel Kant juga dapat digolongkan ke dalam aliran positivisme.
Pendapat Kant ini diikuti oleh Fichte yang mengatakan bahwa hukum
alam itu bersumber dari rasio manusia.
Penulis lain yang tidak kalah pentingnya ialah Hegel dari Jerman. Yang
dijadikan motto oleh Hegel ialah: Apa yang nyata menurut nalar adalah
nyata, dan apa yang nyata adalah menurut nalar (Was vernunftig ist, das ist
wirklich ist, das ist vernunftig. What is reasonable is real, and what is real
is reasonable). Tidak ada antimoni antara nalar/akal dengan kenyataan atau
realitas. Bagi Hegel, seluruh kenyataan kodrat alam dan kejiwaan
merupakan proses perkembangan sejarah secara dialektis dari
roh/cita/spirit mutlak yang senantiasa maju dan berkembang. Jiwa mutlak
mengandung dan mencakup seluruh tahap-tahap perkembangan
sebelumnya jadi merupakan permulaan dan kelahiran segala sesuatu.
Pertumbuhan dan perkembangan dialektis melalui tesa, antitesa, san
sintesa yang berlangsung secara berulang-ulang dan terus-menerus.
Filsafat hukum dalam bentuk maupun isinya, penampilan dan esensinya
juga dikuasai oleh hukum dialektika. Negara merupakan perwujudan jiwa
mutlak, demikan juga dengan hukum.

C. TEORI HUKUM ALAM

6
Teori Hukum Alam ( tokoh : aristoteles, Thomas aquino dan hugo
de groot/ grotius Kenapa orang tunduk dan taat pada hukum ?
1. Menurut aristoteles
- hukum berlaku karena penetapan Negara
- hukum tidak tergantung pada pandangan manusia tentang baik
buruknya
- hukum alam sebagai hokum yang asli berlaku dimana saja tidak
tergantung waktu dan tempat , orang-orang yang berfikiran sehat
merasakan hokum alam selaras dengan kodrat manusia.
2. Menurut Thomas Aquino : segala kejadian dalam ini di perintah dan
dikendalikan oleh suatu UU abadi ( lex eterna) yang menjadi dasar
kekuasaan dari semua peraturan lainnya lex aterna = kehendak
pikiran tuhan yang menciptakan dunia ini.
3. Menurut Thomas Aquino pula hokum alam memuat dua azas yaitu :
- azas umum ( principia prima) : azas yang dengan sendirinya
dimiliki manusia sejak lahir dan mutlak diterima ( contoh :
berbuat baik) .
- azas diturunkan dari azas umum ( principia secundaria) : azas
yang merupakan tapsiran dari principia prima yang dilakukan
manusia
4. Teori Sejarah ( fried cral vo savigny 1779-1861) hokum itu
penjelmaan jiwa / rohani manusia , hokum bukan disusun / diciptakan
manusia tetapi tumbuh sendiri ditengah rakyat dan akan mati bila
suatu bangsa kehilangan kepribadiannya
5. Teori Teokrasi : teori ini mendasarkan kekuatan hokum itu atas
kepercayaan pada tuhan , manusia di perintahkan tuhan harus tunduk
pada hokum . Tujuan dan legitimasi hokum dikaitkan dengan
kepercayaan agama
6. Teori Kedaulatan Rakyat : ( Rousseau) : akal dan rasio manusia ,
sebagaimana aliran rasionalisme , raja atau penguasa Negara
memperoleh kekuasaan bukan dari tuhan tetapi dari rakyatnya melalui
suatu perjanjian masyarakat ( kontrak social ) yang diadakan antara
anggota masyarakat untuk mendirikan Negara

