You are on page 1of 15

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Hj Masni
Umur : 59 tahun
Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Tanggal MRS : 30/1/2016

II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Dada berdebar-debar
2. Anamnesis :
Pasien merasakan dada berdebar-debar sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit.
Nyeri dada (-). Pusing (-). Demam (-). Mual/muntah (-/-). Sesak nafas (-).
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat DM : Tidak ada
- Riwayat asma : (-)
- Riwayat Hipertensi : (+)
3. Riwayat Kebiasaan :
- Riwayat Merokok : Disangkal
- Riwayat Minum Alkohol : Disangkal
-
III. PEMERIKSAAN FISIS
Status generalis
Sakit sedang / gizi baik / compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah: 280/170 mmHg
Nadi: 138 kali per menit
Pernapasan : 24 kali per menit
Suhu: 36,5 C
SpO2 : 99%
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Mata : Anemis (-), ikterus (-)
Bibir : Sianosis (-)
Pemeriksaan Thoraks
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor kiri dan kanan.
Auskultasi : BP: bronkovesikular, bunyi tambahan: ronchi -/-, wheezing -/-
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Ictus cordis jantung tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis jantung tidak teraba
Perkusi : Batas jantung kanan di garis parasternalis, dan batas jantung kiri
di linea midaksilaris kiri
Auskultasi : BJ: S I/II regular, bising jantung (-)
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani (+)
Pemeriksaan Ekstremitas
Edema +/+ Kelemahan tungkai -/-
+/+

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
WBC 10,1 [10^3/mm3] 4.0 - 11.0
RBC 4.97 [10^6/mm3] 4.0 - 5.50
HGB 13,6 g/dL 12.0 15.0
HCT 43 % 35.0 47.0
PLT 303 [10^3/mm3] 150 -
400

b. EKG
30/1/2016 (23.46)

Interpretasi
Kesimpulan : Sinus Rhytm, HR 150 bpm, takikardi
V. DIAGNOSA
Hipertensi urgensi
VI. TERAPI
- IVFD ns asnet
- Inj. furosemid 1 x 1 amp
- Amlodopin 1 x 10 mg
- Candesartan 1 x 16 mg
- Digoxin 1 x tab
- Alpraxolam 1 x 0,5 mg
BAB II
PEMBAHASAN

