You are on page 1of 6

Jurnal Anatomi Indonesia

VOLUME 01 Jurnal Anatomi No.


Indonesia, Vol.
01 Agustus 1, No.
20061, Agustus 2006 Halaman 19 - 24

Pemberian alkohol peroral secara kronis


menurunkan kepadatan sel granula
cerebellum pada tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan dewasa
Hendry Halim1, Fakhrurrazy#2 ,Yuliastuti3,
Dwi Cahyani Ratna Sari4 Rina Susilowati 5
1
Mahasiswa S1 Pendidikan Dokter, 2Mahasiswa S2 Ilmu Kedokteran Dasar,
3
Bagian Farmakologi dan Toksikologi, 4Bagian Anatomi, Embriologi dan Anthropologi,
5
Bagian Histologi dan Biologi Sel,
Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta

ABSTRACT

Background: Chronic exposure of alcohol induces massive degeneration of cells in the rat cerebellar cortex.
Objective: This study was performed to know the effect of chronic alcohol exposure on granule cells density
in the cerebellar cortex. Materials and Methods: Twenty 10-12 weeks old-male-Wistar rats were divided
randomly into four groups. Group I, the control group, was given aquadest 2 mL/day. Each rats of group II, III, and
IV was given alcohol 3%, 12%, and 20% 2 mL/day, respectively. After 30 days, rats were deeply anesthetized
with chloralhydrate 3,5 % before transcardial perfusion with fixative was conducted. Brains were then re-
moved, processed for paraffin embedding and toluidine blue staining. The average density of granule cells was
counted in six random 10.000 m2 regions in the granule cell layer of anterior, posterior and flocculonodular lobes
of midline section of cerebellum. Results: The number of cerebellar granule cell per 10.000 mm 2 were 354,114,1;
331,920,9 ; 297,710,2; 279,59,3 for group I, II, III, and IV respectively (F = 27,1; df = 3; p < 0,05). Conclusion:
Chronic alcohol exposure decreased the density of cerebellar granule cells in adult male rat.

Key words : Alcohol, chronic exposure, cerebellum, granule cells, Rattus norvegicus

PENDAHULUAN remaja dan 500.000 kecelakaan tanpa disengaja.


Alkohol merupakan zat psikotropika dengan Di negara tersebut juga tercatat kurang lebih 500
penggunaan yang paling luas. Alkohol selama ini juta galon alkohol murni dikonsumsi setiap tahunnya.
masih diyakini sebagai suatu minuman yang tidak Masalah lain yang timbul akibat penyalahgunaan
berbahaya dan menimbulkan efek yang menyenang- alkohol adalah masalah kesehatan, kehilangan
kan serta dianggap sebagai bagian dari gaya hidup produktivitas, dan masalah lainnya yang menimbul-
yang terkait dengan budaya setempat. Konsumsi kan kerugian mencapai 300 milyar US$ 1.
yang tidak terkontrol telah menimbulkan masalah Alkohol adalah salah satu jenis alkohol alifatik
pada masyarakat. Berbagai penelitian di Amerika yang larut air. Senyawa ini sering juga disebut etil
menunjukkan bahwa berbagai tindakan kriminal yang alkohol atau alkohol saja. Alkohol dibuat dari hasil
terjadi, sebagian besar terbukti berkaitan dengan fermentasi, berupa cairan jernih tak berwarna dan
konsumsi alkohol yang berlebihan. Alkohol juga rasanya pahit 2. Molekul alkohol sangat kecil dan
bertanggung jawab atas kematian 1400 kematian dapat dengan mudah larut dalam lipid dan air. Oleh

Alamat sekarang: Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjar Baru, Kalimantan Selatan

