You are on page 1of 8

HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI

PADA BALITA DI PUSKESMAS JAMBON KECAMATAN JAMBON


KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014
Indah Jayani1

Abstract: Nutritional status is a condition of the body due to the consumption of


food and use of nutrients. The incidence of nutritional status of children less in
Puskesmas Jambon by (0.40%).Based on preliminary studies conducted in work
areas subdistrict health center Jambon Ponorogo about the nutritional status of 10
respondents who obtained less malnutrition status categories caused by the
consumption of food (0.02%), infectious diseases (0.05%), and parenting (0.03%).
The purpose of this study was to determine the relationship between infectious
diseases and nutritional status in children under five in sub-district health centers
Jambon Ponorogo 2014. The research design used was a correlational study. The
population under study was all children under five in sub-district Puskesmas
Jambon Ponorogo totaling 220 infants with a random sampling technique in
samples obtained 69 toddlers. Research instrument used was a data collection
sheet. The results of the study were analyzed by using Spearman rank. Results of
research conducted showed that the nutritional status in the area of Occupational
Health Center District of Jambon Ponorogo 2014 is still much less nutritional
status. From the analysis of the data obtained by the value of = 0.000 < = 0.05
followed by a t-test value of r = 0.681, which means having the strength of the
relationship "strong" and the direction of the relationship is positive, meaning that
the higher a toddler does not suffer from infectious diseases, the nutritional status
will be high in children under five in sub-district health centers Jambon Ponorogo
2014. The analysis showed an association between infection with nutritional status
of infants in sub-district health centers Jambon Ponorogo Year 2014 Based on the Comment [a1]:
results of research are expected to land is expected to increase counseling and
counseling on infectious diseases, nutrition so that good nutritional status.
Keywords: Nutritional Status, Infectious Diseases

