You are on page 1of 14

191

Model Komunikasi dalam Sosialisasi Pengarusutamaan


Gender dan Anggaran Responsif Gender
di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Puji Lestari/Machya Astuti Dewi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Yogyakarta, Jl.Babarsari no 2 Yogyakarta
Hp. 08156874669 / e-mail : pujilestariginting@yahoo.co.id

Abstract
Public communication phenomenon shows that there is gap between women and men. It
caused by cross culture position which there is perspective differences tend to gender discrimina-
tive and linguistics culture differences. It is interested to study in order to anticipate that gap.
Communication theory that discuss gender and communication issues that is: Genderlect Styles
(Deborah Tannen); Standpoint Theory (Sandra Harding and Julia Wood); and Muted Group
Theory (Cheris Kramarae). The research is aim to find PUG communication model which ap-
propriate to staff and official condition of Provincial Department of DIY. Used research method
is qualitative method with data collecting technique use Focus Group Discussion (FGD) and
communication model trial. Pengarusutamaan Gender (PUG) and Anggaran Responsive Gen-
der (ARG). The result obtained communication model of PUG-ARG is tested for two days. Source
is from competent LSM, and interesting training model. The result of pre test showed that re-
search subject was already understand about gender and gender responsive, but they were not
implement it yet in work program, and the result of post test showed that the training partici-
pant from representation of Bantul, Gunung Kidul, Kulon Progo and Sleman regency depart-
ment felt satisfy to material, method, and resource person. The result of PUG-ARG training
could be implemented in each department. This model could smooth communication process
making work process which responsive gender and implemented to program planning, imple-
mentation, and evaluation, and supported by all department personnel which have sufficient
knowledge concerning PUG, for public harmonization and welfare, especially in DIY Province
administration.

Abstrak
Fenomena komunikasi di masyarakat menunjukkan adanya gap antara laki-laki dan perempuan.
Hal ini disebabkan oleh posisi lintas budaya (cross culture), ada perbedaan perspektif diskriminatif
gender dan perbedaan budaya linguistik. Penelitian ini bertujuan menemukan model komunikasi PUG
yang sesuai dengan kondisi di Dinas Provinsi DIY. Penelitian ini menggunakan teori : Genderlect Styles,;
Standpoint Theory,dan Muted Group Theory . Metode penelitian kualitatif ini menggunakan teknik
pengumpulan data Focus Group Discussion (FGD) dan ujicoba model komunikasi Pengarusutamaan
Gender (PUG) dan Anggaran Responsive Gender (ARG). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model
komunikasi PUG-ARG yang diujicobakan, mengerti tentang gender dan responsive gender, namun
belum mengimplementasikan dalam program kerja, dan hasil post test ternyata para peserta pelatihan
dari perwakilan dinas Kabupaten Bantul, Gunung Kidul, Kulon Progo, dan Sleman merasa puas dengan
materi, metode, narasumber. Hasil pelatihan PUG-ARG dapat diimplementasikan di dinas masing-
masing. Model ini dapat memperlancar dalam proses komunikasi pembuatan program kerja yang re-
sponsive gender dan diimplementasikan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program, serta
didukung oleh personil di semua dinas yang memiliki pengetahuan memadai tentang PUG, demi
keharmonisan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya di pemerintahan Provinsi DIY.

Kata kunci : komunikasi gender, Pengarusutamaan gender (PUG), Anggaran responsive gender (ARG)
192 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 2, Mei - Agustus 2010, halaman 191 - 203

