Professional Documents
Culture Documents
Abstrak: The workers in clinical laboratories were suspected to always threatened a number
of risks and potential accidents due to the interaction between the labor, equipment, materials
and labor and environmental situation in it. In addition, the lack of understanding and
awareness of companies/agencies and workers to anticipated and managed the potential risks
in the laboratory in accordance with established standards. Research has been conducted in
nine private clinical laboratories from February to December 2014 with 39 respondents of
laboratory workers. This research was a quantitative study which using observational design.
Data collection techniques in this research was using interviews, direct observation and
questionnaires which distributed to the management of clinical laboratory and clinical
laboratory workers. The quality of the clinical laboratory in Pekanbaru city of fair quality
were three of eight laboratories. The results of clinical laboratory management signified the
majority of fair quality that five of the eight laboratories in Pekanbaru city. The results of
behavioral assessment of clinical laboratory workers were not well behaved. Measurement of
behavior consists of knowledge attitude and practice of clinical laboratory workers. The
measurement results of clinical laboratory workers were moderate categorized, nice attitudes,
but the practice was not well categorized.
Pelayanan kesehatan terhadap masyarakat tidak tahun terjadi 1.1 juta kematian yang disebabkan
hanya diperoleh di Rumah Sakit dan Puskesmas, oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat
tapi juga dapat diperoleh di laboratorium klinik. hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian
Laboratorium klinik merupakan sarana terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya
penunjang untuk menentukan informasi tentang adalah kematian karena penyakit akibat
kesehatan perorangan. Sesuai dengan itu hubungan pekerjaan, dimana diperkirakan
pengertian dari laboratorium klinik adalah terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan
laboratorium klinik kesehatan yang pekerjaan baru setiap tahunnya. Menurut data
melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen Jamsostek jumlah kecelakaan kerja pada tahun
klinik untuk mendapatkan informasi tentang 2012 menunjukkan terdapat 9.056 kasus
kesehatan perorangan terutama untuk kecelakaan kerja. Dari jumlah tersebut 2.419
menunjang upaya diagnosis penyakit, kasus mengakibatkan meninggal dunia. Menurut
menyembuhkan penyakit dan pemulihan Pulungsih (2005) selama tahun 2000 di RSUPN
kesehatan (Peraturan Menteri Kesehatan, 2010). Cipto Mangunsumo tercatat 9 kecelakaan kerja
Laboratorium klinik dengan segala beresiko terpajan HIV di kalangan petugas
kelengkapan peralatan merupakan tempat kesehatan yang dilaporkan. Kejadian tersebut
berpotensi menimbulkan resiko kepada para menimpa 7 perawat, 1 dokter dan 1 petugas
penggunanya seperti resiko berasal dari faktor laboratorium. Di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso
fisik, kimia, ergonomi dan biologi serta pada tahun 2001 terjadi 1 kali kecelakaan kerja
psikososial (Gunawan, 2013). terpajan HIV pada petugas laboratorium.
Berdasarkan Riset Kesehatan tahun 2011
Data kecelakaan kerja berdasarkan ILO di Provinsi Riau tercatat distribusi proporsi
(International Labour Organization), setiap kejadian tumpahan bahan kimia berbahaya dari
Dinamika Lingkungan Indonesia 34
kerjanya yang dapat menjadi bekal dalam diukur dalam penilaian kualitas laboratorium
melaksanakan kegiatan kerja dengan aman. Hal klinik tersebut adalah bangunan dan prasarana,
ini didukung oleh pernyaan Sumamur (1989), peralatan, dan kemampuan pemeriksaan.