A. HIPERTENSI
1. DEFINISI
Hipertensi merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan suatu kondisi
peningkatan tekanan darah dari normal. Klasifikasi hipertensi penting adanya untuk penentuan
diagnosis dan kebijakan praktisi dalam penanganan tekanan darah tinggi yang optimal mengingat
komplikasi yang ditimbulkan.
2. KLASIFIKASI HIPERTENSI
Menurut JNC 7, tekanan darah dibagi dalam 4 klasifikasi yakni normal, pre-hipertensi,
,hipertensi stage 1, dan hipertensi stage 2 (Tabel 1). Klasifikasi ini berdasarkan pada nilai rata-
rata dari dua atau lebih pengukuran tekanan darah yang baik, yang pemeriksaannya dilakukan
pada posisi duduk dalam setiap kunjungan berobat.
Tabel.1 Klasifikasi dan Penanganan Tekanan Darah Tinggi pada Orang Dewasa
Klasifikasi Tekanan Tekanan Modifikasi Obat Awal
Tekanan Darah Darah Gaya Tanpa indikasi Dengan
Darah Sistolik Diastoli Hidup Indikasi
(mmhg) k
(mmhg)
Normal <120 < 80 Anjuran Tidak perlu Gunakan obat
Pre Hipertensi 120 139 80 89 Ya menggunakan obat yang spesifik
anti hipertensi dengan indikasi
(risiko)
Hipertensi 140 159 90 99 Ya Untuk semua kasus Gunakan obat
Stage I gunakan diuretik yang spesifik
jenis thiazide dengan dengan indikasi
pertimbangan ACEi, (risiko).
ARB, BB, CCB, Kemudian
atau kombinasikan tambahkan
Hipertensi 160 100 Ya Gunakan kombinasi
dengan obat
Stage II 2 obat ( biasanya
anti hipertensi
diuretik jenis
(diuretik,
thiazide) dan
ACEi, ARB,
ACEi/ARB/BB/CC
BB, CCB)
B
seperti yang
dibutuhkan
Pasien dengan pre-hipertensi memiliki resiko dua kali lipat untuk berkembang menjadi
hipertensi. Dimana berdasarkan dari tabel tersebut, diakui perlu adanya peningkatan edukasi pada
tenaga kesehatan dan masyarakat mengenai modifikasi gaya hidup dalam rangka menurunkan
dan mencegah perkembangan tekanan darah ke arah hipertensi. Modifikasi gaya hidup
merupakan salah satu strategi dalam pencapaian tekanan darah target, mengingat hipertensi
merupakan salah satu penyakit degeneratif yang disebabkan oleh perilaku gaya hidup yang salah.
3. FAKTOR RISIKO HIPERTENSI
Faktor risiko terjadinya hipertensi yaitu, sebagai berikut :
Usia
Risiko terjadinya hipertensi meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Pada usia pertengahan,
laki laki lebih berisiko untuk mengalami hipertensi sedangkan wanita lebih berisiko untuk
mengalami hipertensi setelah menopause.
Ras
Hipertensi lebih sering terjadi pada ras hitam, seringkali terjadi pada usia muda jika dibandingkan
dengan ras kulit putih. Komplikasi serius, seperti stroke dan serangan jantung, lebih sering terjadi
pada ras kulit hitam.
Riwayat keluarga
Overweight atau obesitas
Individu dengan overweight dan obesitas memiliki risiko untuk mengalami hipertensi. Semakin
tinggi berat badan seseorang, semakin besar pasokan darah yang diperlukan untuk mencukupi
kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan. Seiring dengan peningkatan volume yang melalui
pembuluh darah, maka tekanan pada dinding kapiler pun meningkat.
Kurang aktif bergerak.
Individu yang kurang aktif secara fisik memiliki kecenderungan memiliki denyut jantung lebih
tinggi. Semakin tinggi detak jantung, semakin berat jantung harus bekerja di setiap kontraksi dan
semakin kuat tekanan pada arteri. Selain itu, kurang aktivitas fisik meningkatkan risiko
kegemukan.
Merokok
Merokok tidak hanya akan meningkatkan tekanan darah sementara tetapi zat kimia yang
terkandung di dalamnya akan merusak permukaan dinding arteri, hal ini akan menyebabkan arteri
akan menyempit, dan tekanan darah akan meningkat.
Diet tinggi garam ( sodium)
Diet tinggi garam dapat menyebabkan retensi cairan tubuh yang akan meningkatkan tekanan
darah.
Diet kurang potasium
Potasium membantu menyeimbangkan kadar sodium dalam sel. Diet kurang potasium akan
menyebabkan akumulasi sodium dalam darah.
Diet kurang vitamin D
Mekanisme defisiensi vitamin D dengan peningkatan tekanan darah belum sepenuhnya
dimengerti. Vitamin D diduga berefek pada enzim yang diproduksi oleh ginjal yang akan
mempengaruhi tekanan darah.
Alkohol
Mengkonsumsi banyak alkohol dapat menyebabkan tubuh melepaskan hormon yang dapat
meningkatkan tekanan darah dan detak jantung.
Stres
Penyakit kronik
Individu yang menderita kolesterol, diabetes, penyakit ginjal kronik dan sleep apneu berisiko
untuk mengalami hipertensi

4. PATOFISIOLOGI HIPERTENSI
Patogenesis hipertensi esensial multifaktorial dan sangat kompleks. Berbagai faktor
mempengaruhi tekanan darah dalam tubuh dalam rangka mempertahankan perfusi jaringan,
termasuk di dalamnya mediator humoral, reaktivitas vaskular, volume darah yang bersirkulasi,
diameter pembuluh darah, viskositas darah, cardiac output, elastisitas pembuluh darah dan
stimulasi neural.
Proses terjadinya hipertensi esensial dimulai dari suatu proses peningkatan tekanan darah
yang asimptomatik yang berkembang menjadi hipertensi persisten dimana terjadi kerusakan pada
aorta dan arteri arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan sistem saraf pusat. Progresivitas dimulai
dari suatu kondisi prehipertensi pada individu sekitar usia 10 30 tahun yang berkembang
menjadi awal hipertensi di usia 20 40 tahun, menjadi hipertensi yang nyata pada usia 30 40
tahun dan mulai muncul komplikasi pada usia 40 60 tahun.
5. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
Modifikasi gaya hidup

