Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian
bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.Setiap anak
diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya.40 % -60 % dari kunjungan
diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA.Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA
mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada
bayi berumur kurang dari 2 bulan .
Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan
berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita
yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih
tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA
merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan
bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud
dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta
organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar
dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru
ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Tetapi ISPA yang
berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang
dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene.Risiko terutama terjadi pada
anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu
besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau
berlebihannya pemakaian antibiotic
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Melakukan Asuhan keperawatan keluarga Tn. L pada An. T dengan ISPA di desa Biontong dusun
IV
C. Manfaat
1. Mahasiswa
a. Untuk melatih dan membiasakan mahasiswa dalam menyelsaikan masalah keperawatan
b. Untuk meningkatkan ktrampilan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga melalui asuhan keperawatan keluarga.
2. Keluarga
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan ksehatan sendiri. Sehingga tercipta
peningkatan status dan derajat kesehatan keluarga yang optimal.
BAB II
PEMBAHASAN
1. METODE
A. Lokasi
Praktek kerja lapangan bagi mahasiswa semester VIII Prodi Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Manado bertempat di desa Biontong Induk. Dalam penyusunan Asuhan
Keperawatan keluarga ini mengambil studi kasus dengan mengambil sasaran keluarga Tn. L
yang beralamatkan dsa Biontong Induk Dusun IV Kec. Bolangitang Timur, Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara.
2. TINJAUAN MEDIS
A. Definisi ISPA .
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud
dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta
organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru Sebagian besar
dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru
ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian
Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu
pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu
pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis,
tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita.
Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus
mendapat antibiotik (Rasmaliah, 2004)
B. Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan
dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan
pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini
dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5
tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah
atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit
atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada
bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang
tldak menangis atau meronta).
Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50
kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah
dan tidak ada napas cepat(Rasmaliah, 2004).
C. Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebabnya
antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus, Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan
Corinebakterium. Virus penyebabnya antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus,
Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus.
D. Gejala ISPA
Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena menurunnya
sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium
awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin
terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan
mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi
kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan
berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi
telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru).
E. Cara Penularan Penyakit ISPA
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit
masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk
golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang
terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar
penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang
penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung
unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab
F. Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA
a. Agent
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut atau
kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis
simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan
penyakit virus yang paling sering terjadi pada manusia. Penyebabnya adalah virus Myxovirus,
Coxsackie, dan Echo.
b. Manusia
1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun
mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua.
Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen
saluran nafasnya masih sempit.
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan.
3. Status Gizi
Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama kematian
terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang meninggal karena
penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya
daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit
penyakit dalam tubuh.
4. Berat Badan Lahir
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir <2.500 gram.
Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian lebih tinggi dari pada
bayi dengan berat 2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya. Pneumonia adalah
penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir.
5. Status ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan faktor
antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama minggu pertama (4-6
hari) payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan
(Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit) yang sangat penting
untuk melindungi bayi dari infeksi.
6. Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular
tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan
pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan
kesehatan anak.
c. Lingkungan
1. Kelembaban Ruangan
Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengan desain cross
sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada
balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan mempunyai
exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali.
2. Suhu Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal ini
berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak
memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko
terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.
3. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar aliran
udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh
penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
4. Kepadatan Hunian Rumah
Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukan proses kejadian
pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah yang padat
dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil penelitian
Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat memberikan risiko terjadinya ISPA sebesar
9 kali.
5. Penggunaan Anti Nyamuk
Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat
menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap.
Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru
sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan.
6. Bahan Bakar Untuk Memasak
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas
udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah pedesaan di China tidak memenuhi standar
nasional pada tahun 2002, hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan penyakit paru dan
penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian.
7. Keberadaan Perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri
dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO),
Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian Pradono
dan Kristanti (2003), secara keseluruhan prevalensi perokok pasif pada semua umur di Indonesia
adalah sebesar 48,9% atau 97.560.002 penduduk.
8. Status Ekonomi dan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran
makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa
anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan
bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi berobat ke pelayanan
kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status ekonominya rendah.
