You are on page 1of 16

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dari penelitian terdiri atas data nilai keadaan awal
siswa yang diambil dari nilai pretes, data observasi dari tingkat motivasi belajar
siswa pada mata pelajaran Fisika dan data nilai kognitif siswa dari hasil ulangan
harian. Ketiga data diambil dari kelas eksperimen dan kelas kontrol pada siswa
kelas X SMAN 6 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015 untuk pokok bahasan
Fluida Statis.
1. Data Keadaan Awal
Data keadaan awal siswa diperoleh dari nilai pretes dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol untuk materi Fluida Statis sebelum diberi
perlakuan dengan model pembelajaran STAD dan Think Pair Share. Kelas
eksperimen yang berjumlah 31 siswa memiliki nilai keadaan awal dengan nilai
terendah 32 dan nilai tertingggi 68 dan nilai rata-rata kelas yaitu 49.935 serta
standar deviasi yaitu 9.738, sedangkan kelas kontrol yang berjumlah 30 siswa
memiliki nilai keadaan awal dari nilai terendah 36 sampai dengan nilai
tertinggi 72 dan nilai rata-rata kelas yaitu 55.333 serta standar deviasi 8.268.
Distribusi nilai keadaan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Data Keadaan Awal Kelas Eksperimen

No Nilai Frekuensi Mutlak Frekuensi Relatif (%)


1 31 35 2 6.45
2 36 40 5 16.13
3 41 45 3 9.68
4 46 50 5 16.13
5 51 55 4 12.90
6 56 60 9 29.03
7 61 - 65 1 3.23
8 66 70 2 6.45
Jumlah 31 100
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data Keadaan Awal Kelas Kontrol
No Nilai Frekuensi Mutlak Frekuensi Relatif (%)
1 35 40 3 10
2 41 46 1 3.33
3 47 52 8 26.67
4 53 58 8 26.67
5 59 64 6 20
6 65 - 70 3 10
7 71 76 1 3.33
Jumlah 30 100

2. Data Tingkat Motivasi Belajar Fisika


Data tingkat motivasi belajar Fisika dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol diperoleh dari hasil observasi ketika proses pembelajaran di kelas
untuk pelajaran Fisika pada materi Fluida Statis. Data diperoleh menggunakan
lembar observasi yang berisi 10 butir penilain dan diberi patokan nilai
berdasarkan skala Likert. Berdasarkan hasil observasi di kelas eksperimen
maupun kelas kontrol, tingkat motivasi belajar siswa mata pelajaran Fisika
dikategorikan menjadi motivasi tinggi dan motivasi rendah. Kategori motivasi
tinggi jika skor total siswa dari hasil observasi yaitu >20 hingga 40,
sedangkan motivasi rendah jika skor total motivasi siswa adalah 10 hingga
20. Berdasarkan hasil observasi, tingkat motivasi belajar Fisika dari siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Motivasi Belajar Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol

Kelas
Eksperimen Kontrol
Tinggi 21 25
Tingkat Motivasi Belajar
Rendah 10 5

Jumlah 31 siswa 30 siswa


Kelas eksperimen mempunyai nilai rata-rata motivasi belajar yaitu
26.03 dan standar deviasi sebesar 5.3490, sedangkan kelas kontrol memiliki
nilai rata-rata motivasi belajar yaitu 27.97 dan standar deviasi sebesar 6.0635.
3. Data Nilai Kemampuan Kognitif
Nilai kemapuan kognitif diperoleh dari ulangan harian pada pokok
bahasan Fluida Statis untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol yang telah
diberi perlakuan berbeda pada segi model pembelajaran yang diterapkan.
Kelas eksperimen dibelajarkan materi Fluida Statis dengan model
pembelajaran kooperatif STAD, sedangkan pada kelas kontrol diterapkan
model pembelajaran kooperatif Think Pair Share.
Ulangan harian yang diberikan untuk kedua sampel yaitu berupa soal
pilihan ganda materi Fluida Statis berjumlah 25 soal yang sebelumnya telah
dianalisis tingkat kevalidan tiap butir soal. Distribusi frekuensi nilai
kemampuan kognitif untuk kedua sampel disajikan dalam Tabel 4.4 dan Tabel
4.5.
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Kelas Eksperimen