Target tekanan darah tidak


terpenuhi (<140/90 mmHg) atau
(<130/80 mmHg pada pasien DM,
penyakit ginjal kronik, 3 faktor
risiko atau adanya
penyakit) ))penyerta tertentu)

Obat antihipertensi inisial

Dengan indikasi khusus Tanpa indikasi khusus

Obat-obatan untuk Hipertensi tingkat I Hipertensi


indikasi khusus tersebut tingkat II
ditambah obat (sistolik 140-159 mmHg
antihipertensi (diuretik atau diastolik 90-99 (sistolik 160 mmHg
ACEi, BB, CCB) mmHg) atau diastolik
>100 mmHg)
Diuretik golongan
Tiazide. Dapat Kombinasi dua
dipertimbangkan obat. Biasanya
pemberian ACEi, BB, diuretik dengan
CCB atau kombinasi) ACEi atau BB atau
CCB

Target tekanan darah


tidak terpenuhi

Optimalkan dosis obat atau


berikan tambahan obat
antihipertensi lain.
Pertimbangkan untuk konsultasi
dengan dokter spesialis.

1. Modifikasi Gaya Hidup


Modifikasi gaya hidup yang sehat oleh semua pasien hipertensi merupakan suatu cara
pencegahan tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak terabaikan dalam penanganan
pasien tersebut. Modifikasi gaya hidup memperlihatkan dapat menurunkan tekanan darah yang
meliputi penurunan berat badan pada pasien dengan overweight atau obesitas. Berdasarkan pada
DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension), perencanaan diet yang dilakukan berupa
makanan yang tinggi kalium dan kalsium, rendah natrium, olahraga, dan mengurangi konsumsi
alkohol. Modifikasi gaya hidup dapat menurunkan tekanan darah, mempertinggi khasiat obat anti
hipertensi, dan menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler. Sebagai contohnya adalah konsumsi
1600 mg natrium memiliki efek yang sama dengan pengobatan tunggal. Kombinasi dua atau
lebih modifikasi gaya hidup dapat memberikan hasil yang lebih baik. Berikut adalah uraian
modifikasi gaya hidup dalam rangka penanganan hipertensi (Tabel 2).
Tabel 2. Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi Rekomendasi Perkiraan
Penurunan
Tekanan Darah
Sistolik (Skala)
Menurunkan Berat Memelihara Berat Badan Normal ( Indeks 5 20 mmhg/ 10 kg
Badan Massa Tubuh 18.5 24.9 kg/m2) penurunan berat
badan
Melakukan pola diet Mengkonsumsi makanan yang kaya 8 14 mmhg
berdasarkan DASH dengan buah buahan, sayuran, produk
makanan yang rendah lemak, dengan kadar
lemak total dan saturasi yang rendah
Diet rendah natrium Menurunkan intake Garam sebesar 2 8 2 8 mmhg
mmhg tidak lebih dari 100 mmol per hari
(2.4 gram Na atau 6 gram garam)
Olahraga Melakukan kegiatan aerobik fisik secara 4 9 mmhg
teratur, seperti jalan cepat ( paling tidak 30
menit per hari, setiap hari dalam seminggu)
Membatasi Penggunaan Membatasi konsumsi alkohol tidak lebih 2 4 mmhg
alkohol dari 2 gelas ( 1 oz atau 30 ml ethanol ;
misalnya 24 oz bir, 10 oz anggur atau 3 oz
80 whiski) per hari pada sebagian besar
laki laki dan tidak lebih dari 1 gelas per
hari pada wanita dan laki laki yang lebih
kurus

