Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing :
Disusun Oleh :
Aldila 2011730120
2015
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
pada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan refreshing dengan judul Pemeriksaan
Salawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta para
pengikutnya hingga akhir zaman. Laporan ini kami buat sebagai dasar kewajiban dari suatu
proses kegiatan yang kami lakukan yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk praktik
kehidupan sehari-hari.
Terimakasih kami ucapkan kepada seluruh pembimbing yang telah membantu kami
dalam kelancaran pembuatan laporan ini, Dr. Fisalma Mansjoer, Sp.KK. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Kami harapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk menambah kesempurnaan
laporan kami.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
Belum lengkap apabila menegakkan diagnosis penyakit kulit dan kelamin hanya
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis-morfologi, tanpa melakukan uji diagnostis. Uji
diagnostis tersebut dapat dilakukan dengan uji kulit yang sederhana berdasarkan pathogenesis
penyakit. Dengan hanya menggunakan jari tangan kita dapat melakukan uji kulit sederhana,
misalnya guna membedakan kemerahan kulit: apakah purpura dan eritema; membuktikan apakah
terjadi epidermolysis pada kulit berlepuh, skuama yang tebal berlapis, morfologi ikutan atau
fenomena isomorfik, kerontokan rambut, dan kelainan kuku. Tentu saja untuk diagnosis pasti
tetap diperlukan pemeriksaan penunjang yang tepat diantaranya pemeriksaan laboratorium, tes
lainnya.
informasi tentang apa yang akan dilakukan, apa yang akan dialami pasien saat uji kulit,
bagaimana hasilnya, manfaat tindakan, efek samping yang mungkin terjadi. Setelah pemberian
informasi lengkap dan pasien memahaminya, barulah dokter meminta ijin dan persertujuan
pasien untuk uji diagnostik/ tindakan yang akan dilakukan (informed consent). Hal tersebut
sangat penting berkaitan dengan profesionalisme dan tanggung jawab seorang dokter dalam
melakukan tindakan sesuai indikasi, mengacu pada kode etik kedokteran dan sumpah dokter,
3
Pada pemeriksaan laboratorium maupun histopatologik, penting bagi para dokter klinis
agar memahami dan terampil dalam memilih serta menetapkan lesi kulit sebagai bahan
bahan, meletakkan dan menyimpannya dalam pengawet ataupun bahan/cairan kimia, cara
mengirim, lama penyimpanan sebelum diproses atau dibaca. Bagaimanapun kita wajib
memperlakukan bahan pemeriksaan dan sisanya (sebagai limbah) dengan benar, ramah
lingkungan dan etis. Mungkin dulu tidak pernah diperhatikan dengan sungguh-sungguh dan tidak
diajarkan, namun sebenarnya merupakan keharusan yang wajib dilakukan dan dibuat sebagai
4
BAB II
I. UJI KLINIS
A. Nikolskiy sign
Nikolsky sign merupakan satu teknik pemeriksaan guna menilai adanya epidermolysis
secara cepat pada pasien dengan lesi vesikobulosa. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu :
1. Langsung : bila dilakukan penekanan langsung dengan jari tangan pada vesikel/bula
kemudian terlihat bula melebar ke kulit disekitarnya, berarti Nikolsky positif (terdapat
epidermolysis).
2. Tidak langsung : bila kulit di antara 2 bula ditekan dan digeser dengan telunjuk maka
tampak kulit terangkap seakan-akan lepas dari dasarnya atau terbentuk bula, yang berarti
terjadi epidermolysis.
Pemphigus vulgaris)
5
6
B. Auspitz sign
Auspitz Sign bisa digunakan sebagai sarana diagnostik untuk psoriasis. Tes ini untuk
membuktikan adanya papilomatosa dan akantosis yang menjulang sampai di ujung papilla
dermis dan menyentuh lapisan bawah stratum korneum. Akibatnya, bila skuama psoriasis
dikerok lembar demi lembar maka suatu saat akan sampai ke bagian papilla dermis tersebut,
sehingga secara klinis akan tampak titik-titik perdarahan pada permukaan kulit yang skuamanya
terkupas.