7
7. Teori Kedaulatan Negara ( Hans kelsen) ; hukum ditaati karena
Negara menghendakinya , hukum adalah kehendak Negara dan
Negara punya kekuasaan tak terbatas
8. Teori Kedaulatan Hukum ( prof. Mr. Crabe , Hugo De Groot, Imanuel
Kant & Leon Duguit ) : sumber hukum itu rasa keadialan hukum
hanyalah apa yang memenuhi rasa keadilan dari jumlah terbanyak
orang, tidak dapat mengikat peraturan demikian bukanlah hukum ,
walaupun masih ditaati atau pun dipaksakan.
9. Teori Keseimbangan ( prof. Mr. R. Kranenburg) : kesadaran hukum
orang menjadi sumber hukum , hukum itu berfungsi menurut suatu
dalil yang nyata

D. FUNGSI HUKUM ALAM


Menurut Soedjono Dirdjosisworo dalam Ishaq, fungsi hukum alam
terhadap hukum positif adalah sebagai berikut:
1. Hukum alam sebagai sarana koreksi bagi hukum positif.
2. Hukum alam menjadi inti hukum positif seperti hukum
internasional.
3. Hukum alam sebagai pembenaran hak asasi manusia.

Menurut Friedman dalam Satjipto Rahardjo, fungsi hukum alam


adalah sebagai berikut:
1. Instrumen utama pada saat hukum perdata Romawi kuno
ditransformasikan menjadi suatu sistem internasional yang luas.
2. Menjadi senjata yang dipakai oleh kedua pihak (pihak gereja dan
pihak kerajaan) dalam pergaulan mereka.
3. Keabsahan hukum internasional ditegakkan atas nama hukum alam.
4. Menjadi tumpuan pada saat orang melancarkan perjuangan bagi
kebebasan individu berhadapan dengan absolutisme.
5. Dijadikan senjata para hakim di Amerika, pada saat memberikan
tafsiran terhadap konstitusi mereka, dengan menolak campur
tangan negara melalui perundang-undangan yang ditujukan untuk
melakukan pembatasan ekonomi.

E. KEKUATAN DAN KELEMAHAN HUKUM ALAM

8
Prinsip utama hukum alam adalah hukum tersebut bersifat
universal. Nilai-nilai yang diajarkan dalam hukum alam berlaku bagi
semua pihak, tidak berubah karena kaitannya dengan alam. Unversalitas
tersebut menjadi kekuatan hukum alam, karena ia menjadi ukuran validitas
hukum positif.
Hukum alam dapat digunakan sebagai landasan dalam melakukan
kritik terhadap keputusan-keputusan dan peraturan-peraturan, dan bahkan
mengkritik hukum. Universalitas ini terlihat pada pemberlakuan nilai-nilai
(values) dan moral, yakni dengan nilai-nilai yang diturunkan dari Tuhan,
yang secara filosofis menjadi acuan bagi pembentukan hukum positif.
Dengan kekuatan tersebut, hukum alam dapat memberikan jawaban atas
persoalan-persoalan moral yang tidak dapat diselesaikan oleh hukum masa
kini.
Namun demikian, universalitas tersebut juga menjadi kelemahan
dari hukum alam sendiri. Karena sifatnya yang universal, maka perlu
untuk dilakukan positivisasi nilai-nilai dalam hukum alam tersebut, agar
secara konkrit dapat diketahui bentuk hukumnya untuk dapat diterapkan
dalam kehidupan sosial. Prinsip-prinsip dalam hukum alam bersifat
abstrak, sehingga perlu di-breakdown atau diterjemahkan ke dalam
peraturan yang lebih konkrit.
Mengacu pada Struktural-Fungsional (Talcott Parson), secara
singkat dapat dikatakan bahwa kekuatan hukum alam adalah pada nilai-
nilainya (the values) dan kelemahannya adalah pada kekuatan berlakunya
(the energy)

F. SUMBER KEILMUAN
sumber keilmuan merupakan cabang filsafat yang membicarakan
tentang sumber pengetahuan dan bagaimana cara menmperoleh
pengetahuan itu, adalah teori pengetahuan yang memiliki landasan teori
ontologis, epistemiologis dan aksiologis.
Jujun S.Suriasumantri berpandangan bahwa hakikat keilmuan atau
sumber keilmuan memiliki tiga landasan fisologis yaitu :
1. Ontologi