No Nilai Frekuensi Mutlak Frekuensi Relatif (%)


1 59 63 2 6.45
2 64 68 7 22.58
3 69 73 5 16.13
4 74 78 4 12.90
5 79 83 7 22.58
6 84 88 5 16.13
7 89 93 1 3.23
Jumlah 31 100

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Kelas Kontrol

No Nilai Frekuensi Mutlak Frekuensi Relatif (%)


1 45 50 1 3.33
2 51 56 1 3.33
3 57 62 1 3.33
4 63 68 3 10
5 69 74 5 16.67
6 75 80 10 33.33
7 81 86 6 20
8 87 92 3 10
Jumlah 30 100

Berdasarkan hasil perhitungan, kelas eksperimen yang diberi perlakuan


dengan model pembelajaran STAD mempunyai nilai rata-rata ulangan harian
untuk materi Fluida Statis sebesar 74.97 dengan nilai terendah 60 dan nilai
tertinggi 92 dari seluruh siswa sekelas yang berjumlah 31 orang. Standar
deviasi dari nilai ulangan harian kelas eksperimen adalah 8.3762. Pada kelas
kontrol dengan jumlah siswa 30 orang yang diberi perlakuan dengan model
pembelajaran Think Pair Share mempunyai nilai rata-rata ulangan harian
untuk materi Fluida Statis sebesar 75.20 dengan nilai terendah 48 dan nilai
tertinggi 92. Standar deviasi dari nilai ulangan harian kelas kontrol yaitu
10.4512.
4. Uji Kesamaan Keadaan Awal Siswa
Uji kesamaan keadaan awal diperlukan untuk mengetahui adakah
perbedaan kemampuan awal dari kedua sampel yang dijadikan sebagai objek
penelitian, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada uji kesamaan
keadaan awal digunakan analisis uji t dua ekor dengan didahului dengan uji
prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Data yang
digunakan dalam analisis uji kesamaan keadaan awal siswa yaitu nilai pretes
materi Fluida Statis.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal
dari populasi yang berdistribusi normal. Berdasarkan hasil analisis dari uji
normalitas pada kedua sampel menggunakan metode Lilliefors dengan
taraf signifikansi () 5% didapatkan hasil yang dapat dilihat pada Tabel
4.6.
Tabel 4.6. Hasil Analisis Uji Normalitas

Sampel Lobservasi Ltabel


L0.05 ;31=0.15913
Kelas Eksperimen 0.0851
L0.05 ;30=0.161
Kelas Kontrol 0.1345

Daerah kritis dengan metode Lilliefors ditentukan bahwa

DK = { L|L> L ;n }
. Pada sampel kelas eksperimen, Lobservasi = 0.0851

dan Ltabel = 0.15913 sehingga Lobservasi lebih kecil dari Ltabel dan nilai Lobservasi
tidak memenuhi daerah kritis uji normalitas maka dapat disimpulkan
bahwa sampel dari kelas eksperimen berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Kelas kontrol mempunyai nilai Lobservasi = 0.1345 dan
Ltabel = 0.161 maka Lobservasi juga tidak memenuhi daerah kritis uji
normalitas sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel dari kelas kontrol
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang digunakan pada penelitian adalah metode
Bartlett dengan taraf signifikansi 5%. Uji homogenitas bertujuan untuk
mengetahui apakah kedua sampel berasal dari populasi yang homogen.
Hasil uji homogenitas nilai pretes didapatkan bahwa nilai

