You are on page 1of 16

1

PENERAPAN PSAK 102 UNTUK MURABAHAH DI PT. BANK SYARIAH


MANDIRI CABANG GORONTALO

OLEH
SRI APRIYANTI HUSAIN
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

ABSTRAK
This research aimed to discover the implementation of PSAK 102 for murabahah in
PT. Bank Syariah Mandiri-Branch of Gorontalo. The role of the researcher was as the
planner to collect the data and information to analyze, and to report the result. Data obtained
from this research was from primary and secondary data. This was a qualitative research
by applying constant comparative method. The result concluded that PSAK 102 for
murabahah was not fully applied in PT. Bank Syariah Mandiri-Branch of Gorontalo. The
acknowledgement, measurement, presentation, and disclosure of murabahah were not
consistent with The Standardize Financial Accounting Statement (PSAK) 102. Moreover,
PT. Bank Syariah Mandiri-Branch of Gorontalo gave only certain amount of money to
clients who applied for murabahah, in contrast with the concept of murabahah in PSAK
102, it was a products trading with the selling price as much as cost price added by profit,
and the seller had to be transparently reveal the cost price to the buyer.

Keywords: PSAK 102, Murabahah

I. PENDAHULUAN
Perbankan syariah merupakan bagian dari sistem ekonomi Islam. Ekonomi
Islam bersifat muamalah, artinya ekonomi Islam selalu berhubungan dengan
manusia. Perbankan syariah telah menunjukkan eksistensinya sebagai bagian dari
roda kehidupan ekonomi dunia. Hal ini ditujukkan dengan banyaknya bank-bank
konvensional yang mulai merambah dan membuka cabang baru dengan nuansa
syariah dengan sistem bagi hasil.
Keunggulan sistem bagi hasil yang diterapkan perbankan syariah ini
membawa dampak positif bagi perkembangan ekonomi di Indonesia, karena
selain memicu lahirnya bank-bank baru dengan sistem syariah, juga banyak
perbankan konvensional yang membuka cabang syariah, bahkan beberapa bank
konvensional melakukan konversi total ke sistem syariah seperti Bank Mandiri,
mempunyai Bank Syariah Mandiri, begitu pula Bank Rakyat Indonesia, Bank
2

Negara Indonesia, mempunyai divisi syariah ataupun Bank Syariah. Bank-bank


swasta pun telah memperlakukan Dual Banking System, seperti Bank Niaga, Bank
IFI, Bank Permata, BCA maupun bank-bank pemerintah, BUMN, maupun bank
swasta lainnya. Bukti nyata eksistensi perbankan syariah di tengah krisis ekonomi
global adalah pada periode tersebut Bank Muamalat justru berhasil membukukan
laba lebih dari 300 Milyard (Fachrizal, 2009).
Hanya saja, selama 10 Tahun (1992-2002) Bank Syariah di Indonesia tidak
memiliki PSAK khusus. Hingga PSAK No. 59 sebagai produk DSAK-IAI disahkan
sebagai awal dari pengakuan dan eksistensi Akuntansi syariah di Indonesia. PSAK
ini disahkan. Berarti, pembukuan yang berakhir tahun 2003. PSAK ini berlaku
hanya dalam tempo lima tahun. Selanjutnya PSAK No. 101-106 disahkan tanggal
27 Juni 2007, berlaku mulai tanggal 1 Januari 2008 (Muhammad, 2009: 29-30).
Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
perbankan syariah yang terbit pada tanggal 16 Juli 2008, semakin memperjelas
bahwa Perbankan Syariah di Indonesia semakin mempunyai landasan hukum dan
peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Selain itu juga kenyataan
membuktikan bahwa perbankan syariah cukup berhasil bertahan dalam krisis
moneter yang mengguncang perbankan nasional.
Peranan perbankan syariah dalam aktivitas ekonomi pada dasarnya tidak jauh
berbeda dengan perbankan konvensional. Bank syariah juga berperan sebagai
lembaga intermeditary yaitu lembaga keuangan yang memediasi antara masyarakat
satu dengan masyarakat lainnya, selain itu juga bank syariah tetap berfungsi sebagai
lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali
kepada masyarakat. Namun hal yang paling mendasari perbedaan antara perbankan
syariah dan perbankan konvensional adalah prinsip-prinsip opersional yang
digunakan dalam transaksi keuangan.
Sama halnya prinsip muamalah, semua jenis transaksi pada dasarnya
diperbolehkan sepanjang tidak mengandung unsur riba, gharar, ataupun maisir.
Dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan perbankan syariah harus mengikuti
mekanisme bagi hasil sebagai pemenuhan kegiatan permodalan, serta investasi
3