Pendahuluan PUG itu. Sebagian besar dinas masih keliru dalam


menafsirkan program PUG sebagai program untuk
Posisi perempuan di Provinsi Daerah kaum perempuan (Aksara, 2010). Hal itu nampak
Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam proses dalam jawaban sewaktu dilakukan FGD dengan
perencanaan pembangunan masih lemah. Data dinas-dinas di provinsi DIY. Ketika fasilitator
yang ditemukan oleh Indonesia Rapid Decentrali- meminta kepada seluruh wakil dari dinas di
zation Appraisal (IRDA) menunjukkan bahwa provinsi DIY untuk menceritakan pelaksanaan
akses masyarakat DIY dalam menentukan program PUG di dinas masing-masing hampir
prioritas program pembangunan masih sangat seluruh peserta mengemukakan program-program
rendah (Aksara, 2010). Hal tersebut disebabkan untuk kaum perempuan yang dirancang oleh
oleh sebagian besar usulan warga masyarakat masing-masing dinas. Wakil dari Dinas Pariwisata
termasuk perempuan lebih merupakan masukan misalnya, mengungkapkan beberapa program
yang ditampung saja, baik di tingkat desa atau kegiatan tahun 2009 untuk perempuan, yaitu
kelurahan dalam Musyawarah Perencanaan pelatihan kuliner masyarakat di kawasan Goa Mulo
Pembangunan Desa (Musrenbangdes), kecamatan Gunung kidul, Pantai Depok Bantul dan Trimulyo
dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Bantul, pemilihan Dimas Diajeng DIY, Jogja Fash-
Kecamatan (Musrenbangcam), maupun tingkat ion Week, peringatan hari pangan sedunia, gelar
kabupaten dalam Rapat Koordinasi Pembangunan batik Confidence with Beautiful Batik, dan
(Rakorbang). Formulasi kebijakan sangat di- gelar makanan tradisional. Wakil dari Dinas Tenaga
warnai oleh pola komunikasi top down, bukan Kerja dan Transmigrasi mengemukakan program
bottom up. Pada saat Rakorbang di kabupaten, pembinaan perempuan korban PHK yang dilatih
keputusan birokrat terlihat dominan, karena membatik dan ketrampilan di bidang boga agar
pejabat tersebut yang lebih berkuasa atas dana memiliki kemandirian ekonomi. Wakil dari Dinas
pembangunan. Model komunikasi top down di- Kelautan dan Perikanan provinsi DIY menuturkan
pilih pemerintah daerah dengan alasan efisiensi mengenai pr o gr am pember dayaan unt uk
waktu dalam proses perumusan kebijakan (Idea, kelompok wanita nelayan di tiga kabupaten agar
2007). Fenomena yang patut menjadi keprihatinan bisa membantu suami, yaitu budidaya rumput laut
adalah mulai dari desa atau kelurahan dan keca- dan budidaya ikan di lahan pasir oleh perempuan
matan yang lebih banyak diundang untuk hadir (FGD, 19 Agustus 2009). Pemaknaan bahwa PUG
dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan adalah identik dengan program untuk kaum
adalah laki-laki, sehingga akses perempuan sangat perempuan tentu saja keliru karena program
kecil. Di tingkat kabupaten jumlah perempuan untuk perempuan belum tentu berperspektif gen-
yang ikut menentukan program prioritas pem- der. Alokasi anggaran untuk PUG sebagian di-
bangunan amatlah kecil (Partini, 2004: 321). alokasikan untuk memajukan kaum perempuan.
Peneliti menemukan kendala imple- Menurut konsep ARG harus ada kesetaraan antara
mentasi PUG di Provinsi DIY lebih disebabkan laki-laki dan perempuan, bukan perempuan saja.
oleh model komunikasi dalam sosialisasi yang Pegawai laki-laki yang belum setara dengan
kurang mengenai sasaran yaitu masih banyak perempuan, maka ARG juga ditujukan untuk pro-
ketimpangan antara kaum laki-laki dan perem- gram-program peningkatan PUG untuk pegawai
puan di dinas-dinas Provinsi DIY. Dengan kata laki-laki.
lain model komunikasi yang searah yang bersifat Kendala yang ditemukan pada penelitian
top down tersebut menyebabkan sosialisasi PUG- terdahulu menunjukkan bahwa pelaksanaan PUG
ARG menjadi kurang seimbang. Para pejabat oleh dinas-dinas di provinsi DIY belum berjalan
lebih banyak dipegang kaum laki-laki, sementara baik karena komunikasi gender yang kurang
program kerja dan anggaran juga disusun oleh efektif. Berbagai program telah dirancang dan
kaum laki-laki yang kurang responsive gender. Hal dilakukan sebagai bentuk sosialisasi mengenai arti
ini disebabkan oleh kekurangpahaman dinas-dinas penting PUG termasuk melalui media massa
pemerintah dalam memaknai apa sesungguhnya (Dewi,2009). Berkaitan dengan hal itu perlu
Lestari dan Dewi, Model Komunikasi dalam Sosialisasi Pengarusutamaan Gender ... 193