2hitung =0.767244 sedangkan nilai 2tabel = 20.05 ;1=3.841 . Penentuan

daerah kritis uji homogenitas yaitu DK= { | > }


2 2 2
;k -1 . Berdasarkan

hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa 2hitung < 2tabel sehingga

dapat dikatakan bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang homogen.
c. Uji t
Uji kesamaan keadaan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
didapatkan dari uji t dua ekor yang sebelumnya telah diuji dengan uji
normalitas dan uji homogenitas. Hipotesis yang diajukan dari uji t yaitu
adakah perbedaan kemampuan awal antara kedua sampel dalam penelitian.
Hasil perhitungan menggunakan uji t didapatkan nilai t = -0.5031. Taraf
signifikansi yang digunakan yaitu 5% pada daerah kritis

{ (
DK = t|t< - t
2
;n1+n22 ) atau t > (t
; n +n 2
2 1 2 )} . Berdasarkan analisis

t>t 0.025; 59= 1.960


diperoleh -0.15031 sehingga hipotesis yang

diterima yaitu tidak ada perbedaan kemampuan awal antara kedua sampel
yaitu antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Hipotesis-hipotesis dari penelitian diuji dengan menggunakan analisis
variansi dua jalan dengan sel tak sama. Data yang diuji yaitu berasal dari nilai
hasil ulangan Fluida Statis dari kelas eksperimen dan kelas kontrol yang telah
diberi perlakuan dengan model pembelajaran STAD dan Think Pair Share. Nilai
hasil ulangan harian dari kedua sampel disebut juga nilai kemampuan kognitif.
Data nilai kemampuan kognitif dari kedua sampel terlebih dahulu harus diuji
dengan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas
sebelum dilakukan uji hipotesis menggunakan analisis variansi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas sebagai uji prasyarat analisis menggunakan metode
Lilliefors. Daerah kritis dari metode Lilliefors adalah

DK = { L|L> L ;n }
dalam taraf signifikansi () 5% dan n adalah jumlah

siswa dalam kelas yang digunakan sebagai sampel. Hasil uji normalitas untuk
kedua sampel yaitu sebagai berikut :
a. Kelas Eksperimen
Kelas eksperimen dengan jumlah siswa 31 orang mempunyai nilai
rata-rata untuk kemampuan kognitif yang diambil dari nilai ulangan harian
Fluida Statis sebesar 74.97 dan standar deviasi sebesar 8.376. Hasil uji

Lobs = 0.0983
normalitas menggunakan metode Lilliefors adalah ,

L ; n=L0.05 ;31 =0.15913


sedangkan besar . Hasil analisis untuk hipotesis

Lobs =0.0983< L0.05 ;31=0.15913 Lobs


pada uji normalitas yaitu dan

tidak memenuhi daerah kritis. Hipotesis yang diterima dari uji normalitas
kelas eksperimen yaitu sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal atau dapat dikatakan bahwa distribusi frekuensi dari data variabel
nilai kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen adalah berdistribusi
normal.
b. Kelas Kontrol
Jumlah siswa dari kelas kontrol adalah 30 siswa dengan rata-rata nilai
kemampuan kognitif dari nilai ulangan harian materi Fluida Statis sebesar
75.20 dan standar deviasi sebesar 10.451. Metode Lilliefors yang

Lobs =0.1362
digunakan untuk uji normalitas memberikan hasil dengan
L ; n=L0.05 ;30 =0.161
. Berdasarkan hasil analisis maka

Lobs =0.1362< L0.05 ;30=0.161 Lobs


sehingga nilai tidak masuk dalam

daerah kritis. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hipotesis uji normalitas
untuk kelas kontrol yaitu sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal atau distribusi frekuensi dari data variabel nilai kemampuan
kognitif siswa kelas eksperimen adalah berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Nilai kemampuan kognitif yang diambil dari nilai ulangan harian
Fluida Statis diuji tingkat homogenitasnya sebagai prasyarat analisis
menggunakan metode Bartlett pada taraf signifikansi () 5% dan daerah kritis