meningginya pengalaman dan ketrampilan akan Kriteria penilaian terhadap parameter di atas
disertai dengan penurunan angka kecelakaan baik dan tidak baik. Kriteria penilaian
akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan dikatakan baik jika memenuhi standar minimal
akibat kerja bertambah baik sejalan dengan bangunan (Permenkes No.411 tahun 2010),
pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat sedangkan dikatakan tidak baik jika tidak
yang bersangkutan. memenuhi ketentuan standar minimal bangunan
Berdasarkan usia terhadap 39 petugas, tersebut pada Peraturan Menteri Kesehatan
petugas laboratorium klinik sebagian besar Nomor 411 Tahun 2010. Berdasarkan hasil
berusia berkisar kurang dari 25 tahun (46%) wawancara dengan petugas laboratorium, hal ini
dimana pada usia tersebut sudah memasuki usia disebabkan karena keterbatasan ruangan,
bekerja dan diharapkan bisa menganalisa dan keterbatasan anggaran yang disebabkan jumlah
menerapkan prinsip-prinsip keselamatan kerja. kunjungan ke laboratorium klinik sedikit dan
Pada usia kurang dari 25 tahun sudah memasuki kurangnya kepedulian dari pihak manajemen.
usia dewasa merupakan usia yang produktif, dan Bangunan laboratorium merupakan segala
sesuai dengan tugas perkembangan dewasa sesuatu yang berkaitan dengan fisik bangunan
salah satunya adalah meniti karir dalam rangka itu sendiri dan prasarana bangunan yang harus
memantapkan kehidupan ekonomi mereka dan dimiliki oleh laboratorium klinik. Persyaratan
mencapai puncak prestasi, dengan semangat bangunan dan prasarana laboratorium klinik,
yang menyala-nyala, bekerja keras dan bersaing meliputi : pertama bangunan gedung harus
dengan teman sebaya atau yang lebih tua permanen, berdasarkan hasil pengamatan di
(Havighurst, 1995 dalam Papalia, 2008). Hasil lapangan seluruh laboratorium klinik
penelitian didapatkan lebih banyak responden mempunyai gedung permanen (100%), tidak
sudah memasuki usia dewasa karena usia ditemukan semi permanen ataupun non
dewasa merupakan usia yang produktif dan kuat permanen. Hasil Riset Fasilitas Kesehatan, 2011
untuk bekerja. Dari hasil penelitian diatas dapat secara nasional bahwa laboratorium klinik yang
menunjukkan bahwa sebagian besar (46%) memiliki gedung permanen rata-rata hanya
petugas laboratorium berada pada usia produktif 57,9% kecuali Jawa Tengah, DI.Yogyakarta,
dan telah bekerja sesuai dengan tugas Jawa Timur dan NTT telah mencapai rata-rata
perkembangan usia dewasa. Jenis kelamin 80%. Kedua, ventilasi berukuran 1/3 luas
sebagian besar petugas laboratorium di Kota lantai.
Pekanbaru berkelamin perempuan 32 (82%). Ini Setiap bangunan harus memiliki sistem
berarti perempuan lebih berpotensi terjadinya pertukaran udara yang baik, karena penghuni
kecelakaan kerja. Hasil ini bertentangan dengan memerlukan udara yang segar. Setiap
penelitian lain menurut Robin (2003) dalam ruang/kamar memerlukan ventilasi yang cukup
Hidayat (2007) satu isu yang nampaknya untuk menjamin kesegaran penghuninya.
membedakan dalam hal jenis kelamin, Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan,
khususnya saat karyawan mempunyai anak- laboratorium klinik hampir seluruh
anak usia pra sekolah, Ibu-ibu yang bekerja menggunakan ventilasi buatan (87,5%) yang
berkemungkinan lebih besar menyelesaikan bertujuan untuk mengatur pergerakan udara.
pekerjaan kantor di rumah agar bisa memenuhi Idealnya udara dalam suatu ruangan (indoor air)
tanggung jawab terhadap keluarga. dapat diatur baik suhu maupun kelembabannya.