G. Penatalaksanaan
Untuk batuk pilek tanpa komplikasi diberikan pengobatan simtomatis, misalnya
ekspektoransia untuk mengatasi bauk, sedatif untuk menenangkan pasien, dan anti peiretik untuk
menurunkan demam. Obstruksi hidung pada bayi sangat sukar diobati. Penghisapan lendir
hidung tidak efektif dan sering menimbulkan bahaya. Cara yang paling mudah untuk
pengeluaran sekret adalah dengan membaringkan bayi tengkurap. Pada anak besar dapat
diberikan tetes hidung larutan efedrin 1 %, bila ada infeksi sekunder hendaknya diberikan
antibiotik. Batuk yang produktif ( pada bronkoinfeksi dan trakeitis ) tidak boleh diberikan
antitusif, misalnya : kodein, karena menyebabkan depresi pusat batuk dan pusat muntah,
penumpukan sekret hingga dapat meyebabkan bronkopneumonia. Selain pengobatan tersebut,
terutama yang kronik, dapat diberikan pengobatan dengan penyinaran ( Ngastiyah, 1995 ; 13
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA Tn. L DENGAN ANGGOTA KELUARGA An. T MENDERITA ISPA
DI DESA BIONTONG DUSUN IV KABUPATEN BOLANG MANGONDOW UTARA
PENGKAJIAN DILAKUKAN
Nama : Sanjay Syawie
Hari : Minggu
Tanggal : 22 Februari 2015
Waktu : 16.00 WITA
Metode : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.
B. Komposisi Keluarga
Hubungan dg Status Status
No Nama Umur Sex Pendidikan Pekerjaan
KK imunisasi Kesehatan
1. A 32 Th P Istri SMA IRT Sehat
2. S 15 Th L Anak SMP Pelajar Sehat
3. N 10 Th P Anak SD Pelajar Sehat
C. Genogram
Keterangan
= Laki laki
= Perempuan
= Menikah
= Anak Kandung
D. Tipe Keluarga
Keluarga Tn.S merupakan keluarga dengan tipe keluarga Extended Family dimana terdiri dari
keluarga inti bapak, ibu dan anak.
E. Struktur peran
o Tn. S berperan sebagai kepala rumah tangga yang bekerja sebagai Petani.
o Ny. A berperan sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengurus keluarga beserta anak-anaknya.
o An. S berperan sebagai anak dari pasangan Tn. S dan Ny. A yang merupakan anak pertama
berperan sebagai anak sekolah.
o An N merupakan anak kedua dari pasangan Tn. S dan Ny. A berperan sebagai anak pra sekolah.
F. Suku Bangsa
Keluarga Tn. S termasuk dalam suku Mangondow dan kewarganegaraan Indonesia.
G. Agama
Semua anggota keluarga beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama
Islam.
H. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah tahapan perkembangan dengan anak sekolah
dimana anak I dan II Tn S berumur 15 dan 10 thn,sekolah SMP dan SD. Tn. S bekerja
sebagai petani yang berangkat pagi dan pulang sore hari.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum dipenuhi keluarga Tn. S adalah memenuhi
kebutuhan dasar keluarga yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota
keluarga (makan seadanya, pakaian cukup, alat sekolah, tidak ada fasilitas kamar mandi dan
WC, bila anak sakit terkadang hanya dibelikan obat di Warung ,bila tidak sembuh baru
diperiksakan ke Puskesmas).
3. Riwayat kesehatan keluarga inti
o Ny. A menyatakan An. N mengidap batuk, pilek sudah 5 hari yang lalu dan sudah minum obat
beli di Warung.
o Ny. A mengatakan bila anak sakit, anak hanya dibelikan obat warung apabila tidak sembuh
kemudian baru diperiksakan ke Puskesmas terdekat.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Dalam keluarga Tn. S ditemukan adanya penyakit menular TBC yang pernah diidap oleh kakak
dari Ny.Y
B. Kebutuhan Eliminasi
Pola BAB : 2 kali sehari
Pola BAK : 5 6 kali per hari
C. Istirahat Tidur
Waktu Tidur : Siang 1 jam dan malam 4 5 jam
Waktu Bangun : bangun umumnya/seringnya jam 04.30 WITA
D. Kebersihan Diri
Mandi : 2 kali sehari
Gosok gigi : 2 kali sehari
E. Rekreasi/waktu senggang
Keluarga mempunyai kegiatan (aktifitas) rekreasi (melihat TV untuk hiburan keluarga).