dilakukan penelitian mengenai model komunikasi memberikan dampak yang sama bagi laki-laki dan
dalam sosialisasi PUG-ARG yang merumuskan perempuan (Sulistyo dan Dhatik Fatimah, 2010).
model alternatif untuk sosialisasi PUG-ARG agar Manfaat dari model komunikasi PUG-
program PUG di provinsi DIY dapat berjalan lebih ARG ini adalah: (1) Pemerintah dapat bekerja
baik. Berdasarkan paparan tersebut, perma- lebih efisien dan efektif dalam memproduksi ke-
salahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bijakan-kebijakan publik yang adil dan responsif
bagaimana model komunikasi yang tepat untuk gender kepada rakyatnya baik perempuan dan laki-
melakukan sosialisasi PUG dalam mengatasi laki. (2) Kebijakan dan pelayanan publik serta
kendala-kendala PUG di Provinsi DIY ? program dan perundang-undangan yang adil dan
Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah responsif gender dapat membuahkan manfaat yang
strategi yang dilakukan secara rasional dan sis- adil bagi semua rakyat perempuan dan laki-laki.
tematis untuk mencapai kesetaraan dan keadilan (3) PUG merupakan upaya untuk menegakkan
gender dalam sejumlah aspek kehidupan manusia hak-hak perempuan dan laki-laki atas kesem-
melalui kebijakan dan program yang memper- patan yang sama, pengakuan yang sama dan
hatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan penghargaan yang sama di masyarakat. (4) PUG
permasalahan perempuan dan laki-laki kedalam mengantar kepada pencapaian Keadilan dan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan Kesetaraan Gender serta meningkatkan akun-
evaluasi dari seluruh kebijakan dan program di tabilitas pemerintah terhadap rakyatnya. (5)
berbagai bidang kehidupan dan pembangunan Keberhasilan pelaksanaan PUG memperkuat
(Instrusi Presiden atau Inpres No. 9 Tahun 2000). kehidupan sosial politik, Ekonomi suatu bangsa.
Dalam Inpres tersebut seluruh jajaran eksekutif (6) Dapat diidentifikasi apakah laki-laki &
yaitu, Gubernur, Bupati, Walikota harus me- Perempuan memperoleh akses yang sama ke-
laksanakan PUG dalam semua tahapan pem- pada Sumber Daya Pembangunan. (7) Laki-laki
bangunan (Soeparman, 2006:35). dan perempuan berpartisipasi yang sama da-
PUG merupakan strategi untuk menja- lam proses pembangunan, termasuk proses
min bahwa seluruh proses perencanaan, pelak- pengambilan keputusan. (8) Laki-laki dan
sanaan, monitoring dan evaluasi dari seluruh ke- perempuan memiliki kontrol yang sama atas
bijakan, program dan projek di seluruh sektor sumber daya pembangunan. (9) Laki-laki dan
pembangunan telah memperhitungkan dimensi perempuan memperoleh manfaat yang sama
atau aspek gender yaitu melihat laki-laki dan dari hasil pembangunan.
perempuan sebagai pelaku (subjek dan objek) Dalam rangka menyatukan gagasan dari
yang setara dalam akses, partisipasi, kontrol atas berbagai pihak tentang PUG-ARG, perlu disusun
pembangunan, dan memanfatkan hasil pem- rencana tindak yang terkoordinasi. Berbagai
bangunan. Pada prinsipnya PUG menempatkan upaya yang dilakukan dapat terlaksana secara
individu sebagai manusia seutuhnya, demo- optimal, asal ada proses komunikasi yang lancar
krasi, pemerataan, keadilan dan kesetaraan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Perusa-
(Silawati,2006). haan swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat
Ot onomi Daer ah diharapkan dapat (LSM), Perguruan Tinggi (khususnya Pusat Studi
mewujudkan pembangunan yang adil bagi ma- Wanita) dan segenap masyarakat untuk me-
syarakat, baik laki-laki dan perempuan, karena laksanakan PUG dan ARG.
hal tersebut merupakan tujuan akhir dari proses P embahasan mengenai gender dan
pembangunan. Strategi yang selama ini dilakukan komunikasi, dapat digunakan kerangka teori
adalah melalui pengarusutamaan gender dan sebagai acuan, yaitu : Genderlect Styles (dari
penyusunan anggaran yang responsif gender. Deborah Tannen); Standpoint Theory (dari
Dengan demikian keinginan, permasalahan, dan Sandra Harding dan Julia Wood); dan Muted
aspirasi laki-laki dan perempuan dapat diakomo- Group Theory (dari Cheris Kramarae).
dasikan dalam proses perencanaan dan pelak- Menur ut Genderlect Styles ( Gr if-
sanaan pembangunan. Hasil yang dicapai dapat fin,2006:470), Deborah Tannent mendiskripsikan
194 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 2, Mei - Agustus 2010, halaman 191 - 203