19
Hendry Halim dkk: Pemberian alkohol peroral secara kronis

karena sifat ini, alkohol memasuki aliran darah 3%, kelompok III diberi alkohol 12%, kelompok IV
dengan mudah dan juga dapat melewati sawar darah diberi alkohol 20% masing-masing sebanyak 2 ml
otak (blood brain barrier) dengan bebas 3 . per hari selama 30 hari. Berat badan hewan coba
Efek akut konsumsi alkohol berhubungan ditimbang setiap 4 hari selama 4 minggu perlakuan.
dengan penekanan terhadap Sistem Saraf Pusat Setelah 30 hari hewan coba dianestesi dengan
(SSP). Setelah memasuki sirkulasi, alkohol segera chloral hydrate 3,5 % sebanyak 1 ml/100 gr BB.
berefek pada susunan saraf, terutama menekan Setelah itu dilakukan pembedahan di linea alba ab-
kerja otak. Intensitas penekanan ini bergantung pada domen ke arah lateral sampai processus xyphoideus
jumlah alkohol dalam darah4 . Sedangkan konsumsi sehingga terlihat jantung tikus. Perfusi jaringan
kronis alkohol berkaitan erat dengan gangguan multi dilakukan melalui ventrikel kiri dengan Phosphate-
organ yang terjadi melalui berbagai mekanisme. Buffered Saline (PBS) dilanjutkan dengan fiksatif
Gangguan yang sering timbul pada penggunaan yaitu 3,7 % paraformaldehyde dalam PBS selama
alkohol dalam jangka waktu lama meliputi ulserasi 20 menit. Setelah selesai, tengkorak dibuka, otak
traktus gastrointestinal, pancreatitis, neuropati dikeluarkan, dan cerebellum dibagi 2 pada garis mid-
perifer, keganasan, malabsorbsi, hepatitis alkoholik, sagital. Cerebellum bagian kiri kemudian dibuat blok
fatty liver, hipertensi, cerebrovascular accidents, parafin sebelum dilakukan pengirisan setebal 6 m
penyakit jantung koroner dan yang paling sering pada daerah mid-sagital7. Irisan kemudian dilekatkan
menyebabkan kematian adalah komplikasi akibat pada gelas objek untuk kemudian diwarnai dengan
sirosis hepatis yang 15 20 % terjadi pada orang- pewarnaan Toluidin Blue.
Sel granula cerebellum diamati dengan mikroskop
orang alkoholik kronis 4.
yang terhubung dengan layar monitor. Lokasi
Atrofi cerebellum merupakan salah satu dari
penghitungan sel granula diadaptasi dari metode
manifestasi neurologik yang utama yang menurut Doughty et al.8 yang dilakukan pada aspek
berhubungan dengan penggunaan alkohol secara posterior, mid dan anterior cerebellum. Pada
kronis. Secara neuropatologik, paparan alkohol percobaan ini, lokasi lapisan granula yang diamati
menyebabkan lesi khas, yaitu penurunan volume meliputi aspek anterior, posterior, dan bagian
lapisan granular dan molekular serta penipisan flocculonodular. Jumlah sel granula dihitung pada 6
korteks 5. Sel granula merupakan sejumlah besar sel area masing-masing seluas 10.000 m 2 dan
yang menyusun korteks cerebellum pada lapisan kemudian dihitung rerata untuk mendapatkan
granular. Berbagai penelitian menunjukkan hubungan kepadatan sel granula. Data dianalisis dengan
positif antara konsumsi alkohol secara kronis analisis varian (ANOVA) satu jalan dilanjutkan dengan
terhadap degenerasi korteks cerebellum. Sel granula uji LSD multi comparison. Untuk menentukan
dan neuron pada lapisan molekular diyakini sebagai hubungan korelasi antara pemberian alkohol dengan
bagian cerebellum yang paling awal terpengaruh kadar berbeda-beda terhadap kepadatan sel granula,
terutama terlihat dalam pengurangan ketebalan dilakukan analisis Correlation Bivariate.
korteks 6.
HASIL PENELITIAN
SUBJEK DAN CARA PENELITIAN Gambaran histologis sel granula pada cerebel-
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini lum dapat dilihat pada Gambar 1. Secara sekilas
tampak pengurangan jumlah sel granula yang
adalah 20 ekor tikus putih jantan galur Wistar (Rat-
ditandai dengan pengurangan kepadatan dan
tus norvegicus) berumur 10-12 minggu dengan berat
besarnya sel.
badan 180-250 mg. Tikus diperoleh dari Unit Pada penghitungan sel setiap 10.000 m 2,
Pengembangan Hewan Percobaan (UPHP) Univer- didapatkan rerata jumlah sel granula kelompok
sitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan diberi makan kontrol adalah 354,114,1 sel, sedangkan rerata
pakan ayam pedaging merk Comfeed produksi PT. jumlah sel granula pada kelompok perlakuan 3%,
Japfa Comfeed Indonesia. 12%, dan 20% berturut-turut adalah 331,920,9,
Pada awal penelitian, hewan coba dibiasakan 297,710,2 dan 279,59,3 sel (Gambar 2). Untuk
dalam kandang selama satu minggu. kelompok yang diberi alkohol 3%, 12%, dan 20%,
Tikus dibagi menjadi 4 kelompok yaitu pengurangan jumlah sel terhadap kelompok kontrol
kelompok I diberi aquades, kelompok II diberi alkohol berturut-turut adalah 6,27%, 15,94%, dan 21%.