V. FAKTOR LINGKUNGAN
A. Karakteristik rumah
1. Karakteristik Rumah
o Rumah bentuk semi permanen dengan atap seng, lantai sudah diplester, tetapi dapur masih
berlantai tanah.
o Ukuran rumah 4 x 5 m2 menghadap ke barat.
o Tiap kamar mempunyai jendela, namun sebagian tidak dibuka sehingga siang hari tampak
gelap ruangan yang lain tidak ada ventilasi (jendela).
o Penerangan sudah menggunakan listrik tetapi kurang terang.
o Barang yang tak terpakai,sepeda dll disimpan di gudang.
2. Persediaan air bersih
Persediaan air bersih untuk minum dan memasak diambil dari sumur gali. Air untuk minum
dimasak terlebih dahulu, mandi, mencuci selalu di sumur tetapi bila BAB disungai dengan jarak
12 meter dari rumah.
3. Pembuangan sampah
Sampah yang terkumpul dibakar
4. Pembuanganair limbah
Keluarga Tn.S membuang di belakang rumah, air limbah yang dihasilkannya dan dibiarkan
meresap ke dalam tanah.
5. Lingkungan rumah
Lingkungan rumah cukup luas dengan perabotan yang cukup jendela dan meja kursi tampak
banyak debu. Halaman rumah dan ruangan selalu disapu. Banyak pakaian yang bergantungan
di kamar dan ruang makan (di tembok). Jendela kamar jarang dibuka, sehingga siang hari
tampak gelap. Tn. Lmengatakan mereka nyaman dengan kondisi rumah yang
sekarang. Kebiasaan Ny A memasak dengan kayu bakar di dalam rumah dan asap pembakaran
keluar lewat pintu.
6. Jamban keluarga
Keluarga Tn. S tidak memiliki jamban, sehingga bila BAB selalu di sungai (kali) yang tidak jauh
dari rumah sekitar 12 meter dari rumah.
B. Denah Rumah
5m
Dapur dan gudang R. Tamu dan R.Keluarga
Sumur R.makan
2m
12m
4m kamar tidur kamar tidur kamar tidur
gudang
Sungai
C. Karakteristik tetangga dan Komunitas
Sebagian tetangga bekerja sebagai petani, ibu rumah tangga . Hubungan dengan anggota
masyarakat tidak ada masalah.
PSIKOLOGIS
A. Status Emosi
1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang.
a. Jangka Pendek
Sementara tidak mempunyai masalah berat.hanya an.N sedang batuk.
b. Jangka Panjang
Keluarga Tn. S. memikirkan masalah biaya untuk hidup dan keinginan untuk menyekolahkan
anak-anaknya setinggi-tingginya.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor.
Keluarga menganggap ujian atau masalah yang dihadapi adalah ujian/cobaan dari Tuhan.
3. Stressor koping yang digunakan.
Bila ada masalah Tn.S dengan Ny. A selalu membicarakan satu sama lain untuk mencari jalan
keluar.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak pernah menggunakan strategi adaptasi disfungsional meskipun dalam kondisi
yang parah.
B. Konsep Diri
Body Image : Tn. S melihat dirinya sebagai kepala keluarga bagi Ny.A, An. S,
dan An N. Persepsi dan perasaan Tn. S terhadap bentuk tubuh,
postur tubuh, fungsi dan penampilan diri, Tn L merasa lebih
dari cukup terhadap gambaran dirinya.
Personal Identity : Tn. S seorang kepala keluarga dengan 2 orang anak dan
mempunyai istri Ny.A
Peran : Tn. S berperan sebagai kepala rumah tangga dari Ny. A dan
anaknya serta sebagai penanggungjawab dalam mencari nafkah
keluarga
Ny.A sebagai ibu rumah tangga dan istri dari Tn. S yang selalu
menyiapkan dan memenuhi kebutuhan keluarga, juga sebagai
pengelola keuangan keluarga.
An. S sebagai anak sulung dan sedang memasuki tahap
sekolah,sedangkan anak N memasuki tahap pra sekolah.
Ideal Diri : Tn. S mengharapkan dan selalu berdoa kepada Allah SWT agar
diberikan ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi
ujian/masalah dan dikabulkan cita-citanya untuk dapat
menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya.
