You are on page 1of 8

Instrumen Pencegahan & Perusakan Lingkungan Hidup

Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup menurut


Pasal 14 UU PPLH 2009 terdiri dari : a. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), b.
tata ruang, c. baku mutu lingkungan hidup, d. kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup, e. amdal, f. UKL-UPL, g. perizinan, instrumen ekonomi lingkungan hidup, i.
peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup, j. anggaran berbasis
lingkungan hidup, k. analisis risiko lingkungan hidup, l. audit lingkungan hidup; dan m.
instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan.

Analisis

Instrumen yang telah dijelaskan dalam pasal tersebut diatas adalah sudah cukup
lengkap untuk melindungi lingkungan hidup dari pencemaran dan kerusakan, namun
dalam penerapannya justru beberapa instrument tidak diperhatikan sama sekali,
contohnya instrument perizinan, kadangkala pejabat yang berwenang dalam
memberikan izin sama sekali tidak memperhatikan aspek resiko lingkungan, dan
memberikan izin pengelolaan tersebut dengan sangat mudah hanya demi pemasukan
daerah. Alhasil tidak sedikit sungai- sungai di Indonesia yang mengalami kerusakan
lingkungan karena diakibatkan hal tersebut. Instrumen Amdal, banyak perusahaan di
Indonesia yang masih tidak memiliki dokumen amdal, sehingga kerusakan lingkungan
yang diakibatkan oleh minimnya pengananggulangan akibat pun terjadi.

Contoh Kasus

40 Pabrik di Cilegon belum memiliki Amdal, hal tersebut membuktikan bahwa


penerapan undang-undang ini belum efektif karena masih banyak pihak- pihak yang
belum mengerti atau masih mengabaikan berlakunya Undang- undang ini. Hal tersebut
merupakan permasalahan yang besar, karena berkaitan dengan kelangsungan fungsi
dari lingkungan hidup yang apabila diabaikan akan menyebabkan kerugian yang
dialami oleh manusia itu sendiri.
Instrumen Pencegahan & Perusakan Lingkungan Hidup terdiri dari :

1. KLHS
KLHS baru diatur dalam UU PPLH 2009. Menurut PAsal 1 angka 10
UUPPLH 2009, Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian
analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program.

Dengan demikian KLHS sebagai upaya untuk mencari terobosan dan


memastikan bahwa pada tahap awal penyusunan kebijakan, rencana dan/atau
program prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sudah dipertimbangkan.
Makna strategis mengandung arti perbuatan atau aktivitas sejak awal proses
pengambilan keputusan yang berakibat signifikan terhadap hasil akhir yang
akan diraih. Dalam konteks KLHS perbuatan dimaksud adalah suatu proses
kajian yang dapat menjamin dipertimbangkannya hal-hal prioritas dari aspek
pembangunan berkelanjutan dalam proses pengambilan keputusan pada
kebijakan, rencana dan/atau program sejak dini. Secara prinsip sebenarnya
KLHS adalah suatu self assessment untuk melihat sejauh mana Kebijakan,
Rencana dan/atau Program (KRP) yang diusulkan oleh pemerintah dan/atau
pemerintah daerah telah mempertimbangkan prinsip pembangunan
berkelanjutan, baik untuk kepentingan ekonomi, dan social, selain lingkungan
hidup. Dengan KLHS ini pula diharapkan KRP yang dihasilkan dan ditetapkan
oleh pemerintah dan pemerintah daerah menjadi lebih baik.

KLHS diperlukan sebagai sebuah instrument/tools dalam rangka self


assessment untuk melihat sejauh mana Kebijakan, Rencana dan/atau Program
(KRP) yang diusulkan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah telah
mempertimbangkan prinsip pembangunan berkelanjutan. Dengan KLHS ini pula
diharapkan KRP yang dihasilkan dan ditetapkan oleh pemerintah dan
pemerintah daerah menjadi lebih baik.

2. Tata Ruang
Penegasan tata ruang sebagai instrument pencegahan, pencemaran, dan
atau kerusakan lingkungan hidup terdapat dalam Pasal 14 huruf b UUPPLH
2009. Tata ruang berfungsi untuk mengendalikan pemanfaatan ruang,
khususnya dalam kaitannya dengan pengelolaan lingkungan.
Keterkaitan tata ruang dengan pengelolaan lingkungan hidup semakin
tegas dalam PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Dalam PP ini
ditegaskan bahwa dalam penetapan lokasi rencana usaha harus sesuai dengan
rencana tata ruang. Jika tidak, maka dokumen lingkungan dan perizinan tidak
akan dinilai dan diterbitkan.

