Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebijakan otonomi daerah yang efektif dilaksanakan sejak tahun 2001 telah
desentralisasi dan otonomi daerah diartikulasikan oleh daerah hanya terfokus pada usaha
ini ternyata belum cukup efisien dalam meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat, yang terjadi justru sebaliknya, pemahaman semacam ini memunculkan ekses
negatif berupa timbulnya rasa sentimen primordial, konflik antar daerah, konflik antar
penduduk, ekspoitasi sumberdaya alam yang berlebihan oleh suatu daerah tanpa
mempedulikan kemunginan terjadinya eksternalitas pada daerah lain serta munculnya ego
kedaerahan.
Oleh karena itu, kerjasama antar daerah diharapkan dapat menjadi satu jembatan yang
dapat mengubah potensi konflik kepentingan antar daerah menjadi sebuah potensi
kemampuan ekonomi daerah sebagai modal dasar pembangunan. Dengan otonomi daerah
potensi sumberdaya alam dan manusia di daerah telah terbagi-bagi berdasarkan wilayah
sumberdaya tersebut yang dilakukan oleh daerah tidak memenuhi aspek keekonomian. Salah
satu cara agar pengelolaan sumberdaya tersebut memenuhi aspek keekonomian maka
pengelolaannya harus dilakukan dengan cara bekerjasama dengan daerah lain terutama
dengan daerah-daerah yang saling berdekatan. Namun demikian, kerjasama antar daerah tidak
akan dapat berjalan dengan baik tanpa didasarkan atas kesadaran yang tinggi dari para
pelakunya bahwa mereka harus menghilangkan ego masing-masing daerah demi pencapaian
tujuan bersama.
B. TINJAUAN TEORI
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD
ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai
PEMBAHASAN
pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD
ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai
dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. APBD sendiri terdiri atas:
a. Anggaran pendapatan, terdiri atas
Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil
daerah.
c. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-
ekonomi. Peranan APBD sebagai pendorong dan salah satu penentu tercapainya target dan
sasaran makro ekonomi daerah diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan permasalahan
pokok yang merupakan tantangan dalam mewujudkan agenda masyarakat yang sejahtera dan
mandiri. Kebijakan pengelolaan APBD difokuskan pada optimalisasi fungsi dan manfaat
pendapatan, belanja dan pembiayaan bagi tercapainya sasaran atas agenda- agenda
pembangunan tahunan. Di bidang pengelolaan pendapatan daerah, akan terus diarahkan pada
peningkatan PAD. Untuk merealisasikan hal tersebut akan dilakukan upaya intensifikasi dan
ekstensifikasi dengan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan yang telah ada maupun
pendapatan daerah beberapa hal penting yang perlu dilakukan antara lain dengan
terhadap petugas pajak, dan mencari sumber-sumber pendapatan lainnya yang sesuai dengan
belanja daerah diarahkan untuk meningkatkan fungsi pelayanan kepada masyarakat, dengan
mengupayakan peningkatan porsi belanja pembangunan dan melakukan efisiensi pada belanja
aparatur. Dalam kaitannya dengan pembiayaan, akan terus diupayakan peningkatan penyertaan
modal pada beberapa badan usaha milik daerah agar dapat menghasilkan peningkatan PAD.
Selanjutnya disiplin dan efisiensi anggaran akan secara konsisten dipertahankan dan
melalui sumber selain pinjaman daerah, mengingat masih terbatasnya sumber pendapatan asli
daerah dan belum dinamisnya sektor industri maupun jasa sebagai basis penerimaan daerah.
Daerah Asal selanjutnya disebut pihak Pertama dengan Gubernur Daerah Tujuan
yang disebut Pihak ke Dua yang secara bersama-sama disebut Para Pihak.
Di dalam model Kesepakatan Bersama harus jelas disebutkan apa maksud dan
tujuannya.
Kesepakatan Bersama bidang ketransmigrasian merupakan payung bagi pelaksanaan
transmigrasi di Provinsi yang bersangkutan dan yang ditindak lanjuti dalam bentuk
jangka waktu berlakunya, apakah satu tahun atau dua tahun dan selebihnya.
Ruang lingkup Kesepakatan Bersama hanya memuat garis besar kegiatan yang
sumber pendanaannya, misalnya apakah biaya tersebut berasal dari APBN atau APBD
selanjutnya disebut pihak Pertama dengan Bupati/Wali Kota Daerah Tujuan yang
tujuannya, subjeknya jelas juga halnya objek yang dikerjasamakan. Objek yang
(Subjek kerjasama, objek kerjasama, ruang lingkup kerjasama, hak dan kewajiban
para pihak, jangka waktu kerjasama, pengakhiran kerjasama, keadaan memaksa dan
penyelesaian perselisihan).
Dalam Kerjasama Antar Daerah bidang ketransmigrasian harus sudah ditetapkan
jangka waktu berlakunya, apakah satu tahun atau dua tahun dan selebihnya.
Biaya yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan kerjasama antar daerah harus jelas
sumber pendanaannya misalnya apakah biaya tersebut berasal dari APBN atau APBD
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/58335/BAB%20III%20Metode
%20Penelitian.pdf?sequence=6
http://www.thedigilib.com/doc/81593-kerjasama-antar-daerah-dalam-penanganan-
migrasi-dan-persebaran-penduduk
http://bimakab.go.id/pages-anggaran-pendapatan-dan-belanja-daerah.html