Harga Diri : Tn. S menerima setiap ujian/masalah yang dihadapi
keluarganya dengan ikhlas.
C. Pola Komunikasi
Keluarga selalu menggunakan bahasa Mangondow dalam melaksanakan komunikasi dan setiap
ada masalah selalu dibicarakan satu sama lain.
Telinga
Bentuk Telinga Simetris Simetris Simetris
Mulut
Keadaan Bibir Lembab Lembab Lembab
Keadaan Gusi Tidak ada Tidak ada Tidak ada
perdarahan perdarahan perdarahan
gusi dan gusi dan gusi dan gigi
gigi gigi
Keadaan Lidah Tidak ada Tidak ada Tidak ada
tanda tanda tanda
perdarahan perdarahan perdarahan
Leher
Tyroid Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar
tyroid
Integumen
Kebersihan Klien Klien Klien Klien tampak
tampak tampak bersih
bersih bersih
Turgor Turgor kulit Turgor kulit Turgor kulit
baik baik baik
Kelembaban Baik Baik Baik
o Pemeriksaan Thorax
Inspeksi
Bentuk Thorax Simetris Simetris Simetris
Pernafasan Irama teratur Irama teratur Irama teratur,
dan tidak dan tidak ada ronchi basah
ada suara suara (+)
tambahan tambahan
o Pemeriksaan Paru
Palpasi Getaran Getaran Getaran suara
suara suara terdengar dg
terdengar terdengar teratur
dengan dg teratur
teratur
Perkusi Bunyi Bunyi Bunyi
resonan resonan resonan
Auskultasi Suara nafas Suara nafas Suara nafas
teratur teratur teratur
Abdomen
Inspeksi
Bentuk Abdomen Simetris Simetris Simetris
Benjolan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
benjolan benjolan benjolan
Palpasi
Tanda nyeri tekan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
Benjolan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
oMuskuloskeletal/Ekstremitas
Data Obyektif:
o An. N batuk dan pilek
o Badan tak panas, suhu badan 36,5 C
o Tampak mengeluarkan ingus dari hidung
o Pada pemeriksaan auskultasi paru An.T terdengar
ronchi basah (+)
o RR 28 kali/menit
o Nadi 96 kali/menit
o BB 20 kg
o TB 97 cm
X. DIAGNOSA KEPERAWATAN
RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas An.N pada keluarga Tn S berhubungan dengan
1.
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi ISPA
Resiko terjadinya penyakit TBC berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi
2.
lingkungan yang mendukung kesehatan.
1. Sifat masalah aktual 3/3 x 1 1 An. N sudah 5 hari sakit batuk dan
(tidak sehat) pilek atau tidak sehat dan
memerlukan tindakan mencegah
komplikasi
5. Total Skore 4
2. Diagnosa II
Resiko terjadinya penyakit TBC berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan yang mendukung kesehatan
NO KRITERIA PERHITUNGAN SKOR PEMBENARAN
XIII. PERENCANAAN
1. Diagnosa Keperawatan I
Tujuan Tujuan EVALUASI
Jangka Jangka Intervensi
Kriteria Standar
Panjang Pendek
2. Diagnosa Keperawatan II
EVALUASI
Tujuan Jangka Tujuan Jangka
Kriteri Intervensi
Panjang Pendek Standar
a
Gali pengetahuan tentang T
Resiko/komplika Setelah penyuluhan Respon Tanda-tanda BC
si dari TBC tidak 1 x 15 menit : verbal TBC Beri motivasi keluarga
terjadi. 1. Keluarga mengenal Batuk disertai untuk mengemukakan
tanda-tanda TBC darah. pendapatnya tentang TBC
Batuk berdahak Diskusikan bersama
lebih dari 3 keluarga mengenai
minggu pengertian penyebab dan
Sesak nafas gejala TBC
Berkeringat Bimbing keluarga untuk
pada malam menjelaskan ulang
hari pengertian penyebab tanda
BB turun dan gejala TBC
Nafsu makan Beri re inforcement positif
menurun atas jawaban yang
Nyeri dada diberikan.
.
Cara Diskusikan bersama
2. Cara penularan Respon penularan keluarga mengenai cara
TBC dan verbal TBC : penularan dan cara
pencegahan TBC Secara pencegahan TBC.
langsung : Bimbing keluarga untuk
Melalui menjelaskan ulang cara
percikan penularan dan cara
ludah dan pencegahan TBC.
melalui udara Beri re inforcement positif
atas jawaban yang
Secara tidak diberikan.
langsung : .
