You are on page 1of 6

LAPORAN PENGALAMAN SM-3T

NAMA : HENI NURSETIANI, S.Pd


NO. PESERTA : 2015061802
DAERAH PENEMPATAN : Kab. ACEH TIMUR
SEKOLAH PENEMPATAN : SMPN 2 PEUREULAK TIMUR

DESKRIPSI PENGALAMAN
SMPN 2 Peureulak Timur beralamat di Jl Tualang Pateng, Ds. Babah
Krueng, Kec. Peureulak Timur, Kab. Aceh Timur, Provinsi Aceh. Sekolah ini baru
berdiri sehingga baru ada kelas VII dengan jumlah siswa 41 siswa yang dibagi
dalam dua rombel, jumlah guru 13 guru dengan 3 guru sudah PNS sedangkan
yang lainnya masih berstatus guru honorer, serta 5 staf TU.
Sekolah ini masih terdapat kekurangan, khususnya dalam hal fasilitas
seperti belum memiliki toilet, perpustakaan, tiang bendera, keterbatasan buku, dan
pagar sekolah. Jika ada siswa atau guru yang mau buang air maka kami harus
menumpang toilet warga yang ada di sekitar sekolah. Karena sekolah kami belum
memiliki pagar sehingga tidak jarang membuat ternak warga seperti kambing,
lembu bahkan kera masuk ke halaman sekolah, Namun berhubung sekolah kami
masih baru jadi semua kekurangan tersebut dapat dimaklumi.
Siswa sekolah ini berasal dari kampung-kampung sekitar sekolah, mereka
kebanyakan berangkat sekolah dengan berjalan kaki. Selain bersekolah siswa
kami pun aktif di dayah atau pesantren bahkan ada yang membantu orang tua nya
di ladang dan menjaga tambak. Hal ini membuat saya sedikit kesulitan untuk
mengadakan kegiatan di luar jam sekolah karena terlalu padatnya kegiatan anak
setelah pulang sekolah. Mereka adalah salah satu faktor yang membuat saya
nyaman di Aceh Timur, kasih sayang mereka inspirasi buat saya.
Pada awal saya masuk ke sekolah dan memperkenalkan diri dengan
menggunakan bahasa Indonesia hampir semua siswa tertawa, mereka bilang
guru nyan sombong tat, pu pegah yang artinya guru ini ngomog apa. Siswa
di sini memang kurang dalam bahasa indonesia, saya memandang hal ini sebagai
suatu tantangan yang menarik, saya berusaha untuk belajar bahasa aceh dan
mereka pun mulai belajar bahasa Indonesia, cara kami belajar sedikit unik, saya
belajar bahasa aceh dengan bantuan siswa-siswa dan guru-guru, siswa-siswa
hampir setiap hari menuliskan 5 kata dalam bahasa aceh kemudian diterjemahkan
dalam bahasa indonesia, ada juga yang memberikan video lagu aceh dan
kemudian ada terjemah bahasa indonesia, sekitar satu bulanan saya sudah agak
mengerti bahasa aceh, memang agak mengelitik ketika saya mengucapkan sepatah
atau beberapa patah kata dalam bahasa aceh agak aneh karena logat sunda saya
masih melekat tapi anak-anak selalu memberikan apresiasinya dan mereka selalu
bilang bereh bu. yang artinya keren bu, begitu pun mereka ketika
berbicara bahasa Indonesia kadang mereka suka terbalik seperti mengucapkan
makan sudah bu? padahal maksudnya sudah makan bu?.
Pengetahun dasar yang dimiliki siswa rata-rata masih rendah, mereka
masih belum lancar membaca, masih belum lancar menghitung. Ketika guru
indonesia menyuruh siswa menulis angka 2012 ada beberapa siswa yang
menulisnya 200012. Terdapat anak yang belum bisa membaca tapi dia tertarik
pada matematika. Anak ini sama sekali tidak mengenal huruf, saya mengajari dia
untuk membaca pada saat saya tidak memiliki jadwal mengajar di kelas. Pernah
ada kejadian saya memberikan soal matematika yang mungkin bisa dibilang agak
sulit, anak yang lain tidak ada yang bias mengerjakan namun anak tadi dengan
lantangnya bilang Bu boleh saya yang ke depan? saya dan anak-anak kaget
namun tidak hanya itu yang mencengangkannya, jawaban yang ia berikan juga
benar.
Siswa-siswa di sekolah ini masih ada beberapa siswa yang kurang peduli
terhadap kebersihan. Ada anak sebut saja X, dia pergi ke Sekolah tidak pernah
mandi alasan dia tidak pernah mandi karena rumahnya jauh dan kalau dirumah
