Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
ABSTRAK
22
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional lndustri
PENDAHULUAN
23
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
24
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional Industri
25
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
26
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional Industri
makalah ini.
MASTITIS
27
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
28
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional Industri
Etiologi
Mastitis disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme
patogen seperti bakteri dan jamur yang masuk ke dalam
ambing melalui saluran puting susu. Faktor predisposisi
yang perlu diperhatikan munculnya mastitis adalah:
hygienitas dalam pemerahan susu, manajemen pemerahan,
l uka kulit ambing dan keberadaan mikroba paatogen
disekitar kandang sapi perah.
Penularan agen penyakit terjadi antar puting pada satu
ambing dan antar hewan pada satu kandang. Berbagai jenis
kuman yang dapat menimbulkan mastitis pada sapi perah
antara lain Streptococcus sp., Staphylococcus sp., dan
Coliform serta jamur seperti Candida sp. Prevalensi mastitis
subklinis di beberapa peternakan sapi perah di Pulau Jawa
29
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
30
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional Industri
31
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
Mastitis (%)
Lokasi (tahun)
Subklinis Klinis
Sukabumi, Bandung (1985) 63,0 5,0
Sukabumi, Bandung, Bogor (1994) 75,2 7,8
Pasuruan, Jawa Timur (1985) 67,0 5,0
Pasuruan, Jawa Timur (1991) 38,3 20,0
Baturaden, Jawa Tengah (1984) 55,8 24,3
Boyolali, Jawa Tengah (1985) 62,5 30,0
Daerah Istimewa Yogyakarta (1985) 36,9 10,7
Diagnosa Mastitis
32
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional Industri
33
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
34
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional Industri
35
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
36
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional Industri
BRUCELLOSIS
37
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
1997).
Penulara i
38
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional Industri
39
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
Gejala klinis
Masa inkubasi kuman setelah infeksi pada sapi bervariasi
dari 15 hari sampai beberapa bulan tergantung pada jalan
masuknya infeksi dan banyaknya kuman yang menginfeksi.
Gejala klinis utama brucellosis pada sapi betina adalah
terjadinya abortus pada kebuntingan trimester akhir (5 - 7
bulan). GEERING et al. (1995) melaporkan bahwa 30 - 80%
abortus terjadi pada sapi-sapi yang peka dan beberapa
kasus endometritis dan retensi plasenta juga dilaporkan.
Sapi yang terinfeksi dapat melahirkan pedet yang lemah
atau kematian pedet, retensi plasenta dan penurunan
produksi susu. Sapi yang terinfeksi brucellosis dalam waktu
l ama dapat mengakibatkan infertilitas sampai dengan
sterilitas, sedangkan pada sapi jantan, brucellosis dapat
menyebabkan orchitis dan epididimitis.
Diagnosis
Diagnosis brucellosis pada sapi berdasarkan
pemeriksaan bakteriologi dan serologi. Kuman B. abortus
dapat diisolasi dari plasenta, tetapi untuk mendapatkan
40
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional Industri
41
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
Pengendalian
Brucellosis pada sapi sulit diobati karena kuman bersifat
i ntraseluler sehingga pengobatan tidak efektif. Beberapa
jenis antibiotik dikembangkan untuk pengobatan brucellosis
pada sapi untuk eliminasi kuman Brucella sp dari sapi yang
terinfeksi, yaitu long acting oxytetracyclin dan streptomycin
yang diberikan secara intramuskular dan infus secara
i ntramamary yang dilakukan dalam waktu 6 minggu
( RADWAN et al., 1993).
42
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional Industri
PENYAKIT METABOLIK
44
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional Industri
Penyebab penyakit
Milk fever secara teknis disebut sebagai parturient
hypocalcemia atau parturient paresis yang berarti penurunan
kadar kalsium darah pada saat melahirkan. Penyakit ini
biasanya disertai dengan penurunan suhu tubuh menjadi
subnormal. Kejadian penyakit berlangsung secara akut yang
diikuti dengan penurunan kadar kalsium darah
(hipokalsemia) secara cepat dari normal (9,5 mg/dl) menjadi
<_ 5 mg/dl. Gejala paresis muncul seiring dengan penurunan
kadar kalsium darah dan diikuti dengan comatose (pingsan).
45
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
46
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional Industri
47
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
Gejala klinis
Rendahnya kadar kalsium darah dapat men+mbulkan
hipersensitivitas pada membran syaraf serta otot dan
kemudian terjadi hipereksibilitas dan grass tetany. Namun,
pada stadium akhir milk fever akan terjadi paralisis otot
bukan tetany.
Sapi perah yang menderita milk fever umumnya melalui 3
stadium yaitu:
1. Stadium pertama mungkin tidak terlihat karena penyakit
berlangsung dengan cepat.