2. Terapi Farmakologi
Terdapat beberapa data hasil percobaan klinik yang membuktikan bahwa semua kelas
obat antihipertensi, seperti angiotensin converting enzim inhibitor (ACEI), angiotensin reseptor
bloker (ARB), beta-bloker (BB), kalsium chanel bloker (CCB), dan diuretik jenis tiazide, dapat
menurunkan komplikasi hipertensi yang berupa kerusakan organ target. Diuretik jenis tiazide
telah menjadi dasar pengobatan antihipertensi pada hampir semua hasil percobaan. Percobaan-
percobaan tersebut sesuai dengan percobaan yang telah dipublikasikan baru-baru ini oleh
ALLHAT (Anti hipertensive and Lipid Lowering Treatment to Prevent Heart Attack Trial), yang
juga memperlihatkan bahwa diuretik tidak dapat dibandingkan dengan kelas antihipertensi
lainnya dalam pencegahan komplikasi kardiovaskuler. Selain itu, diuretik meningkatkan khasiat
penggunaan regimen obat antihipertensi kombinasi, yang dapat digunakan dalam mencapai
tekanan darah target, dan lebih bermanfaat jika dibandingkan dengan agen obat antihipertensi
lainnya. Obat diuretik jenis tiazide harus digunakan sebagai pengobatan awal pada semua pasien
dengan hipertensi, baik penggunaan secara tunggal maupun secara kombinasi dengan satu kelas
antihipertensi lainnya (ACEI, ARB, BB, CCB) yang memperlihatkan manfaat penggunaannya
pada hasil percobaan random terkontrol.
Jika salah satu obat tidak dapat ditoleransi atau kontraindikasi, sedangkan kelas lainnya
memperlihatkan khasiat dapat menurunkan resiko kardiovaskuler, obat yang ditoleransi tersebut
harus diganti dengan jenis obat dari kelas berkhasiat tersebut. Sebagian besar pasien yang
mengidap hipertensi akan membutuhkan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mendapatkan
sasaran tekanan darah yang seharusnya. Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda harus
dilakukan ketika penggunaan obat tunggal dengan dosis adekuat gagal mencapai tekanan darah
target. Ketika tekanan darah lebih dari 20/10mmHg di atas tekanan darah target, harus
dipertimbangkan pemberian terapi dengan dua kelas obat, keduanya bisa dengan resep yang
berbeda atau dalam dosis kombinasi yang telah disatukan (tabel 3). Pemberian obat dengan lebih
dari satu kelas obat dapat meningkatkan kemungkinan pencapaian tekanan darah target pada
beberapa waktu yang tepat, namun harus tetap memperhatikan resiko hipotensi ortostatik
utamanya pada pasien dengan diabetes, disfungsi autonom, dan pada beberapa orang yang
berumur lebih tua. Penggunaan obat-obat generik harus dipertimbangkan untuk mengurangi biaya
pengobatan.

Tabel 3. Daftar obat Anti hipertensi


Kelas Obat (nama generik) Dosis Frekuensi
Penggunaan penggunaan
(mg./ hari) per hari
Diuretik Thiazide - Klortihiazide 125 500 1-2
- Chlortalidone
12,5 25 1
- Hidrochlorthiazide
- Polythiazide 12,5 50 1
- Indapamide
24 1
- Metalazone
1,25 2,5 1
0,5 0,1 1
Loop diuretic - Bumetanide 0,5 1 2
- Furosemide
20 80 2
- Tosemid
2,5 10 1
Diuretik hemat kalium - Amiloride 5 10 12
- Triamterene
50 100 12
Aldosteron Reseptor - Eplerenone 50 100 1
- Spironolakton
blocker 25 50 1
Beta blocker - Atenolol 25 100 1
- Betaxolol
5 20 1
- Bisoprolol
- Metaprolol 2,5 10 1
- Metoprolol
50 100 12
- Nadolod
- Propanolol 50 100 1
- Propanolol long acting
40 120 1
- Timolol
40 160 2
60 180 1
20 40 2
Beta blocker aktivitas - Acebutolol 200 800 2
- Penbutolol
simpatomimetik 10 40 1
- Pindolol
10 40 2
Kombinasi Alfa dan - Carvedilol 12,5 50 2
- Labetalol
Beta Blocker 200 800 2
ACEi - Benazepril 10 40 1
- Captopril
25 100 2
- Enalapril
- Fosinopril 5 40 12
- Lisinopril
10 40 1
- Moexipril
- Perindopril 10 40 1
- Quinapril
7,5 30 1
- Ramipril
- Trandolapril 48 1
10 80 1
2,5 20 1
14 1
Angiotensinogen II - Candesartan 8 32 1
- Eprosartan
Antagonis 400 -800 12
- Irbesartan
- Losartan 150 300 1
- Olmesartan
25 100 12
- Telmisartan
- Valsartan 20 40 1
20 80 1
80 320 12
CCB Non - Diltiazem extended 180 240 1
Dihidropiridin release
- Verapamil immediate
80 320 2
release
- Verapamil long acting
- Verapamil 120 480 12
120 360 1
CCB Dihidropiridin - Amlodipine 2,5 10 1
- Felodipine
2,5 20 1
- Isradipine
- Nicardipine sustained 2,5 10 2
release 60 120 2
- Nifedipine long acting
- Nisoldipine
30 60 1
10 40 1
Alpha 1 Bloker - Doxazosin 1 16 1
- Prazosin
2 20 23
- Terazosin
1 20 12
Alpha 2 Agonis - Clonidine 0,1 0,8 2
- Clonidine patch
sentral dan obat 0,1 0,3 1 Minggu
- Methyldopa
lainnya yang bekerja - Reserpin 250 1000 2
- Guanfacine
sentral 0,1 0,25 1
0,5 2 1
Vasodilator langsung - Hydralazine 25 100 2
- Minoxidil 2,5 80 12

