Professional Documents
Culture Documents
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dari penelitian terdiri atas data nilai keadaan awal
siswa yang diambil dari nilai pretes, data observasi dari tingkat motivasi belajar
siswa pada mata pelajaran Fisika dan data nilai kognitif siswa dari hasil ulangan
harian. Ketiga data diambil dari kelas eksperimen dan kelas kontrol pada siswa
kelas X SMAN 6 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015 untuk pokok bahasan
Fluida Statis.
1. Data Keadaan Awal
Data keadaan awal siswa diperoleh dari nilai pretes dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol untuk materi Fluida Statis sebelum diberi
perlakuan dengan model pembelajaran STAD dan Think Pair Share. Kelas
eksperimen yang berjumlah 31 siswa memiliki nilai keadaan awal dengan nilai
terendah 32 dan nilai tertingggi 68 dan nilai rata-rata kelas yaitu 49.935 serta
standar deviasi yaitu 9.738, sedangkan kelas kontrol yang berjumlah 30 siswa
memiliki nilai keadaan awal dari nilai terendah 36 sampai dengan nilai
tertinggi 72 dan nilai rata-rata kelas yaitu 55.333 serta standar deviasi 8.268.
Distribusi nilai keadaan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Data Keadaan Awal Kelas Eksperimen
Kelas
Eksperimen Kontrol
Tinggi 21 25
Tingkat Motivasi Belajar
Rendah 10 5
DK = { L|L> L ;n }
. Pada sampel kelas eksperimen, Lobservasi = 0.0851
dan Ltabel = 0.15913 sehingga Lobservasi lebih kecil dari Ltabel dan nilai Lobservasi
tidak memenuhi daerah kritis uji normalitas maka dapat disimpulkan
bahwa sampel dari kelas eksperimen berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Kelas kontrol mempunyai nilai Lobservasi = 0.1345 dan
Ltabel = 0.161 maka Lobservasi juga tidak memenuhi daerah kritis uji
normalitas sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel dari kelas kontrol
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang digunakan pada penelitian adalah metode
Bartlett dengan taraf signifikansi 5%. Uji homogenitas bertujuan untuk
mengetahui apakah kedua sampel berasal dari populasi yang homogen.
Hasil uji homogenitas nilai pretes didapatkan bahwa nilai
hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa 2hitung < 2tabel sehingga
dapat dikatakan bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang homogen.
c. Uji t
Uji kesamaan keadaan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
didapatkan dari uji t dua ekor yang sebelumnya telah diuji dengan uji
normalitas dan uji homogenitas. Hipotesis yang diajukan dari uji t yaitu
adakah perbedaan kemampuan awal antara kedua sampel dalam penelitian.
Hasil perhitungan menggunakan uji t didapatkan nilai t = -0.5031. Taraf
signifikansi yang digunakan yaitu 5% pada daerah kritis
{ (
DK = t|t< - t
2
;n1+n22 ) atau t > (t
; n +n 2
2 1 2 )} . Berdasarkan analisis
diterima yaitu tidak ada perbedaan kemampuan awal antara kedua sampel
yaitu antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Hipotesis-hipotesis dari penelitian diuji dengan menggunakan analisis
variansi dua jalan dengan sel tak sama. Data yang diuji yaitu berasal dari nilai
hasil ulangan Fluida Statis dari kelas eksperimen dan kelas kontrol yang telah
diberi perlakuan dengan model pembelajaran STAD dan Think Pair Share. Nilai
hasil ulangan harian dari kedua sampel disebut juga nilai kemampuan kognitif.
Data nilai kemampuan kognitif dari kedua sampel terlebih dahulu harus diuji
dengan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas
sebelum dilakukan uji hipotesis menggunakan analisis variansi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas sebagai uji prasyarat analisis menggunakan metode
Lilliefors. Daerah kritis dari metode Lilliefors adalah
DK = { L|L> L ;n }
dalam taraf signifikansi () 5% dan n adalah jumlah
siswa dalam kelas yang digunakan sebagai sampel. Hasil uji normalitas untuk
kedua sampel yaitu sebagai berikut :
a. Kelas Eksperimen
Kelas eksperimen dengan jumlah siswa 31 orang mempunyai nilai
rata-rata untuk kemampuan kognitif yang diambil dari nilai ulangan harian
Fluida Statis sebesar 74.97 dan standar deviasi sebesar 8.376. Hasil uji
Lobs = 0.0983
normalitas menggunakan metode Lilliefors adalah ,
tidak memenuhi daerah kritis. Hipotesis yang diterima dari uji normalitas
kelas eksperimen yaitu sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal atau dapat dikatakan bahwa distribusi frekuensi dari data variabel
nilai kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen adalah berdistribusi
normal.
