Professional Documents
Culture Documents
BAB I
A. PENDAHULUAN
Salah satu faktor penting dalam pembangunan suatu Negara adalah adanya dukungan dari sistem
keuangan yang sehat dan stabil.Perkembangan perekonomian yang semakin kompleks tentunya
membutuhkan ketersediaan dan peran serta lembaga keuangan. Kebijakan moneter dan
perbankan merupakan bagian dari kebijakan ekonomi yang diarahkan untuk mencapai sasaran
pembangunan. Oleh karena itu peranan perbankan dalam suatu negara sangat penting. Tidak ada
suatu negarapun yang hidup tampa memamfaatkan lembaga keuangan (Siamat, 1995: 47).
Lembaga keuangan menjadi sangat penting dalam memenuhi kebutuhan dana bagi pihak defisit
dana dalam rangka untuk mengembankan dalam memperluas suatu usaha atau bisnis. Lembaga
keuangan sebagai lembaga intermediasi berfungsi mengatur mobilisasi dana dari pihak surplus
dana ke pihak defisit dana.
Berbicara mengenai kredit dan pembiayaan tidak terlepas dari lembaga keuangan karena
lembaga keuangan yang dengan umun sebagai penyedia kredit bagi masyarakat yang
membutuhkan dana.Saat ini ada dua lembaga keuangan yaitu lembaga keuangan bank dan
lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Sedangkan lembaga keuangan bukan bank adalah lembaga keuangan yang menghimpun
dana dari masyarakat melalui penjualan surat-surat berharga. Bentuk dari lembaga bukan bank
ini adalah: Modal Venture, anjak piutang, dana pensiun dan pegadaian.
Lembaga keuangan perbankan merupakan lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat guna memenuhi kebutuhan dana
bagi pihak yang membutuhkan, baik untuk kegiatan produktif maupun konsumtif.Namun
Sepandai apapun analisis pembiayaan dalam menganalisis setiap permohonan pembiayaan,
kemungkinan pembiayaan tersebut macet pasti ada, hal ini disebabkan oleh unsur-UNSUR
sebagai berikut
(1)Dari pihak perbankan, Dalam melakukan analisisnya, pihak analisis kurang teliti, sehingga
apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya. Dapat pula terjadi akibat kolusi dari
pihak analis pemiayaan dengan pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara
subjektif.
(2)Dari pihak nasabah, Adanya unsur kesengajaan .Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak
bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga pembiayaan yang diberikannya
macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur kemauan untuk membayar.
(3)Adanya unsur tidak sengaja, Artinya si debitur mau membayar akan tetapi tidak mampu.
Sebagai contoh pembiayaan yang dibiayai mengalami musibah seperti kebakaran, kena
hama,kebanjiran dan sebagainya. Sehingga kemampuan untuk membayar pembiayaan tidak ada.
Dalam hal pembiayaan macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan, sehingga tidak akan
menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan memberikan keringanan
berupa jangka waktu atau angsuran terutama bagi pembiayaan terkena musibah atau melakukan
penyitaan bagi pembiayaan yang sengaja lalai untuk membayar. Terhadap pembiayaan yang
mengalami kemacetan sebaiknya dilakukan penyelamatan sehingga bank tidak mengalami
kerugian.Namun bila tidak dimungkinkan melakukan penyelamatan maka langkah yang
ditempuh selanjutnya adalah proses penyelesaian,dapat melalui Arbitrase,Pengadilan maupun
badan hukum terkait dengan penyelesaian pembiayaan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut UU No. 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 12 tentang Perbankan menyatakan Pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.
Menurut UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 angka 11, menyebutkan bahwa kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dalam jumlah bunga
3. Faktor eksternal
a. Situasi ekonomi yang negative
1. Globalisasi ekonomi yang berakibat negative
2. Perubahan kurs mata uang
b. Situasi politik dalam negeri yang merugikan
1. Penggantian pejabat tertentu
2. Situasi alam merugikan
3. Faktor alam yang berakibat negative
4. Habisnya sumber daya alam
1. Stay Strategy adalah strategi saat Bank masih ingin mempertahankan hubungan bisnis dengan
nasabah dalam konteks waktu jangka panjang.
a. Penagihan intensif
Terhadap nasabah yang usahanya masih berprospek dan dianggap masih
mempunyai iktikad baik, namun telah menunjukkan gejala-gejala kearah kredit
bermasalah harus dilakukan penagihan secara intensif kepada nasabah agar
memenuhi seluruh kewajibannya.
b. Rescheduling
1. Memperpanjang jangka waktu pembiayaan
Dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu pemiayaan misalnya
perpanjangan jangka waktu pembiayaan dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga si debitur
mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya.