ketidakmengertian (misunderstanding) antara menegosiasikan status. (c). Listening, perempuan


laki-laki dan perempuan berkenaan dengan fakta cenderung menjaga pandangan, sering manggut-
bahwa fokus pembicaraan perempuan adalah manggut, bergumam sebagai tanda telah men-
koneksitas, sementara laki-laki pada pelayanan dengarkan dan menyatakan kebersamaannya.
status dan kemandiriannya. Genderlect Styles Laki-laki dalam hal mendengarkan berusaha
membicarakan gaya bercakap-cakap -bukan apa mengaburkan kesan itu- sebagai upaya menjaga
yang dikatakan tetapi bagaimana mengatakannya. statusnya. (d). Asking questions, ketika ingin
Tannent meyakini bahwa terdapat gap antara laki- bicara untuk menyela pembicara, perempuan
laki dan perempuan, dikarenakan masing-masing terlebih dahulu mengungkapkan persetujuan.
berada pada posisi lintas budaya (cross culture), Tanent menyebutnya sebagai kooperatif-sebuah
untuk itu perlu mengantisipasi berkenaan dengan tanda raport simpatik daripada kompetitif. Pada
gap itu. Kegagalan mengamati perbedaan gaya laki-laki, interupsi dipandang oleh Tanent seba-
berbicara dapat membawa masalah yang besar. gai power atau kekuasaan untuk mengendalikan
Perbedaan-perbedaan itu terletak pada: (1) pembicaraan. Dengan kata lain, pertanyaan di-
Kecenderungan feminis versus maskulin, hal ini pakai oleh perempuan untuk memantabkan hu-
harus dipandang sebagai dua dialek yang berbeda: bungan, dan untuk memperhalus ketidaksetujuan
antara superior dan inferior dalam pembicaraan. dengan pembicara, sedangkan laki-laki memakai
Komunitas feminis untuk membangun relation- kesempatan bertanya sebagai upaya untuk men-
ship dan menunjukkan responsif. Komunitas jadikan pembicara menjadi lemah. (e). Conflict,
maskulin menyelesaikan tugas; menyatakan diri; perempuan memandang konflik sebagai ancaman
dan mendapatkan kekuasaan. (2) Perempuan dan perlu dihindari. Laki-laki biasanya memulai
berhasrat pada koneksi versus laki-laki berhasrat konflik namun kurang senang memeliharanya.
untuk status. Koneksi berhubungan erat dengan Tannen berpendapat bahwa kesulitan-
kedekatan, status berhubungan erat dengan kesulitan berkomunikasi yang dihadapi oleh pria
kekuasaan (power). (3) Raport talk versus re- dan wanita sama halnya dengan kesulitan yang
port talk. Perbedaan budaya linguistik berperan dihadapi oleh orang-orang dengan latarbelakang
dalam menyusun kontak verbal antara laki-laki dan kebudayaan yang berbeda. Ini menjelaskan
perempuan. Raport talk adalah istilah yang mengapa perbedaan kelamin tetap masih me-
digunakan untuk menilai obrolan perempuan nimbulkan masalah dalam komunikasi. Teori
yang cenderung terkesan simpatik. Report talk Tannen memperlihatkan keterkaitan antara ko-
adalah istilah yang digunakan menilai obrolan munikasi antargender di Indonesia. Teori-teori ini
laki-laki yang cenderung apa adanya, pokoknya dapat dipakai untuk menganalisis bagaimana nilai-
sampai. Berkenaan dengan kedua nilai ini, nilai budaya yang ada dalam masyarakat Indone-
Tanent mendeskripsikan temuan-temuan yang sia, khususnya dalamkomunikasi antargender yang
dikategorikan sebagai berikut, (Griffin,2006:474): banyak diwarnai oleh nilai-nilai budaya dan agama
(a). Publik speaking versus private speaking, (Basalama,2010:836).
dalam kategori ini diketemukan bahwa perem- Menurut Standpoint Theory (Griffin,
puan lebih banyak bicara pada pembicaraan 2006:482), Sandra Harding dan Julia T. Wood
pribadi. Sedangkan laki-laki lebih banyak terli- sepakat bahwa laki-laki dan perempuan mem-
bat pembicaraan publik, laki-laki mengguna- punyai perspektif terpisah, dan tidak meman-
kan pembicaraan sebagai pernyataan fungsi dangnya sebagai sesuatu yang setara. Lokasi-
perintah; menyampaikan informasi; meminta lokasi yang berbeda dalam hirarkhi sosial mem-
persetujuan. (b). Telling a story, cerita-cerita pengaruhi apa yang dilihat. Masyarakat ber-
menggambarkan harapan-harapan, kebutuhan- anggapan bahwa perempuan sebagai minoritas
kebutuhan, dan nilai-nilai si pencerita. Pada ka- mempersepsi dunia secara berbeda daripada
tegori ini laki-laki lebih banyak bercerita dibanding kelompok yang berkuasa atau mayoritas laki-
perempuan-khususnya tentang guyonan. Cerita laki. Standpoint merupakan tempat dari mana
guyonan merupakan suatu car a maskulin melihat pemandangan dunia dan apapun sudut
Lestari dan Dewi, Model Komunikasi dalam Sosialisasi Pengarusutamaan Gender ... 195