3. Izin Lingkungan
Secara yuridis formal defenisi izin lingkungan ada dalam Pasal 1 angka 35
UUPPLH 2009 bahw : izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan
usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk
memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan

Dari pengertian tersebut maka izin lingkungan tidak diperlukan untuk


semua jenis usaha dan/atau kegiatan, melainkan hanya diwajibkan kepada
usaha dan/atau kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL (Upaya Pemantauan
Lingkungan dan Upaya Pengelolaan Lingkungan). Hal ini selerasa dengan fungsi
izin lingkungan untuk mengendalikan usaha dan/atau kegiatan yang memiliki
dampak terhadap lingkungan hidup. Ketentuan ini merupakan hal baru yang
jauh lebih progresif dari dua undang-undang lingkungan hidup terdahulu.

Izin Lingkungan diperoleh melalui tahapan kegiatan yang meliputi:

1. penyusunan Amdal dan UKL-UPL;


2. penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL; dan
3. permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan.

4. Amdal dan UKL-UPL


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai
dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini
dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan
pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan
hidup di sini adalah aspek Abiotik, Biotik, dan Kultural.
Dokumen AMDAL terdiri dari :

Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)


Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang
tidak wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).

Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan


upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan. Kewajiban
UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL
dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia.

UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk


pengambilan keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan
atau kegiatan.

Kaitan antara AMDAL dengan UKL/UPL

Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak


lagi diwajibkan menyusun UKL-UPL (lihat penapisan Keputusan Menteri LH
17/2001). UKL-UPL dikenakan bagi kegiatan yang telah diketahui teknologi
dalam pengelolaan limbahnya.

5. Baku Mutu Lingkungan dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan


Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat
atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan
gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Menurut
pengertian secara pokok, baku mutu adalah peraturan pemerintah yang harus
dilaksanakan yang berisi spesifikasi dari jumlah bahan pencemar yang boleh
dibuang atau jumlah kandungan yang boleh berada dalam media ambien.
Secara objektif, baku mutu merupakan sasaran ke arah mana suatu pengelolaan
lingkungan ditujukan. Kriteria baku mutu adalah kompilasi atau hasil dari suatu
pengolahan data ilmiah yang akan digunakan untuk menentukan apakah suatu
kualitas air atau udara yang ada dapat digunakan sesuai objektif penggunaan
tertentu.

Pada saat ini, pencemaran terhadap lingkungan berlangsung di mana-


mana dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini beban pencemaran dalam
lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya limbah industri dari berbagai
bahan kimia termasuk logam berat.

Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan menjadi:

1. Pencemaran air;

2. Pencemaran udara

3. Pencemaran tanah

6. Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup


Penggunaan instrumen ekonomi selayaknya dapat segera diterapkan
karena dari satu sisi instrumen tersebut dapat mempengaruhi estimasi harga
tetapi juga akan memberikan suatu keputusan perilaku bisnis/usaha yang lebih
mengutamakan konservasi sumber daya dan pemulihan lingkungan hidup.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup baru saja disahkan. Banyak hal yang diatur
dalam Undang-Undang yang baru ini, salah satu diantaranya adalah tentang
instrumen ekonomi dalam pengelolaan Lingkungan Hidup. Subyek ini
merupakan sesuatu yang baru, pada undang-undang LH yang lama subyek ini
belum diatur. Selama ini subyek instrumen ekonomi hampir belum pernah di
tangani. Jadi hampir belum banyak orang yang mengerti apa lingkup instrumen
ekonomi dalam pengelolaan hidup. Dalam Undang-Undang Nomor 32/2009,
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, instrumen ekonomi
terdiri dari:

1. Instrumen perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi meliputi:

2. Neraca sumber daya alam dan lingkungan hidup;

3. Penyusunan produk domestik bruto dan produk domestik regional bruto yang
mencakup penyusutan sumber daya alam dan kerusakan lingkungan hidup;
4. Mekanisme kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup antar daerah;