disempatkan mandi dia akan tetep keringatan dan akhirnya akan bau. Alasannya
sedikit membuat saya geli, namun saya memberikan penjelasan akan pentingnya
kebersihan. Kebanyakan siswa masih membuang sampah tidak pada tempatnya,
saya mencoba menasehati mereka namun mereka masih melakukan hal yang
sama, akhirnya saya bilang kepada mereka kalau masih membuang sampah tidak
pada tempatnya lebih baik makan aja sekalian sama sampahnya (ini hanya untuk
menaknakuti saja).
Kegiatan siswa yang begitu banyak setelah pulang sekolah berdampak
pada prilakunya di sekolah, terdapat satu siswa yang setiap saya mengajar dia
selalu tidur di kelas, saya selalu menyuruhnya untuk cuci muka agar dia merasa
lebih segar, setelah saya usut ternyata kegiatan dia setelah pulang sekolah dia
membantu ibunya diladang untuk memungut sawit sampai sore, dan setelah itu dia
pergi kedayah untuk mengaji pulang jam 21.00 WIB, dia istirahat sebentar
kemudian pergi ke tambak untuk menjaga tambak orang sampai jam 05.00 WIB,
mendengar penuturannya saya mengerti kenapa dia sering tidur di kelas dan saya
yakini itu semua karena kurangnya istirahat.
Ketika waktu istirahat tiba, seperti siswa pada umumnya mereka jajan di
warung sekolah, yang membuat saya heran disana terdapat jajanan yang
dibungkus menggunakan daun pisang setelah saya bertanya kepada ibu warung
ternyata jajanan yang dibungkus itu adalah rendang jengkol, saya baru tahu kalau
jengkol bisa jadi jajanan dan dimakannyapun tidak mengunakan nasi, bukan
masalah jengkolnya itu tapi baunya yang pasti menyengat, tentu akan membuat
saya kurang percaya diri ketika mengajar. Ada yang menarik lagi jika sedang
berada di warung sekolah, saya sering di jajanin murid, ini mungkin terdengar
aneh namun itulah kenyataannya. Jika saya makan di kantin dan mau bayar pada
penjualnya selalu penjualnya bilang Bu yang punya ibu udah dibayarin sama
muridnya ada rasa seneng sama malu juga.
Awal-awal masuk sekolah kebetulan waktu itu masuk musim hujan, ketika
saya hendak pergi ke Sekolah, ada salah satu siswa yang mengatakan bahwa hari
itu libur nasional padahal dikalender jelas-jelas itu tidak merah, pada saat saya
bertanya, siswa itu menjawab iya Bu libur, kan kalau di Sini kalau hujan artinya
libur sekolah. Memang sudah menjadi kebiasaan di sana kalau hujan tidak pergi
ke sekolah meskipun hujannya tidak hebat, pernah waktu itu saya berangkat ke
sekolah dan ternyata dari 41 siswa hanya 2 orang siswa yang berangkat ke sekolah
dan yang membuat miris nya semua gurunya tidak satupun yang datang padahal
kebanyakan guru bertempat tinggal tidak jauh dari sekolah. Anehnya mereka tidak
sanggup pergi ke sekolah namun untuk bermain seperti bermain sepak bola
mereka sanggup pergi.
Ketika saya dan kawan-kawan SM-3T yang lain mengadakan kegiatan
pramuka. yang sudah pasti ada tepuk pramukanya, seorang siswa dengan
mengatakan bahwa tepuk tangan itu akan melahirkan beribu anak jin aku kaget
dan setelah bertanya pada guru lain memang kepercayaan disana seperti itu.
Siswa disini hampir 60% belum hafal lagu kebangsaan Indonesia raya,
sesekali saya mengajarkan lagu kebangsaan dan lagu wajib nasional, ada yang
lucu ketika saya mengajarkan lagu Himne Guru, semua anak mengeluh katanya
susah dan ketika saya mengajarkan lagu Terima Kasih Guruku mereka sangat
antusias, sampai-sampai ada siswa yang bilang Bu himne gurunya yang ini aja
lebih seru.
Pelajaran penjaskes mungkin bagi sebagian siswa adalah pelajaran yang
menyenangkan tapi tidak untuk siswa di sekolah ini, berhubung di sekolah ini
tidak ada guru penjaskes, akhirnya mereka ketika pelajaran penjaskes hanya
bertugas mencabut rumput-rumput liar yang tumbuh disekitar halaman sekolah.
Untuk selanjutnya kami membeli bola volly dan untuk net nya kami meminjam
dari para pemuda kampung.