DK= { 2 | 2 > 2 ;k-1 } dengan k adalah jumlah sampel yang digunakan

pada penelitian yaitu 2 sampel. Hasil perhitungan statistik uji homogenitas

didapatkan 2hitung =1.419864 dan 2 ;k -1= 20.05; 1=3.841 . Analisis uji

homogenitas bahwa 2hitung =1.419864< 20.05 ;1=3.841 maka 2hitung tidak

memenuhi daerah kritis. Kesimpulan dari hipotesis penelitian dengan uji


homogenitas yaitu kedua sampel berasal dari populasi yang homogen atau
distribusi frekuensi dari data nilai kemampuan kognitif adalah terdistribusi
homogen.
C. Pengujian Hipotesis
Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari variabel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas meliputi model pembelajaran kooperatif
yaitu model STAD dan model Think Pair Share serta motivasi belajar Fisika
siswa yang dikategorikan motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah.
Variabel terikat dalam penelitian yaitu nilai kemampuan kognitif siswa dari
nilai ulangan harian materi Fluida Statis kelas X Semester Genap.
Hipotesis penelitian diuji menggunakan analisis variansi dua jalan
dengan isi sel tak sama. Analisis variansi dua jalan digunakan untuk
menyelidiki adakah pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
serta interaksi dari kedua jenis variabel bebas terhadap variabel terikat yang
digunakan pada penelitian. Nilai kemampuan kognitif siswa pada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol dikelompokkan berdasarkan kategori
tingkat motivasi belajar Fisika hasil observasi. Berdasarkan perhitungan
statistik dengan taraf signifikansi 5% diperoleh hasil uji hipotesis yang
terangkum dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan

Sumber Variasi JK dk RK Fobs F


Model Pembelajaran 4.86183
186.3526 1 186.3526 4.08
Kooperatif (A) 4
Motivasi Belajar 85.0102
3258.415 1 3258.415 4.08
Fisika (B) 2
3.02226
Interaksi AB 115.8425 1 115.8425 4.08
6
Galat 2184.792 57 38.32969 - -

Total 5745.403 60 - - -

Keputusan uji untuk hipotesis-hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :


a. Hipotesis 1 : Adakah perbedaan pengaruh antara model pembelajaran
kooperatif STAD dan Think Pair Share terhadap kemampuan kognitif
siswa?
Berdasarkan teori diketahui bahwa daerah kritis

DK A = { FF > F ; p1 ; N pq }
dengan taraf signifikansi 5%. Hasil

perhitungan memberikan hasil FA = 4.861834 dan

Ftabel F 0.05 ;1 ;57=4.08


, maka FA memenuhi daerah kritis. Hipotesis yang

diterima dari keputusan uji yaitu ada pengaruh perbedaan antara


penggunaan model pembelajaran STAD dan Think Pair Share terhadap
kemampuan kognitif siswa.
b. Hipotesis 2 : Adakah perbedaan pengaruh antara motivasi belajar tinggi
dan motivasi belajar rendah terhadap kemampuan kognitif siswa?
Berdasarkan teori diketahui bahwa daerah kritis

DK B= { FF > F ;q 1; N pq }
dengan taraf signifikansi 5%. Hasil

perhitungan memberikan hasil FB = 85.01022 dan

Ftabel F 0.05 ;1 ;57=4.08


, maka FB memenuhi daerah kritis. Hipotesis yang

diterima dari keputusan uji yaitu ada pengaruh perbedaan antara motivasi
belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap kemampuan kognitif
siswa.
c. Hipotesis 3 : Adakah interaksi antara penggunaan model pembelajaran
kooperatif dan motivasi belajar terhadap kemampuan kognitif siswa?
Daerah kritis untuk interaksi dari variabel-variabel penelitian yaitu