berdasarkan imbalan melalui mekanisme jual-beli sebagai pemenuhan dalam


pembiayaan.
Pembiayaan yang dilakukan dengan menggunakan mekanisme jual beli
umumnya dikenal ada tiga jenis yaitu murabahah, salam, dan istishna. Menurut
Antonio dalam bukunya Akuntansi Perbankan dari teori ke Praktik, menurut sifat
penggunaanya pembiayaan pada dasarnya dibagi menjadi dua jenis yaitu
pembiayaan produktif dan pembiayaan konsumstif. Yang termasuk dalam
pembiayaan produktif adalah mudharabah dan musyarakah sedangkan murabahah
sendiri termasuk dalam pembiayaan konsumtif.
Hampir di seluruh dunia bahkan di Indonesia murabahah masih menjadi The
Queen Of Finance in The Bank. Padahal pembiayaan yang dianjurkan dalam Islam
adalah pembiayaan bagi hasil yang dalam hal ini adalah mudharabah dan
musyarakah namun pada kenyataannya, pembiayaan murabahahlah yang paling
banyak digunakan dalam perbankan syariah.
Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo merupakan salah satu bank syariah
di Indonesia yang menjalankan konsep murabahah. Di PT. Bank Syariah Mandiri
Cabang Gorontalo komposisi jumlah nasabah pada setiap pembiayaan dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 1 Komposisi Jumlah Nasabah Pembiayaan
Jenis Pembiayaan Jumlah Persentase
Nasabah (%)
Mudharabah dan Musyarakah 13 2.07 %
Murabahah 507 80.86%
Al-Qardh 107 17.07%
Total 627 100 %
Sumber: PT. BSM Cabang Gorontalo, Februari 2013
Dengan banyaknya nasabah yang menggunakan pembiayaan dengan skim
murabahah ini membuat beberapa pihak bertanya-tanya apakah pembiayaan
murabahah tersebut sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan yakni dalam
hal ini PSAK 102. Karena realita menunjukkan bahwa praktek di lapangan tidak
sesuai dengan teori yang ada. Contohnya Bank yang seharusnya bertindak sebagai
penjual, malah memberikan sejumlah dana kepada nasabah dan nasabah sendirilah
yang membeli barangnya. Contoh lainnya seperti penelitian yang dilakukan oleh
4

Wardi dan Gusmarila, dimana dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa aturan-
aturan yang digunakan dalam kegiatan operasional Bank Muamalat Cabang
Pekanbaru belum sepenuhnya menggunakan aturan-aturan yang sesuai dengan
standar dan syariah Islam, seperti konsep pengakuan asset murabahah, pembagian
keuntungan, penetapan margin murabahah, konsep nisbah bagi hasil mudharabah.
Di satu sisi, Bank Muamalat Cabang Pekanbaru telah sepenuhnya melaksanakan
aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah terkait dengan operasionalisasi
bank syariah.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Alam tentang penerapan akuntansi
syariah di PT. BPRS Amanah Sejahtera, dimana dalam penelitian tersebut
ditemukan bahwa kegiatan perlakuan akuntansi piutang murabahah sudah sesuai
berdasarkan ketentuan yang diatur dalam PSAK No. 59. Hal ini dapat dibuktikan
bahwa pengukuran atas piutang murabahah didasarkan pada harga perolehan atau
nilai bersih yang direalisasi dan bank tidak mengukur apabila aktiva murabahah
terjadi penurunan nilai atau rusak, karena barang dikirim dari pemasok langsung ke
nasabah.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
murabahah dan memilih judul: PENERAPAN PSAK 102 UNTUK
MURABAHAH DI PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG GORONTALO