20
Jurnal Anatomi Indonesia, Vol. 1, No. 1, Agustus 2006

Gambar 1 Sel granula cerebellum pada kelompok kontrol (A), perlakuan 3% (B), 12% (C), dan 20% (D). (GL =
Granula layer, PC = Purkinje cell, ML = Molecular layer); pengecatan Toluidin Blue.Sel granula cerebellum
dihitung pada irisan paling medial yang mendekati daerah mid sagital seperti yang disebutkan pada dalam
cara penelitian. Pada gambar, sel granula diambil dari bagian lobus semilunaris superior (gyrus VII). Sekilas
tampak adanya pengurangan jumlah sel granula pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol.
Ukuran sel dapat diamati perubahannya, demikian juga dengan sel purkinje yang berkurang sesuai peningkatan
kadar alkohol. Hasil pengamatan sel granula dinyatakan dalam jumlah sel setiap 10.000 mm2 pada lobus dan
tempat yang sama. Hasil analisa statistik dengan ANOVA satu jalan menunjukkan efek pengurangan sel yang
signifikan pada peningkatan kadar alkohol ( F = 27,1; df = 3; p < 0,05), * p < 0,05 pada perbandingan antar grup
perlakuan (post hoc comparison), kecuali pada kelompok perlakuan 12 % dan 30 % (p > 0,05).

Pengujian statistik dengan ANOVA satu jalan angka korelasi -0,89, yang menunjukkan adanya
terhadap jumlah sel granula menunjukkan perbedaan korelasi terbalik antara peningkatan jumlah kadar
yang bermakna antara kelompok kontrol dan alkohol terhadap jumlah sel granula cerebelum.
kelompok perlakuan (p<0,05). Hasil uji lanjut statistik Sehingga pemberian alkohol secara kronis sebagai
dengan menggunakan uji multiple comparison, perlakuan tunggal memiliki pengaruh hingga 89 %
didapatkan perbedaan yang bermakna antara dalam menyebabkan berkurangnya jumlah sel dan
kelompok perlakuan yang satu dengan yang lain pengurangan jumlah sel ini terjadi sesuai dengan
terkecuali pada kelompok perlakuan 12% dan 20 peningkatan kadar alkohol.
%. Sedangkan hasil analisis korelasi menunjukkan

21
Hendry Halim dkk: Pemberian alkohol peroral secara kronis

Gambar 2 Diagram perbandingan jumlah rerata sel granula antara kelompok kontrol, kelompok perlakuan
alkohol 3%, 12%, dan 20%. Sel granula cerebellum dihitung pada irisan paling medial yang mendekati daerah
mid sagital seperti yang disebutkan pada dalam cara penelitian. Hasil perhitungan rerata sel granula pada
kelompok kontrol, perlakuan alkohol 3%, 12%, dan 20% menunjukkan hasil berturut-turut 354,1, 331,9, 297,7,
dan 279,5 sel per 10.000 mm2. Pengurangan jumlah sel terjadi sebesar 6,27%, 15,94%, dan 21% pada kelompok
perlakuan 3%, 12%, dan 20% berturut-turut dibandingkan kelompok kontrol. Hasil analisa statistik dengan
ANOVA satu jalan menunjukkan efek pengurangan sel yang signifikan pada peningkatan kadar alkohol ( F =
27,1; df = 3; p < 0,05), *p < 0,05 pada perbandingan antar grup perlakuan (post hoc comparison), kecuali pada
kelompok perlakuan 12 % dan 30 % (p > 0,05).