PENDAHULUAN

Gizi merupakan salah satu lain melalui perbaikan pola konsumsi


penentu kualitas sumber daya makanan, perbaikan perilaku sadar
manusia yang berkualitas, sehat, gizi dan peningkatan akses dan mutu
cerdas dan produktif. Upaya pelayanan gizi dan kesehatan sesuai
perbaikan gizi masyarakat dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
sebagaimana tercantum di dalam Pada Rencana Pembangunan
Undang-undang Kesehatan No 36 Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
tahun 2009 bertujuan untuk 2010- 2014 telah menetapkan empat
meningkatkan mutu gizi sasaran pembangunan kesehatan,
perseorangan dan masyarakat, antara yaitu diantaranya Meningkatkan
Umur Harapan Hidup menjadi 72 kelompok masyarakat, bahkan akar
tahun, Menurunkan Angka Kematian masalahnya dapat berbeda antar
Bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran kelompok usia balita (Sihadi, 2005).
hidup, Menurunkan Angka Kematian Keadaan gizi kurang dan buruk dapat
Ibu menjadi 228 per 100.000 menurunkan daya tahan tubuh
kelahiran hidup dan Menurunkan terhadap berbagai penyakit, terutama
prevalensi balita gizi kurang menjadi penyakit infeksi yang mengganggu
15% serta menurunkan prevalensi pertumbuhan dan perkembangan
balita pendek menjadi 32% fisik, mental dan jaringan otak yang
(Kemenkes, 2012). akan mengurangi kualitas sumber
Pencapaian pembangunan MDGs daya manusia Indonesia (Sihadi,
(Millennium Development Goals) 2000).
terkait upaya peningkatan Berdasarkan data Provinsi
kelangsungan hidup anak di masa Jawa Timur tahun 2012 tentang
mendatang, pada tahun 2015 setiap status gizi pada balita menurut BB/U
Negara harus berupaya terus untuk yaitu Gizi buruk 480 (4,8%), gizi
menurunkan separuh jumlah kurang 1230 (12,3%), gizi baik 7530
penduduk miskin dan kelaparan. (75,3%), gizi lebih 760 (7,6%).
Selain itu tujuan MDGs Menurut TB/U yaitu sangat pendek
menempatkan manusia sebagai fokus 2090 (20,9%), pendek 1490 (14,9%),
utama pembangunan yang mencakup dan Normal 6410 (64,1%). Menurut
semua komponen kegiatan, termasuk BB/TB yaitu sangat kurus 730
kesehatan, yang tujuan akhirnya ialah (7,3%), kurus 680 (6,8%), normal
kesejahteraan masyarakat dan 6880 (68,8%), dan gemuk 1710
mengurangi dua per tiga tingkat (17,1%). Menurut TB/U dan BB/TB
kematian anak-anak usia di bawah yaitu pendek kurus 160 (1,6%),
lima tahun (Kemenkes, 2012). pendek normal 2420 (24,2%), pendek
MDGs (Millenium Development gemuk 970 (9,7%), normal-kurus
Goals) ditingkat ASEAN AKABA 1240 (12,4%), normal 4640 (46,4%)
(Angka Kematian Balita) di dan normal-gemuk 570 (5,7%) (Profil
Indonesia masih tergolong tertinggi Kesehatan Indonesia, 2012).
yaitu jumlahnya 44 kematian Berdasarkan data Kabupaten
perseribu kelahiran hidup. United Ponorogo tahun 2012 jumlah balita
Nations Childrens Fund (UNICEF) keseluruhan 44.449, tentang status
melaporkan Indonesia berada di gizi pada balita menurut BB/U yaitu
peringkat kelima dunia untuk Negara Gizi sangat kurang 191 (1,91%),
dengan jumlah anak yang terhambat kurang 2288 (22,88%), normal 3932
pertumbuhannya paling besar dengan (39,32%), dan lebih 551 (5,51%).
perkiraan sebanyak 7,7juta balita Menurut BB/TB yaitu sangat kurus
(Kemenkes, 2012). 82 (0,82%), kurus 243 (2,43%),
Masalah gizi memiliki dimensi normal 2751 (27,51%), dan 110
luas, tidak hanya masalah kesehatan (1,1%) (Dinkes Ponorogo, 2012).
tetapi juga masalah sosial, ekonomi, Berdasarkan data Kecamatan
budaya, pola asuh, pendidikan, dan Jambon Kabupaten Ponorogo tahun
lingkungan. Faktor pencetus 2012 tentang status gizi pada balita
munculnya masalah gizi dapat menurut BB/U yaitu Gizi sangat
berbeda antar wilayah ataupun antar kurang 25 (0,25%), kurang 40
(0,40%), normal 1876 (19,17%), dan menurun dan mudah terkena penyakit
lebih 0 (0%). Menurut BB/TB yaitu infeksi (Latinulu, 2000). Di sisi lain
sangat kurus 10 (0,01%), kurus 4 karena kesediaan bahan pangan tidak
(0,04%), normal 9 (0,09%), dan ada dan kurangnya kesadaran
gemuk 0 (0%) (Dinkes Ponorogo, masyarakat dengan status gizi
2012). Dari data diatas menunjukkan anaknya. Akibatnya adanya
masih tingginya angka balita yang hubungan yang sangat kuat antara
status gizi kurang. Faktor penyebab malnutrisi dan kematian anak balita
teoritis yang mempengaruhi Status dikarekan anak menderita gizi kurang
gizi pada balita yaitu konsumsi gizi, disertai penyakit infeksi. Penyakit
penyakit infeksi, pola asuh, infeksi antara lain penyakit diare,
pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, campak, ISPA, malaria, dan lain-lain
jumlah anak, sanitasi air bersih, (Schroeder, 2001).
umur, dan jenis kelamin. Status gizi memberikan dampak
Studi pendahuluan yang mikro yaitu malnutrisi, pembentukan
dilakukan di Wilayah kerja tubuh seluler terganggu, terjadi
Puskesmas Jambon Kecamatan peningkatan derajat penyakit infeksi
Jambon Kabupaten Ponorogo tentang yang diderita dan tidak tercapainya
status gizi kurang didapat 10 MDGS 2015 sedangkan dampak
responden yang kategori status gizi makro dari status gizi pada balita
kurang di sebabkan oleh konsumsi yaitu angka kematian balita
makanan 2 balita (0,02%), penyakit (AKABA) meningkat.
infeksi 5 balita (0,05%), dan pola Berdasarkan fenomena di atas
asuh 3 balita (0,03%). bahwa balita yang mengalami
Terjadinya penyakit infeksi pada penyakit infeksi masih banyak
balita menyebabkan menurunnya dijumpai. Penelitian tentang penyakit
status gizi pada balita, status gizi infeksi dengan status gizi pada balita
balita dipengaruhi oleh dua faktor di Puskesmas Jambon Kecamatan
utama yaitu jumlah pangan yang Jambon Kabupaten Ponorogo belum
dikonsumsi dan keadaan kesehatan pernah dilakukan penelitian, maka
yang bersangkutan. Kekurangan peneliti tertarik mengungkap tentang
konsumsi pangan khususnya energi hubungan antara penyakit infeksi
dan protein dalam jangka waktu dengan status gizi pada balita di
tertentu akan menyebabkan berat Puskesmas Jambon Kecamatan
badan anak yang bersangkutan Jambon Kabupaten Ponorogo.
menurun sehingga daya tahan tubuh

