You are on page 1of 6

B.

GLUKOSA URINE

Glukosa urine adalah gugus gula sederhana yang masih ada di urine setelah
melewati berbagai proses di ginjal. Kalau ada glukosa di urine, berbahaya berarti
ada yang tidak beres waktu proses urinisasi. Disebabkan karena kurang hormon
insulin, yaitu hormon yang mengubah glukosa menjadi glikogen (kalau kurang
berarti gula di darah tinggi). Kalau gula darah tinggi, otomatis gula di darah juga
tinggi.

Dasar teori glukosa:

Kadar glukosa serum puasa normal adalah 70110 mg/dl dan 16-300 mg/24 jam
pada urin (Schteingart, 2005).

Sel-sel otak bersifat permeabel

Tujuan:

Mengetahui kandungan amonia, clor, protein, dan glukosa pada urin

Untuk membandingkan kadar gula (glukosa) yang terkandung dalam urine


normal, urine penderita diabetes mellitus dan urine wanita hamil.

Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning
jernih), urin kental berwarna kuning pekat, dan urin baru / segar berwarna kuning
jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau
khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 7,5,
urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urin akan
menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002
1,035.

Secara kimiawi kandungan zat dalam urin diantaranya adalah sampah nitrogen
(ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan
buah, badan keton zat sisa metabolisme lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K,
Amonium, sulfat, Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia
asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb).

Volume urin normal per hari adalah 900 1200 ml, volume tersebut dipengaruhi
banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah
air minum, hormon ADH, dan emosi.

Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam


seseorang.

1.Keruh.Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti
bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral.

2.Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh
efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti bluberi dan gula-gula,
warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di system
urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau pembengkakkan
kelenjar prostat.

3.Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator adanya
kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis.

4.Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks


yang banyak terdapat dalam minuman berenergi.

Kita cek kondisi organ dalam kita dengan mengamati warna urin. Kegiatan ini
bertujuan untuk mengetahui pH urin, kadar klorida, kadar glukosa, dan kadar
protein urin.

Persiapan alat dan bahan:

1.Celemek

2.Handscoon

3.Rak pemeriksa

4.Urin segar

5.Kertas Lakmus (indicator universal)

6.Tabung reaksi

7.Pipet tetes

8.lampu bunsen

9.penjepit tabung reaksi

10.Benedict

Persiapan pasien

Persiapan pasien dalam melakukan glukosa urine

1.Menyambut pasien dengan sopan dan ramah

2.Memperkenalkan diri pada pasien

3.Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan

4.Mempersilahkan pasien untuk menampung urine untuk diperiksa

5.Tanggap terhadap reaksi pasien

Cara kerja:

Uji kandungan Glukosa urine

1.Menyiapkan dan mengecek kelengkapan alat


2.Mencuci tangan

3.Memakai handscoon

4.Mengisi tabung dengan benedict sebanyak 2,5 cc

5.Tetesi tabung benedict dengan 4-5 tetes urin

6.Panaskan selama 1 2 menit diatas lampu spiritus

7.Tunggu sampai mendidih

8.Amati perubahan warna dan endapan yang terjadi

Tetap biru jernih/sedikit kehijauan & agak keruh: hasil negatip

Hijau kekuning-kuningan: kadar glukosa 0,5- 1 %

Kuning keruh: kadar glukosa 1-1,5 %

Jingga/warna lumpur keruh: kadar glukosa 2-3,5 %

Merah keruh: kadar glukosa > 3,5 %

C.DIABETES MELLITUS PADA KEHAMILAN

Diabetes mellitus gestasional adalah intoleransi karbohidrat ringan (toleransi


glukosa terganggu) maupun berat (diabetes mellitus) terjadi atau pertama kali
saat kehamilan berlagsung. Defenisi ini mencangkup pasien yang sudah
mengidap diabetes mellitus (tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui saat
kehamilan ini dan benar benar menderita DM akibat hamil .sesudah kehamilan
selesai kondisi pasti ditentukan berdasarkan tes toleransi glukosa oral (TTGO).
Patofisiologi diabetes mellitus selain perubahan hormonal didapatkan jumlah
fungsi insulin ibu yang tidak optimal sehingga terjadi berbagai kelainan yang
menyebabkan bebagai kelainan yang menyebabkan berbagai komplikasi pada
ibu dan janin.

D.DIAGNOSIS

Deteksi dini sangat diperlukan untuk menjaring DMG agar dapat dikelolah sebaik
baiknya terutama dilakukan pada ibu dengan faktor resiko berupa beberapa
kali keguguran,riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab yang
jelas,riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan,riwayat preeklamsi dan
polihidramnion.juga terdapat riwayat ibu: umur ibu hamil >30 tahun,riwayat DM
dalam keluarga,riwayat DMG pada kehamilan sebelumnya dan infeksi saluran
kemih berulang selama hamil.PERKENI menganjurkan pemeriksaan sejak awal
asuhan antenatal dan diulang negatif.pemeriksaan berdasarkan modifikasi WHO-
PERKENI yang dianjurkan adalah pemeriksaan kadarglukosa 2 jam pasca beban
glukosa 75 g dan hasilnya digolongkan dalam kriteria sebagai berikut:
Glukosa darah === kriteria

>200 mg/dl === diabetes mellitus

140 200 mg/dl === toleransi glukosa terganggu

<140 mg/dl === normal

boratorium patologi klinik.

Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan


khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita, dapat berupa
urine (air kencing), darah, sputum (dahak), dan sebagainya untuk menentukan
diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit bersama dengan tes
penunjang lainya, anamnesis, dan pemeriksaan lainya.

7/13/2012
Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir (BBL) Diluar Uterus

:Adaptasi Fisiologis BBL Terhadap Kehidupan Diluar Uterus

Transisi dari kehidupan di dalam kandungan ke kehidupan luar kandungan


merupakan perubahan drastis, dan menuntut perubahan fisiologis yang bermakna
dan efektif oleh bayi, guna memastikan kemampuan bertahan hidup. Adaptasi bayi
terhadap kehidupan diluar kandungan meliputi :

a. Awal pernafasan

Pada saat lahir bayi berpindah tempat dari suasana hangat dilingkungan rahim
ke dunia luar tempat dilakukannya peran eksistensi mandiri. Bayi harus dapat
melakukan transisi hebat ini dengan tangkas. Untuk mencapai hal ini serangkaian
fungsi adaptif dikembangkan untuk mengakomodasi perubahan drastis dari
lingkungan di dalam kandungan ke lingkungan diluar kandungan (Myles, 2009).

b. Adaptasi paru

Hingga saat lahir tiba, janin bergantung pada pertukaran gas daerah maternal
melalui paru maternal dan placenta. Setelah pelepasan placenta yang tiba-tiba
setelah pelahiran, adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk memastikan
kelangsungan hidup. Sebelum lahir janin melakukan pernapasan dan menyebabkan
paru matang, menghasilkan surfaktan, dan mempunyai alveolus yang memadai
untuk pertukaran gas. Sebelum lahir paru janin penuh dengan cairan yang
diekskresikan oleh paru itu sendiri. Selama kelahiran, cairan ini meninggalkan paru
baik karena dipompa menuju jalan napas dan keluar dari mulut dan hidung, atau
karena bergerak melintasi dinding alveolar menuju pembuluh limve paru dan menuju
duktus toraksis (Myles, 2009).

c. Adaptasi kardiovaskular
Sebelum lahir, janin hanya bergantung pada placenta untuk semua pertukaran
gas dan ekskresi sisa metabolik. Dengan pelepasan placenta pada saat lahir, sistem
sirkulasi bayi harus melakukan penyesuaian mayor guna mengalihkan darah yang
tidak mengandung oksigen menuju paru untuk direoksigenasi. Hal ini melibatkan
beberapa mekanisme, yang dipengaruhi oleh penjepitan tali pusat dan juga oleh
penurunan resistensi bantalan vaskular paru.
Selama kehidupan janin hanya sekitar 10% curah jantung dialirkan menuju paru
melalui arteri pulmonalis. Dengan ekspansi paru dan penurunan resistensi vaskular
paru, hampir semua curah jantung dikirim menuju paru. Darah yang berisi oksigen
menuju kejantung dari paru meningkatkan tekanan di dalam atrium kiri. Pada saat
yang hampir bersamaan, tekanan di atrium kanan berkurang karena darah berhenti
mengalir melewati tali pusat. Akibatnya, terjadi penutupan fungsional foramen ovale.
Selama beberapa hari pertama kehidupan, penutupan ini bersifat reversibel ,
pembukaan dapat kembali terjadi bila resistensi vaskular paru tinggi, misalnya saat
menangis, yang menyebabkan serangan sianotik sementara pada bayi. Septum
biasanya menyatu pada tahun pertama kehidupan dengan membentuk septum intra
atrial, meskipun pada sebagian individu penutupan anatomi yang sempurna tidak
pernah terjadi.

d. Adaptasi suhu
Bayi memasuki suasana yang jauh lebih dingin pada saat pelahiran, dengan
suhu kamar bersalin 21C yang sangat berbeda dengan suhu dalam kandungan,
yaitu 37,7C. Ini menyebabkan pendinginan cepat pada bayi saat cairan amnion
menguap dari kulit. Setiap mili liter penguapan tersebut memindahkan 560 kalori
panas. Perbandingan antara area permukaan dan masa tubuh bayi yang luas
menyebabkan kehilangan panas, khususnya dari kepala, yang menyusun 25% masa
tubuh. Lapisan lemak subkutan tipis dan memberikan insulasi tubuh yang buruk,
yang berakibat cepatnya perpindahan panas inti ke kullit, kemudian lingkungan, dan
juga mempengaruhi pendinginan darah. Selain kehilangan panas melalui
penguapan, kehilangan panas melalui konduksi saat bayi terpajan dengan
permukaan dingin, dan melalui konveksi yang disebabkan oleh aliran udara dingin
pada permukaan tubuh.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/adaptasi-fisiologis-bayi-baru-lahir-
bbl.html#ixzz45QT0qnE0

You might also like