You are on page 1of 4

DEFINISI Demam rematik (DR) adalah sindroma klinik akibat infeksi kumam streptococcus

beta hemolytikus grup A, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu poliartritis migrant akut,
karditid, korea minor, nodul subkutan atau eritema marginatum. Demam rematik akut (DRA)
adalah istilah untuk penderita demam rematik yang terbukti dengan tanda radang akut.
Deamam rematik inaktif adalah istilah untuk penderita dengan riwayat demam rematik tetapi
tanpa terbukti tanda radang akut. Penyakit jantung ramatik (PJR) adalah kalainan jantung
yang ditemukan pada DRA atau kelainan jantung yang merupakan gejala sisa (skuele) dari
DR. (Ngastiyah, 2005, Edisi II, Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC) ETIOLOGI
Streptococcus beta hemolytikus grup A starin tertentu yang bersifat reumatoligik dan adanya
factor fredisposisi genetic. Kemungkinan menderita DRA setelah mendapat infeksi
steptococcus hemolytikus grup A di tenggorokan adalah 0,3 3 %. PATOGENESIS Demam
rematik dinyatakan sebagai penyakit autoimun. Streptococcus diketahui dapat menghasilkan
kurang lebih 20 produk ekstrasel; diantaranya yang penting adalah streptolisin O, streptolisin
S, hialuronidase, streptokinase, difosforidin, dan masih ada beberapa lagi. Produk-produk
tersebut meransang timbulnya antibody. DR juga merupakan akimbo kepekaan tubuh yang
berlebihan terhadap streptococcus; inilah penyebab reaksi autoimun. ASTO (Anti-
Streptolisin O) merupakan antibody yang paling seringdigunakan untuk indicator terdapatnya
infeksi streptococcus. Lebih kurang 80% pasien DR/PJR akut menunjukan kenaikan titer
ASTO tersebut, begitu pula bila terdapat antibody streptococcus yang lain juga terdapat
peninggian. Oleh karena itu pada setiap pasien DR selalu diperiksa ASTO (diperlukan 2 ml
darah vena). Patofisiologi dengan masalah keperawatan BENTUK KLINIS DR : variasi
sesuai dengan gejala mayor yang manifestasi PJR : variasi sesuai cacat katup yang dihadapi
dan derajat serta luasnya karditis pada DR (demam rematik) DIAGNOSIS Dasar diagnosis
Diagnosis demam rematik ditegakkan berdasarkan criteria jones (1992) MANIFESTASI
MAYOR MANIFESTASI MINOR Karditis Poliartritis Korea Eritema marginatum Nodukus
subkutan KLINIS Artralgia Demam LABORATORIUM Peningkatan reaksi fase akut yaitu
LED dan CPR. Interval PR memanjang Diagnosis DR ditegakkan bila : terdapat dua
manifestasi mayor atau satu manifestasi mayor + dua manifestasi minor didukung bukti
adanya bukti infeksi streptococcus sebelumnya yaitu kultur apus tenggorok (+) atau kenaikan
titer antibody streptococcus (ASTO) > 200 terdapat pengecualian untuk gejala korea minor,
diagnosis DR dapat ditegakkan tampa perlu adanya bukti infeksi streptococcus karditis : 1.