b. Kelas Kontrol
Jumlah siswa dari kelas kontrol adalah 30 siswa dengan rata-rata nilai
kemampuan kognitif dari nilai ulangan harian materi Fluida Statis sebesar
75.20 dan standar deviasi sebesar 10.451. Metode Lilliefors yang
Lobs =0.1362
digunakan untuk uji normalitas memberikan hasil dengan
L ; n=L0.05 ;30 =0.161
. Berdasarkan hasil analisis maka
daerah kritis. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hipotesis uji normalitas
untuk kelas kontrol yaitu sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal atau distribusi frekuensi dari data variabel nilai kemampuan
kognitif siswa kelas eksperimen adalah berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Nilai kemampuan kognitif yang diambil dari nilai ulangan harian
Fluida Statis diuji tingkat homogenitasnya sebagai prasyarat analisis
menggunakan metode Bartlett pada taraf signifikansi () 5% dan daerah kritis
Total 5745.403 60 - - -
DK A = { FF > F ; p1 ; N pq }
dengan taraf signifikansi 5%. Hasil
DK B= { FF > F ;q 1; N pq }
dengan taraf signifikansi 5%. Hasil
diterima dari keputusan uji yaitu ada pengaruh perbedaan antara motivasi
belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap kemampuan kognitif
siswa.
c. Hipotesis 3 : Adakah interaksi antara penggunaan model pembelajaran
kooperatif dan motivasi belajar terhadap kemampuan kognitif siswa?
Daerah kritis untuk interaksi dari variabel-variabel penelitian yaitu
DK AB ={ FF> F ; ( p1 )(q1); N pq }
dan taraf signifikansi 5%. Hasil
F AB =3.022266
perhitungan analisis variansi memberikan hasil dan
daerah kritis. Hipotesis yang diterima yaitu tidak ada interaksi antara
model pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar siswa terhadap
kemampuan kognitif siswa.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Hasil uji analisis yang digunakan yaitu analisis variansi dua jalan
dengan sel tak sama. Siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi
perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif STAD dan Think Pair Share.
Nilai kemampuan kognitif siswa dikelompokkan berdasarkan tingkat motivasi
belajar siswa yang dikategorikan menjadi motivasi belajar tinggi dan motivasi
belajar rendah untuk dianalasis adakah pengaruh dari variabel-variabel yang diuji
dalam penelitian.
Hipotesis-hipotesis hasil penelitian yang teranalisis antara lain:
1. Hipotesis 1
kata lain bahwa FA memenuhi daerah kritis. Hal ini menunjukkan bahwa ada
pengaruh perbedaan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif STAD
dan Think Pair Share terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok
bahasan Fluida Statis.
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan dalam merencanakan
pembelajaran di kelas maupun tutorial yang mengacu pada pendekatan yang
digunakan, tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran serta pengelolaan kelas. Selain itu, model
pembelajaran dapat dijadikan sebagai pedoman guru dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar. Berbagai macam model-model pembelajaran
mempunyai strategi khusus dalam membawakan cara belajar untuk siswa di
kelas. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran yang diterapkan guru untuk membantu siswa dalam memahami
suatu pokok bahasan yang dicirikan dengan kerja kelompok atau diskusi
dalam menyelesaikan permasalahan dalam proses belajar di kelas. Proses
berbagi ide dan informasi antar teman dapat membantu siswa dalam mengatasi
kesulitan pada suatu pokok bahasan yang sedang dipelajarinya sehingga siswa
mendapatkan hasil maksimal dari proses belajar tersebut.
Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan dalam penelitian yaitu
model STAD (Student Team Achievement Division) dan model Think Pair
Share. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran STAD,
sedangkan model pembelajaran Think Pair Share diterapkan di kelas kontrol
pada materi Fluida Statis.
