You are on page 1of 4

Jurnal Ikatan Alumni Fisika Universitas Negeri Medan

Vol.2 No.2 April 2016


ISSN : 2461-1247

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS


PADA PEMBELAJARAN FISIKA

Sri Muliati*), Nurdin Bukit**)


*) Mahasiswa Pendidikan Fisika Unimed
**) Dosen Fisika Unimed
srimuliati03@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap
keterampilan proses sains siswa. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Sampel penelitian ini
ditentukan dengan teknik Cluster Random Sampling. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa
pengaruh model pembelajaran inquiry training lebih meningkatkan keterampilan proses sains siswa
dan lebih memahami indikator pada setiap komponen keterampilan proses sains siswa yang ada
dengan nilai rata-rata 88,57 dan standar deviasi 7.
Kata Kunci: Kuasi Eksperimen, Model Pembelajaran Inquiry Training, Keterampilan Proses
Sains

ABSTRACT
This Research was aimed to know the effect of inquiry training model on science process skill of
student. This research is quasy experiment research. The sample of this research that was taken by
using cluster random sampling. Based on the research it can that the effect of inquiry training
learning model significantly give a better on science process skill of students and more understand
the indicators on each component of the science process skill the average 88,57 and a deviation
standard of 7.
Key words: Quasi experiment, Inquiry training model, Science process skill.

PENDAHULUAN mengitegrasikan KPS dalam suatu rangkaian proses


Faktor penting dalam keberhasilan pembelajaran, memungkinkan siswa memperoleh
pencapaian tujuan pendidikan adalah faktor guru. pengalaman belajar yang beragam dan relatif lebih
Sebagai fasilitator, guru berperan untuk bermakna.
memudahkan siswa dalam kegiatan proses belajar Menurut (Joyce et all., 2009) tujuan dari
(Sanjaya, 2008). Proses pembelajaran di dalam kelas model pembelajaran inquiry training adalah:
diarahkan kepada kemampuan anak untuk Membantu siswa mengembangkan disiplin
menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk Intelektual dan keterampilan yang mempunyai untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa meningkatkan pernyataan-pernyataan dan pencarian
dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya jawaban yang terpendam dari rasa keingintahuan
itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan mereka. Model pembelajaran yang tepat untuk
sehari-hari (Sanjaya, 2011). Peristiwa belajar akan mengembangkan KPS Siswa adalah dengan
berlangsung lebih efektif jika siswa berhubungan menggunakan model inquiry training yang
langsung dengan objek yang sedang dipelajari dan dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke
ada di lingkungan sekitar. Pembelajaran menjadi dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang
bermakna bagi siswa jika guru bisa memberikan dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam
keterampilan-keterampilan tertentu dalam kegiatan periode waktu yang singkat dengan tujuan
pembelajaran fisika. Salah satu keterampilan dalam membantu siswa mengembangkan disiplin dan
pembelajaran fisika adalah Keterampilan Proses mengembangkan keterampilan intelektual yang
Sains (KPS). Fisika tidak mudah diterima secara diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan
prosedural tanpa pemahaman dan penalaran. menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari tahunya (Joice et all, 2009). Hasil penelitian
otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa). sebelumnya menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
Siswa sendiri yang harus mengartikan apa yang telah dengan menggunakan model pembelajaran inquiry
diajarkan dengan menyesuaikan terhadap training memiliki pengaruh signifikan pada
pengalaman-pengalaman mereka. pelajaran fisika (Sirait, 2012).
Keterampilan proses sains (KPS) Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
merupakan keterampilan yang harus dikembangkan dengan memberikan angket kepada 43 siswa dimana
pada siswa. Penerapan pembelajaran berbasis KPS hanya 14 siswa yang menyukai pelajaran fisika, 5
secara nyata mampu meningkatkan pencapaian hasil siswa yang menganggap fisika mudah, dan 23 siswa
belajar sains siswa, terutama dalam hal penguasaan menganggap guru yang mengajar fisika lebih banyak
KPS. Melalui proses pembelajaran yang mencatat dan memberi contoh soal tetapi kurang