bunyi jantung melemah 2. adanya bising dari sistolik, mid diastolic di apeks atau bising
diastolic di basal jantung 3. takikardi / irama gallop 4. kardiomegali 5. perikarditis 6. gagal
jantung kongesti tanpa sebab lain Poliartritis migrans 1. merupakan tanda khas untuk demam
rematik 2. biasanya mengenai sendi-sendi besar, dapat timbul bersamaan tetapi lebih sering
berpindah-pindah 3. sendi yang terkena menunjukan gejala-gejala radang yang jelas yaitu
merah, panas, nyeri, dan fungsiolesia 4. kelainan sendi ini dapat hilang sendiri tanpa
pengobatan. Korea sydennham Korea sydenham / korea minor adalah gerakan-gerakan cepat,
bilateral, tanpa tujuan dan sukar dikendalikan, seringkali disertai kelemahan otot dan
gangguan emosional. Semua otot terkena, tetapi yang mencolok adalah otot wajah dan
ekstremitas. Eritema marginatum Kelainan kulit berupa bercak merah, berbentuk bulat,
diameter sekitar 2,5 cm, bagian tengahnya pucat, sedangkan bagian tepinya berbatas tegas
tanpa undurasi, tidak gatal, paling sering ditemukan pada batang tubuh dan tungkai progsimal
Nodul subkutan 1. terletak dibawah kulit, keras tidak sakit, mudah digerakan dan berukuran
sekitar 3-10 mm 2. lokasi sekitar ekstensor sendi siku, lutut, pergelangan kaki dan tangan,
daerah oksipital, serta di atas prosesus vertebra torakalis dan lumbalis
PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Antibiotik a. Untuk eradikasi dan untuk profilaksis
sekunder b. Digunakan benzatin penisilin bila tidak ada diberikan prokain penasilin.
Alternative lain adalah penisilin oral dan bila alergi terhadap penisilin digunakan eritromisin
c. Antibiotika sekunder diberikan sampai usia 18 tahun (minimal 5 tahun) apa bila tidak ada
keterlibatan jantung. Apa bila ada keterlibatan jantung antibiotika diberikan sampai usia 25
tahun atau bahkan dapat seumur hidup bila keadaan lingkungan buruk 2. obat anti inflamasi
diberikan untuk DRA atau PJR yang mengalami reaktivitas prednisone, aspirin 3. istirahat
4. penanganan gagal jantung kongestif 5. tatalaksana korea syndenhams
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN Masalah pasien DR yang perlu diperhatikan
adalah bahaya terjadi gagal jantung, kurangnya masukan nutrisi, risiko terjadi komplikasi,
gangguan rasa nyaman dan aman, perubahan emosi (gangguan psikososial), persiapan pasien
untuk tindakan diagnostic, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai panyakit. 1.
Bahaya terjadi gagal jantung. Pada patogenesis DR/PJR diterangkan bahwa akimbo infeksi
streptococcus beta-hemolyticus yang mengenai tenggorokan, penyebabkan timbulnya reaksi
imunologik di dalam tubuh pasien yang dapat mengenai selaput jantung. Kelainan yang
terjadi dapat mengenai ketiga-tiga selaput jantung yang disebut pankarditis dan kelainan
lebih lanjut mengenai katup jantung yang dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan dan
kebocoran katup jantung yang dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan dan kebocoran
katup. Kelainan tersebut jika tidak segera mendapatkan pengobatan/perawatan yang tepat
akan berakibat gagal jantung. Oleh karena itu, sebaiknya penyakit DR ditemukan sedini
mungkin agar gagal jantung dapat dihindarkan. Untuk mencegah DR memerluka obat-obat
tertentu di samping yang tidak kalah penting ialah istirahat mutlak (tirah baring) pada saat
permulaan pasien dirawat dan selanjutnya mobilisasi bertahap sebelum beraktivitas. Pada saat
tirah baring pasien tidak boleh duduk tetapi boleh setengah duduk. Untuk keperluan eliminasi
dan mandi harus diatas tempat tidur dan dibantu/dimandikan. Pasien tidak boleh
didorong/diizinkan ke WC sebelum masa mobilisasi. Pengawasan tanda vital: pernafasan,
suhu denyut nadi dan denyut jantung, dilakukan paling tidak tiga kali sehari dan dicatat
dalam catatan perawatan. Bila terdapat perubahan tanda vital coba ulangi sekali lagi jika tetap
ada kelainan hubungi dokter. Selain catatan tanda vital juga disediakan catatan pengeluran
dan pemasukan cairan (urine dikumpulkan selama 24 jam diukur banyak dan berat janisnya),
minum air putih ad libitum. Gagal jantung pada DR dapat terjadi sewaktu-waktu terutama
bila pasien mengalami stres dan kelelahan sekali. Sebagai petunjuk adanya gagal jantung
dapat ditemukan tanda-tanda sebagai berikut: Pasien mengeluh lekas lelah bila melakukan