9
Ontologi atau biasa disebut metafisika umum membahas segala
sesuatu yang ada secara menyeluruh dan sekaligus. Pembahasan itu
dilakukan dengan membedakan dan memisahkan eksistensi yang
sesungguhnya dari penampakan atau penampilan eksistensi itu.
Pertanyaan-pertanyaan ontologis yang utama dan paling sering diajukan
adalah sebagai berikut: Apakah realitas itu ada yang begitu beraneka
ragam dan berbeda-beda pada hakikatnya satu atau tidak ? Apabila
memang benar satu, apakah gerangan yang satu ini ? Apakah eksistensi
yang sesungguhnya dari segala sesuatu yang ada itu merupakan realitas
yang tampak atau tidak ?
Ada tiga teori ontologis yang terkenal.
a. Idealisme yaitu teori yang mengajarkan bahwa ada yang
sesungguhnya berada di dunia ide. Segala sesuatu yang
tampak dan mewujud nyata dalam alam indrawi hanya
merupakan gambaran atau bayangan dari yang
sesungguhnya,yang berada di dunia ide. Dengan kata lain
realitas yang sesungguhnya bukalah yang kelihatan,
melainkan yang tidak kelihatan.
b. Materialisme,menolak hal-hal yang tidak kelihatan. Bagi
materialisme, ada yang sesungguhnya adalah adalah yang
keberadaannya semata-mata bersifat material atau
bergantung pada material. Jadi, realitas yang sesungguhnya
adalah alam kebendaan, dan segala sesuatu yang mengatasi
alam kebendaan itu haruslah dikesampingkan. Oleh sebab
itu, seluruh realitas hanya mungkin dijelaskan secara
materialistis.
c. Dualisme, mengajarkan bahwa substansi individual terdiri
dari dua tipe fundamental yang berbeda dan tak dapat
direduksikan kepada yang lainnya. Kedua tipe fundamental
dari substansi itu ialah material dan mental. Dengan
demikian, dualisme mengakui bahwa realitas terdiri dari

10
materi atau yang ada secara fisis dan mental atau yang
beradanya tidak kelihatan secara fisis.

2. Epostimologi
Epostimologi adalah suatu landasan filsafat yang bersangkut paut
dengan teori pengetahuan.
Etimologis, istilah epostimologi berasal dari bahasa Yunani
yangterdiri dari dua kata, yaitu episteme (pengetahuan) dan logos
(kata,pikiran,percakapan, atau ilmu).Jadi, epostimologi bararti kata,
pikiran,percakapan tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan.
Secara tradisional, yang menjadi pokok persoalan dalam
epostimologi ialah sumber, asal mula, dan sifat dasar pengetahuan;
bidang, batas, dan jangkauan pengetahuan; serta validitas dan
realiabilitas (reability) dari berbagai klaim terhadap pengetahuan. Oleh
sebab itu, rangkaian pertanyaan yang biasa diajukan untuk mendalami
permasalahan yang dipersoalkan di dalam epostimologi adalah sebagai
berikut: Apakah pengetahuan itu ? Apakah yang menjadi sumber dan
dasar pengetahuan ? Apakah pengetahuan itu berasal dari pengamatan,
pengalaman, atau akal budi ? Apakah pengetahuan itu adalah kebenaran
yang pasti ataukah hanya merupakan dugaan ?
Di dalam epostimologi, ada beberapa teori kesahihan pengetahuan,
antara lain teori kesahihan koherensi, teori kesahihan korespondensi,
teori kesahihan pragmatis, teori kesahihan semantic, dan teori kesahihan
logical yang berlebih lebihan.