2. Stadium kedua ditandai dengan berbaring pada sternal
(sternal recumbency).
3. Stadium ketiga melibatkan kolaps dan koma.
48
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional Industri
49
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
Penyebab penyakit
Grass tetany disebabkan karena menurunnya (defisiensi)
kadar magnesium dalam darah sapi yang digembalakan di
l apangan. Sapi yang dikandangkan dan diberi ransum
konsentrat serta rumput kering jarang mengalami grass
tetany. Masa laktasi dapat meningkatkan kebutuhan
magnesium sehingga sapi laktasi menjadi beresiko untuk
mengalami grass tetany. Masalah utama adalah tidak
cukupnya asupan magnesium dari pakan yang disertai
dengan beberapa faktor lainnya dimana terbatasnya
penyerapan magnesium dari usus.
Secara umum, beberapa faktor yang perlu diperhatikan
pada penyakit grass tetany i ni, antara lain:
1. Rumput muda mengandung magnesium yang lebih
rendah dibandingkan dengan rumput tua atau kering.
2. Rumput dengan daun tunggal dan ramping mengandung
magnesium lebih rendah daripada rumput dengan daun
j amak (multiple) dan lebar.
3. Pemupukan rumput dengan nitrogen dan kalium dapat
menghambat penyerapan magnesium oleh tanaman dan
50
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional Industri
Gejala klinis
Kejadian penyakit ini berlangsung secara akut (sangat
cepat) dimana sapi terlihat menderita sangat parah sekali
atau mati tanpa gejala klinis. Sapi umumnya dijumpai mati di
tempat dimana hewan mengalami kolaps dengan gejala
tetany. Sapi terlihat berlari-lari secara liar dan kemudian
j atuh dengan gejala konvulsi. Bila kesembuhan sementara
terjadi dapat diikuti dengan konvulsi yang lebih parah
kemudian kematian. Gejala akut Iainnya yang mungkin
terlihat adalah hyperthermia, kontraksi otot yang parah
berkaitan dengan tetany serta detak jantung yang tidak
teratur dan berbunyi. Pada kasus kronik, sapi akan
51
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
52
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional Industri
Asetonemia ( Ketosis)
Penyebab penyakit
Mekanisme asetonemia diawali dengan gangguan
metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi. Pakan
yang mengandung karbohidrat tinggi dipecah oleh mikro-
organisme rumen menjadi asam propionat dan kemudian
dibawa ke dalam hati untuk digunakan menghasilkan
glukosa. Sapi pada masa awal laktasi umumnya tidak
mampu mengkonsumsi cukup energi dari diet pakannya
untuk mencukupi kebutuhan energi dalam menghasilkan
susu, oleh karena itu, tubuh mendapatkan energi dari
cadangan lemak. Lemak dipecah menjadi asam lemak
kemudian melalui aliran darah dibawa ke jaringan hati.
Gejala klinis
Gejala awal dari asetonemia adalah penurunan produksi
susu dan bau aseton dari pernapasan, susu dan urin sapi
53
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
54
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional Industri
55
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
Penyebab penyakit
Penyebab asidosis adalah mengkonsumsi karbohidrat
tinggi. Toksisitasnya bergantung pada kecepatan proses
fermentasi, dimana pakan yang digiling halus cenderung
l ebih berbahaya dibanding whole grain. Penyebab utama
asidosis adalah akumulasi asam laktat secara berlebihan di
dalam rumen.
Gejala klinis
Keparahan penyakit bergantung pada jumlah pakan yang
mudah terfermentasi dikonsumsi oleh hewan. Gejala klinis
utama yang terlihat adalah pembesaran rumen dan spasmus
abdominal serta hewan berhenti melakukan ruminasi. Dalam
kurun waktu 24 jam, sapi penderita akan mengalami stagger
dan kolaps. Hewan kelihatan mabuk, buta asimetris dengan
denyut jantung tinggi, dan selanjutnya hewan mengalami
anoreksi, depresi dan dehidrasi.
56
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional Industri
57
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
KERACUNAN
Fluorosis
58
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional Industri
dari diet pakan atau air minum. Fluorin berasal dari kegiatan
i ndustri yang dapat mengkontaminasi rumput di sekitar
pabrik. Secara alamiah fluorin banyak terdapat di dalam batu
atau cadas dan sering dikaitkan dengan fosfat sehingga
tanah dan sumber air dapat mengandung fluorin dalam
jumlah yang besar bahkan sampai 8,7 ppm di dalam sumber
air ( SEAWRIGHT, 1989). Kontaminasi rumput oleh fluorida dari
proses industri atau pemberian kapur fosfat pada lahan
dilaporkan dapat menimbulkan fluorosis pada sapi bila
mengkonsumsi rumput dari lahan tersebut.