Saat obat antihipertensi telah diberikan, pasien diharuskan kembali untuk follow up paling
tidak dalam interval sebulan sekali sampai tekanan darah target tercapai. Kunjungan yang lebih
sering dibutuhkan untuk pasien dengan kategori hipertensi stage 2 atau jika disertai dengan
komplikasi penyakit penyerta. Pemeriksaan kadar serum kalium dan kreatinin harus dilakukan
paling tidak sebanyak 1-2 kali per tahun. Setelah tekanan darah mencapai target dan stabil, follow
up dan kunjungan harus dilakukan dalam interval 3-6 bulan sekali. Penyakit penyerta seperti
gagal jantung, dan diabetes dapat mempengaruhi frekuensi jumlah kunjungan. Faktor resiko
penyakit kardiovaskuler lainnya harus diobati untuk mendapatkan nilai tekanan darah target, dan
penghindaran penggunaan tembakau harus dilakukan. Penggunaan aspirin dosis rendah dilakukan
hanya ketika tekanan darah terkontrol, oleh karena resiko stroke hemoragik yang meningkat pada
pasien dengan hipertensi tidak terkontrol.
6. KOMPLIKASI
Hipertensi merupakan penyakit primer yang memerlukan penanganan yang tepat sebelum
berkomplikasi ke penyakit lainnya seperti gagal jantung, infark miokard, penyakit jantung
koroner, dan penyakit ginjal yang akhirnya dapat berakhir pada kerusakan organ. Keadaan
hipertensi yang disertai dengan penyakit penyerta ini membutuhkan obat antihipertensi yang tepat
yang berdasarkan pada beragam hasil percobaan klinis. Penanganan dengan kombinasi obat
kemungkinan dibutuhkan. Penentuannya disesuaikan dengan penilaian pengobatan sebelumnya,
tolerabilitas obat serta tekanan darah target yang harus dicapai.
B. KRISIS HIPERTENSI
1. DEFINISI

Krisis hipertensi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak ( sistol
180 mmhg dan atau diastol 120 mmhg), pada penderita hipertensi, yang membutuhkan
penanggulangan segera.
2. KLASIFIKASI

1. Hipertensi Emergensi
Kenaikan tekanan darah mendadak yang disertai kerusakan organ target yang progresif
disebut hipertensi emergensi. Pada keadaan ini diperlukan tindakan penurunan tekanan
darah yang segera dalam kurun waktu menit/jam.
2. Hipertensi urgensi
Kenaikan tekanan darah mendadak yang tidak disertai kerusakan organ target disebut
hipertensi urgensi. Penurunan tekanan darah pada keadaan ini harus dilaksanakan dalam
kurun waktu 24 48 jam.
Tabel I : Hipertensi emergensi ( darurat )
TD Diastolik > 120 mmHg disertai dengan satu atau lebih kondisi akut.
Pendarahan intra pranial, ombotik CVA atau pendarahan subarakhnoid.
Hipertensi ensefalopati.
Aorta diseksi akut.
Oedema paru akut.
Eklampsi.
Feokhromositoma.
Funduskopi KW III atau IV.
Insufisiensi ginjal akut.
Infark miokard akut, angina unstable.
Sindroma kelebihan Katekholamin yang lain :
- Sindrome withdrawal obat anti hipertensi.
- Cedera kepala.
- Luka bakar.
- Interaksi obat.