kegiatan fisik (latihan). terdapat sesak nafas pada malam hari atau bila berbaring tanpa bantal,
dan akan menghilang bila ia duduk. terdapat oliguria dan nokturia. berat badan meningkat
relative dalam waktu singkat. gelisah, banyak keringat. ekstremitas dingin, sianosis perifer
maupun sentral. terdapat takikardia, takipnea (nafas cepat dan dangkal). Pada stadium lanjut
terdapat peninggian tekanan vena jugularis (yang terlihat jelas pada saat anak sedang duduk),
dan jika ia berdiri lama terdapat oedema pada kaki. Atas dasar tanda-tanda tersebut bila
dalam perawatan pasien DR dijumpai salah satu atau beberpa gejala yang demikian
hendaknya perawat memberitahukan kedokter. Tindakan segera adalah memberikan sikap
berbaring setengah duduk dan harus tirah baring. Lakukan pengawasan tanda-tanda vital
lebih sering. Jika terjadi sianosis, berikan O2 melalui air sampai 2 liter/menit. Sediakan alat-
alat yang biasa dipergunakan segera seperti EKG atau alat lain utuk keperluan jantung. Selain
hal-hal itu harus diperhatikan apakah pasien cukup minumnya, apa lagi pasien demam. Pasien
gagal jantung selain masa tirah baringnya lebih lama, juga masa mobilisasinya bertahap lebih
lama pula, memerlukan perhatian dan pertolongan lebih banyak. 2. Kurangnya masukan
nutrisi. Pada umumnya pasien DR nafsu makannya sangat menurun. Keadaan tersebut bila
tidak diatasi akan menambah lemah dan dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi. Pasien
perlu diberikan makanan tinggi kalori dan protein tetapi nafsu makannya kurang maka jarang
dapat menghabiskan makananya. Untuk membantu untuk menimbulkan nafsu makan, maka
cara menghidangkan makanan dan jenisnya harus yang menarik, misalnya disajikan tidak
terlalu banyak sekaligus, dihidangkan dalam keadaan hangat dan tempatnya bersih dan
menarik. Menu sering ditukar dan sayuran bervariasi. Disamping itu perawat harus dapat
membujukn bila perlu menyuapi sambil menjelaskan pentingnya makanan untuk
kesembuhannya. Pada pasien gagal jantung diberikan makanan (diet) rendah garam dalam
bentuk lunak tetapi harus mengandung sayuran yang berserat untuk mencegah pasien sukar
buang air besar. Pasien perlu diberikan penjelasan mengapa makanannya kurang garam, bila
pasien hanya makan sedikit (walaupun telah dibujuk) berikan roti dan susu agar tidak
kekurangan masukan makanannya (salah satu cara membujuk agar pasien mau makan ajaklah
ia sedang membayangkan sedang makan direstoran dan menikmati makanan yang ia sukai.
Jangan dirasa tidak enak makanan yang sedang dimakan anggaplah obat). Sejalan dengan
pengobatan. Bila keadaan umum pasien membaik, nafsu makan pasien juga akan pulih
kembali. Untuk mengetahui kecukupan kalori berat badan pasien ditimbang satu kali
seminggu. Tetapi ada gagal jantung pasien ditimbang setiap hari bila perlu (bawa
timbangannya kedekat tempat tidur pasien). Catat dan evaluasi keadaan berat badannya; jika
terdapat kenaikan yang tidak wajar atau bahkan sudah beberapa kali ditimbang tidak naik
beratnya beritahukan dokter. 3. Resiko terjadi komplikasi. Komplikasi yang sering terjadi
adalah gagal jantung karena terjadinya kelainan pada katup jantung berupa penebalan daun
katup dan menyebabkan penyemitan katup merupakan hal yang potensial terjadinya gagal
jantung. Selain itu biasanya karena pasien terlambat berobat sehingga kadang-kadang sudah
terjadi gagal jantung baru ditemukan. Juga akimbo perawatan yang tidak adekuat dapat
menyebabkan gagal jantung; misalnya kurang cukup lamanya istirahat baring (pasien terlalu
cepat berjalan atau melakukan aktivitas. Selain gagal jantung. Komplikasi lain dapat terjadi
sebagai akimbo daya tahan tubuhnya yang rendah sehingga pasien mudah ketularan penyakit,
misalnya batuk pilek yang datangnya dari pengunjung, atau perawat sendiri. Untuk
menghindari hal tersebut perlu diperhatikan misalnya pengunjung yang sedang sakit batuk
pilek tidak terlalu dekat dengan pasien atau lebih baik tidak datang saja. Jika pasien dirawat
diruang ber-AC agar diberikan selimut yang hangat tetapi tidak menyebabkan beban pada
pasien (missal selimut yang tidak terlalu tebal). Pasien jangan dimandikan terlalu pagi atau
terlalu sore, agar pasien tidak kedinginan karena kedinginan akan menambah beban jantung.