pandangnya. Sinonim dari istilah ini adalah view- perspektif ke dalam sistem ekspresi yang dapat
point, perspective, outlook and position. diterima laki-laki.
Dasar filosofi teori ini adalah perjuangan Kramarae (dalam West and Turner, 2008:
kelas seperti filsafat kaum proletar karya Karl 200) mengemukakan sejumlah hipotesis mengenai
Marx dan Friederich Engels (Griffin, 2006, 482). komunikasi perempuan berdasarkan beberapa
Sandra Harding dan Julia T. Wood menganjurkan temuan penelitian. (1) Perempuan lebih banyak
adanya perjuangan terhadap diskriminasi gen- mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri
der. Tokoh tersebut tidak mencirikan perbedaan dibanding laki-laki. (2) Perempuan lebih mudah
gender pada insting atau biologis atau intuisi, te- memahami makna laki-laki daripada laki-laki
tapi perbedaan itu sebagai hasil harapan-harapan memahami makna perempuan. (3) Perempuan
budaya dan perlakuan kelompok dalam hal me- telah menciptakan cara-cara ekspresinya sendiri
nerima kelompok yang lain. Budaya tidak dialami di luar sistem laki-laki yang dominan. (4)
secara identik, budaya adalah aturan hirarkhi Perempuan cenderung untuk mengekspresikan
sehingga kelompok yang mempunyai posisi lebih banyak ketidakpuasan tentang komunikasi
cenderung menawarkan kekuasaan, kesempatan dibanding laki-laki. (5) Perempuan seringkali
pada anggota-anggotanya. Dalam hal ini teori ini berusaha untuk mengubah aturan-aturan ko-
menyatakan bahwa perempuan terposisikan pada munikasi yang dominan dalam rangka menghin-
hirarkhi yang rendah dibanding posisi laki-laki. dari atau menentang aturan-aturan konvensional.
Gender adalah sistem makna, sudut pandang (6) Secara tradisional perempuan kurang
melalui posisi di mana kebanyakan laki-laki dan menghasilkan kata-kata baru yang populer da-
perempuan dipisahkan secara lingkungan, mate- lam masyarakat luas; konsekuensinya, mereka
rial, dan simbolis. merasa tidak dianggap memiliki kontribusi ter-
Menurut Muted Group Theory atau Teori hadap bahasa. (7) Perempuan memiliki konsepsi
Kelompok Bungkam (West and Turner, 2008: humoris yang berbeda dari pada laki-laki.
200), Griffin,2006:494), Cheris Kramarae me- Teori-teori tersebut ada relevansinya
mandang pembicaraan laki-laki dan perempuan dengan fenomena masyarakat khususnya para
sebagai pertukaran yang tidak setara antara pihak pegawai di lingkungan dinas-dinas Provinsi DIY.
yang mempunyai kekuasaan di masyarakat dan Budaya masyarakat yang menganggap bahwa laki-
yang tidak. Berdasarkan analisisnya bahwa laki lebih superior dibanding perempauan masih
perempuan kurang bisa mengartikulasikan diri atau mewarnai proses komunikasi pada sebagian besar
memperjuangkan diri dibanding laki-laki di sektor dinas-dinas di Provinsi DIY. Hal tersebut dapat
publik. Hal ini disebabkan kata dalam bahasa dan memicu berbagai persoalan komunikasi yang lain,
no r ma- no r ma ya ng d igunakan it u t elah seperti pemilihan pejabat, pembagian tugas, dan
dikendalikan oleh laki-laki. Sepanjang pem- lain-lain, maka perlu ditawarkan solusi yang terbaik
bicaraan perempuan sebagai tentatif dan sepele, melalui penelitian ini.
posisi dominan laki-laki aman. Kramarae yakin Model komunikasi paling sederhana yang
bahwa kebisuan perempuan itu cenderung menipis, dapat digunakan untuk menganalisis proses
kontrol dalam kehidupan akan meningkat. Cheris sosialisasi PUG-ARG adalah adanya pengirim,
Kramarae mengemukakan asumsi-asumsi dasar pesan, dan penerima seperti gambar berikut ini :
dari teori ini sebagai berikut: (1) Perempuan me-
nanggapi dunia secara berbeda dari laki-laki Gangguan
karena pengalaman dan aktivitasnya berbeda
yang berakar pada pembagian pekerjaan. (2) Pengirim Pesan Penerima
Berdasarkan dominasi politiknya, sistem per-
Gangguan
sepsi laki-laki menjadi lebih dominan, meng-
hambat ekspresi bebas bagi pemikiran alternatif Gambar 1. Model Komunikasi Linear
perempuan. (3) Agar dapat berpartisipasi dalam
masyarakat , per empuan harus mengubah (Sumber : diadaptasi dari West & Turner, 2007: 11).
196 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 2, Mei - Agustus 2010, halaman 191 - 203