Tabel II : Hipertensi urgensi ( mendesak )

Hipertensi berat dengan TD Diastolik > 120 mmHg, tetapi dengan minimal atau
tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak dijumpai keadaan pada tabel I.
KW I atau II pada funduskopi.
Hipertensi post operasi.
Hipertensi tak terkontrol / tanpa diobati pada perioperatif.

Kedua jenis krisis hipertensi ini perlu dibedakan dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik,
karena baik faktor risiko dan penanggulangannya berbeda.
3. FAKTOR RISIKO

Individu yang berisiko untuk mengalami krisi hipertensi adalah, sebagai berikut:
Penderita hipertensi yg tidak meminum obat atau minum obat anti hipertensi
Kehamilan
Penggunaan NAPZA
Penderita dengan rangsangan simpatis yg tinggi seperti luka bakar berat, phaechromocytoma,
penyakit kolagen, penyakit vaskuler, trauma kepala.
Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal
4. TATALAKSANA KRISIS HIPERTENSI

Penalatalaksanaan krisis hipertensi sebaiknya dilakukan di rumah sakit, namun dapat


dilaksanakan di tempat pelayanan primer sebagai pelayanan pendahuluan dengan pemberian obat
anti hipertensi oral.
Tabel 4. Obat obat yang digunakan di Indonesia
Obat Cara pemberian Farmakologi Dosis
ACE inhibitor Sublingual, Oral Mulai kerja : 6,25 50
(dikunyah, diisap) SL: 10 -15 menit mg/kali
Oral: 15 30 menit
Efek Maksimal :
SL : 60 menit
Oral : 1 2 jam
Lama kerja : 8 jam
Central Alpha Oral Mulai kerja : 30 60 75 150
Agonis menit g/kali/jam
Efek Maksimal : 2 Total 900 g
4 jam
Lama kerja : 3 12
jam
Calcium Oral ( dikunyah, Mulai kerja : 5 20 Obat alternatif
Channel ditelan) menit bila obat lain
Blocker Efek maksimal : 30 tidak ada.
60 menit Kontraindikasi
Lama kerja : 2 6 pada kasus
jam krisis
hipertensi
dengan
gangguan otak
dan iskemia
jantung

5. TATALAKSANA HIPERTENSI EMERGENSI

1. Penanggulangan hipertensi emergensi harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas


pemantauan yang memadai
2. Pengobatan parenteral diberikan secara bolus atau infus sesegera mungkin
3. Tekanan darah harus diturunkan dalam hitungan menit sampai jam dengan langkah,
sebagai berikut :
a. 5 menit s/d 120 menit pertama tekanan darah rata rata ( mean arterial blood
pressure) diturunkan 20 25 %
b. 2 s/d 6 jam kemudian tekanan darah diturunkan sampai 160 / 100 mmhg
c. 6 24 jam berikutnya diturunkan sampai < 140 / 90 mmhg bila tidak ada gejala
iskemia organ.
6. TATALAKSANA HIPERTENSI URGENSI
1. Penurunan tekanan darah dalam waktu beberapa jam sampai 24 jam pertama dengan
obat-obat hipertensi oral.
2. Beberapa obat oral dapat menurunkan tekanan darah dalam 30 menit sampai beberapa
jam
3. Obat-obat yang menjadi pilihan utama dalam tatalaksana adalah :
Clonidin : loading dose 0,1 - 0,2 mg dapat ditambah 0,1 mg tiap
jam, maksimal 0,6 mg
Nifedipin/Amlodipin : 10 mg, dapat diulang 30 menit jika belum ada efek
( per oral, buccal, sub lingual )
Captopril : 25 - 50 mg

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo, Aru W. et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed V. PAPDI: Jakarta.
2. Thaler, Malcolm S. 2000. Satu-satunya buku EKG yang Anda Perlukan. Hipokrates:
Jakarta.
3. PERKI. 2004. Tatalaksana Sindroma Koroner Akut tanpa ST-Elevasi.
4. PERKI. 2004. Tatalaksana Sindroma Koroner Akut dengan ST-Elevasi.
5. Wasid, H.A. 2003. Konsep Baru Penanganan Sindrom Koroner Akut.

You might also like