C. Darrier sign
Darriers sign merupakan salah satu ciri yang dapat digunakan untuk membedakan lesi
pigmentasi di kulit dengan mastositosis atau urtikaria pigmentosa. Bila kulit pasien digores
dengan benda tumpul kemudian muncul urtika linier maka tanda Darrier positif. Fenomena ini
terjadi akibat degranulasi sel mas kulit dan melepaskan mediator yang menyebabkan vasodilatasi
D. Fenomena Kbner
Pada kulit sehat pasien dilakukan goresan atau digaruk berulang-ulang maka setelah
kurang lebih 3 minggu (atau lebih), ditempat goresan/garukan tersebut akan muncul lesi serupa
dengan lesi asal, hal ini disebut fenomena Kbner positif. Contoh pada pasien psoriasis dan liken
planus.
7
E. Fenomena Tetesan Lilin
Fenomena ini terjadi pada pasien psoriasis. Skuama psoriasis umumnya tebal, berlapis,
kering, putih bening, transparan serupa mika. Bila pada lesi tersebut digores dengan benda
berujung tajam, maka bagian bening tersebut akan tampak putih daripada sekitarnya, tidak
F. Pull Test
Pull test merupakan uji diagnostic guna menilai kerontokan rambut. Rambut dianggap
rontok patologis bila terjadi kerontokan >100 helai per hari. Menilai cepat kerontokan rambut
dengan menggunakan ibu jari tangan dan telunjuk, sejumput rambut dijepit dan ditarik dengan
kekuatan sedang. Bila rambut tercabut maka disebut pull test positif. Selanjutnya rambut yang
tercabut dilihat dengan mikroskop bagaimana bentuk akar rambut yang tercabut, bila bentuk
akarnya sangat kecil mirip tanda seru disebut bentuk exclamation hair; maka rambut tersebut
Tes Tzanck adalah satu teknik standar diagnosis guna melakukan diagnosis cepat pada
kelainan kulit vesiko-bulosa pada saat ada keraguan kemungkinan infeksi oleh virus atau bukan.
Misalnya lesi vesiko-bulosa yang disebabkan varisel-zoster atau herpes simpleks dengan vesiko-
bulosa pada pemfigus vulgaris. Caranya adalah mengerok dasar vesikel baru dengan pisau
scalpel dan hasil kerokan tersebut dioleskan tipis ke permukaan kaca objek. Kaca objek dipulas
dengan cairan Giemsa dan Wright, di bawah mikroskop akan tampak lesi sel akantolisis (sel
keratinosit berinti besar) atau multinucleated giant cells, yang menunjukkan sel keratinosit
8
II. UJI DIAGNOSIS DENGAN ALAT
A. Diaskopi
Teknik ini digunakan secara klinis untuk membedakan antara eritema akibat pelebaran
pembuluh darah dengan purpura. Alat yang digunakan adalah kaca objek atau spatel transparan
atau lup yang permukaannya datar. Dengan meletakkan kaca objek tersebut di atas lesi dan
menekannya maka eritema akan menghilang, tetapi bila purpura maka warna merah akan
menetap. Sebagai contoh adalah purpura pada penyakit demam berdarah dan pada Henoch
Shenlein. Teknik diaskopi juga digunakan untuk memperlihatkan warna apple jelly pada
9
Gambar : Granulomatous rosacea after diascopy
B. Dermoskopi
Alat dermotoskop merupaka gabungan antara lup dan sinar sehingga dapat menilai lesi
kulit secara lebih rinci. Permukaan kulit tampak lebih jelas, perbedaan relief kulit dan warna
menjadi lebih tajam. Alat ini cukup sensitive guna menilai perubahan warna dan relief kulit pada
lesi melanositik dibandingkan dengan lesi non-melanositik. Perhatikan tanda-tanda pada setiap
lesi; apakah asimetris (A) sisi kanan dan kiri tidak simetris, tepi lesi/border (B) apakah tepinya
berbatas tegas, color (C) apakah perubahan warna/pigmen merata, berapa ukuran diameter (D)
apakah > 6 mm, dan apakah permukaan lesi elevasi (E) meninggi.
10
Gambar : Dermoskop
11
Gambar 9: Dermoscopy signs in favor of seborrheic keratosis
C.
Pemeriksaan Flouresensi (Lampu Wood)
Pemeriksaan dengan lampu sinar wood. Lampu wood menghasilkan sinar yang
memancarkan ultraviolet gelombang panjang yang tidak kasat mata, atau sinar gelap pada
panjang gelombang 360 nm. Lampu wood diletakkan pada jarak 10 cm dari permukaan kulit.