Kualitas laboratorium klinik yang ada di Beberapa fasilitas berikut yang digunakan untuk
Kota Pekanbaru sebanyak delapan laboratorium mengatur udara dalam ruangan seperti: kipas
klinik sebagian kecil berkualitas baik sejumlah angin, exhauster dan air conditioning (AC).
3 labor (37,5%). Ini tidak sesuai dengan Ketiga, penerangan (lampu) harus 5 Watt/meter.
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 411 tahun Secara implisit pencahayaan dalam ruangan
2010. Penilaian kualitas suatu laboratorium perlu mendapatkan perhatian khusus karena
klinik mengacu kepada Peraturan Menteri berpengaruh dalam aspek kenyaman, keamanan
Kesehatan No.411 Tahun 2010. Parameter yang dan keselamatan, produktivitas serta estetika.
Dinamika Lingkungan Indonesia 37
ada dalam setiap jenis sampah. Ketersediaan sangat diutamakan dalam hasil spesimen yang
penampungan limbah juga menjadi perhatian diberikan oleh konsumen. Ketidaklengkapan
bagi pihak manajemen untuk menyediakannya. peralatan menjadi penyebab rendahnya
Berdasarkan pengamatan dilapangan belum kunjungan ke laboratorium yang nantinya akan
seluruh manajemen laboratorium berpengaruh ke omset dari pihak manajemen.
menyiapkannya, hanya tujuh laboratorium atau Berdasarkan ketiga parameter di atas peneliti
87,5% yang telah menyediakannya. mengkategorikan laboratorium klinik di Kota
Peralatan pemeriksaan pada laboratorium Pekanbaru dengan kualitas baik sejumlah tiga
klinik yang mempunyai kelengkapan peralatan (37,5%) laboratorium klinik karena telah
seluruh laboratorium (100%) telah mengacu kepada standar laboratorium klinik
melengkapinya. Peralatan pemeriksaan yaitu Permenkes nomor 411 tahun 2010, dan
laboratorium klinik terdiri dari peralatan lima laboratorium klinik (62,5%) yang belum
sederhana dan automatik. Pembagian kelas sesuai dengan standar pelayanan minimal
laboratorium berdasarkan adanya peralatan laboratorium klinik.
sederhana dan peralatan automatik sudah tidak Hasil pengukuran implementasi
sesuai dengan hasil pengukuran. Peningkatan manajemen laboratorium klinik bahwa sebagian
jumlah spesimen yang diperiksa setiap hari besar 62,5% telah sesuai dengan standar. Salah
kerja menentukan ada atau tidaknya peralatan satu ciri laboratorium klinik yang baik memiliki
automatik yang dimiliki oleh laboratorium manajemen laboratorium yang baik. Penerapan
klinik Rifaskes 2011). Peralatan kesehatan dan laboratorium klinik mengacu pada Peraturan
keamanan laboratorium klinik dari hasil Menteri Nomor 43 tahun 2013 yaitu tentang
penelitian hanya lima laboratorium (62,5%) penyelenggaraan laboratorium klinik.