II. RERANGKA TEORITIS


Salah satu produk dari pembiayaan adalah murabahah. Murabahah adalah
akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah
keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan
barang tersebut kepada pembeli (PSAK 102).
Adapun landasan hukum murabahah yaitu:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
5

berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisa:
29)
Dari Rifa'ah Ibnu Rafi' bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi Wassallam pernah
ditanya: Pekerjaan apakah yang paling baik?. Beliau bersabda: "Pekerjaan
seseorang dengan tangannya dan setiap jual-beli yang bersih." Riwayat al-Bazzar.
Hadits shahih menurut Hakim.
PSAK 102 merupakan standar yang mengatur tentang pembiayaan
murabahah yang meliputi:
2.1 Pengakuan dan Pengukuran
1) Akuntansi Untuk Penjual
Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya
perolehan. Pengukuran aset murabahah setelah perolehan adalah sebagai berikut:
1) Jika murabahah pesanan mengikat, maka:
(a) Dinilai sebesar biaya perolehan; dan
(b) Jika terjadi penurunan nilai aset karena usang, rusak, atau kondisi lainnya
sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai
beban dan mengurangi nilai aset:
2) Jika murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat, maka:
(a) Dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi,
mana yang lebih rendah; dan
(b) Jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan,
maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
Diskon pembelian aset murabahah diakui sebagai (1) Pengurang biaya
perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum akad murabahah; (2) Kewajiban
kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang
disepakati menjadi hak pembeli; (3) Tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi
setelah akad murabahah dan sesuai akad menjadi hak penjual; atau (4) Pendapatan
operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan dalam
akad.
6

Keuntungan murabahah diakui pada saat terjadinya penyerahan barang jika


dilakukan secara tunai atau secara tangguh yang tidak melebihi satu tahun; atau
selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk merealisasikan
keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari satu tahun. Potongan
pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang melunasi
secara tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui sebagai
pengurang keuntungan murabahah. Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam
melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui
sebagai bagian dana kebajikan.
Pengakuan dan pengukuran uang muka yaitu (1) Uang muka diakui sebagai
uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima; (2) Jika barang jadi dibeli oleh
pembeli, maka uang muka diakui sebagai pembayaran piutang (merupakan bagian
pokok); (3) Jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka uang muka dikembalikan
kepada pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan
oleh penjual .

2) Akuntansi Untuk Pembeli Akhir


Hutang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai hutang
murabahah sebesar hargabeli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan).
Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan
murabahah tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati dengan biaya
perolehantunai diakui sebagai beban murabahah tangguhan.
Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional dengan porsi
hutang murabahah. Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah,
potongan pelunasan dan potongan hutang murabahah diakui sebagai pengurang
beban murabahah tangguhan. Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam
melakukan kewajiban sesuai dengan akad diakui sebagai kerugian. Potongan uang
muka akibat pembeli akhir batal membeli barang diakui sebagai kerugian.
2.2 Penyajian
Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan,
yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Margin
7

murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang


murabahah. Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra
account) hutang murabahah.
2.3 Pengungkapan
Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah,
tetapi tidak terbatas pada (1) Harga perolehan aset murabahah; (2) Janji pemesanan
dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan; (3)
Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101.

III. METODE PENELITIAN


3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi,
sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2012: 4) mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

3.2 Kehadiran Peneliti


Kehadiran peneliti merupakan unsur penting dalam penelitian ini. Peneliti
sebagai perencana, yang melaksanakan pengumpulan data dan informasi,
menganalisis dan pada akhirnya melaporkan hasil penelitian. Dalam penelitian ini,
peneliti wajib hadir dan terjun langsung di lokasi penelitian karena peneliti
merupakan istrumen utama dalam pengumpulan data dan informasi.Dalam
penelitian ini peran peneliti sebagai pengamat partisipan. selain itu juga kehadiran
peneliti diketahui statusnya. Dengan demikian peneliti selalu berusaha menghindari
pengaruh subyektif dan menjaga lingkungan tetap alamiah agar proses penelitian
berjalan lancar sesuai yang diharapkan.