3. Aksiologi
Aksiologi berasal dari kata axios dan logos. Axios artinya
nilai atau sesuatu yang berharga, logos artinya teori, maka arti dari
aksiologi adalah teori nilai.
Aksiologi membahas masalah nilai, penyelidikan mengenai kodrat,
kriteria dan status metafisik dari nilai.
Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di ambang kemajuan yang
mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri.
Jadi ilmu bukan saja menimbulkan gejala dehumanisasi namun
bahkan kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau

11
dengan perkataan lain, ilmu bukan lagi merupakan sarana yang
membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun juga menciptakan
tujuan hidup itu sendiri.
Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapi ekses ilmu
dan teknologi yang bersifat merusak ini para ilmuwan terbagi ke dalam
dua golongan pendapat. Golongan pertama menginginkan bahwa ilmu
harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun
aksiologis. Dalam hal ini tugas ilmuwan adalah menemukan pengetahuan
dan terserah kepada orang lain untuk memperlakukannya; apakah
pengetahuan itu dipergunakan untuk tujuan yang baik,
ataukahdipergunakan untuk tujuan yang buruk. Golongan kedua
sebaliknya berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai
hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam
penggunaannya, bahkan pemilihan obyek penelitian, maka kegiatan
keilmuan harus berlandaskan asas-asas moral.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari uraian uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa


Hukum alam sesungguhnya merupakan suatu konsep yang mencakup

12
banyak teori didalamnya. Berbagai anggapan dan pendapat yang
dikelompokkan ke dalam hukum alam bermunculan dari masa ke
masa.Mempelajari sejarah hukum alam, maka kita akan mengkaji sejarah
manusia yang berjuang untuk menemukan keadilan yang mutlak di dunia
ini serta kegagalan-kegagalannya. Pada suatu saat hukum alam muncul
dengan kuatnya, pada saat yang lain ia diabaikan, tetapi yang pasti hukum
alam tidak pernah mati. Sedangkan Hukum keilmuan atau sumber
keilmuan yang khusus berkenaan dengan penggunaannya dalam bahasa
indonesia, terlebih dahulu ada beberapa pengertian yang perlu diperjelas
berkenaan dengan istilah ilmu. Dal;am banyak hal, untuk menyatakan
bentuk pengetahuan yang disebut ilmu, dalam bahasa indonesia digunakan
dalam bahasa ilmu pengetahuan.selanjutnya dalam bahasa arab kata :
ilmun, dan ilmiyah, kata ilm artinya ilmu dan kata ilmiyayyah artinya
ilmiah ataun memiliki sifat sebagai ilmu, yang memiliki tiga landasan
fisologi yaitu antologis, epistemologis dan aksiologis.

DAFTAR PUSTAKA

Adib, Mohammad, Filsafat Ilmu; Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu
Pengetahuan, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
AM, Suhar, Filsafat Umum; Konsepsi Sejarah dan Aliran, Jakarta: Gaung Persada Pers,
2009.
Anshari, Endang Saifuddin. Ilmu, Filsafat dan Agama Surabaya: PT Bina Ilmu. 1987.
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010.
Balashov, Yuri and Alex Rosenberg, Philosophy of Science, London: Routledge, 2002.

13
Gie, The Liang. Pengantar Filsafat Ilmu. Jogjakarta: Liberty. 2004.
Kattsof, Louis O., Pengantar Filsafat, terj. Soejono Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995.
Losse, John, A Historical Introduction to The Pjilosophy of Science, London: Oxford
University Press, 1972.
Maksum, Ali, Pengantar Filsafat; Dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2008.
Maksum, Ali. Pengantar Filsafat. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2008 cet. I.
Marcum, James A., Thomas Kuhn Revolution; An Historical Philosophy of Science,
London: Continuum, 2005.
Muntasyir, Rizal dan Misnal Munir, Filsafat ilmu, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Partanto, Pius A dan M. Dahlan al Barry. Kamus Ilmiah Populer Surabaya: Arkola. 1994.
Ravertz, Jerome R., Filsafat Ilmu; Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, Jogjakarta:
Pustaka Pelajar, 2009.
Richards, Steward, Philosophy an Sociology of Science; An Introduction, Oxford: TJ
Press Ltd, 1983.
Suhartono, Suparlan, Dasar-dasar Filsafat, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2005.
Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2003.
Susanto. Filsafat Ilmu ; Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan
Aksiologis. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2001.
Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum; Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2005. Cet XIV.
Zucker, Arthur, Introduction to Philosophy of Science, New Jersey: Printice-Hall, 1996.

14

You might also like