yang mempunyai kelengkapannya. Hal ini Berdasarkan hasil pengamatan ketersediaan Alat
disebabkan tidak tersedianya sepatu oleh Pelindung Diri yang terdiri dari sarung tangan,
manajemen karena kepedulian manajemen masker, jas laboratorium kancing belakang dan
terhadap keselamatan kerja kurang. Menurut elastis pada pergelangan tangan, sepatu hasil
Rifaskes 2011, hasil secara nasional menunjukan sebagian besar (87,5%)
menunjukan bahwa laboratorium klinik telah laboratorium klinik yang menjadi objek
memiliki 77,2% kelengkapan peralatan penelitian sudah memiliki. Parameter
kesehatan dan keamanan laboratorium. pemeriksaan kesehatan berkala/skrining
Parameter kemampuan pemeriksaan meliputi pemeriksaan kesehatan rutin minimal 1
laboratorium klinik dari delapan laboratorium tahun dan pemeriksaan foto thorak setiap 3
yang ada di kota Pekanbaru hanya 50% yang tahun, sebagian besar (87,5%) laboratorium
sesuai dengan Permenkes Tahun 2010. Pada klinik sudah dapat dikategorikan baik, hanya
pemeriksaan mikrobiologi masih ada laboratorium B yang pemeriksaan foto thorak
laboratorium yang belum melakukannya (50%), setiap 3 tahun tidak sesuai dengan standar
disebabkan rendahnya kunjungan ke (12,5%) hal ini disebabkan laboratorium klinik
laboratorium klinik dan permintaan baru berdiri (lebih kurang tiga tahun). Sesuai
pemeriksaan. Pelaksanaan pemeriksaan dengan Permenkes Nomor 43 Tahun 2013 yaitu
mikrobiologi laboratorium klinik tersebut pemeriksaan foto toraks setiap tahun bagi
merujuk ke tempat laboratorium yang lengkap, petugas yang bekerja dengan bahan yang diduga
sesuai dengan Permenkes No. mengandung bakteri tuberkulosis, sedangkan
411/Menkes/Per/III/2010 pasal 29 tentang bagi petugas lainnya, foto toraks dilakukan
sistem rujukan. Permenkes tersebut menyatakan setiap 3 tahun. Berdasarkan parameter pelatihan
bahwa laboratorium klinik yang tidak dapat untuk tenaga laboratorium klinik yang meliputi
melaksanakan pemeriksaan di atas kemampuan pelatihan formal, informal dan bimbingan
minimal pelayanan laboratorium yang telah teknis, sebagian besar (87,5%) laboratorium
ditentukan, harus merujuk ke laboratorium klinik sudah sesuai standar, tetapi untuk
klinik yang lebih mampu. laboratorium B belum sesuai standard karena
Kualitas Laboratorium sangat menentukan petugas masih baru bekerja di klinik B.
ketepatan hasil pemeriksaan. Kondisi ini Parameter tersediannya alat promosi kesehatan
mengharuskan petugas dan alat pemeriksaan mencakup tulisan maupun tanda-tanda/simbol-
Dinamika Lingkungan Indonesia 39
simbol sebagian besar (87,5%) laboratorium melakukannya, ini disebabkan karena pendirian
klinik sudah menyediakannya dan dapat laboratorium klinik belum sampai tiga tahun.
dikategorikan baik, hanya laboratorium C yang Pemeriksaan berkala atau skrining dilakukan
belum menyediakan alat promosi kesehtan setiap tahun bagi petugas yang bekerja dengan
seperti tanda-tanda/simbol-simbol yang belum bahan yang diduga mengandung bakteri
sesuai standar disebabkan karena ketersediaan tuberkulosis, sedangkan petugas lainnya
anggaran oleh pihak manajemen. dilakukan peemriksaan berkala setiap tiga
Ketersediaan Alat Pelindung Diri oleh tahun. Hal ini tidak sejalan dengan Lusiana
pihak manajemen sebesar 89%. Alat Pelindung et.al 2013 bahwa pemeriksaan kesehatan
Diri sangat diperlukan oleh petugas berkala/skrining mendapatka hasil paling
laboratorium klinik. Ketersediaan APD banyak 56 % berkategori kurang.
bertujuan untuk mencegah penularan penyakit, Pelatihan dan promosi kesehatan yang
pemajanan bahan berbahaya dan terjadinya dilakukan oleh manajemen 87,5% berkategori
cedera pada petugas, pasien dan masyarakat. baik. Laboratorium klinik merupakan unit yang
Alat pelindung diri seperti sarung tangan, mempunyai fungsi diantaranya memberikan
masker, jas laboratorium kancing belakang pelayanan. Dengan demikian diperlukan suatu
dengan lengan panjang dan elastis pada keahlian khusus untuk memberikan pelayanan
pergelangan tangan serta penyediaan sepatu prima kepada pasien. Salah satu cara diberikan
oleh pihak manajemen untuk melindungi pelatihan baik bersifat formal maupun informal.