Alur dari penerapan model pembelajaran STAD di kelas eksperimen
antara lain siswa terlebih dahulu dikelompokkan secara heterogen yang terdiri
dari 5-6 orang lalu guru memberikan suatu permasalahan terkait sub pokok
bahasan dari Fluida Statis yang akan diajarkan. Setiap kelompok diberi waktu
untuk mendiskusikan permasalahan yang diajukan oleh guru kemudian
perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusi untuk ditanggapi kelompok
lain. Tahap akhir dari proses diskusi kelompok dan diskusi kelas yaitu guru
meluruskan dari jawaban-jawaban setiap kelompok untuk mendapatkan
penguatan dan penjelasan yang lebih mendalam dari materi tersebut. Proses
diskusi dari setiap kelompok merupakan ciri dari model pembelajaran
kooperatif. Antar siswa dapat saling bertukar pendapat untuk menyatukan
jawaban dari permasalahan yang diajukan oleh guru. Selain itu, selama guru
memberi penguatan atau menjelaskan materi Fluida Statis siswa tetap berada
dalam kelompoknya. Proses tersebut dapat membantu siswa yang kurang
memahami materi karena dapat bertanya dengan teman dalam kelompoknya
yang lebih memahami sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
kognitif siswa.
Model pembelajaran kooperatif Think Pair Share tidak berbeda jauh
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Perbedaan dari keduanya
yaitu jika STAD dikerjakan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 orang
sedangkan pada Think Pair Share kegiatan kooperatif atau diskusi
dilaksanakan secara berpasangan. Alur pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Think Pair Share yang diterapkan pada kelas kontrol antara lain
guru mengutarakan suatu permasalahan terkait dengan sub pokok bahasan dari
materi Fluida Statis dan memberikan waktu untuk siswa memikirkan jawaban
dari masalah tersebut secara individu. Guru kemudian memberi instruksi
kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban dengan pasangannya atau teman
sebangku pada durasi waktu yang telah ditentukan. Tahap selanjutnya yaitu
guru menunjuk beberapa pasangan untuk menyampaikan pendapat dan
diakhiri dengan menyimpulkan jawaban. Guru melanjutkan dengan
menjelaskan materi untuk memberi penguatan dan siswa tetap berdiskusi
dengan pasangannya jika menemui kesulitan atau bertanya langsung kepada
guru.
Materi Fluida Statis disampaikan selama 3x4 pertemuan atau 12 jam
pelajaran pada kedua sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Pengukuran kemampuan kognitif siswa dengan memberikan ulangan harian
materi Fluida Statis dengan tipe soal pilihan ganda berjumlah 25 butir soal
yang telah divalidasi. Berdasarkan hasil nilai ulangan materi Fluida Statis
dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMAN 6 Surakarta yaitu
73 didapatkan bahwa sebanyak 54.83% dari siswa kelas eksperimen telah
lulus KKM dengan rata-rata nilai kelas yaitu 74.97 sedangkan siswa kelas
kontrol yang lulus KKM sebanyak 63.33% dengan rata-rata nilai kelas yaitu
75.20. Hasil uji hipotesis dari nilai hasil ulangan harian memberi hasil bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Think Pair Share
memberikan pengaruh pada kemampuan kognitif kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Hal tersebut terlihat dari jumlah siswa yang lulus KKM yaitu 55%
dari masing-masing kelas sampel. Penggunaan suatu model pembelajaran
merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi proses belajar peserta
didik. Pemilihan model pembelajaran juga harus disesuaikan dengan
karakteristik dari pokok bahasan yang akan diajarkan. Setiap materi Fisika
mempunyai tingkat kesulitan masing-masing, sehingga perlu strategi tertentu
dalam penyampaiannya di dalam kelas.
Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif membutuhkan partisipasi
dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Model pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik,
menumbuhkan sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial.
Berdasarkan penelitian bahwa model pembelajaran kooperatif model STAD
dan Think Pair Share mempengaruhi kemampuan kognitif siswa, maka dari
kedua model tersebut memiliki kelebihan-kelebihan ketika digunakan dalam
proses pembelajaran. Adapun kelebihan dari model pembelajaran kooperatif
model STAD dan Think Pair Share antara lain:
a. Model STAD
Model pembelajaran kooperatif STAD diterapkan pada kelas eksperimen
yaitu X MIA 1 dengan mengelompokkan siswa yang terdiri dari 5-6 siswa
secara homogen. Setiap kelompok terdiri atas siswa-siswa dengan jenis
kelamin dan tingkat kemampuan kognitif yang berbeda. Kelebihan dari
model STAD yaitu antarsiswa dapat saling bertukar pikiran ketika diskusi
kelompok. Siswa yang berkemampuan rendah akan mendapat tambahan
penjelasan dari teman kelompoknya yang berkemampuan kognitif tinggi
jika siswa tersebut kurang dapat memahami materi Fluida Statis, sehingga
siswa yang berkemampuan kognitif rendah akan dapat memahami isi
materi Fluida Statis dan siswa berkemampuan kognitif tinggi akan lebih
terpacu dalam belajar karena dapat menjelaskan materi kepada teman
sekelompoknya.