Hidup satu
rumah dengan
penderita
TBC
Cara
pencegahan
TBC :
3. Setelah pertemuan Menjemur
1 x 15 menit kasur, sprei di
keluarga dapat bawah sinar
mengambil matahari
keputusan yang Ventilasi
tepat terhadap rumah yang
penyakit TBC cukup
Menutup
mulut saat
bersin dan
batuk dengan
menggunakan
tissue
Tidak
meludah di
sembarang
tempat
Imunisasi
Makanan
bergizi
Segera bawa
ke pelayanan
kesehatan :
Puskesmas
Rumah sakit
XIV. IMPLEMENTASI
NO
WAKTU TUK IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
I Jumat, 27 I - Mengulang apa yang sudah dijelaskan - Keluarga Tn. S mengerti dan
Februari sebelumnya : paham tentang kaitan rumah
2015 Tanda dan gejala sehat dengan resiko penularan
Pukul ISPA penyakit.
17.00 Obat Tradisional - Keluarga Tn. L mengatakan telah
- Mendiskusikan dengan keluarga mengetahui dan akan membawa
tentang penyakit ISPA di rumah. keluarga yang sakit ke fasilitas
- Memotivasi klien untuk mengambil kesehatan yang ada.
keputusan yang tepat bila : - Tn. L akan melaksanakan
Batuk modifikasi lngkungan yang dapat
Nafas cepat mendukung kesehatan, sejauh
Wajah pucat yang bisa dan dapat dilaksankan
Panas/demam saat ini, missal :
Membuka jendela yang jarang
Mendemonstrasikan cara pembuatan dibuka
obat tradisional untuk ISPA. Merapikan baju yang digantung.
Alat dan bahan : - Keluarga dapat menyebutkan
Baki dan Pengalas manfaat rumah sehat dan
Sendok makan lingkungan yang dapat
Jeruk nipis mendukung kesehatan.
Kecap - Keluarga dapat menyebutkan
Gelass fasilitas kesehatan yang dapat
dimanfaatkan.
Cara pembuatan obat tradisional untuk - Keluarga dapat menyebutkan
batuk ( Jeruk-Kecap): manfaat dari MCK yang sehat
Siapkan baki dan pengalas (syarat-syarat).
Potong jeruk nipis, kemudian jeruk - Tupen modifikasi lingkungan yang
diperas dan ainya disaring. dapat mendukung kesehatan dan
Ambil kecap sebanyak 1 sendok mencegah penyebaran penyakit
makan, kemudian dituang kedalam tercapai dengan
gelas. Membuka jendela yang jarang
Ambil 1 sendok makan air jeruk nipis, dibuka, merapikan pakaian yang
kemudian tuangkan kedalam gelas berisi digantung.
kecap. - Tupen memanfaatkan fasilitas
Aduk hingga merata kesehatan tercapai secara
Berikan pada anak untuk diminum kognitif.
- Motivasi keluarga untuk
Memberikan penjelasan tentang : membawa keluarga / An. N. ke
I, II Rumah Sehat fasilitas kesehatan.
I,II Sabtu, 28 Adalah rumah yang dapat menjamin - Memotivasi keluarga untuk tetap
Februari kesehatan bagi penghuninya. berusaha menciptakan
2015 Syarat rumah sehat : lingkungan yang dapat
Pukul - Tersedia air bersih mendukung bagi anggota
17.00 - Tersedia lubang sampah. keluarga.
- Ventilasi cukup - Anjurkan keluarga untuk dapat
- Jendela yang selalu terbuka. memanfaatkan fasilitas kesehatan
- Kelembaban udara cukup bila ada keluarga yang sakit.
- Bersih tidak semrawut. - Terminasi ujian akhir
- Sirkulasi udara baik. komprehensif.
- Tidak padat huni. - Keputusan tidak terencana untuk
Manfaat rumah sehat : evaluasi lebih lanjut kepada kader
- Menghindari penyebaran dan penularan dan petugas puskesmas sebagai
penyakit. bahan laporan.
- Kesehatan penghuni terjamin.
- Menghindari kecelakaan.
- Nyaman dan aman.
- Bersih, baik dan sopan