METODE
Desain penelitian ini merupakan bulan Januari sampai Maret 2014
penelitian cross sectional dengan yaitu sebanyak 220 balita dan
inferensial kuantitatif dan data yang dengan teknik sampling simple
digunakan adalah data skunder. random sampling didapatkan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 69 balita. Bahan penelitian
semua balita yang berobat di yang digunakan dalam penelitian ini
Puskesmas Jambon Kecamatan adalah data berat badan, umur, data
Jambon Kabupaten Ponorogo pada balita yang mengalami penyakit
infeksi dan yang tidak menderita Jambon. Setelah data terkumpul
penyakit infeksi kurun waktu 1 bulan. dilakukan pengkodean dan kemudian
Penelitian dilaksanakan pada bulan dilakukan tabulasi. Data dianalisa
September 2014 di Puskesmas dengan 2 metode, yaitu menggunakan
Jambon Kecamatan Jambon analisa deskriptif atau univariat dan
Kabupaten Ponorogo. bivariat. analisis univariat digunakan
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data status
setelah mendapatkan izin penelitian gizi balita, dan penyakit infeksi pada
dari dari KESBANG dan Dinkes balita. Sedangkan analisa bivariat
Ponorogo ke Puskesmas Jambon. digunakan untuk mencari atau
Data yang diambil yaitu data balita melihat hubungan antara penyakit
yang menderita infeksi dan yang infeksi dengan status gizi pada balita
tidak menderita penyakit infeksi dan dengan menggunakan uji statistik
Status Gizi balita di Kecamatan Spearmen Rho.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Penyakit infeksi di Puskesmas Jambon Kecamatan
Jambon Kabupaten Ponorogo Tahun 2014

No Kategori keluarga Frekuensi Persentase


1 Menderita penyakit infeksi 45 65,2%
Tidak menderita penyakit
2 24 34,8%
infeksi
Jumlah 69 100,0%
Sumber: Data sekunder penelitian 2014

Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa distribusi penyakit infeksi


responden sebagian besar adalah menderita penyakit infeksi yaitu sebanyak 45
responden dengan persentase 65,2%.

Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi status gizi di Desa Sidoarjo Kecamatan Jambon
Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
No Status Gizi Frekuensi Persentase
1 Buruk 23 33,3%
2 Kurang 34 49,3%
3 Baik 12 17,4%
4 Lebih 0 0%
Jumlah 69 100,0%
Sumber: Data skunder penelitian 2014

Berdasarkan tabel 1.2 menunjukkan bahwa status gizi pada balita


respondennya hampir setengahnya adalah kurang yaitu sebanyak 34 responden
dengan persentase 49,3%.
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Penyakit Infeksi dengan Status Gizi di Puskesmas
Jambon Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo Tahun 2014

N Kesadaran Gizi keluarga Total


o Buruk Kurang Baik Lebih
n % n % n % N % n %
1 Tidak 0 0% 12 17,4 12 17,4 0 0% 2 34,8
menderita % % 4 %
penyakit infeki
2 Menderita 23 33,3 22 31,9 0 0% 0 0% 4 65,2
penyakit % % 5 %
infeksi
Total 23 33,3 34 49,3 12 17,4 0 0% 6 100
% % % 9 %
p Value = 0,01 =0,05 koefisien korelasi =
0,681
Sumber: Data sekunder penelitian 2014