Model ini menunjukkan tiga unsur esensi daan budaya yang menyebabkan perbedaan
komunikasi yaitu pengirim, pesan, dan penerima, persepsi.
bila salah satu unsur hilang, komunikasi tidak Proses terakhir adalah umpan balik. Se-
dapat berlangsung. Sebagai contoh seorang telah pesan diterima dan diterjemahkan, pene-
dapat mengirimkan pesan, tetapi bila tidak ada rima memberikan respons, jadi komunikasi
yang menerima atau yang mendengar, komuni- adalah proses yang berkesinambungan dan tak
kasi tidak akan terjadi. Model komunikasi yang pernah berakhir. Inilah yang disebut bahwa
terperinci, dengan unsur-unsur penting dalam komunikasi yang efektif dapat menimbulkan
suatu proses sosialisasi yaitu: Sumber, pesan, dan interaksi yang baik dalam melaksanakan tujuan
penerima. komunikasi.
Sumber (source) atau pengirim mengen-
dalikan berbagai pesan yang dikirim, susunan Metode Penelitian
yang digunakan, dan saluran mana yang akan
digunakan untuk mengirim pesan tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan
Mengubah pesan ke dalam berbagai bentuk kualitatif dan bersifat sebagai penelitian evaluatif,
simbol-simbol verbal atau nonverbal yang mampu yaitu akan mengevaluasi pelaksanaan Program
memindahkan pengertian, seperti kata-kata Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam era
percakapan atau tulisan, angka, gerakan dan Otonomi Daerah di provinsi DIY untuk dijadikan
sebagainya. Langkah berikutnya sumber mengi- dasar pemetaan hambatan-hambatan yang
rimkan pesan melalui berbagai saluran komuni- menyebabkan terkendalanya pelaksanaan Pro-
kasi lisan. Manfaat komunikasi lisan, antarpri- gram PUG di provinsi DIY. Dari hasil evaluasi
badi adalah kesempatan untuk berinteraksi an- dirumuskan model komunikasi alternatif untuk
tara sumber dan penerima, memungkinkan sosialisasi PUG di provinsi DIY agar impele-
komunikasi nonverbal (gerakan tubuh, intonasi mentasi PUG berjalan lebih baik.
suara, dan lain lain) disampaikannya pesan se- Data primer dikumpulkan dari hasil wa-
cara tepat, dan memungkinkan umpan balik wancara dengan Kepala Bidang Pengarusutamaan
diperoleh. Sedangkan komunikasi tertulis dapat Gender Badan Pemberdayaan Perempuan dan
disampaikan melalui media seperti: memo, Masyarakat (BPPM) provinsi DIY. Wawancara
surat, laporan, catatan, buletin, surat kabar, dan menggali informasi mengenai program-program
sebagainya. Komunikasi tulisan mempunyai ke- pelatihan PUG yang dilakukan oleh BPPM. Dari
lebihan dalam penyediaan laporan atau dokumen wawancara ini peneliti mendapatkan data menge-
untuk kepentingan masa mendatang. nai kegiatan pelatihan PUG yang dirancang un-
Proses selanjutnya adalah penerimaan tuk diselenggarakan tahun 2010.
pesan oleh pihak penerima. Pada umumnya pe- Selanjutnya dilangsungkan Focus Group
nerimaan pesan melalui panca indera. Banyak Discussion (FGD) dengan mengundang subjek-
pesan penting yang tidak diterima oleh seseorang subjek penelitian sebagai berikut: (1) Kepala
karena orang tersebut tidak menerima pesan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masya-
karena kesalahan dalam mememilih media yang rakat (BPPM) provinsi DIY. (2) Kepala Bappeda
tepat, atau hambatan lainnya, seperti salah per- provinsi DIY. (3) Forum PUG di DIY. (4) Forum
sepsi. Pada penyampaian maupun penerimaan agama. (5) Narasumber pelatihan PUG di DIY.
pesan sering terdapat hambatan-hambatan (6) Aktivis perempuan dari LSM IDEA& Aksara.
komunikasi. (7) Pusat Studi Wanita (PSW) UPN.
Proses decoding menyangkut pema- Data yang dikumpulkan melalui FGD
haman simbol-simbol yang dipergunakan oleh meliputi masukan dari para peserta mengenai ma-
pengirim (sumber). Ini sangat dipengaruhi oleh teri dan metode pelatihan PUG yang tepat guna
latar belakang, kebudayaan, pendidikan, ling- dan tepat sasaran. Sementara itu data sekunder
kungan, praduga dan gangguan di sekitarnya. dihimpun dari beberapa sumber tertulis sebagai
Hambatan dapat terjadi apabila muncul perbe- berikut: (1) Laporan kegiatan sosialisasi PUG
Lestari dan Dewi, Model Komunikasi dalam Sosialisasi Pengarusutamaan Gender ... 197