5. Internalisasi biaya lingkungan hidup.

7. Peraturan Perundang-Undangan Berbasis Lingkungan Hidup


produk hukum JUDUL
daerah surabaya :
Jenis Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang
Wajib Dilengkapi Upaya Pengelolaan
Perwali No 1 tahun Lingkungan Hidup (Ukl) Dan Upaya
1 2015 Pemantauan Lingkungan Hidup (Upl)
Organisasi Unit Pelaksana Teknis Badan
Perwali No 74 tahun Laboratorium Lingkungan Pada Badan
2 2008 Lingkungan Hidup Kota Surabaya
Komisi Pengendalian Dan
Perwali No 75 tahun Penanggulangan Pencemaran
3 1995 Lingkungan Hidup (KPPLH)
Perda No 5 tahun Tentang Pelestarian Bangunan Dan/Atau
4 2005 Lingkungan Cagar Budaya
Perda no 2 tahun Pengelolaan Kualitas Air Dan
5 2004 Pengendalian Pencemaran Air
Perwali no 26 tahun Tata Laksana Perizinan Pengelolaan
6 2010 Limbah B3
7 DLL

8. Anggaran Berbasis Lingkungan


9. Analisis Resiko Lingkungan Hidup
Analiss resiko lingkungan merupakan kegiatan untuk mengkaji perkiraan
kemungkinan terjadinya konsekuensi kepada manusia atau lingkungan. Dimana
resiko tersebut terbagi menjadi dua, yakni Risiko yang terjadi kepada manusia
disebut sebagai risiko kesehatan, sedangkan risiko yang terjadi kepada
lingkungan disebut sebagai risiko ekologi. Ekologi merupakan cabang dari ilmu
biologi, dimana Ekologi adalah salah satu komponen dalam sistem pengelolaan
lingkungan hidup yang harus ditinjau bersama dengan komponen lain untuk
mendapatkan keputusan yang seimbang. Jd dalam hal ini, Ekologilah yang
menjadi titik pusat perhatian.

Analisis Resiko Lingkungan (ARl) adalah proses prediksi kemungkinan


dampak negatif yang terjadi terhadap lingkungan sebagai akibat dari kegiatan
tertentu. Analisis resiko lingkungan (ARI) diatur dalam UU No. 32 Tahun 2009.
Dengan melakukam Analisis resiko lingkunngan (ARL) diharapkan piihak
manajemen akan lebih mudah untuk melakukan pengelolaan lingkungannya dan
akan sangat bermanfaat dalam audit lingkungan. Penerapan dari ARI ini sendiri
diperuntukkan kepada industri-industri yang banyak menggunakan bahan-bahan
kimia yag beracun.

Dalam hal yang berkaitan dengan aspek sosial, terdapat tiga macam
risiko ekologis yang dimnuculkan dari hal tersebut, yakni :

1. Risiko fisik-ekologis (physical-ecological risk), yaitu aneka risiko kerusakan


fisik pada manusia dan lingkungannya;

2. Risiko mental (mental risk), yaitu aneka risiko kerusakan mental akibat
perlakuan buruk pada tatanan psikis;

3. Risiko sosial (social risk), yaitu aneka risiko yang menggiring pada rusaknya
bangunan dan lingkungan sosial (eco-social).

10. Audit Lingkungan Hidup


Audit Lingkungan adalah suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi
secara sistematik, terdokumentasi, periodik dan obyektif tentang bagaimana
suatu kinerja organisasi sistem manajemen dan peralatan dengan tujuan
menfasilitasi kontrol manajemen terhadap pelaksanaan upaya pengendalian
dampak lingkungan dan pengkajian pemanfaatan kebijakan usaha atau kegiatan
terhadap peraturan perundang undangan tentang pengelolaan lingkungan.

Fungsi Audit Lingkungan:

a. Upaya peningkatan pentaatan terhadap peraturan : misal baku mutu


lingkungan

b. Dokumen suatu usaha pelaksanaan :

SOP (Prosedur Standar Operasi);


Pengelolaan dan Pemanfaatan Lingkungan

Tanggap Darurat

c. Jaminan menghindari kerusakan lingkungan

d. Realisasi dan keabsahan prakiraan dampak dalam dokumen AMDAL.

e. Perbaikan penggunaan sumberdaya (penghematan bahan, minimasi limbah,


identifikasi proses daur hidup).

Manfaat Audit Lingkungan

a. Mengidentifikasi resiko lingkungan

b. Menjadi dasar pelaksanaan kebijakan pengelolaan lingkungan

c. Menghindari kerugian finansial (penutupan usaha, pembatasan usaha,


publikasi pencemaran nama)

d. Mencegah tekanan sanksi hukum

e. Membuktikan pelaksanaan pengelolaan lingkungan dalam proses peradila

f. Menyediakan informasi

You might also like