DK AB ={ FF> F ; ( p1 )(q1); N pq }
dan taraf signifikansi 5%. Hasil

F AB =3.022266
perhitungan analisis variansi memberikan hasil dan

F0.05 ;1 ;57=4.08 F0.05 ;1 ;57


maka FAB < sehingga FAB tidak memenuhi

daerah kritis. Hipotesis yang diterima yaitu tidak ada interaksi antara
model pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar siswa terhadap
kemampuan kognitif siswa.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Hasil uji analisis yang digunakan yaitu analisis variansi dua jalan
dengan sel tak sama. Siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi
perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif STAD dan Think Pair Share.
Nilai kemampuan kognitif siswa dikelompokkan berdasarkan tingkat motivasi
belajar siswa yang dikategorikan menjadi motivasi belajar tinggi dan motivasi
belajar rendah untuk dianalasis adakah pengaruh dari variabel-variabel yang diuji
dalam penelitian.
Hipotesis-hipotesis hasil penelitian yang teranalisis antara lain:
1. Hipotesis 1

H0A : i = 0 untuk semua i (Tidak ada pengaruh perbedaan antara


penggunaan model pembelajaran kooperatif STAD dan
Think Pair Share terhadap kemampuan kognitif siswa)
H1A : i 0 untuk paling sedikit satu harga i (Ada pengaruh perbedaan
antara penggunaan model pembelajaran kooperatif STAD
dan Think Pair Share terhadap kemampuan kognitif siswa)
Berdasarkan uji hipotesis didapatkan bahwa FA = 4.861834 dan