3.3 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo yang
beralamatkan di Jl. Nani Wartabone No.127.
8

3.4 Sumber Data


Data yang akan dikumpulkan adalah data yang sesuai dengan fokus penelitian
yaitu tentang penerapan pembiayaan murabahah di PT. Bank Syariah Mandiri
Cabang Gorontalo. Data yang dikumpulkan dapat bersifat deskriptif dalam bentuk
kata-kata atau gambar. Sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi
dua yaitu data primer dan data sekunder.

3.5 Prosedur Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan selama 7 bulan yakni dari Bulan November
2012 sampai dengan Bulan Mei 2013. Kegiatan pengumpulan data ini bersifat
kondisional tergantung stuasi dan kondisi PT. Bank Syariah Mandiri Cabang
Gorontalo. Intruksi pokok dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan alat
bantu ballpoint, pedoman wawancara dan handphone. Prosedur pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

3.6 Pengecekan Keabsahan Data


Pengecekan keabsahan data pada penelitian ini melakukann uji derajat
kepercayaan diantaranya dilakukan dengan perpanjangan keikut-sertaan, ketekunan
pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensial.

3.7 Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data dengan
menggunakan metode perbandingan tetap. Menurut Moleog (2012: 288) metode
perbandingan tetap atau comparative method ini disebut juga dengan grounded
research karena dalam analisis data, secara tetap membandingkan satu datum
dengan datum yang lain, dan secara tetap membandingkan kategori dengan kategori
lainnya.

3.8 Tahap-tahap penelitian


9

Adapun tahap-dahap dalam penelitian ini secara umum terdiri atas tiga tahap
yaitu tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Pengakuan dan Pengukuran
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada bagian Loan
Administration (sampai bulan Mei 2013) di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang
Gorontalo, pada saat perolehan, aset murabahah tidak diakui sebagai persediaan.
Yang menjadi aset murabahah adalah jaminan nasabah dimana yang menjadi
jaminan nasabah ini sesuai dengan apa yang dibiayai. Misalnya untuk griya, jadi
yang menjadi aset sekaligus jaminan adalah griya tersebut. Pada saat perolehan juga
aset murabahah dinilai sesuai harga pasar bukan berdasarkan biaya perolehan.
Dalam hal penjurnalan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo hanya
menjurnal sekali yakni pada saat pencairan dengan jurnal:
Piutang Nasabah Rp. xxx
Murabahah Rp. xxx
Nasabah Rp. xxx
Margin yang ditangguhkan Rp. xxx
Hal ini membuktikan bahwa penerapan PSAK 102 untuk murabahah di PT.
Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo ini belum sepenuhnya diterapkan karena
seharusnya jika PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo ini sudah menerapkan
sepenuhnya PSAK 102 ini maka jurnal yang dikenal ada banyak dan bukan jurnal
pada saat pencairan. Seperti pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai
persediaan sebesar biaya perolehan maka jurnalnya akan menjadi:
Aset Murabahah Rp. xxx
Kas Rp. xxx
Selanjutnya terkait dengan murabahah pesanan mengikat, pihak PT. Bank
Syariah Mandiri Cabang Gorontalo menganggapnya itu sebuah produk lain selain
murabahah yakni ijarah. Padahal murabahah berbeda dengan ijarah. Ijarah adalah
sewa, dan murabahah adalah jual beli.
Dalam PSAK 102 pada paragraf 19 poin (a) (ii) jika terjadi penurunan nilai
aset karena usang, rusak, atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke nasabah,
10

penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi aset, maka
seharusnya dijurnal menjadi:
Beban Rp. Xxx
Aset Murabahah Rp. Xxx
Namun PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo tidak menjurnalnya
sebagai beban karena pencatatannya itu hanya diakukan sekali saja yakni pada saat
pencairan.
Menurut PSAK 102 paragraf 20 menjelaskan bahwa diskon pembelian aset
murabahah diakui sebagai:
(a) Pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi akad murabahah maka
seharusnya dijurnal:
Aset Murabahah Rp. xxx
Kas Rp. xxx
(b) Kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai
akad yang disepakati menjadi hak pembeli maka seharusnya dijurnal:
Kas Rp. xxx
Hutang Rp. xxx
(c) Tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad murabahah dan
sesuai akad, menjadi hak penjual maka dijurnal:
Kas Rp. xxx
Keuntungan murabahah Rp. xxx
(d) Pendapatan operasi lain jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak
diperjanjikan dalam akad dijurnal menjadi:
Kas Rp. xxx
Pendapatan Operasi Lain Rp. xxx
Namun PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo tidak melakukan
pencatatan terkait dengan diskon murabahah.
Selanjutnya dalam hal pengakuan keuntungan murabahah seharusnya diakui:
(a) Pada saat terjadinya penyerahan jika dilakukan secara tunai atau secara
tangguh yang tidak melebihi satu tahun, maka jurnalnya menjadi:
Kas Rp. xxx
Piutang Murabahah Rp. xxx
Aset Murabahah Rp. xxx
Keuntungan Rp. xxx
11

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka PT. Bank Syariah Mandiri
dalam hal pengakuan dan pengukuran keuntungan murabahah belum sepenuhnya
sesuai dengan PSAK 102.
Jurnal dalam hal pengakuan dan pengukuran keuntungan murabahah di PT.
Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo yaitu:
Margin Keuntungan Rp. xxx
Pendapatan Margin Rp. xxx
Selanjutnya dalam PSAK 102 paragraf 26 menjelaskan bahwa dalam hal
pengakuan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang
melunasi secara tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati itu diakui
sebagai pengurang keuntungan murabahah. dan itu dijurnal menjadi:
(a) Diberikan pada saat pelunasan, yaitu penjual mengurangi piutang murabahah
dan keuntungan murabahah dijurnal menjadi:
Kas Rp. xxx
Keuntungan ditangguhkan Rp. xxx
Piutang murabahah Rp. xxx
Keuntungan Rp. xxx
(b) Diberikan pada saat pelunasan, yaitu penjual menerima pelunasan dari pembeli
dan kemudian membayarkan potongan pelunasannya kepada pembeli dijurnal
menjadi:
Kas Rp. xxx
Keuntungan ditangguhkan Rp. xxx
Piutang murabahah Rp. xxx
Keuntungan Rp. xxx
Namun hal ini berbeda lagi dengan yang ada di PT. Bank Syariah Mandiri
Cabang Gorontalo untuk pencatatan potongan pelunasan piutang pada PT. Bank
Syariah Mandiri Cabang Gorontalo menjadi:
Nasabah Rp. xxx
Margin Rp. xxx
Piutang Rp. xxx
Pendapatan Margin Rp. xxx
Paragraf 28 PSAK 102 menjelaskan bahwa potongan angsuran murabahah
dapat diakui:
(a) Jika disebabkan oleh pembeli yang membayar secara tepat waktu, maka diakui
sebagai keutungan murabahah, sehingga dapat dijurnal:
Keuntungan murabahah Rp. xxx
12

Kas Rp. xxx


(b) Jika disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran pembeli maka diakui
sebagai beban, sehingga dapat dijurnal:
Kas Rp. xxx
Keuntungan yang ditangguhkan Rp. xxx
Beban Rp. xxx
Piutang Murabahah Rp. xxx
Keuntungan Rp. xxx
Namun PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo tidak mengakui adanya
potongan angsuran murabahah.
Selanjutnya pada paragraf 29 PSAK 102, menjelaskan bahwa denda
dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad,
dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan. Maka jurnalnya
menjadi:
Dana Kebajikan Kas Rp. xxx
Dana Kebajikan Denda Rp. xxx
Sedangkan di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo jika mengakui
adanya denda maka jurnalnya:
Nasabah Rp. xxx
Dana Sosial Rp. xxx
Paragraf 30 PSAK 102 menjelaskan bahwa pengukuran dan pegakuan uang
muka yaitu:
(a) Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang
diterima, maka jurnalnya:
Kas Rp. xxx
Hutang Lain Uang Muka Murabahah Rp. xxx
(b) Jika barang jadi dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai
pembayaran piutang, maka jurnalnya:
Utang Lain Uang Muka Murabahah Rp. xxx
Piutang Murabahah Rp. xxx
(c) Jika barang batal dibeli oleh pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya-
biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual, maka dalam rangka memenuhi
permintaan calon pembeli maka selisihnya dapat dikembalikan kepada calon
pembeli, sehingga jurnalnya:
Pembeli Rp. xxx
Utang Lain Uang Muka Murabahah Rp. xxx
13