Berdasarkan tabel 1.3 diatas Berdasarkan hasil penelitian


didapatkan hasil, bahwa sebagian dapat diketahui bahwa sebagian besar
besar dari responden yaitu sebanyak adalah menderita penyakit infeksi
45 responden (65,2%) menderita yaitu sebanyak 45 responden dengan
penyakit infeksi dengan status gizi persentase 65,2%. Hasil penelitian ini
balita adalah kurang (49,3%). menunjukkan bahwa mayoritas
Berdasarkan hasil uji statistik non responden menderita penyakit infeksi
parametric yaitu menggunakan yang berakibat status gizi yang
Spearman Rank, didapatkan bahwa p bermasalah.
value = 0,01 atau p value < (0,05), Pencapaian pembangunan
maka H1diterima dan H0 ditolak MDGs (Millennium Development
berarti terdapat hubungan antara Goals) terkait upaya peningkatan
penyakit infeksi dengan Status Gizi kelangsungan hidup anak di masa
balita di Puskesmas Jambon mendatang, pada tahun 2015 setiap
Kecamatan Jambon Kabupaten Negara harus berupaya terus untuk
Ponorogo Tahun 2014. Dengan nilai r menurunkan separuh jumlah
= 0,681 yang berarti memiliki penduduk miskin dan kelaparan.
kekuatan hubungan kuat dan arah Selain itu tujuan MDGs
hubungan positif, artinya semakin menempatkan manusia sebagai fokus
tinggi seorang balita tidak menderita utama pembangunan yang mencakup
penyakit infeksi, maka status gizi semua komponen kegiatan, termasuk
akan semakin tinggi pada balita di kesehatan, yang tujuan akhirnya ialah
Puskesmas Jambon Kecamatan kesejahteraan masyarakat dan
Jambon Kabupaten Ponorogo Tahun mengurangi dua per tiga tingkat
2014. kematian anak-anak usia di bawah
lima tahun (Kemenkes, 2012).
Pembahasan Hubungan yang sangat kuat
antara malnutrisi dan kematian anak
balita dikarenakan anak menderita Hal ini akan berdampak pada
gizi kurang disertai dengan penyakit gangguan pertumbuhan dan
infeksi. Beberapa penyakit yang perkembangan pada balita. Selain itu
menyebabkan terjadinya malnutrisi keadaan gizi kurang dan buruk dapat
antara lain adalah penyakit diare, menurunkan daya tahan tubuh
campak, ISPA, malaria dan lainnya terhadap berbagai penyakit, terutama
(Schroeder, 2001). penyakit infeksi yang mengganggu
Penyakit infeksi sangat erat pertumbuhan dan perkembangan
hubungannya dengan status gizi yang fisik, mental dan jaringan otak yang
kurang. Hal ini dapat dijelaskan akan mengurangi kualitas sumber
melaui mekanisme pertahanan tubuh daya manusia Indonesia (Sihadi,
yaitu pada balita yang kekurangan 2006).
konsumsi makanan di dalam tubuh Status gizi pada balita sangat
sehingga kemampuan tubuh untuk penting untuk diperhatikan karena
membentuk energi baru berkurang. akan mempengaruhi perkembangan
Hal ini kemudian menyebabkan dan pertumbuhan balita. Gizi kurang
pembentukan kekebalan tubuh pada balita masih banyak dijumpai
terganggu, sehingga tubuh rawan dan penyebabnya karena tingkat
serangan infeksi. Pada umumnya pendidikan ibu balita yang hampir
keluarga telah memiliki pengetahuan setengahnya pendidikan dasar
tentang penyakit infeksi pada anak. sehingga mempengaruhi pengetahuan
Namun demikian banyak masyarakat ibu tentang nutrisi bagi balitanya,
yang beranggapan penyakit bisa pekerjaan ibu balita yang hampir
sembuh dengan sendirinya dan selain setengahnya IRT mengakibatkan ibu