Komplikasi juga dapat terjadi sebagai akibat pasien menderita diare yang dapat disebabkan
karena salah makan. Sedangkan diare tersebut akan menambah berat penyakitnya.
Komplikasi sebagai akibat pengobbatan dapat terjadi. Misalnya akibat pemberian
kortikosteroid yang berlebih, selain menimbulkan moon face yang berat dapat terjadi
perubahan suara dan lainnya karena pada pengobatan dengan kartikosteroid pasien perlu
selau diawasi. Pengobatan dengan digitalis juga dapat menimbulkan keracunan. Gejala
keracunan digitalis ialah pasien merasa mual, sering muntah, nadi tidak teratur tetapi pasien
tidak dispnea, penglihatan kuning. Jika terdapat keleuhan demikian agar segera diperhatikan
digitalisnya dan beritahukan dokter observasi keadaan umum pasien. Bekerja diruangan
pasien jantung harus memperhatikan cara kerja aseptic dan menyadari kemungkinan
timbulnya infeksi sebagai komplikasi. 4. Gangguan rasa aman dan nyaman. Gangguan rasa
aman dan nyaman dialami seperti pasien lain yang dirawat. Yang perlu lebih diperhatikan
pada pasien baru, bila akan mengukur tekanan darah atau EKG lakukan pada pasien lain
dahulu dan minta pasien tersebut melihatnya sambil dijelaskan bahwa hal tersebut tidak
menyakitkan. Karena jika pasien takut hasil pemeriksaan kurang memuaskan. Sebaiknya
pasien disuruh berkemih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan EKG atau tekanan darahnya
karena jika kandung kemih penuh mempengaruhi ketenangan pasien. Pada pasien yang masih
menderita artritis gangguan rasa nyaman dirasakan pada sendi yang masih meradang. Untuk
mengurangi gangguan tersebut bagian yang masih meradang diberikan alas yang lunak
(bantal yang lembek atau handuk yang dilipat-lipat). Usahakan agar tidak sering tersentuh,
karena terkena selimut atau tempat tidur bergerak saja menimbulkan rasa sakit. Untuk
menghindarkan tempat tidur pasien ini di sudut ruangan. Selain itu yang perlu diingat bagian
yang sakit ini tidak boleh dikompres hangat karena akan menambah rasa sakit dan menyebar.
Selain rasa tak nyaman karena arthritis, pemberian O2 apalagi bila lama juga menimbulkan
rasa tidak nyaman. Untuk mengurangi tersebut jika pasien tidak dispnea sekali, hentikan
sebentar kira-kira 1-5 menit. Bersihkan kateter yang masuk kehidung kemudian jika akan
dipasang pindahkan kelubang hidung lainnya. Pasien yang dispnea biasanya banyak keringat,
maka perlu sering dilap dan diganti pakaian dengan yang bersih dan kering. Usahakan agar
tempat tidur selalu bersih dan rapi begitu juga ruangannya agar memberikan rasa nyaman.
Here is a US $4.00 coupon: https://goo.gl/efW8Ef

Here is a US $4.00 coupon: https://goo.gl/efW8Ef

You might also like