petugasnya. Kurangnya informasi tentang Pelatihan petugas laboratorium klinik antara
keselamatan kerja menjadi alasan manajemen lain hematologi, kimia klinik, imunologi,
untuk tidak menyediakanya. Ketersediaan Alat mikrobiologi klinik, urinalisis dan analisis
Pelindung Diri oleh pihak manajemen sudah cairan tubuh lainnya. Tenaga analis kesehatan
sangat baik, (87,5%). Hal ini sejalan dengan sangat berperan dalam menjalankan segala
penelitian yang dilakukan Rifaskes 2011 bahwa kegiatan yang ada di lingkungan laboratorium
ketersediaan APD (sarung tangan dan masker) klinik. Promosi kesehatan merupakan proses
sejumlah 90%. pemberdayaan seseorang untuk meningkatkan
Ketersediaan Standard Operating kontrol dan kesehatannya. WHO dalam
Procedure (SOP) seluruh laboratorium Notoadmojo 2003 menekankan bahwa promosi
berkategori Baik (100%). Standard Operating kesehatan merupakan suatu proses yang
Procedure (SOP) juga merupakan sarana untuk bertujuan memungkinkan individu
mencegah keselamatan petugas laboratorium. meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan
Praktik keamanan dan keselamatan yang baik meningkatkan kesehatan berbasis filosofis yang
termasuk meminta semua pegawai senantiasa jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri.
mematuhi kebijakan dan prosedur sesuai dengan Berdasarkan hasil pengukuran pengukuran
Standard Opearting Procedure (SOP) yang pengetahuan petugas laboratorium berkategori
telah disediakan. Namun, mengubah perilaku cukup sebanyak 48%. Hasil pengukuran ini
dan memupuk budaya praktik terbaik sering kali menurut peneliti dimungkinkan dari mayoritas
menantang. Rintangan sosial dan budaya responden yang memiliki pendidikan analis
setempat bisa mencegah manajer laboratorium, (SMAK dan D3 Analis) dan seluruh jumlah
pegawai laboratorium, dan lainnya untuk laboratorium klinik yang ada di Kota
mengikuti praktik keselamatan dan keamanan Pekanbaru. Petugas laboratorium klinik telah
terbaik. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian mendapatkan pelatihan formal dan informal
yang dilakukan Lusiana et.al 2013, bahwa tentang laboratorium. Pengetahuan yang baik
tersedianya Standard Operating Procedure pada responden ini di dapat dari petugas
(SOP) di puskesmas berkategori cukup (54,0). mengikuti pelatihan, bimbingan teknis dan
Pemeriksaan berkala/skrining didapatkan hasil sebagainya. Pelatihan yang telah diikuti oleh
sebagian besar berkategori baik (87,5%). petugas laboratorium klinik akan meningkatkan
Pemeriksaan berkala atau skrining merupakan pengetahuan karyawan terhadap pekerjaannya
salah satu cara pihak manajemen untuk dan pengetahuan yang dimiliki karyawan
menjamin kesehatan petugas laboratorium. tersebut juga mempengaruhi produktivitas kerja
Namun masih ada laboratorium yang belum karyawan, semakin tinggi tingkat
Dinamika Lingkungan Indonesia 40
pengetahuannya semakin produktif karyawan ditekankan bahwa, bukan berarti seseorang yang
tersebut. Gibson (1982) mengatakan salah satu berpendidikan kurang mutlak berpengetahuan
upaya meningkatkan produktivitas adalah kurang. Hal ini mengingat bahwa peningkatan
memberikan pendidikan tambahan dan latihan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari
yang berkesinambungan terhadap karyawan, pendidikan formal saja, akan tetapi dapat
karena semakin banyak jumlah karyawan yang diperoleh melalui pendidikan non formal.