itu akibat keterbatasan ekonomi dan balita sering menghabiskan waktu di
geografi membuat masyarakat rumah dengan mengurusi suami dan
mengurungkan niat untuk anaknya yang berakibat kurangnya
memeriksakan anaknya ke tenaga informasi tentang pola makan yang
kesehatan. Padahal hal tersebut baik untuk balita, selain itu sebagian
sangat penting untuk pemantauan warga masyarakat memiliki riwayat
kesehatan balita. Hal ini perkawinan sedarah yang
menyebabkan penyakit infeksi di mengakibatkan banyak anggota
Puskesmas Jambon masih belum keluarga yang keterbelakangan
mencapai target Indonesia sehat. mental sehingga pengetahuan dan
Berdasarkan hasil penelitian informasi tidak bisa di terima dengan
bahwa status gizi pada balita baik perlu pelatihan khusus sehingga
respondennya hampir setengahnya berakibat pada kebutuhan nutrisi
adalah kurang yaitu sebanyak 34 pada balita yang kurang salah satu
responden dengan persentase 49,3%. faktor yang membuat status gizi
Status gizi merupakan suatu keadaan balita di wilayah Puskesmas Jambon
tubuh sebagai akibat konsumsi masih tinggi dengan angka kejadian
makanan dan penggunaan zat gizi status gizi kurang. Di tambah dengan
(Almatseir, 2009). Status gizi yang balita yang menderita penyakit
kurang atau terbatas akan infeksi sulit untuk diberikan asupan
memengaruhi pertumbuhan, makanan, hal tersebut menyebabkan
perkembangan, fungsi organ tubuh, kekurangan konsumsi pangan
dan proses hormonal dalam tubuh. khususnya energy dan protein dalam
jangka waktu tertentu sehingga tentunya pemenuhan kebutuhan
mengakibatkan berat badan balita nutrisi tersebut haruslah seimbang .
yang bersangkutan menurun sehingga Gizi kurang merupakan
mempengaruhi status gizinya. masalah yang perlu penanganan
Berdasarkan hasil uji statistik serius. Berbagai upaya telah
dengan menggunakan uji korelasi dilakukan pemerintah antara lain
Spearmans Rank (Rho) diperoleh melalui revitalisasi Posyandu dalam
nilai = 0,01 dengan tingkat meningkatkan cakupan penimbangan
kepercayaan 95% ( = 0,05) dapat balita, penyuluhan dan
dikatakan < Ho ditolak dan H1 pendampingan, pemberian Makanan
diterima, maka ada Hubungan Antara Pendamping ASI (MP-ASI) atau
Penyakit infeksi Dengan Status Gizi Pemberian Makanan Tambahan
Pada Balita Di Puskesmas Jambon (PMT), peningkatan akses, mutu
Kecamatan Jambon Kabupaten pelayanan gizi melalui tata laksana
Ponorogo Tahun 2014. Hal ini sesuai gizi buruk di Puskesmas Perawatan
dengan terjadinya penyakit infeksi dan Rumah Sakit, penanggulangan
pada balita menyebabkan penyakit menular, pemberdayaan
menurunnya status gizi pada balita, masyarakat, pelatihan untuk warga
status gizi balita dipengaruhi oleh dua masyarakat yang keterbelakangan
faktor utama yaitu jumlah pangan mental dengan keterampilan yang
yang dikonsumsi dan keadaan bisa menghasilkan uang untuk biaya
kesehatan yang bersangkutan. kehidupan sehari hari.
Kekurangan konsumsi pangan
khususnya energi dan protein dalam
jangka waktu tertentu akan SIMPULAN
menyebabkan berat badan anak yang Sebagian besar balita di
bersangkutan menurun sehingga daya Puskesmas Jambon Kecamatan
tahan tubuh menurun dan mudah Jambon Kabupaten Ponorogo Tahun