F0.05 ;1 ;57=4.08 F0.05 ;1 ;57


sehingga H0A ditolak karena FA > atau dengan

kata lain bahwa FA memenuhi daerah kritis. Hal ini menunjukkan bahwa ada
pengaruh perbedaan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif STAD
dan Think Pair Share terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok
bahasan Fluida Statis.
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan dalam merencanakan
pembelajaran di kelas maupun tutorial yang mengacu pada pendekatan yang
digunakan, tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran serta pengelolaan kelas. Selain itu, model
pembelajaran dapat dijadikan sebagai pedoman guru dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar. Berbagai macam model-model pembelajaran
mempunyai strategi khusus dalam membawakan cara belajar untuk siswa di
kelas. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran yang diterapkan guru untuk membantu siswa dalam memahami
suatu pokok bahasan yang dicirikan dengan kerja kelompok atau diskusi
dalam menyelesaikan permasalahan dalam proses belajar di kelas. Proses
berbagi ide dan informasi antar teman dapat membantu siswa dalam mengatasi
kesulitan pada suatu pokok bahasan yang sedang dipelajarinya sehingga siswa
mendapatkan hasil maksimal dari proses belajar tersebut.
Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan dalam penelitian yaitu
model STAD (Student Team Achievement Division) dan model Think Pair
Share. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran STAD,
sedangkan model pembelajaran Think Pair Share diterapkan di kelas kontrol
pada materi Fluida Statis.
Alur dari penerapan model pembelajaran STAD di kelas eksperimen
antara lain siswa terlebih dahulu dikelompokkan secara heterogen yang terdiri
dari 5-6 orang lalu guru memberikan suatu permasalahan terkait sub pokok
bahasan dari Fluida Statis yang akan diajarkan. Setiap kelompok diberi waktu
untuk mendiskusikan permasalahan yang diajukan oleh guru kemudian
perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusi untuk ditanggapi kelompok
lain. Tahap akhir dari proses diskusi kelompok dan diskusi kelas yaitu guru
meluruskan dari jawaban-jawaban setiap kelompok untuk mendapatkan
penguatan dan penjelasan yang lebih mendalam dari materi tersebut. Proses
diskusi dari setiap kelompok merupakan ciri dari model pembelajaran
kooperatif. Antar siswa dapat saling bertukar pendapat untuk menyatukan
jawaban dari permasalahan yang diajukan oleh guru. Selain itu, selama guru
memberi penguatan atau menjelaskan materi Fluida Statis siswa tetap berada
dalam kelompoknya. Proses tersebut dapat membantu siswa yang kurang
memahami materi karena dapat bertanya dengan teman dalam kelompoknya
yang lebih memahami sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
kognitif siswa.
Model pembelajaran kooperatif Think Pair Share tidak berbeda jauh
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Perbedaan dari keduanya
yaitu jika STAD dikerjakan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 orang
sedangkan pada Think Pair Share kegiatan kooperatif atau diskusi
dilaksanakan secara berpasangan. Alur pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Think Pair Share yang diterapkan pada kelas kontrol antara lain
guru mengutarakan suatu permasalahan terkait dengan sub pokok bahasan dari
materi Fluida Statis dan memberikan waktu untuk siswa memikirkan jawaban
dari masalah tersebut secara individu. Guru kemudian memberi instruksi
kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban dengan pasangannya atau teman
sebangku pada durasi waktu yang telah ditentukan. Tahap selanjutnya yaitu
guru menunjuk beberapa pasangan untuk menyampaikan pendapat dan
diakhiri dengan menyimpulkan jawaban. Guru melanjutkan dengan
menjelaskan materi untuk memberi penguatan dan siswa tetap berdiskusi
dengan pasangannya jika menemui kesulitan atau bertanya langsung kepada
guru.
Materi Fluida Statis disampaikan selama 3x4 pertemuan atau 12 jam
pelajaran pada kedua sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Pengukuran kemampuan kognitif siswa dengan memberikan ulangan harian
materi Fluida Statis dengan tipe soal pilihan ganda berjumlah 25 butir soal
yang telah divalidasi. Berdasarkan hasil nilai ulangan materi Fluida Statis
dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMAN 6 Surakarta yaitu
73 didapatkan bahwa sebanyak 54.83% dari siswa kelas eksperimen telah
lulus KKM dengan rata-rata nilai kelas yaitu 74.97 sedangkan siswa kelas
kontrol yang lulus KKM sebanyak 63.33% dengan rata-rata nilai kelas yaitu
75.20. Hasil uji hipotesis dari nilai hasil ulangan harian memberi hasil bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Think Pair Share
memberikan pengaruh pada kemampuan kognitif kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Hal tersebut terlihat dari jumlah siswa yang lulus KKM yaitu 55%
dari masing-masing kelas sampel. Penggunaan suatu model pembelajaran
merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi proses belajar peserta
didik. Pemilihan model pembelajaran juga harus disesuaikan dengan
karakteristik dari pokok bahasan yang akan diajarkan. Setiap materi Fisika
mempunyai tingkat kesulitan masing-masing, sehingga perlu strategi tertentu
dalam penyampaiannya di dalam kelas.
Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif membutuhkan partisipasi
dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Model pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik,
menumbuhkan sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial.
Berdasarkan penelitian bahwa model pembelajaran kooperatif model STAD
dan Think Pair Share mempengaruhi kemampuan kognitif siswa, maka dari
kedua model tersebut memiliki kelebihan-kelebihan ketika digunakan dalam
proses pembelajaran. Adapun kelebihan dari model pembelajaran kooperatif
model STAD dan Think Pair Share antara lain:
a. Model STAD
Model pembelajaran kooperatif STAD diterapkan pada kelas eksperimen
yaitu X MIA 1 dengan mengelompokkan siswa yang terdiri dari 5-6 siswa
secara homogen. Setiap kelompok terdiri atas siswa-siswa dengan jenis
kelamin dan tingkat kemampuan kognitif yang berbeda. Kelebihan dari
model STAD yaitu antarsiswa dapat saling bertukar pikiran ketika diskusi
kelompok. Siswa yang berkemampuan rendah akan mendapat tambahan
penjelasan dari teman kelompoknya yang berkemampuan kognitif tinggi
jika siswa tersebut kurang dapat memahami materi Fluida Statis, sehingga
siswa yang berkemampuan kognitif rendah akan dapat memahami isi
materi Fluida Statis dan siswa berkemampuan kognitif tinggi akan lebih
terpacu dalam belajar karena dapat menjelaskan materi kepada teman
sekelompoknya.
b. Model Think Pair Share
Kelas yang diberikan perlakuan dengan model Think Pair Share yaitu
kelas X MIA 3 sebagai kelas kontrol. Kelebihan dari model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share yaitu siswa yang dikelompokkan dan
berdiskusi secara berpasangan. Guru memberi permasalahan di awal
pelajaran lalu siswa harus berpikir secara individu terlebih dahulu sebelum
berdiskusi dengan pasangannya. Berdasarkan kegiatan tersebut maka
siswa akan dapat berpikir kritis dan tidak hanya menggantungkan diri pada
pasangannya.
2. Hipotesis 2