telah mendapat pendidikan dan latihan maka Faktor yang dapat membentuk sikap
produktivitas organisasi akan semakin baik. diantaranya adalah pengalaman pribadi,
Hasil pengukuran sikap diperoleh bahwa kebudayaan, orang lain yang dianggap penting,
sebagian besar sikap atau pernyataan sikap media massa, lembaga pendidikan, serta faktor
terhadap penerapan keselamatan kerja berada emosi dari individu. Pengalaman pribadi, akan
pada kategori baik yaitu sebanyak 37 responden lebih mudah membentuk sikap apabila di
(95%). Brigham (1991) seperti yang dikutip melibatkan emosi, karena penghayatannya akan
Wachidanijah (2002) memberikan gambaran lebih mendalam, lama dan berbekas. Adanya
bahwa terbentuknya sikap melalui adanya informasi dari media masa yang bersifat
proses belajar mengajar dengan cara mengamati sugestif, sehingga mampu memberi landasan
orang lain. Melalui pengamatan, hubungan yang kognitif baru terbentuknya arah sikap tertentu.
terkondisi, pengalaman langsung dan Lembaga pendidikan mempunyai pengaruh
mengamati perilaku diri sendiri. Sikap yang terhadap pembentukan sikap dikarenakan
terbentuk dengan mengamati orang lain dapat lembaga tersebut meletakkan dasar pengertian
menimbulkan sikap yang positif apabila dan konsep moral dalam diri individu.
menyenangkan atau dapat sebaliknya. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah
Berdasarkan hasil pengamatan ke masing- antara boleh dan tidak boleh, diperoleh dari
masing laboratorium, sebagian besar (67%) pendidikan.
yang pendidikan Diploma 3 dengan Hasil pengukuran hubungan pengetahuan
pengetahuan berkategori cukup dan sikap yang dengan masa kerja petugas laboratorium klinik,
baik (95%), namun petugas laboratorium klinik petugas laboratorium klinik yang
belum menerapkan prinsip-prinsip keselamatan berpengetahuan baik terdapat pada masa kerja
kerja (67%) seperti penggunaan Alat 2-5 tahun (10 orang), petugas laboratorium
Pelindung Diri (APD) antara lain sarung tangan, klinik yang berpengetahuan cukup terdapat pada
masker, jas laboratorium dan sepatu. Hal ini masa kerja 2-5 tahun (8 orang), sedangkan
sesuai dengan teori yang disampaikan oleh petugas berpengetahuan rendah terdapat pada
Notoatmodjo (2007), yang menyatakan bahwa petugas laboratorium yang mempunyai masa
suatu sikap belum otomatis terwujud dalam kerja < 2 tahun (2 orang). Hal ini menunjukan
bentuk praktik (overt behavior). Untuk bahwa petugas laboratorium klinik dalam
terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan penerapan keselamatan kerja terdapat pada
yang nyata (praktik) diperlukan faktor masa kerja yang baru yaitu masa kerja 2-5
pendukung atau kondisi yang memungkinkan. tahun.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
yang dilakukan oleh Lastria, Zulfitri, Misrawati penelitian yang dilakukan oleh Bina, Daru,
(2012) dalam pemakaian Alat Pelindung Diri Dewi, 2006 yang menyatakan bahwa masa kerja
menunjukkan hasil sebanyak 45 orang (57,0%) seseorang turut mempengaruhi tingkat kepuasan
memiliki tindakan yang negatif dalam dalam bekerja, dimana semakin tinggi masa
Pemakaian Alat Pelindung Diri. Pengetahuan kerja seseorang maka semakin tinggi pula
dipengaruhi oleh faktor pendidika formal. kepuasan kerja yang ia capai. Menurut Asad
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan (Handoko, 1987), bahwa kejiwaan yang
pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan tercermin dalam tindakan manusia dipengaruhi
pendidikan yang tinggi maka orang tersebut oleh beberapa faktor antara lain pengalaman.