PEMBAHASAN gangguan potensial listrik trans-membran dan Ca2+


overload menyebabkan terbukanya saluran nonselektif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah berukuran besar yang disebut Permeable Transition
pemberian alkohol selama 30 hari, kepadatan sel Pore (PT-pore). Saluran ini memungkinkan molekul
granula cerebellum mengalami penurunan yang yang berukuran sampai 1,5 kD untuk lewat. Melalui
signifikan dibanding kelompok kontrol. Salah satu saluran ini pula, Cytochrom C (Cyt C) dapat keluar
mekanisme kerusakan sel granula cerebellum yang dan mengaktivasi jalur apoptosis. Di lain pihak, saluran
diyakini berkaitan dengan toksisitas alkohol adalah yang terbuka juga memungkinkan masuknya materi
mekanisme peningkatan fluiditas membran 9. ekstra mitokondrial sehingga terjadi volume overload.
Peningkatan fluiditas terjadi karena alkohol mengikat Ruptur membran dapat terjadi setelahnya dan berbagai
hidrogen dan senyawa alkil lain pada membran yang protein dalam mitokondria akan terlepas ke sitosol,
menyebabkan terganggunya lipid phase transition termasuk Cyt C. Setelah Cyt C terlepas, bersama
temperature, yaitu suhu yang dapat menyebabkan Ca 2+ dalam sel, ia akan mengaktivasi caspase dan
membran lipid berubah dari cair (liquid state) menjadi pengaktifan jalur apoptosis selanjutnya akan terjadi10.
gel (solid state). Hal ini menyebabkan membran lipid Mekanisme kedua didasarkan pada bukti bahwa
berubah menjadi lebih cair, akibatnya pergerakan alkohol menghambat reseptor glutamat (NMDA)
dan interaksi protein membran meningkat. Gangguan sehingga fungsi reseptor ini terganggu. Pada
fluiditas membran mengakibatkan influks berlebihan kenyataannya interaksi glutamat dengan reseptor
sejumlah ion yang pada keadaan normal dipertahan- NMDA ini penting sebagai jalur sintesis senyawa
kan dalam keseimbangan yang dinamis. Masuknya neurotropin yang dibutuhkan untuk memelihara
ion Ca2+ secara berlebihan ke dalam sel memacu kehidupan sel. Interaksi glutamat dengan reseptor sel
kerusakan membran mitokondria. Kerusakan ini dilaporkan meningkatkan proses transkripsi dan
dikarenakan Ca2+ yang berlebihan menyebabkan translasi protein khusus yang dinamakan neurotropin.