H0B : j = 0 untuk semua j (Tidak ada pengaruh perbedaan antara


motivasi belajar kategori tinggi dan motivasi belajar
kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa)
H1B : j 0 untuk paling sedikit satu harga j (Ada pengaruh perbedaan
antara motivasi belajar kategori tinggi dan motivasi belajar
kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa)
Hasil uji hipotesis diyatakan bahwa H0B ditolak karena

F B=85.01022 F0.05 ;1 ;57=4.08 F0.05 ;1 ;57


dan maka FB > , sehingga

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh perbedaan antara motivasi belajar


kategori tinggi dan motivasi belajar kategori rendah terhadap kemampuan
kognitif siswa.
Motivasi merupakan daya dorong yang disadari untuk mempengaruhi
tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan
sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Motivasi dan belajar
adalah dua hal yang saling berkaitan. Motivasi adalah suatu dorongan dari
individu sedangkan belajar adalah proses untuk mencapai perubahan yang
sangat dipengaruhi oleh daya dorong yang timbul dari diri individu. Hubungan
antara tingkat motivasi dan belajar mempengaruhi hasil akhir yang dicapai
siswa. Berdasarkan penelitian, tingkat motivasi belajar Fisika pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dikategorikan menjadi dua yaitu motivasi tinggi
dan motivasi rendah. Hipotesis yang diterima yaitu ada pengaruh perbedaan
antara motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap
kemampuan kognitif siswa. Siswa dengan motivasi belajar tinggi dalam mata
pelajaran Fisika akan mempunyai usaha yang besar dalam mencoba
memahami materi pelajaran. Usaha-usaha yang dapat teramati di kelas dari
hasil observasi antara lain siswa membawa semua buku yang berhubungan
dengan Fisika, aktif dalam bertanya dan berpendapat, memperhatikan
penjelasan dari guru, tidak menganggu teman ketika pelajaran, mengerjakan
tugas Fisika dari guru, mencatat materi Fisika dan tidak mengerjakan tugas
mata pelajaran lain ketika pelajaran Fisika. Siswa yang bermotivasi tinggi
mempunyai dorongan yang kuat untuk belajar Fisika sehingga mendapatkan
hasil yang memuaskan. Sebaliknya, pada siswa yang bermotivasi rendah akan
mempunyai kesadaran yang rendah untuk belajar Fisika dan mendapat hasil
kurang memuaskan untuk pelajaran Fisika.
Hal tersebut dibuktikan dari hasil penelitian yang terlihat dari
kemampuan kognitif siswa. Siswa dengan kategori motivasi tinggi pada kelas
eksperimen sebanyak 21 siswa dengan nilai rata-rata untuk ulangan harian
Fluida Statis yaitu 79.62, sedangkan jumlah siswa bermotivasi rendah yaitu 10
orang dengan nilai rata-rata ulangan harian Fluida Statis adalah 65.2. Siswa-
siswa kelas kontrol juga dikelompokkan menjadi siswa bermotivasi tinggi
sebanyak 25 siswa dengan nilai rata-rata ulangan hariaan Fluida Statis yaitu
78.72 dan siswa kelompok motivasi rendah berjumlah 5 siswa memiliki nilai
rata-rata ulangan harian Fluida Statis yaitu 57.6.
3. Hipotesis 3