Bila sinar tersebut mengenai permukaan kulit yang sakit atau mengenai permukaan kulit yang
sakit atau urin di dalam ruang gelap, pada kondisi tertentu akan berfluoresen. Pada penyakit
kulit, yairu tinea kapitis atau tinea versicolor akan menghasilkan fluoresen warna kuning
keemasan, pada eritrasma warnal coral red, dan pada penyakit porfiria kutanea tarda tampak urin
berfluoreseni warna coral red; sedangkan pada infeksi pseudomonas tampak berflouresensi
warna kehijauan. Lampu wood dapat digunakan untuk melihat perbedaan warna pada
pigmentasi, pigmen yang terletak superfisial akan tampak lebih gelap; sedangkan pada
hipopigmentasi misalnya vitiligo akan tampak lebih putih dengan batas yang tegas dibandingkan
12
Gambar : Lampu Wood
Gambar : Fluoresensi merah muda koral pada eritrasma di alat kelamin laki-laki
Gambar : Vitiligo sebelum disinar lampu Wood (kiri) dan setelah disinar lampu Wood (kanan)
13
Tabel : perubahan warna dengan penggunaan lampu wood
D.
UJI PENSIL GUNAWAN (UJI HIPOHIDROSIS)
Pada pasien kusta terjadi gangguan saraf otonom yang ditandai dengan adanya
hipohidrosis (gangguan berkeringat). Hipohidrosis juga dapat terjadi akibat atrofi pada kelenjar
keringat. Pensil gunawan adalah pensil tinta yang bila terkena air akan luntur (blobor). Dokter
gunawan menggunakan pensil tersebut guna menilai hipohidrosis atau anhidrosis pada lesi kusta.
Pasien kusta diminta melakukan gerakan-gerakan (exercise) bagian tubuh yang terkena lesi kusta
atau diberi minuman air hangat agar berkeringat. Pensil digoreskan mulai dari bagian tengah lesi
kusta menuju kulit sehat sekitar lesi tersebut; karena keringat di luar lesi lebih banyak makan
akan tampak goresan pensil tinta menjadi tebal (blobor, merembes) pada kulit yang sehat.
Cara lain adalah dengan menyuntikkan pilokarpin subkutan di perbatasaan lesi kusta
ditunggu disekitar beberapa menit, kulit normal akan berkeringat tetapi lesi kusta tetap kering.
14
III. UJI ALERGI
Uji temple merupakan salah satu uji kulit guna mengetahui penyebab alergi, biasanya
pada DKA. Prinsipnya membuat miniature dermatitis pada kulit pasien. Tes dilakukan bila
keadaan penyakit sudah tenang, pasien bebas obat antihistamin dan kortikosteroid oral dan
topical sekurang-kurangnya 2 minggu sebelum uji kulit. Uji kulit menggunakan perangkat yang
berisi berbagai allergen dan memakai fin chamber. Bahan uji kulit ditempelkan di punggung,
ditutup dengan plester, kemudian dibuka dan dibaca pada jam ke 24, 48, 72 dan 96. Reaksi
15
B. Prick Test (Uji tusuk)
Uji tusuk merupakan salah satu uji kulit guna mengetahui penyebab alergi terutama pada
pasien urtikaria atau pasien yang alergi terhadap berbagai allergen makanan, tungau, debu
rumah, dan allergen hirup yang ada dilingkungan hidup. Uji kulit menggunakan perangkat
allergen, dan jarum untuk uji kulit, serta alat guna mengukur diameter urtikaria dengan diameter
C. Injeksi intradermal
Sejumlah 0,02 ml ekstrak alergen dalam 1 ml spoit disuntikkan secara superfisial pada
kali lipat sampai menimbulkan indurasi 5-15 mm. Uji intradermal ini seringkali digunakan untuk
titrasi alergen pada kulit. Tes alergi pengujian injeksi intradermal tidak direkomendasikan untuk
penggunaan rutin untuk aeroallergens dan makanan, tetapi mungkin untuk mendeteksi racun dan
diagnosis alergi obat. Ini membawa resiko lebih besar anafilaksis dan harus dilakukan dengan
Tes Provokasi adalah administrasi terkontrol dari obat yang digunakan untuk
merupakan tes yang dilakukan mulai dengan memberikan obat dengan dosis yang lebih kecil
dari dosis yang diduga akan menimbulkan reaksi berat, kemudian dosis ditingkatkan dan
diberikan jarak tertentu sampai tercapai dosis penuh sesuai dengan yang diharapkan. TP