22
Jurnal Anatomi Indonesia, Vol. 1, No. 1, Agustus 2006

Salah satu neurotropin yang berkaitan erat dalam menyebabkan rusaknya protein mikrotubular pada
proteksi sel neuron adalah Brain-Derived Neurotro- dendrit neuron sehingga terjadi regresi dendrit yang
pic Factor (BDNF). Senyawa ini terbukti menyebab- khas pada kerusakan sel purkinje akibat alcohol 14.
kan serangkaian reaksi yang berakibat pada Mekanisme lain yang diajukan dalam
fosforilasi protein Akt, suatu kompleks protein yang menjelaskan toksisitas alkohol yaitu diduga akibat
penting untuk menghambat proses apoptosis melalui defisiensi nutrisi. Konsumsi alkohol kronik ternyata
penghambatan aktivasi caspase oleh Cyt C. Tidak menyebabkan defisiensi nutrisi melalui beberapa cara.
adanya proses fosforilasi protein Akt dalam jangka Pada beberapa penelitian, alkohol terbukti menurunkan
waktu lama akan memacu terbukanya PT-pore yang sekresi enzim digestif pankreas sehingga
memungkinkan pelepasan Cyt C dan konsekuensi menghambat pemecahan nutrien menjadi molekul
akhir adalah teraktivasinya caspase dan terjadinya yang dapat diabsorbsi oleh saluran cerna. Ditambah
apoptosis 11. lagi efek destruktif alkohol terhadap sel-sel pada
Pembentukan radikal bebas secara berlebihan lambung dan usus halus yang turut memperparah
selama metabolisme alkohol juga disebut-sebut proses transportasi nutrien ke darah. Salah satu
memberi dampak pada kerusakan sel neuron. Jalur contoh zat yang mengalami defisiensi dan berdampak
metabolisme alkohol yang berlebihan mengakibatkan langsung terhadap toksisitas alkohol diantaranya nia-
pembentukan reactive oxygen species (ROS) cin. Di dalam tubuh, niacin berguna sebagai koenzim
sehingga menyebabkan konsumsi antioksidan yang Nicotinamide Adenine Dinucleotide (NAD). Koenzim
secara berlebihan, penurunan kadar glutation, ini sangat berperan dalam proses konversi asetaldehid
peningkatan katalase, dan berbagai proses lain yang menjadi asetil KoA. Kekurangan unsur zat ini sudah
membawa dampak stres oksidatif 12 . Peningkatan tentu memperlambat metabolisme alkohol sehingga
kadar ROS dalam tubuh memberi dampak yang akan menambah akumulasi asetaldehid, padahal
buruk pada membran sel, demikian pula terhadap asetaldehid seperti yang sudah dijelaskan
membran mitokondria. Kerusakan membran akibat sebelumnya, jauh lebih lebih toksik dibanding alkohol
ROS ini didasarkan pada penelitian bahwa radikal itu sendiri. Defisiensi vitamin lain seperti C dan E juga
bebas menimbulkan efek peroksidasi lipid, asam akan menyebabkan dampak lain seperti penurunan
nukleat, dan beberapa jenis protein. Efek ini biasa antioksidan15.
ditemukan pada konsumsi alkohol dalam dosis yang Sel granula adalah sejumlah besar sel neuron
besar sehingga alkohol dimetabolisme melalui jalur yang menempati korteks cerebellum pada lapisan
lain yaitu Microsomal Ethanol Oxydizing System granula. Ukurannya sangat kecil bahkan merupakan
(MEOS), yang melibatkan CYP2E1. Proses ini turut sel terkecil pada sistem saraf pusat (5m). Pada
serta dalam proses metabolisme alkohol tapi di lain manusia, diperkirakan terdapat 4,6 x 10 10 sel yang
pihak menambah akumulasi ROS, padahal pada menempati lapisan granula. Sel granula mendapat
konsumsi alkohol dalam jumlah yang besar, jumlah masukan impuls dari mossy fiber yang berasal dari
antioksidan dalam tubuh banyak terpakai 13. columna vertebralis, cabang-cabang trigeminal,
Metabolisme alkohol juga menghasilkan kolumna dorsalis, dan nukleus retikularis. Impuls
senyawa antara berupa asetaldehid yang toksik. tersebut bersifat eksitatorik16. Sel granula meneruskan
Senyawa ini dengan cepat dimetabolisme menjadi impuls eksitatorik melalui akson yang membentuk
asetat yang tidak toksik oleh enzim Aldehid parallel fibers. Berbeda dengan climbing fiber (sumber
Dehidrogenase (ALDH). Pada konsumsi alkohol yang input lainnya yang berasal dari nukleus olivarius infe-
berlebihan, kemampuan metabolisme enzim ini dapat rior), parallel fibers bersinaps pada 300 500 sel
terlampaui dan menyebabkan menumpuknya purkinje. Ia meneruskan impuls dalam skala rendah,
asetaldehid, padahal senyawa ini jauh lebih toksik tapi bersinaps pada sel purkinje dalam jumlah besar
daripada alkohol itu sendiri. Toksisitas asetaldehid sehingga setiap gangguan terhadap jalur ini akan
didasarkan pada kemampuannya dalam mengikat mempengaruhi sel purkinje sebagai sel target dalam
protein sehingga membentuk kompleks Aldehid-Pro- jumlah yang banyak17.
tein Adduct (APA). Protein yang dapat diikat Pengurangan sel granula akan mengganggu
asetaldehid bermacam-macam, mulai dari protein impuls eksitatorik yang diteruskan ke sel purkinje.
struktural seperti mikrotubulin, hingga protein darah Ini berakibat terganggunya output yang diteruskan
seperti albumin. Pembentukan APA pada penelitian cerebellum yang berakibat pada terganggunya aspek
in vitro terbukti menyebabkan berbagai efek yang pembelajaran motorik. Proses transmisi output ke
merugikan pada berbagai bagian otak karena Upper Motor Neuron (UMN) pun akan terganggu
menyebabkan kerusakan protein yang diikatnya. sehingga sedikit banyak mengganggu koordinasi
Pada sel purkinje misalnya, pembentukan APA motorik. Hal ini mengingat mossy fiber dan sel