oleh BPPM provinsi DIY. (2) Laporan kegiatan Perencanaan pre-test


advokasi PUG dari LSM-LSM perempuan. (3)
Data internet mengenai program-program pela- Pengirim
(Narasumber
tihan PUG di berbagai tempat, di dalam negeri In- yang kompeten
1. Sex & Gender
2. Isu kesenjangan
donesia, maupun di luar negeri. dan menarik gender
Data yang terkumpul dianalisis dengan 3. Anggaran
responsif gender
teknik deskriptif-kualitatif. Pertama-tama ke- Pesan 4. Analisis gender
5. Gender Budget
seluruhan data disajikan dalam display data, (materi PUG- Statement
kemudian direduksi mana yang relevan dan mana ARG) 6. RKA Responsif

yang tidak dengan pokok permasalahan yang E Gender P


7. Rencana aksi
v untuk ARG
e
diteliti untuk kemudian dibuat kategorisasi. Tahap l
a Metode:
berikutnya adalah membuat interpretasi dan l ? Adult Learning a
kesimpulan hasil penelitian berupa model u ? Aksi-refleksi k
? Work Group s
komunikasi dalam sosialisasi PUG-ARG di a ? Kesetaraan
s ? a
provinsi DIY. Partisipasi aktif
i ? Orientasi n
Sejak dikeluarkan Instruksi Presiden perubahan yang a
lebih baik
( Inpres) No . 9/2000 t ent ang pelaksanaan a
pengarusutamaan gender dalam proses pem- n
bangunan yang diperkuat oleh Peraturan Menteri Penerima
(Peserta pelatihan
Dalam Negeri (Permendagri) No. 15/2008 tentang dari Dinas-Dinas
pelaksanaan pengarusutamaan gender di daerah di DIY bagian
perencanaan
serta Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) dan staff)
No. 119/2009, menunjukkan bahwa komitmen post-test
dari pemerintah pusat dan daerah semakin kuat
unt uk mewujudka n pe mbanguna n ya ng Gambar 2. Model Komunikasi dalam
Sosialisasi PUG-ARG di Provinsi DIY.
memberikan keadilan dan kesetaraan bagi seluruh
masyarakat tanpa membedakan laki-laki dan
perempuan (Zakiyah,2009). gender? Hal ini dapat dicermati melalui proses
Pelaksanaan pembangunan merupakan pembangunan dalam: perencanaan, pelaksanaan,
tanggung jawab dari pemerintah, masyarakat pemantauan, dan evaluasi yang melibatkan: akses,
dan kalangan perguruan tinggi. Peran aktif dari partisipasi, kontrol, dan manfaat bagi masyarakat
masing-masing pihak sesuai dengan tugas dan secara adil.
fungsinya, sangat diperlukan untuk memperce-
pat pencapaian tujuan pembangunan yang Hasil Penelitian dan Pembahasan
berkeadilan. Adanya keterbatasan sumberdaya Model Komunikasi PUG-ARG di Provinsi