16
merupakan baku emas (gold standard) yang digunakan untuk menetapkan dan meniadakan
diagnosis hipersensitivitas dari zat tertentu, tidak hanya yang dapat menyebabkan gejala alergi,
tetapi juga manifestasi klinis yang merugikan terlepas dari mekanismenya. TP merupakan salah
satu upaya pendekatan diagnosis dari alergi obat yang relatif sederhana namun harus dikerjakan
di RS dengan pengawasan, serta siap antisipasi jika terjadi reaksi alergi kembali terlebih lagi bila
timbul reaksi yang berat seperti misalnya reaksi anafilaksis. Karena itu hendaknya dikerjakan
oleh tenaga yang memiliki kompetensi, dan fasilitas resusitasi lengkap sudah dipersiapkan
The European Network for Drug Allergy (ENDA) dari the European Academy of Allergy
diagnosis dari alergi obat sebagai penunjang anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sebelum
melakukan TP, evaluasi resiko dan manfaat harus dilaksanakan terlebih dahulu. Adapun indikasi
a. Untuk membedakan adanya kemungkinan reaksi yang terjadi bukan suatu reaksi
b. Untuk memberikan farmakologi (obat) yang aman, yaitu obat yang tidak berhubungan
alergi penisilin atau NSAID alternatif pada asma yang sensitif terhadap aspirin.
17
Kontraindikasi TP adalah pada wanita hamil, pada penderita yang diprediksi kondisinya
akan menjadi lebih buruk dengan TP obat tersebut (infeksi akut, asma tak terkontrol, penderita
dengan penyakit jantung, hati dan ginjal). Demikian juga pada penderita; sindroma vaskulitis,
Pemphigus Vulgaris, dan Bullous Pemphigoid. Pengecualian dapat dilakukan jika obat dicurigai
sangat penting bagi pasien, misalnya pada neurosifilis dan terapi penisilin.
Pelaksanaan TP ini dilakukan dengan tahapan meliputi :
b. uji agen,
Pemberian obat dilakukan dengan berbagai cara, oral, parenteral (iv,im,sc), topical
(nasal), bronchial, konjungtiva, kutaneus, dsb. Namun, dalam hal ini oral menjadi pilihan utama
karena penyerapan lebih lambat sehingga reaksi yang tidak diinginkan dapat diobati lebih awal
Dosis dari persiapan tes dan interval waktu pemberian obat tergantung dari berbagai
variable, termasuk jenis obat itu sendiri, tingkat keparahan dari reaksi hipersensitivitas obat saat
pemeriksaan, cara pemberian, perkiraan waktu antara aplikasi dan reaksi, kondisi kesehatan dari
18
pasien, dan co-medication mereka. Umumnya tes harus mulai dengan dosis rendah, kemudian
ditingkatkan sedikit-demi sedikit dan segera dihentikan ketika gejala objektif pertama terjadi.
Jika tidak ada gejala muncul, yang dosis tunggal maksimum obat yang spesifik harus dicapai,
dan pemberian dosis harian sangat diperlukan. Dalam kasus reaksi langsung sebelumnya dosis
awal harus diantara 1:10.000 dan 1:10 dari dosis terapi, tergantung pada beratnya reaksi. Interval
waktu antara dosis minimal 30 menit, namun banyak obat dan situasi tertentu memerlukan
interval waktu yang lebih lama. Dalam kasus reaksi non-langsung sebelumnya (yakni terjadi
lebih dari 1 jam setelah pemberian obat terakhir) dosis awal tidak boleh melebihi 1:100 dari
dosis terapi. Tergantung pada obat dan ambang respon pasien, TP dapat diselesaikan dalam
TP, dokumentasi, dan aspek praktis. Tes provokasi harus dilakukan dengan metode placebo
terkontrol, single blind, dan dalam situasi tertentu dimana aspek psikologis mungkin berlaku,
Banyak pasien salah diberikan label alergi berdasarkan riwayat penyakitnya tanpa
dites, atau dibuktikan dengan tes dengan nilai prediktif terbatas, seperti tes kulit dengan
opiat, deteksi IgE dalam hipersensitivitas aspirin atau tes biologi yang tidak valid.
Sebagai contoh, banyak reaksi merugikan pada anestesi lokal karena faktor non-alergi
2. Menyediakan alternatif yang aman pada pasien dengan alergi dan membuktikan
toleransi.