50
Jurnal Ikatan Alumni Fisika Universitas Negeri Medan
Vol.2 No.2 April 2016
ISSN : 2461-1247

praktikum. Dengan kata lain proses pembelajaran Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen
fisika masih cenderung berbasis hafalan teori, dengan desain dua grup pretes -postes.
konsep-konsep dan rumus serta tidak didasarkan Tabel 1. Desain Penelitian
pada pengalaman siswa, guru tidak menilai KPS Kelas Pretes Perlakuan Postes
siswa karena instrumen yang digunakan guru belum Eksperimen Y1 X1 Y2
Kontrol Y1 X2 Y2
menuju pada KPS siswa. KPS siswa tidak dapat
Keterangan :
diajarkan hanya dengan menggunakan metode
X1 = Pengajaran dengan menerapkan model
ceramah. Guru masih menggunakan metode ceramah
pembelajaran inquiry training
karena metode ini mudah untuk dilaksanakan baik
X2 = Pengajaran dengan menerapkan model
dari segi persiapan, waktu dan peralatan.
pembelajaran konvensional
Mengajarkan keterampilan proses pada
Y1 = Pretes diberikan kepada kelas eksperimen dan
siswa berarti memberi kesempatan pada mereka
kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan
untuk melakukan sesuatu bukan hanya
Y2 = Postes diberikan setelah perlakuan kepada
membicarakan sesuatu tentang sains. Harlen, W.,
kelas eksperimen dan kelas Kontrol.
dan Elsgeest, J., (1992) berpendapat bahwa terdapat
Alat pengumpul data hasil KPS yang
10 komponen KPS yaitu mengamati, membuat
digunakan adalah tes berbentuk essai dengan jumlah
pertanyaan, merumuskan hipotesis, memprediks i,
7 butir soal. Uji hipotesis yang dilaksanakan dengan
menemukan pola dan hubungan, berkomunikas i
membandingkan rata-rata skor hasil belajar yang
secara efektif,merancang percobaan, membagi dan
dicapai baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
merencanakan investigasi, meniru materi dan
Data yang diperoleh ditabulasikan kemudian dicari
peralatan secara efektif, serta mengukur dan
rata-ratanya. Sebelum dilakukan penganalisisan
menghitung. Peneliti hanya menggunakan 7
data, terlebih dahulu ditentukan skor masing-masing
komponen KPS yang tertera pada diagram batang di
kelompok sampel lalu dilakukan pengolahan data
atas karena keterbatasan kemampuan peneliti dalam
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
mencantumkan semua komponen.
a. Menghitung nilai rata-rata dan simpangan
Berdasarkan penjelasan diatas, masalah
baku,
yang diperoleh adalah: (1) Proses pembelajaran
b. Uji normalitas,
fisika masih cenderung berbasis hafalan teori,
c. Uji homogenitas, dan
konsep-konsep dan rumus serta tidak didasarkan
d. Uji hipotesis ( uji t ).
pada pengalaman siswa yang menyebabkan
Jika analisis data menunjukkan bahwa, >
rendahnya KPS siswa. (2) Alasan guru masih
1 atau nilai t hitung yang diperoleh lebih tinggi
menggunakan metode ceramah karena mudah untuk
dari 1 , maka hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima.
dilaksanakan baik dari segi persiapan, waktu dan
peralatan. (3) Sedikit siswa yang menyukai pelajaran Dapat diambil kesimpulan bahwa model inquiry
fisika yaitu 32%. (4) Hasil belajar fisika siswa training berpengaruh terhadap KPS siswa.
kurang maksimal dibanding mata pelajaran lain. (5)
Penggunaan laboratorium di sekolah masih belum HASIL DAN PEMBAHASAN
efektif. Dari uraian pengelompokan di atas maka Penelitian diawali dengan memberikan
pretes terhadap kedua sampel dengan jumlah soal 7
dipilih model pembelajaran Inquiry Training dengan
tujuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap item dalam bentuk essai tes yaitu pada kelas
keterampilan proses sains siswa pada pembelajaan eksperimen dan kelas kontrol, dimana soal pretes
tersebut sebelumnya telah dilakukan validitas
fisika.
ramalan pada siswa yang telah mempelajari materi
METODE PENELITIAN penelitian tersebut di sekolah lain. Berdasarkan data
hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pretes siswa
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri
4 Kisaran yang beralamat di Jl. Pondok Indah no 11 pada kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan
Kisaran pada semester genap T.P 2015/2016. inquiry training sebesar 49,94 dengan standar
deviasi 8,22. Sedangkan di kelas kontrol diperoleh
Populasi penelitian adalah seluruh siswa
kelas X. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua nilai rata-rata pretes sebesar 48,03 dengan standar
kelas yaitu kelas X-4 sebagai kelas eksperimen deviasi 8,2.
Kemudian pada kedua kelas diberi
dengan jumlah siswa 30 orang dan kelas X-3 sebagai
kelas kontrol dengan jumlah siswa 32 orang. Sampel perlakuan yang berbeda yaitu pada kelas eksperimen
diambil dengan secara acak (cluster random diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran
inquiry training sedangkan kelas kontrol diberi
sampling).
Variabel penelitian ini terdiri atas dua jenis perlakuan dengan menggunakan model
yaitu Variabel bebas adalah penerapan model pembelajaran konvensional. Setelah kedua kelas
diberikan perlakuan yang berbeda, kedua kelas
pembelajaran inquiry training, dan Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah KPS siswa pada mata selanjutnya diberikan postes dengan soal yang sama
pelajaran fisika SMA kelas X. dengan soal pretes. Hasil yang diperoleh adalah nilai