Pendapatan Operasional Rp. xxx


Kas Rp. xxx
(d) Pesanan dibatalkan jika uang muka dibayarkan oleh calon pembeli lebih
daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh calon pembeli lebih kecil daripada
biaya yang telah dikeluarkan penjual, maka jurnalnya:

Kas/ Piutang Rp. xxx


Utang Lain Uang Muka Murabahah Rp. xxx
(e) Jika perusahaan menanggung kekurangan atau uang muka sama dengan beban
yang dikeluarkan maka jurnalnya:
Utang Lain Uang Muka Murabahah Rp. xxx
Pendapatan Operasional Rp. xxx
PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo belum mengakui adanya uang
muka. Akuntansi untuk pembeli akhir di PT. Bank Syariah Mandiri dalam hal ini
terkait dengan hutang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh, diakui oleh
bank sebagai margin yang ditangguhkan. Padahal seharusnya pengakuan
berdasarkan PSAK 102 paragraf 31 adalah hutang yang timbul dari transaksi
murabahah tangguh, seharusnya diakui sebagai hutang murabahah sebesar harga
beli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan), dan bukan diakui sebagai
margin.
Pada paragraf 33 beban murabahah tangguhan seharusnya diamortisasi
secara proporsional dengan porsi hutang murabahah, namun pihak PT. Bank
Syariah Mandiri Cabang Gorontalo belum menerapkan beban murabahah.
Selanjutnya terkait dengan diskon pembelian yang diterima setelah akad
murabahah, potongan pelunasan dan potongan hutang murabahah diakui sebagai
pengurang beban murabahah tangguhan. Denda yang dikenakan akibat kelalaian
dalam melakukan kewajiban sesuai dengan akad diakui sebagai kerugian. Potongan
uang muka akibat pembeli akhir batal membeli barang diakui sebagai kerugian, itu
semua belum diterapkan di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo.

4.2 Penyajian
Hal penyajian piutang murabahah seharusnya disajikan sebesar nilai bersih
yang dapat direalisasikan yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan
14

kerugian piutang. Namun PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo tidak
mengenal yang namanya penyisihan kerugian piutang tapi hal itu disisipkan pada
akun biaya. Selanjutnya untuk margin murabahah sudah sesuai dengan PSAK 102.
Dimana dalam paragraf 38 PSAK 102, menyatakan bahwa margin murabahah
tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah.
Namun untuk beban murabahah ini PT. Bank Syariah Mandiri belum
menerapkannya.

4.3 Pengungkapan
Menurut PSAK 102 penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan
transaksi murabahah tetapi tidak terbatas pada (a) harga perolehan aset murabahah,
(b) janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau
bukan, (c) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101.
Berdasarkan hasil wawancara, maka dalam hal pengungkapan ini PT. Bank
Syariah Mandiri Cabang Gorontalo ini sudah sesuai dengan PSAK 102. Hal ini
dibuktikan dengan wawancara peneliti dengan Loan Administration, Dimana pihak
bank mengungkapkan biaya-biaya yang terkait dengan proses pengajuan
murabahah yakni biaya administrasi 1 % dari plafon dan biaya meterai, pajak.
Namun biaya administrasi, biaya meterai dan pajak tersebut bukan bagian dari
pendapatan pihak bank, melainkan ada pihak lain yang berwenang yang mengurusi
itu.

V. Simpulan dan Saran


5.1 Simpulan
PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo merupakan bank syariah kedua
yang ada di Provinsi Gorontalo. Dalam aktivitasnya PT. Bank Syariah Mandiri
Cabang Gorontalo melayani berbagai macam pembiayaan seperti mudharabah,
musyarakah, al-qard, dan murabahah. Murabahah ini pada dasarnya diatur dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 102. PSAK 102 untuk murabahah
ini mengatur tentang pengakuan dan pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
murabahah. Dalam penelitian ini, PSAK 102 untuk murabahah belum ini
15

sepenuhnya diterapkan di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo. Dalam


artian dalam hal pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan murabahah
itu sendiri belum sepenuhnya sesuai dengan Pernyataan Standar Akutansi Keuangn
(PSAK) 102.