2. Memperpanjang jangka waktu angsuran
Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu pembiayaan. Dalam hal ini jangka
waktu angsuran pembiayaannya diperpanjang pembayarannya pun misalnya dari 36 kali menjadi
48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan penambahan
jumlah angsuran
c. Reconditioning
Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti;
1. Penundaan pembayaran marjin sampai waktu tertentu.
Dalam hal penundaan pembayaran marjin sampai waktu tertentu, maksudnya hanya marjin yang
dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti biasa.
2. Penurunan marjin
Penurunan marjin dimaksudkan agar lebih meringankan beban nasabah.
Sebagai contoh jika marjin per tahun sebelumnya dibebankan 20 % diturunkan
menjadi 18 %. Hal ini tergantung dari pertimbangan yang bersangkutan.
Penurunan marjin akan mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil, sehingga
diharapkan dapat membantu meringankan nasabah.
3. Pembebasan marjin
Dalam pembebasan marjin diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah sudah akan
mampu lagi membayar pembiayaan tersebut.
Akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok
pinjamannya sampai lunas.
d. Restructuring
1. Dengan menambah jumlah pembiayaan
2. Dengan menambah equity
2. Phase out Strategy adalah strategi saat pada prinsipnya Bank tidak ingin melanjutkan
hubungan bisnis lagi dengan nasabah yang bersangkutan dalam konteks waktu yang
panjang,kecuali bila ada faktor-faktor lain yang sangat mendukung kemungkinan adanya
perbaikan kondisi nasabah.
Strategi yang umumnya dijalankan, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua)
macam pendekatan, yaitu: (1) Soft Approach; (2) Hard Approach.
Apabila cara Soft Approach tidak dapat menyelesaikan pembiayaan bermasalah yang terjadi,
selanjutnya akan ditempuh cara Hard Approach yang melibatkan jalur hukum, yaitu dapat
berupa:
a. BASYARNAS (Badan Arbitrase Syariah Nasional), penyelesaian tersebut dilakukan melalui
keadaan setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
b. Pengadilan, dapat berupa: (i) Eksekusi Hak Tanggungan (HT) atas agunan; (ii) Eksekusi
agunan yang diikat secara Fidusia yang didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia (KPF);
Melakukan gugatan terhadap aset-aset lainnya milik nasabah; baik yang berlokasi di dalam
maupun di luar negeri; (iv) Pelaporan pidana terhadap nasabah,dsbg
c. Melibatkan pihak kepolisian
Alternatif terakhir ini (hard approach) dilakukan apabila:
a. Nasabah tidak dapat dihubungi.
b. Nasabah melarikan diri.
c. Nasabah tidak mempunyai itikad baik untuk menyelesaikan kewajibannya sementara
sesungguhnya nasabah memiliki kemampuan untuk itu.
d. Nasabah tidak bersedia menyerahkan agunannya
BAB III
A. Kesimpulan
a. Menurut UU No. 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 12 tentang Perbankan menyatakan Pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.
b. Prinsip Prinsip Pemberian Pembiayaan.Dalam melakukan penilaian permohonan
pembiayaan bank syariah bagian marketing harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang
berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon nasabah. Di dunia perbankan syariah prinsip
penilaian dikenal dengan 5 C + 1 S , yaitu :
a. Character
b. Capacity
c. Capital
d. Collateral
e. Condition
f. Syariah
c. Pengertian Pembiayaan Bermasalah yaitu
Pembiayaan yang tidak lancer
Pembiayaan dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang dijanjikan.
Pembiayaan yang tidak menepati jadwal angsuran
Pembiayaan yang memiliki potensi merugikan
Pembiayaan yang memiliki potensi menunggak dalam satu waktu tertentu
d. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah yaitu : faktor internal,eksternal,kegagalan bisnis
dan ketidakmampuan manajemen
e. Strategy pada Pembiayaan Bermasalah yaitu : (1)Stay Strategy berupa Rescheduling,
Reconditioning, Restructuring(2)Phase out Strategy berupa Soft Approach,Hard Approach