terkena penyakit infeksi (Latinulu, 2014 adalah menderita penyakit
2000). Di sisi lain karena kesediaan infeksi dan status gizi balita hampir
bahan pangan tidak ada dan setengahnya adalah kurang. Sehingga
kurangnya kesadaran masyarakat ada hubungan antara penyakit infeksi
dengan status gizi anaknya. dengan status gizi pada balita di
Akibatnya adanya hubungan yang Puskesmas Jambon Kecamatan
sangat kuat antara malnutrisi dan Jambon Kabupaten Ponorogo Tahun
kematian anak balita dikarekan anak 2014.
menderita gizi kurang disertai Dari hasil penelitian ini
penyakit infeksi (Schroeder, 2001). diharapkan dapat meningkatkan
Dari hasil tabulasi diatas bahwa pemberian informasi tambahan
sebagian besar dari responden yaitu tentang penyakit infeksi dan tentang
sebanyak 45 responden (65,2%) status gizi serta pencegahan tentang
menderita penyakit infeksi dengan masalah gizi terutama pada balita,
status gizi balita adalah kurang 34 penanganan gizi pada balita dan
responden (49,3%). Penyelesaian pencengahan terhadap masalah
masalah status gizi tidak dapat penyakit infeksi pada balita.
dilakukan dengan pemenuhan
kebutuhan nutrisi yang berlebihan TINJAUAN PUSTAKA
Almatsier, Sunita. (2009). Prinsip Notoatmodjo. Soekidjo.(2007).
Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Kesehatan Masyarakat
PT Gramedia Pustaka Ilmu dan Seni. Jakarta :
Utama PT Rineka Cipta
Arikunto. Suharsimi. (2010). Notoatmodjo. Soekidjo. (2010).
Prosedur Penelitian Suatu Metodologi Penelitian
Pendekatan Praktik. Kesehatan. Jakarta : PT
Jakarta : Rineka Cipta Rineka Cipta
Baliwati, Yayuk Farida, dkk. (2006). Nursalam. (2011). Konsep dan
Pengantar Pangan dan Penerapan Metodologi
Gizi. Jakarta : Penebar Penelitian Ilmu
Swadaya Keperawatan. Jakarta :
Gizi, Departemen, dkk. (2007). Gizi Salemba Medika
dan Kesehatan Pratiknya, Ahmad Watik. (2008).
Masyarakat. Jakarta : PT Dasar-dasar Metodologi
Raja Grafindo Persada Penelitian Kedokteran
Hidayat, Aziz Alimul. (2007). Riset dan Kesehatan. Jakarta :
Keperawatan dan Teknik PT Raja Grafindo Persada
Penulisan Ilmiah. Jakarta: Santoso, Soegeng, dkk. (2009).
Salemba Medika Kesehatan dan Gizi.
Hidayat, Aziz Alimul. (2008). Jakarta : PT Ineka Cipta
Metode Penelitian Sediaoetama, Achmad Djaeni.
Kebidanan & Teknik (2006). Ilmu Gizi untuk
analisis data. Jakarta : Mahasiswa dan Profesi.
Salemba Medika Jilid II. Jakarta : Dian
Hidayat, Aziz Alimul. (2012). Riset Rakyat
Keperawatan dan Teknik Soegianto, Benny, dkk. (2007).
Penulisan Ilmiah. Jakarta: Penilaian Status Gizi dan
Salemba Medika Buku Antropometri Who-
Kartasapoetra, G, dkk. (2008). Ilmu NCHS . Surabaya : CV.
Gizi (Korelasi Gizi, Duta Prima Airlangga
Kesehatan dan Supariasa, I Dewa Nyoma, dkk.
Produktivitas Kerja). (2002). Penilaian Status
Jakarta : PT Rineka Cipta Gizi. Jakarta : Buku
Mubarak, Wahid Iqbal, dkk. (2009). Kedokteran EGC
Ilmu Kesehatan
Masyarakat : Teori dan 1
Dosen Program Studi Ilmu
Aplikasi. Jakarta : Keperawatan Fakultas Ilmu
Salemba Medika Kesehatan Universitas Kadiri
Nawawi, Hadari .(2008). Metode
Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press
Nazir, Moh Ph.D. (2003). Metode
Penelitian. Jakarta :
Ghalia Indonesia

You might also like