19
Pasien dengan alergi penisilin yang diklaim memiliki risiko meningkat sekitar sepuluh
kali lipat memiliki reaksi alergi terhadap obat antimikroba selain penisilin dan
Pasien dengan riwayat alergi terhadap penisilin dan tes kulit positif mempunyai
peningkatan resiko tiga kali lebih tinggi jika suatu sefalosporin diberikan, oleh karena itu
TP dalam kondisi yang terkendali setelah melakukan tes kulit, penting dilakukan
4. Menetapkan diagnosis pada kasus-kasus dengan riwayat yang sugestif namun dengan tes
Untuk mengklarifikasi hipersensitivitas obat yang dicurigai pada tes kulit biasanya adalah
hal pertama yang akan dilakukan, tetapi sering dengan hasil negatif. Agen penyebabnya
Tes provokasi dikatakan positif jika hasilnya menunjukkan gejala yang sebenarnya. Jika
reaksi sebenarnya diwujudkan dengan gejala yang subjektif dan pada pengujian ulang
menunjukkan hal yang sama, gejala yang tidak diverifikasi, maka tes berulang dengan plasebo
harus dilakukan. Jika dengan placebo hasilnya negatif, maka pengulangan dengan dosis obat
Nilai prediktif TP terutama tergantung pada jenis / mekanisme reaksi dan obat yang
terlibat. Seorang dokter dalam melakukan TP untuk reaksi hipersensitivitas obat harus
mengetahui literatur tertentu dan kebutuhan pengalaman yang cukup dalam membedakan banyak
20
alasan untuk hasil tes false-negatif dan false-positif. Alasan ini adalah banyak tetapi dapat
Jamur kulit disebabkan antara lain oleh golongan dermatofit atau non-dermatofit atau
candida, bahan pemeriksaan dapat diambil dari kerokan kulit, kuku dan usapan pada mukosa.
Jamur candida dapat menyerang vagina dan mengeluarkan duh tubuh, duh tubuh merupakan
bahan pemeriksaan juga bahan dari usapan serviks. Kulit dibersihkan dengan alcohol 70-96%
guna menghilangkan lemak kulit. Untuk dermatofit bahan pemeriksaan dioleskan pada objek
kaca dan ditetesi KOH 10-20%, sedangkan untuk jamur candida selain KOH dapat diwarnakan
dengan Gram. Elemen jamur berupa hifa pendek dan spora bulat (pitiriasis versicolor), hifa
dilihat dengan mikroskop cahaya. Bilamana perlu mengetahui sampai pada genus atau resistensi
dapat dilakukan kultur menggunakan media agar tertentu misalnya DTM atau agar dekstrosa
3. Pitiriasis versikolor
4. Piedra
21
5. Tinea nigra
6. Mikosis profunda
Macam-macam pemeriksaan
1. Pemeriksaan langsung
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat elemen jamur seperti hifa panjang, hifa pendek,
b. Kuku : kerokan tepi kuku, permukaan, dasar kuku, debris dibawah kuku, dan bagian
c. Rambut : rambut dicabut dan kerok kulit pada lesi, atau potong rambut yang
mengandung lesi/benjolan
Alat :
Bahan :
22
b. Larutan KOH 10-20%, KOH-DMSO, atau KOH-tinta parker biru-hitam
c. Tempel tekan dengan menggunakan selotip (pada pasien anak atau skuama minimal,
a. Letakkan skuama diatas gelas objek, tetesi KOH 20%, kemudian ditutup dengan gelas
penutup
b. Bila menggunakan selotip, lekatkan selotip pada gelas objek yang telah ditetesi KOH
c. Biarkan selama 15 menit atau lewatkan di atas api bunsen, jangan sampai mendidih
d. Periksa dan amati dengan mikroskop cahaya pemeriksaan 100x, kemudian 400x
e. Bila kurang jelas, dapat ditetesi tinta Parker, sehingga memberi warna dasar biru-
Hasil pemeriksaan
23
a. Dermatofitosis : elemen jamur kulit berupa hifa panjang dan/atau artrospora.