akan semakin luas pula pengetahuannya. Lamanya waktu bekerja di bidang tertentu saat
Kesadaran petugas laboratorium dengan ini memiliki korelasi positif dengan peningkatan
pendidikan yang cukup, belum menerapkan pengalaman, pemahaman, dan kinerja yang
prinsip keselamatan kerja tetapi perlu bersangkutan. (Istiarti, 2002) Hal ini berarti
Dinamika Lingkungan Indonesia 41
semakin lama seseorang bekerja maka akan Gunawan., 2013, Safety Leadership
semakin banyak pengalaman dan Kepemimpinan Keselamatan Kerja,
pemahamannya terhadap prosedur yang ada di Dian Rakyat, Jakarta.
setiap tahap pekerjaan yang dilakukan. Jantriana, R., 2008, Hubungan Karakteristik
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain Karyawan Dengan Kecelakaan Kerja Di
yang sangat penting untuk terbentuknya Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit
tindakan seseorang. Tindakan yang didasari (PPKS) PTPN VII Unit Usaha Talo
oleh pengetahuan dan kesadaran yang utuh akan Pino (TAPI) Propinsi Bengkulu, Skripsi,
bersifat langgeng, sebaliknya tindakan yang Program Studi Ilmu Kesehatan
tidak didasari pengetahuan dan kesadaran tidak Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan,
akan bertahan lama (Notoatmodjo, 2003). Yogyakarta.
Lastria, N., Zulfitri, R., & Misrawati, 2012,
SIMPULAN Gambaran perilaku penyapu jalan
dalam pemakaian alat perlindungan
Kualitas laboratorium klinik yang ada di Kota diri. Tidak Dipublikasikan: Skripsi
Pekanbaru sebagian kecil yang berkualitas baik PSIK UR.
yaitu tiga dari delapan laboratorium yang ada di Lusianawaty et.al; 2013, Penerapan kesehatan
Kota Pekanbaru. Hasil Implementasi dan keselamatan kerja di puskesmas di
manajemen laboratorium klinik menunjukan tiga provinsi di Indonesia, Buletin
sebagain besar berkualitas baik yaitu lima dari Penelitian Kesehatan, Vol 41 No.3.
delapan laboratorium yang ada di Kota 2013: 142-151, Badan Peneltian
Pekanbaru. Hasil penilaian perilaku petugas Pengembangan Kesehatan, Jakarta
laboratorium klinik berperilaku tidak baik, yaitu Notoadmojo, S., 2003, Pendidikan dan Perilaku
pengetahuan petugas laboratorium klinik Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
berkategori cukup, bersikap baik, namun Notoatmodjo, S. 2007. Ilmu Kesehatan
dalam tindakan berkategori tidak baik. Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta
Papalia, D, E., Old, S, W., Feldman, R, D, 2008,
UCAPAN TERIMA KASIH Psikologi perkembangan edisi 9.
Kencana Prenada Media Group, Jakarta
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
Pulungsih,S.P., Murniati,D., Soeroso,S., 2005,
semua pihak yang telah membantu
Kewaspadaan Universal di Rumah Sakit
terlaksananya penelitian ini di lapangan.
dengan perhatian khusus pada
kecelakaan kerja petugas kesehatan,
DAFTAR PUSTAKA
Medicine Jurnal Kedokteran, Volume 4
No.2
Departemen Kesehatan RI., 2010, Peraturan
Sumamur, 1989,. Ergonomi untuk
Menteri Kesehatan Nomor : 411 Tentang
Produktivitas Kerja, CV Haji Masagung,
Laboratorium Klinik, Jakarta.
Jakarta
Departemen Kesehatan RI., 2011, Pedoman
Pengisian Kuesioner, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.
Departemen Kesehatan.RI., 2013, Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 43 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium
Klinik,Jakarta.