Sekolah kami mengikuti OSN, berhubung info yang kami terima telat
sehingga kami hanya mengirimkan satu perwakilan di pelajaran matematika,
ketika lomba saya mendampingi siswa tersebut dikarenakan guru yang lainnya
tidak bersedia untuk mendampingi dan yang membuat saya kaget anak tersebut
tidak terbiasa naik jumbo atau kalau di sini semacam bus, baru naik siswa itu
sudah pucat. Kami sampai di tempat olimpiade, jujur pada saat itu saya tidak
berharap banyak, yang penting siswa saya ada pengalaman. Sedangkan pada saat
O2SN dan FLSN sekolah kami mengirimkan perwakilan dari cabang menyanyi
solo, MTQ, bulu tangkis, catur dan lari estafet. Meskipun tidak ada dari siswa
saya yang menang tapi mereka cukup senang dan mereka bilang jika ada
pertandingan seperti ini mereka mau ikut berpartisifasi.
Selain mengajar di SMPN 2 Peureulak saya juga ikut membantu di
sekolah SDN Babah Krueng yang tak lain kebanyakan siswanya adalah murid les
ku, yang saya ajarkan di SD tersebut seputar perkalian dengan menggunakan
jarimatika alasannnya karena kebanyakan siswa SD tersebut hanya menghapal
perkalian sehingga ketika mereka diberikan soal misalnya 5x8 mereka pasti
kebingungan atau menghapal dulu perkalian 8 dari 1x8 dan seterusnya.
Dikarenakan saya sering ikut membantu di SD tersebut, Orang tua siswa meminta
saya untuk mengajari anaknya yang pada saat itu sudah kelas v, tapi belum bisa
membaca, saya bersedia membantunya, saya mengajarkan anak ini sekitar 3
bulan. Ada 4 siswa kakak beradik SD tersebut yang menginginkan saya les
matematika, orang tuanya minta saya mengajarkan matematika seminggu sekali,
setelah saya mengajari mereka saya kagum karena mereka semua cepat dalam
menyerap apa yang saya ajarkan tidak seperti kebanyakan siswa di sana, yang
menariknya ada si bungsu yang hendak mengikuti lomba calistung se-UPTD, dia
umurnya baru 5 tahun namun tidak bersedia belajar matematika untuk kelas 1, dia
ingin belajar matematika kelas 2, awalnya saya agak kurang setuju tapi ketika
melihat kemampuan anak tersebut saya kembali kagum untuk sekian kalinya, dia
juga terkadang bisa menjawab soal yang saya berikan untuk kakaknya yang sudah
kelas 3. Ketika siswa SD tersebut mengikuti lomba dia minta diantar ibunya
beserta guru SD tersebut, karena siswa itu sangat mungil sampai orang-orang
UPTD yang bertugas pada lomba tersebut bilang anak yang masih nete sama ibu
nya ikut lomba y mendengar itu ibu siswa itu hanya bisa tersenyum, dari
sekian soal yang di berikan yang membuat ku kagum pada siswa itu adalah ketika
soal yang didikte dan anak tersebut tidak mengerti soalnya dia langsung
mengangkat tangan sambil mengucapkan dengan suaranya yang cadel maaf pak,
bisa diulang soalnya, adek gak ngerti semua panitianya melihat siswa tersebut
dan kembali mengulang pertanyaan. Akhirnya siswa itu dapat juara satu.
Setaun berlalu begitu cepat, seperti kata pepatah yang mengatakan setiap
ada pertemuan pasti ada perpisahan. Pada tanggal 10 Agustus 2016 saya
berpamitan pada mereka. Siswa-siswa ada yang membacakan puisi pada saya,
mereka juga menyanyikan lagu Himne Guru versi mereka, ketika kepala sekolah
dan guru-guru mengucapkan sepatah dua patah kata mengenai penilaian mereka
terhadap saya selama ini tak terasa saya meneteskan air mata, apalagi ketika
moderator acara tersebut meminta saya untuk mengucapkan kesan saya setahun
ini khususnya selama saya berada di sekolah, saya sampai tak bisa berkata-kata
hanya menangis yang saya dapat lakukan tangisanpun pecah karena hampir semua
warga SMPN 2 Peureulak Timur ikut menangis. Saya sadar kami bukan keluarga
sedarah tapi kami keluarga yang terikat akan kasih sayang. Semua pengalaman
yang terjadi menjadi pelajaran berharga yang akan selalu saya kenang.

You might also like