Salah satu gejalanya adalah kelumpuhan yang mungkin
disebabkan karena adanya fraktura tulang pada kaki hewan
atau adanya eksostosis (penonjolan) pada persendian tulang
kaki. Abnormalitas pada gigi dapat pula terjadi pada
keracunan fluorin terutama pada hewan muda berupa
keretakan dan terkelupasnya email gigi sapi.
Fluorosis pada sapi perah berlangsung secara kronik
akibat mengkonsumsi diet pakan dan air minum yang
terkontaminasi fluorine. Fluorin dapat dijumpai pada batu-
batuan yang sering dihubungkan dengan fosfat, sehingga
tanah dan air disekitarnya terkontamonasi fluorin.
Pengapuran lahan tanam untuk rumput dengan kapur fosfat
merupak penyebab umum dari fluorosis dan jumlah yang
l ebih besar dapat tertelan oleh sapi bila pakan ternak
disuplementasi dengan batuan fosfat yang murah. Polusi
59
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
Tembaga (Cu)
60
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional Industri
Gejala klinis
Garam tembaga merupakan koagulan protein maka
konsumsi garam tembaga ini secara berlebihan akan
mengakibatkan iritasi pada mukosa saluran pencernaan.
Maka gastroenteritis parah yang diikuti dengan nyeri
abdominal dan diare parah merupakan gejala klinis yang
l angsung terlihat. Selanjutnya hewan akan mengalami shock
parah diikuti dengan penurunan suhu tubuh dan peningkatan
denyut jantung. Kolaps dan kematian dapat terjadi dalam 24
j am setelah gejala klinis pertama terlihat. Pada anak sapi
yang mampu bertahan hidup akan terlihat hemoglobinuria
dan hemoragi masif, gangguan fungsi saluran pencernaan,
dan jaundice secara mendadak. Kematian ternak
disebabkan karena anemia akut dan nephrosis
haemoglobinuria. Met hemoglobin sering terdeteksi dan
packed cell volume (PCV) mangalami penurunan dari 40%
menjadi 10% dalam 48 jam (SEAWRIGHT, 1989).
61
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
Selenium (Se)
Gejala klinis
Kasus keracunan Se akut memperlihatkan gejala sulit
bernapas, diare encer, demam dari tacchycardia. Sering
pula dijumpai gerakan dan postur abnormal dan diikuti
dengan kematian mendadak. Nekropsi memperlihatkan
62
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional lndustri
Cobalt (CO)
63
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
Penyebab penyakit
Penyakit ini dapat disebabkan karena tanah tempat
tumbuhnya rumput atau hijauan pakan ternak mengalami
defisiensi Co, sehingga tanaman tersebut juga akan
mengalami defisiensi Co.
Gejala klinis
Gejala klinis untuk defisiensi Co tidak begitu nyata seperti
defisiensi mineral lainnya. Gejala yang umum terlihat adalah
penurunan nafsu makan, kehilangan bobot badan, pica dan
diare. Hewan penderita sering pula menunjukkan gejala
anemia dan hypoglysemia.
64
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional Industri
Nitrat - Nitrit
Penyebab penyakit
Biji-bijian umumnya mengandung nitrat dalam jumlah
yang toksik, terutama setelah dilakukan pemupukan lahan
dengan menggunakan senyawa nitrogenus. Beberapa
tanaman tertentu dapat mengandung nitrat dalam jumlah
yang lebih besar terutama tanaman muda, gandum dan
j erami. Beberapa tanaman lainnya dapat mengakumulasi
nitrat dalam jumlah yang berbahaya bagi kesehatan ternak
seperti rumput Urochloa panicoides. Sementara itu air sumur
65
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
Gejala klinis
Gejala klinis - utama dari keracunan nitrat adalah
dyspnoea diikuti dengan pernapasan yang cepat akibat
anoxia. Anoxia disebabkan karena pembentukan
methemoglobin pada saat nitrit diabsorbsi. Nitrit juga
bertindak sebagai vasodilatator sehingga menimbulkan
anoxia pada jaringan. Gejala klinis ini juga diikuti oleh
gangguan sistem syaraf pusat seperti salivasi, tremor,
i nkoordinasi dan kematian ternak. Absorbsi nitrit ke dalam
darah mengakibatkan terikatnya nitrit dengan hemoglobin
yang dapat menghambat darah untuk membawa oksigen,
sehingga gejala klinis yang ditimbulkan meliputi sesak
napas, menggigil, megap-megap dan kolaps. Gejala awal
yang dapat dilihat adalah nyeri perut, diare, muntah dan
salivasi. Kematian sapi dapat terjadi bila kadar
methemoglobin darah mencapai 9 g/100 ml darah
(SEAWRIGHT, 1989).
66
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional Industri
67
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
DAFTAR PUSTAKA
68
Kesehatan Sapi Perah dalam Rangka Gerakan Nasional Industri
69
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
70