b. Model Think Pair Share
Kelas yang diberikan perlakuan dengan model Think Pair Share yaitu
kelas X MIA 3 sebagai kelas kontrol. Kelebihan dari model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share yaitu siswa yang dikelompokkan dan
berdiskusi secara berpasangan. Guru memberi permasalahan di awal
pelajaran lalu siswa harus berpikir secara individu terlebih dahulu sebelum
berdiskusi dengan pasangannya. Berdasarkan kegiatan tersebut maka
siswa akan dapat berpikir kritis dan tidak hanya menggantungkan diri pada
pasangannya.
2. Hipotesis 2
Kesimpulan yang didapat yaitu tidak ada interaksi antara model pembelajaran
kooperatif dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan kognitif siswa.
Kemampuan kognitif diperoleh jika peserta didik telah melakukan
suatu usaha yang disebut kegiatan belajar. Kegiatan belajar dipengaruhi oleh
beberapa faktor utama antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri peserta didik, antara
lain faktor jasmaniah, intelegensia, motivasi, bakat, perhatian, minat dan
faktor kelelahan. Faktor yang berpengaruh dan timbul dari luar diri peserta
didik yaitu faktor eksternal yang meliputi faktor sekolah, faktor keluarga dan
faktor masyarakat. Faktor sekolah yang berperan penting dalam keberhasilan
proses belajar dari peserta didik antara lain kurikulum, relasi guru dengan
siswa maupun relasi antar siswa, alat pelajaran, meode mengajar, dan disiplin
sekolah. Salah satu faktor sekolah yang digunakan dalam penelitian yaitu
metode mengajar dari guru. Metode mengajar guru mencakup strategi dan
model pembelajaran yang diterapkan. Model pembelajaran merupakan strategi
yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar
siswa sehingga siswa mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial dan
mencapai hasil pembelajaran yang lebih optimal. Model pembelajaran
mencakup pola yang digunakan dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
Model pembelajaran yang diterapkan hendaknya disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik di dalam kelas, materi belajar yang akan disajikan
serta kelengkapan sarana prasarana yang akan digunakan. Pada penelitian
digunakan model pembelajaran kooperatif yaitu STAD dan Think Pair Share
yang keduanya menitikberatkan pada gotong royong atau kerja sama antar
teman dalam kelompok. Model pembelajaran merupakan fakor eksternal yang
dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Selain faktor eksternal
tersebut, hasil belajar siswa yang berupa kemampuan kognitif dipengaruhi
oleh faktor internal, salah satunya yaitu motivasi. Motivasi dalam proses
belajar atau motivasi belajar berperan sebagai daya dorong yang timbul dari
dalam diri peserta didik untuk melakukan sesuatu agar dapat mencapai tujuan
dari belajar. Pengaruh yang sangat kuat dalam mempengaruhi proses belajar
siswa yaitu pengaruh yang datang dari diri. Fakor yang muncul dari dalam diri
lebih berperan aktif karena akan menyangkut kesadaran siswa dalam belajar.
Pada penelitian didapatkan hasil bahwa kemampuan kognitif siswa
atau disebut juga dengan salah satu prestasi belajar tidak dipengaruhi oleh
interaksi antara faktor model pembelajaran yang diterapkan guru dan motivasi
belajar Fisika. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan motivasi
belajar Fisika tidak terjadi atau tidak memberi pengaruh terhadap kemampuan
kognitif siswa dari kelas ekperimen dan kelas kontrol. Hal tersebut berarti
bahwa kemampuan kognitif yang diperoleh dari siswa-siswa kelas ekperimen
dan kelas kontrol tidak hanya dipengaruhi oleh faktor model pembelajaran
yang digunakan oleh serta motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa, tetapi
juga didukung oleh faktor internal dan faktor eksternal lain pada proses
belajar.