23
Hendry Halim dkk: Pemberian alkohol peroral secara kronis

granula membawa impuls dari semua level columna Cerebellar Disorganization Characteristic of Reeler
vertebralis, sensori, dan informasi motorik dari in Scrambler Mutant Mice Despite Presence of
korteks cerebri 18 (Purves ). Hal ini sesuai dengan Reelin. J. Neurosci 1997; 17 (22): 8767.
8. Doughty MI, DeJoger PI, Korsmeyer SJ, Heintz N.
hasil penelitian Fakhrurrazy (2004) yang
Neurodegeneration in Lurcher Mice Occurs via
mendapatkan adanya penurunan jumlah sel Purkinje Multiple Cell Death Pathways. J Neurosci 2000;
serta penurunan koordinasi motorik yang diukur 20(10): 3687-3694.
dengan lamanya tikus bertahan di atas rotarod 9. Trujillo KA, Chinn AB. Ethanol.1996 [cited 2003 Sept
setelah pemberian alkohol peroral secara kronis19 . 16] California State University San Marcos.
Available from http://www.csusm.edu/
KESIMPULAN 10. Green DR, Reed JC. Mitochondria & Apoptosis.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Science 1998; 281(5381):1309-1312.
11. Bhave SV, Ghoda L, Hoffman PL. Brain-Derived
di atas, disimpulkan bahwa paparan alkohol kronik Neurotrophic Factor Mediates the Anti-Apoptotic
menurunkan kepadatan sel granula pada lapisan Effect of NMDA in Cerebellar Granula Neurons:
granular cerebellum tikus putih. Signal Transduction Cascades and Site of Ethanol
Action. J Neurosci 1999; 19(9): 32773286.
UCAPAN TERIMA KASIH 12. Goodlett CR, Horn KH. Mechanism of Alcohol-
Induced Damaged to Developing Nervous System.
Prof. dr. Sri Kadarsih Soedjono, M.Sc, Ph.D atas Alcohol Res. and Health 2001; 25(3) : 176-84.
bimbingannya, Bp. Marsudi, Ibu Wiwid, Ibu Yati, 13. Massini A, Cecarelli D, Gallesi D, Giovannini F,
Bapak Gito, Alex, Nina, Sheila, Thedjo dan Anton Trenti T. Lipid Hydroperoxide Induced Mitochondrial
atas bantuannya teknisnya. Dysfunction Following Acute Ethanol Intoxicatin in
Rats: The Critical Role for Mitochondrial Reduced
KEPUSTAKAAN Glutathione. Biochem Pharmacol 1994; 47(2):
1. Chudler EH. Effects of Alcohol on the Nervous 217-24.
System. 2003 [cited 2003 Oct 10]. Available from 14. Rintala J, Jaatinen P, Parkilla S. Evidence of
http://www.faculty.washington.edu/chudler Acetaldehyde-Protein Adduct Formation in Rat Brain
2. Joewana S. Gangguan Penggunaan Zat. Jakarta: after Life-long Consumption of Ethanol. Alcohol and
Penerbit PT Gramedia, 1989. Alcoholism 2000; 35(5): 456-463.
3. Trujillo KA, Chinn AB. Ethanol. California State 15. Whitney E, Rolfes S. Alcohol and Nutrition: Highlight
University San Marcos, 1996. [cited 2003 Sept 16]. in Understanding Nutrition. 7 th ed. West Publishing
Available from http://www.csusm.edu/ Co. 1996; 265-276.
4. diPalma JR, diGregorio GJ. Basic Pharmacology 16. Aswin, S. Systema Nervosum Centrale.
in Medicine. 3 rd ed. Singapore: Mc Graw-Hill Yogyakarta: Bagian Anatomi, Embriologi, dan
International Edition, 1990. Anthropologi FK UGM, 1996.
5. Karhune PJ, Erkinjuntti T, Laippala P. Moderate 17. Thach Jr WT. Medical Physiology. 14th edition vol I.
Alcohol Consumption and Loss of Cerebellar Toronto: The CV Mosby Company, 1980.
Purkinje Cells. BMJ 1994; 308: 1663-7. 18. Purves D, Augustine GJ, Fitzpatrick D.
6. Tavares MA, Barbosa P, Cadete-Leite A. Chronic Neuroscience. 2nd ed. Massachusetts: Sinauer
Alcohol Consumption Reduces the Cortical Layer Associates Inc, 1999.
Volume and the Number of Neurons of the Rat 19. Fakhrurrazy. Koordinasi Motorik dan Jumlah Sel
Cerebellar Cortex. Alcohol Clin Exp Res 1987; Purkinje Cerebellum pada Tikus Putih (Rattus
11(3):315-9. norvegicus) Jantan Dewasa setelah Pemberian
7. Goldowitz D, Cushing RC, Laywell E, DArcangelo Alkohol Peroral. Tesis. Program Pascasarjana
G, Sheldon M, Sweet HO, Davisson M,et al. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2004.

24

You might also like