Pada rambut berupa spora endotrik/ektotrik dan kadang terdapat hifa di dalam atau
diluar rambut.
d. Tinea nigra palmaris : tampak hifa bercabang, bersekat, berwarna coklat muda sampai
hijau tua
e. Piedra : tampak benjolan yang terdiri atas hifa bersekat, teranyam padat dan di
24
Pengiriman bahan
- Selotip berskuama diletakkan pada gelas objek, masukkan dalam amplop tertutup dan
kirimkan.
a. Faktor pasien
25
- Salah memilih lesi
b. Faktor laboratorium
c. Faktor pemeriksa
2. Pemeriksaan biakan
Tujuan
b. Kepentingan epidemiologi
c. Penelitian
26
Pengambilan dilakukan dengan cara yang samaa dengan pemeriksaan sediaan langsung,
Persiapan pasien
Pasien diminta untuk tidak menggunakan obat anti jamur (OAJ) topikal minimal 1
Alat :
- Pinset anatomis
- Api bunsen
Bahan :
Cara pemeriksaan
27
1. Ambil spesimen dengan sengkelit steril dan letakkan pada media kultur dalam cawan
2. Letakkan pada suhu ruangan dan kelembaban yang cukup, amati pertumbuhan jamur
1. Ambil spesimen dari koloni yang tumbuh pada titik tengah antara bagian tepi dan
pusat koloni
2. Letakkan spesimen pada gelas objek yang telah ditetesi alkohol 70%
3. Tambahkan larutan lactophenol cotton blue dan tutup dengan gelas penutup
kemudian 400x
Hasil pemeriksaan
1. Koloni kapang
28
2. Koloni menyerupai ragi
3. Koloni ragi
V. PEMERIKSAAN PARASIT
Scabies adalah infeksi kulit oleh Sarcoptes scabei. Bentuk lesi awal dapat berupa papul
eritematous dan vesikel miliar. Sarkoptes melakukan kegiatan di malam hari, menggali kulit dan
langsung dilakukan dengan jarum suntik untuk mencari kutu dewasa dengan cara mencongkel
vesikel (biasanya sulit bagi yang belum ahli); atau dengan kerokan scalpel, kerokan diletakkan di
atas gelas objek, ditutup dengan kaca penutup, kemudian dilihat dengan menggunakan
mikroskop. Pada pemeriksaan dapat dilihat kutu dewasa, larva dan telurnya.
Pemeriksaan bakterioskopik untuk basil tahan asam (BTA) M. Leprae dilakukan dengan
membuat sediaan hapusan kerokan jaringan kulit. WHO menetapkan pengambilan sampel
diambil dari daerah cuping telinga kanan dan kiri, dan dari 2-4 lesi kulit lainnya.
29
Alat dan Bahan
a. Mikroskop cahaya
b. Gelas objek
c. Minyak emersi
e. Api bunsen
f. Sarung tangan
g. Kapas alkohol
a. Bersihkan cuping telinga dengan kapas alkohol dan dari 2-4 lesi lain yang aktif (plak
eritematosa) atau bila tidak ada, pilih dari lesi yang paling anestesi.
b. Jepit dengan ibu jari dan jari telunjuk sampai pucat, agar tidak keluar darah,
c. Dilakukan irisan/sayat dengan skalpel sepanjang 2-3 mm, sejajar dengan garis lipatan
kulit
d. Putar pisau 90 , sehingga sisi lebar pisau dan letakkan jaringan tersebut diatas gelas
30
e. Spesimen difiksasi dengan dikeringkan pada suhu kamar atau dengan pemanasan melalui
api bunsen
h. Panaskan di atas api bunsen sampai uap keluar, jangan terlalu panas
Penilaian hasil
c. Baca hasil dan hitung indeks bakteri (IB) dan indeks morfologi (IM) dengan araha :
Indeks Bakteri (IB) ialah jumlah seluruh basil yang hidup (solid) dan yang mati (batang yang
31
0 : tidak didapatkan basil dalam 100 lapang pandang
3+ : 1 10 basil/lapang pandang
IB pasien : jumlah seluruh IB tiap lesi, dibagi dengan jumlah lesi yang diambil
Contoh :
5+5+4 +4
IB rata-rata : =4,5
4
Indeks Morfologi ialah persentase jumlah basil hidup dibandingkan dengan seluruh basil (basil
S
= 100
S+ F +G
Contoh :
32
2
= 100 =0,5
2+170+ 228
Basil yang dihitung adalah basil yang terpisah, tidak dalam bentuk globus
IM pasien : dihitung rata-rata tiap lesi yang diperiksa
Kegunaan : menilai kegunaan pengobatan
33
BAB III
I. LABORATORIUM
Dokter diharapkan dapat memilih dan mengambil jaringan yang tepat (representative)
membuka pakaian dalam (celana dalam) dan berbaring dalam posisi lithotomi pada kursi