H0AB : ij = 0 untuk semua (ij) (Tidak ada interaksi antara model


pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar siswa
terhadap kemampuan kognitif siswa)
H1AB : ij 0 untuk paling sedikit satu harga (ij) (Ada interaksi antara
model pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar siswa
terhadap kemampuan kognitif siswa)
Berdasarkan uji hipotesis didapatkan bahwa H0AB diterima dengan

F AB =3.022266 F0.05 ;1 ;57=4.08 F0.05 ;1 ;57


dan maka FAB < .

Kesimpulan yang didapat yaitu tidak ada interaksi antara model pembelajaran
kooperatif dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan kognitif siswa.
Kemampuan kognitif diperoleh jika peserta didik telah melakukan
suatu usaha yang disebut kegiatan belajar. Kegiatan belajar dipengaruhi oleh
beberapa faktor utama antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri peserta didik, antara
lain faktor jasmaniah, intelegensia, motivasi, bakat, perhatian, minat dan
faktor kelelahan. Faktor yang berpengaruh dan timbul dari luar diri peserta
didik yaitu faktor eksternal yang meliputi faktor sekolah, faktor keluarga dan
faktor masyarakat. Faktor sekolah yang berperan penting dalam keberhasilan
proses belajar dari peserta didik antara lain kurikulum, relasi guru dengan
siswa maupun relasi antar siswa, alat pelajaran, meode mengajar, dan disiplin
sekolah. Salah satu faktor sekolah yang digunakan dalam penelitian yaitu
metode mengajar dari guru. Metode mengajar guru mencakup strategi dan
model pembelajaran yang diterapkan. Model pembelajaran merupakan strategi
yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar
siswa sehingga siswa mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial dan
mencapai hasil pembelajaran yang lebih optimal. Model pembelajaran
mencakup pola yang digunakan dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
Model pembelajaran yang diterapkan hendaknya disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik di dalam kelas, materi belajar yang akan disajikan
serta kelengkapan sarana prasarana yang akan digunakan. Pada penelitian
digunakan model pembelajaran kooperatif yaitu STAD dan Think Pair Share
yang keduanya menitikberatkan pada gotong royong atau kerja sama antar
teman dalam kelompok. Model pembelajaran merupakan fakor eksternal yang
dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Selain faktor eksternal
tersebut, hasil belajar siswa yang berupa kemampuan kognitif dipengaruhi
oleh faktor internal, salah satunya yaitu motivasi. Motivasi dalam proses
belajar atau motivasi belajar berperan sebagai daya dorong yang timbul dari
dalam diri peserta didik untuk melakukan sesuatu agar dapat mencapai tujuan
dari belajar. Pengaruh yang sangat kuat dalam mempengaruhi proses belajar
siswa yaitu pengaruh yang datang dari diri. Fakor yang muncul dari dalam diri
lebih berperan aktif karena akan menyangkut kesadaran siswa dalam belajar.
Pada penelitian didapatkan hasil bahwa kemampuan kognitif siswa
atau disebut juga dengan salah satu prestasi belajar tidak dipengaruhi oleh
interaksi antara faktor model pembelajaran yang diterapkan guru dan motivasi
belajar Fisika. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan motivasi
belajar Fisika tidak terjadi atau tidak memberi pengaruh terhadap kemampuan
kognitif siswa dari kelas ekperimen dan kelas kontrol. Hal tersebut berarti
bahwa kemampuan kognitif yang diperoleh dari siswa-siswa kelas ekperimen
dan kelas kontrol tidak hanya dipengaruhi oleh faktor model pembelajaran
yang digunakan oleh serta motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa, tetapi
juga didukung oleh faktor internal dan faktor eksternal lain pada proses
belajar.

You might also like