51
Jurnal Ikatan Alumni Fisika Universitas Negeri Medan
Vol.2 No.2 April 2016
ISSN : 2461-1247

rata-rata postes kelas eksperimen setelah diterapkan berkomunikasi secara efektif,merancang percobaan,
model pembelajaran inquiry training sebesar 88,57 membagi dan merencanakan investigasi, meniru
dengan standar deviasi 7. Sedangkan di kelas kontrol materi dan peralatan secara efektif, serta mengukur
diperoleh nilai rata-rata postes sebesar 66,08 dengan dan menghitung. Peneliti hanya menggunakan 7
standar deviasi 8. komponen KPS yang tertera pada diagram batang di
atas karena keterbatasan kemampuan peneliti dalam
mencantumkan semua komponen.
KPS 1 yaitu mengamati, siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol memiliki rata rata yang
tidak jauh berbeda. Pada kelas ekperimen memili k i
N
100 rata-rata 82 sedangkan pada kelas kontol adalah 72.
80 KPS 2 dan KPS 3 yaitu merumuskan
I pretes hipotesis dan memprediksi, siswa kelas eksperimen
L 60 lebih tinggi di banding siswa kelas kontrol, sebab
postes
A 40 siswa kelas eksperimen lebih memahami kategori
merumuskan masalah dan memprediksi karena efek
I 20Gambar 1. Hasil Pretes dan Postes Kelas dari model pembelajaran Inquiry Training yang
0 Eksperimen dan Kontrol diterapkan di kelas eksperimen, sedangkan siswa di
Gambar 1eksperimen
Menunjukkan kontrol
bahwa hasil belajar dalam kelas kontrol hanya menggunakan model
KPS siswa di kelas eksperimen lebih tinggi daripada konvensional sehingga hanya sebagian siswa yang
kelas kontrol. Hal ini dikarenakan di kelas dapat menyelesaikan persoalan mengenai
eksperimen siswa dituntut dan dibawa secara merumuskan masalah. Pada KPS 2 rata-rata siswa
langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan- kelas eksperimen dan kontrol adalah 98 dan 68. Pada
latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah KPS 3 rata-rata siswa kelas eksperimen dan kelas
tersebut ke dalam periode waktu yang singkat, kontrol adalah 93 dan 59.
sedangkan di kelas kontrol siswa hanya KPS 4 dan KPS 6 yaitu menemukan pola
mendengarkan informasi dari penjelasan dan hubungan dan merancang percobaan, siswa kelas
mengerjakan soal-soal, sehingga pembelajaran eksperimen memiliki rata-rata yang lebih tinggi dari
menjadi pasif. siswa di kelas kontrol. Hal ini dikarenakan siswa di
Kelas eksperimen setiap kali pertemuannya kelas eksperimen pada setiap pertemuan dalam
siswa melakukan praktikum dari LKS yang proses pembelajaran langsung dibimbing untuk
diberikan oleh peneliti, sehingga siswa yang melakukan praktikum di laboratorium sehingga
mendapat perlakuan inquiry training lebih siswa kelas eksperimen mengetahui pola hubungan
memahami dan lebih terlatih untuk mengerjakan dan merancang percobaan dari praktikum yang
soal-soal yang berhubungan dengan KPS. sudah dilakukan. Sedangkan pada kelas kontrol,
Hal ini sejalan dengan teori yang siswa jarang melakukan praktikum. Pada KPS 4 rata-
dikemukakan oleh (Harlen and Elsegeest, 1992) rata kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 90
bahwa peserta didik yang memiliki KPS yang baik dan 68. Pada KPS 6 rata-rata kelas eksperimen dan
karena dibawa secara langsung kedalam kelas kontrol adalah 73 dan 56.
proses/kegiatan ilmiah sehingga mampu melakukan KPS 5 yaitu mengkomunikasikan, kelas
sesuatu hal yang baru dan mampu mengembangkan eksperimen dan kelas kontrol memiliki hasil rata-rata
kemampuan mendasar yang dimilikinya karena yang berbeda, hal itu disebabkan karena siswa di
siswa diberi kesempatan untuk melakukan atau kelas eksperimen dan siswa di kelas konrol
bereksperimen bukan hanya sekedar membicarakan menggunakan model pembelajaran yang berbeda.
sesuatu tentang sains. Hasil rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol
adalah 92 dan 75.
150
Kls Eksprimen KPS 7 yaitu mengukur dan menghitung,
100 kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol
Kls Kontrol memiliki rata-rata yang cukup jauh berbeda dan pada
50
KPS ini masih terbilang rendah. Hal ini disebabkan
0 karena siswa dikelas kontrol masih agak kesulitan
KPS KPS KPS KPS KPS KPS KPS dalam menghitung dan mengukur serta dalam
1 2 3 4 5 6 7 penulisan laporan, di KPS inilah siswa perlu
dibimbing penuh agar semua siswa dapat mengerti
Gambar 2. Hasil belajar KPS siswa cara menghitung dan mengukur pada saat melakukan
Harlen, W., dan Elsgeest, J., berpendapat percobaan. Hasil rata-rata kelas eksperimen dan
bahwa terdapat 10 komponen KPS yaitu mengamati, kelas kontrol adalah 96 dan 63.
membuat pertanyaan, merumuskan hipotesis, Hasil uji normalitas untuk kedua sampel
memprediksi, menemukan pola dan hubungan, menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi

52
Jurnal Ikatan Alumni Fisika Universitas Negeri Medan
Vol.2 No.2 April 2016
ISSN : 2461-1247

normal dimana Lhitung < Ltabel dan berasal dari Dimyati, dan Mudjiono., (2009), Belajar dan
populasi yang homogen. Hasil uji hipotesis untuk Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.
postes menggunakan uji t diperoleh thitung > t tabel Harlen, W., and Elsgeest, J., (1992) ENESCO
(11,09>1,67) yang berarti bahwa ada pengaruh yang Sourcebook for Science in the Primary
signifikan akibat model pembelajaran inquiry School, Imprimerie de ls Manutention,
training terhadap keterampilan proses sains siswa France.
pada materi suhu dan kalor. Joyce, B., Weil, M., and Calhoun, E., (2009),
Models of Teaching Edisi Delapan, Pustaka
KESIMPULAN Belajar, Yogyakarta.
Berdasarkan hasil analisis dan uji statistik serta Pandey.A, Nanda. G.K., and Ranjan.V., (2011),
pembahasan maka disimpulkan sebagai berikut: Effectiveness of Inquiry Training Model over
1. Pembelajaran dengan model inquiry training Conventional Teaching Method on Academic
sebelum diberikan perlakuan rata-rata pretes Achievement of Science Students in India,
sebesar 49,94 dan setelah diberikan perlakuan Journal of Innovative Research in Education.
rata-rata postes siswa sebesar 88,57, dan dalam Volume 1 (1) Hal: 7-20
kategori cukup. Nilai postes dari kelas Sanjaya, W., (2008), Pembelajaran dalam
eksperimen mencapai KKM yaitu 78. Implementasi Kurikulum Berbasis
2. Pembelajaran secara Konvensional sebelum Kompetensi, Kencana, Jakarta
diberikan perlakuan rata-rata pretes sebesar Sanjaya, W., (2011), Srategi Pembelajaran
46,2 dan setelah diberikan perlakuan rata-rata Berorientasi standar Proses pendidikan,
postes siswa sebesar 66,28, dan termasuk Kencana, Jakarta.
dalam katerogi kurang. Sirait, R., (2012), Pengaruh Model Pembelajaran
3. Dari hasil uji hipotesis didapat hasilnya Inquiry Training terhadap Hasil Belajar
signifikan, sehingga hasil belajar siswa dengan Siswa pada Materi Pokok Usaha dan Energi
menerapkan model pembelajaran inquiry Kelas VIII MTs N 3 Medan, Jurnal
training memiliki pengaruh yang lebih tinggi Pendidikan Fisika. Vol 1 (1) Hal: 21-26
dibandingkan dengan pembelajaran Sudjana, N., (2010), Penilaian Hasil Proses Belajar
konvensional. Mengajar, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
DAFTAR PUSTAKA

53

You might also like