ginekologi. Pemeriksa memakai sarung tangan. Daerah vulva dibersihkan dengan kapas yang
sudah basah dengan larutan KMnO4. Speculum atau cocor bebek steril dipilih ukuran yang
sesuai dengan pasien. Speculum dalam keadaan tertutup dimasukkan ke dalam vagina dengan
posisi tegak lurus, kemudian putar 90 ; buka speculum dan posisikan agar serviks uteri
terlihat kemudian speculum di kunci. Pakailah sengkelit yang steril, sudah dibakar membara dan
sudah dingin, ambil duh tubuh dari serviks, forniks posterior, dan dinding vagina. Kunci
speculum dibuka, tutup speculum putar kembali dengan arah tegak lurus, keluarkan perlahan-
lahan. Secret uretra dapat diambil dengan sengkelit. Pewarnaan cairan duh tubuh dengan pulasan
34
b. Duh tubuh uretra di ambil dengan sengkelit steril (dipanaskan sampai membara
masukkan sengkelit sampai endoseviks, ambil duh tubuh dan letakkan di kaca
objek
g. Masukkan sengkelit yang berbeda untuk pengambilan secret/duh di forniks
posterior, letakkan di kaca objek yang telah ditetesi larutan NaCl 0,9%
h. Masukkan kapas lidi steril, usap dinding vagina dan letakkan pada kaca objek
i. Lepaskan speculum dari vagina
j. Masukkan sengkelit ukuran terkecil untuk mengambil sediaan dari uretra,
1. Sedian Basah
Sediaan yang telah ditetesi dengan NaCl 0,9% dapat dilihat langsung dengan
2. Sedian Gram
Setelah difiksasi dan diwarnai, sediaan dapat dilihat dengan mikroskop cahaya
Hasil Pemeriksaan
1. Trikomonas : terlihat pergerakan flagel T. vaginalis pada sediaan
2. Gonore : tampak diplokokus Gram Negatif seperti biji kopi, intra dan ekstraselular
35
3. Bacterial vaginosis : didapatkan kokobasil dalam jumlah banyak yang menutupi
jenis zat warna) yang menghasilkan kontras antara organisme dan latar belakangnya.
Pada pewarnaan ini dipilih pewarnaan basa (basic strains) yang mengandung kromogen
yang bermuatan positif, karena asam nukleat dan komponen tertentu pada dinding sel
bakteri membawa muatan negative yang akan berikatan dengan kuat terhadap kromogen
kationik. Tujuan dari pewarnaan sederhana adalah untuk melihat morfologi dan susunan
sel bakteri, zat warna yang paling banyak digunakan adalah methylene blue, crystal
difiksasi. Fiksasi berutjuan untuk mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri pada
beri label
c. Membuat sediaan pada gelas objek, yaitu secret atau duh tubuh di sebarkan di atas
gelas objek, dikeringkan, lalu sediaan direkatkan di atas nyala api 2-3x
d. Lalu preparat/sediaan ditetesi dengan crystal violet selama 5 menit
e. Preparat/sediaan di cuci dengan air mengalir secara perlahan
f. Preparat warna dilunturkan dengan menggunakan alcohol 96%
g. Lalu preparat/sediaan ditetesi dengan lugol kemudian tunggu sampai 30-60 detik
h. Preparat/sediaan di cuci dengan air mengalir secara perlahan
i. Preparat ditetesi dengan larutan karbol fuschin, biarkan sampai 1-2 menit
j. Preparat dicuci dan dibilas dengan air mengalir sampai bersih.
36
k. Keringkan preparat/sediaan dengan meletakkan gelas objek diatas kertas saring
l. Periksa di bawah mikroskop dengan ditetesi minyak emersi. Lihat dengan
pembesaran 10x100.
37
38
Gambaran Sediaan Apusan
Neisseria gonorrhoe
misalnya ulkus tropikum (disebabkan Borelia Vicenti dan Basil fusiformis) dan Frambusia
(disebabkan Treponema pallidum) yang mengakibatkan lesi kulit berupa papul, vesikobulosa,
ulkus atau keratoderma. Berbagai ulkus genital perlu dibedakan secara laboratoris. Untuk
pemeriksaan ulkus genital akibat sifilis (ulkus bersih, tidak nyeri, tepi keras) dibutuhkan serum
rangsang dari ulkus tersebut (ulkus dipencet dari 2 sisi sampai keluar serum rangsang). Untuk
Treponema digunakan pulasan dengan tinta hitam (tinta cina) atau disebut pulasan Burri.