5.2 Saran
1) Saran pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka diharapkan kepada PT. Bank
Syariah Mandiri Cabang Gorontalo harus benar-benar menerapkan PSAK 102
dalam hal ini tentang murabahah. Dimana pihak bank harus benar-benar bertindak
sebagai penjual bukan hanya memberikan sejumlah dana kepada nasabah dan
nasabah sendiri yang membeli barangnya. Selain itu, Pada PT. Bank Syariah
Mandiri Cabang Gorontalo untuk penamaan beberapa rekening agar dapat
disesuaikan dengan penamaan rekening yang sesuai dengan yang terdapat pada
PSAK No 102. Seperti adanya rekening dana kebajikan kas, potongan pembelian,
diskon murabahah, potongan murabahah, uang muka dan sebagainya.
2) Saran Untuk Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya, agar bank syariah yang diteliti lebih dari satu bank
syariah. Selain itu juga, untuk penelitian selanjutnya agar menggunakan lebih
banyak literatur yang membahas tentang akuntansi syariah terutama dalam bidang
perbankan syariah.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Al-Hadits


Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Yogyakarta: Rineka Cipta
Ascarya. 2008. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Cresswell, John W. 1998.Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing
Among Five Traditions. London: Sage Publications
Emzir.2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 04/DSN-


MUI/IV/2000
16

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu


Sosial. Jakarta: Salemba Humanika
http://Akuntansi-Syariah dalam PSAK_Okta Punya Blog.htm
http://Konsep Akad Wakalah dalam Fiqh Muamalah _ Point of View in Islam.htm
http://www.sarjanaku.com/2012/06/bank-syariah-pengertian-prinsip-tujuan.html
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2008. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat
M. Siregar, Liesma. Analisis Penerapan Transaksi Murabahah pada PT.Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Washliyah Medan.
Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Muhammad, Dwi Suwiknyo. 2008. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Orbit
Trust
Muthaher, Osmad. 2012. Akuntansi Perbakan Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu
Mustafa Edwin Nasution, dkk. 2010. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup
Mustofa, Ubaedul. 2012. Studi Analisis Pelaksanaan Akad Murabahah Pada
Produk Pembiayaan Modal Kerja Di Unit Mega Mitra Syariah (M2s) Bank
Mega Syariah Kaliwungu.
Nazir, Muhammad. 1986. Metode Penelitian. Bandung: Remaja Rosdakarya
Prastia Alam, Rizki. 2007. Evaluasi Penerapan Akuntansi Syariah Pada Piutang
Murabahah (Studi kasus di PT. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
Amanah Sejahtera Gresik).
Rajid, Sulaiman. 1954. Fiqih Islam. Jakarta: Attahiriyah (Yayasan Penyelenggara
Penterjemah/ Pentafsir Al-Quran.
Sari, Agusta Kartika. 2012. Analisis Penerapan Prinsip Syariah Pada Pembiayaan
Murabahah (Studi Kasus Pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Malang).
Sony Warsono bin Handono dan Jufri. 2011. Akuntansi Transaksi Syariah.
Yogyakarta: Asgard Chapter
Sudarsono, Heri. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan
lustrasi. Yogyakarta: Ekonisia
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Sultony, Naidy. 2012. Analisis kesesuaian PSAK no. 102 terhadap perlakuan
akuntansi murabahah pada PT. BTN Syariah Jakarta
Wardi, Jeni & Gusmarila Eka Putri. Analisis perlakuan akuntansi syariah untuk
pembiayaan Murabahah, mudharabah, serta kesesuaiannya Dengan psak
no. 102, dan 105.

Warren,dkk 2005. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Edisi Kedua Puluh Satu. Jakarta:


Erlangga,
Widodo, Sugeng. 2010. Seluk Beluk Jual Beli Murabahah Perspektif Aplikatif.
Yogyakarta: Asgard Chapter
www.banksyariahmandiri.co.id

You might also like