Treponema yang mati dapat dilihat dengan mikroskop cahaya. Ulkus genital juga dapat
disebabkan oleh virus herpes (ulkus dangkal, multiple, berkelompok) dan oleh basil Unna
ducreyi (ulkus mole, ulkus kotor, nyeri dan bergaung). Pada ulkus mole bahan pemeriksaan
39
Cara pemeriksaan dengan mengambil serum dari lesi kulit dan
D. Uji Aceto-white
Uji ini digunakan untuk melihat langsung kulit atau mukosa yang terinfeksi virus human
papilloma (HPV). Larutan asam asetat 5% dioleskan di permukaan kulit atau mukosa yang
diduga terinfeksi HPV, bila terinfeksi di kulit yang diolesi asam asetat akan tampak bagian yang
40
E. Pemeriksaan dengan NAAT untuk Chlamydia trachomatis
pemeriksaan memerlukan waktu yang lama, sedangkan lesi harus segera mendapatkan terapi.
Penyebab kelainan ini adalah serovar tertentu, terdapat keterbatasan dalam pemeriksaan.
Pemeriksaan berbasis NAAT tidak dapat membedakan serovar tersebut. Pengambilan swab
specimen dengan dakron, dapat diambil dari bahan pus yang keluar dari lesi.
Tes serologi untuk Chlamydia trachomatis, terus dikembangkan. Tes tersebut lebih peka
dan lebih dapat dipercaya daripada tes Frei dan lebih cepat menjadi positif yakni setelah sebulan.
Tes ini juga memberi reaksi silang dengan penyakit yang segolongan. Jika titer 1/64 berarti
sedang sakit, tetapi jika titernya kebih rendah hanya berarti pernah sakit.
G. Tes frei
41
Antigen frei diperoleh dari pus penderita LGV yang mengalami abses yang belum
memecah, kemudian dilarutkan dalam garam faal dan dilakukan pasteurisasi. Cara
melakukannya seperti pada tes tuberculin, yakni 0,1 cc disuntikkan intrakutan pada bagian
anterior lengan bawah dan dibaca setelah 448 jam. Jika terdapat infiltrate berdiameter 0,5 cm
atau lebih berarti positif. Kekurangan dari tes ini, hasilnya baru memberi hasil positif setelah 5-8
minggu dan jika positif hanya berarti sedang atau pernah menderita LGV.
42
BAB III
PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
Biopsy dilakukan sesuai indikasi. Bila ada keraguan dalam menegakkan diagnosis
pilihan. Biopsy dapat dilakukan dengan menggunakan pisau scalpel atau biopsy plong (punch).
Memilih lesi
Penting diperhatikan dalam memilih lesi. Pilih lesi yang baru muncul (lesi primer), bila
kecil dapat diambil seluruh lesi (biopsy in-toto), bila besar atau ada inflamasi disekitar lesi
biopsy dapat diambil dari tepi lesi dengan menyertakan lesi kulit yang sehat. Bila ada infeksi
Biopsi Kulit
Lesi kulit yang representative diberi tanda dilakukan aseptic dan antiseptic pada lesi dan
sekitarnya. Tutup dengan duk steril yang sesuai. Biopsy dengan pisau scalpel dapat dilakukan
dengan bentuk elips. Bila terdapat berbagai macam lesi, dapat dipilih beberapa lesi yang berbeda.
Bila melakukan biopsy plong, kulit diregangkan dulu tegak lurus terhadap garis kulit, agar
hasilnya menjadi elips dan memudahkan regangan kulit pada waktu menutup luka. Kedalaman
lesi sampai mencapai subkutis, tampak jaringan lemak kekuningan pada bagian bawah lesi.
43
Jaringan yang sudah bersih dimasukkan ke dalam larutan fikasasi formalin 10% atau
larutan buffer formalin, volume cairan sekitar 20x jaringan agar jaringan terendam dengan baik.
Jaringan dikirim guna pemeriksaan histopatologik. Bergantung pada kebutuhan, pewarnaan dapat
44
DAFTAR PUSTAKA
Boediardja, SA. Uji Diagnosis di Bidang Dermato-venereologi. Dalam Meinadi SLSW, Bramono
K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2015
Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical
http://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/kb-3-43450376
45