manusia, sumberdaya pembangunan dan luasnya DIY
wilayah, serta besarnya kebutuhan masyarakat. Hal
ini menuntut adanya sinergi yang harmonis dari Penelitian terdahulu (Lestari, Machya,
semua pihak untuk mewujudkan pembangunan dan June, 2009) menunjukkan bahwa program
yang adil dengan melaksanakan strategi PUG. PUG di provinsi DIY belum berjalan baik. Ber-
Pelaksanaan PUG dilakukan guna men- bagai pelatihan PUG sudah sering dilakukan de-
jamin terselenggaranya perencanaan, pelaksana- ngan tujuan agar semua dinas dapat merespon
an, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan dengan baik program PUG. Berdasarkan masukan
program pembangunan nasional yang berperspek- dari hasilFGD dengan wakil-wakil Dinas di seluruh
tif gender sesuai bidang tugas, fungsi, dan ke- DIY dan kalangan aktivis LSM yang telah
wenangan masing-masing. berulangkali mengikuti atau melakukan pelatihan
Apakah kebijakan dan program atau PUG dirumuskanlah model alternatif. Model yang
kegiatan pembangunan di DIY sudah responsive ditawarkan oleh penelitian ini bertujuan agar pro-
198 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 2, Mei - Agustus 2010, halaman 191 - 203

gram PUG di provinsi DIY dapat berjalan baik ARG di DIY mencakup metode : Adult Learning,
yaitu model komunikasi dalam sosialisasi PUG- Aksi-refleksi, Work Group, Kesetaraan, Par-
ARG bagi aparat dinas-dinas di seluruh kabupaten tisipasi aktif, Orientasi perubahan yang lebih
di provinsi DIY dengan materi dan metode yang baik. Adult Learning (pembelajaran bagi orang
benar-benar mengarah kepada pemahaman dewasa), artinya pro ses komunikasi yang
seutuhnya mengenai arti penting PUG-ARG. menganggap bahwa orang yang diberi pelatihan
Sosialisasi berupa pelatihan disertai tindakan sudah mengerti tentang perbedaan antara laki-laki
konkret mengimplementasikan PUG-ARG da- dan perempuan. Perbedaan bisa disebabkan oleh
lam program-program masing-masing Dinas faktor biologis atau faktor bawaan sejak lahir dan
Pemerintah. Model komunikasi dalam sosialisasi konstruksi sosial budaya setempat. Perbedaan
PUG-ARG yang diperoleh dalam penelitian ini kedua inilah yang didiskusikan dengan Aksi-
dapat dilihat pada gambar 2. Refleksi. Aksi yang dilakukan melalui berbagai
Model ini menunjukkan empat unsur program pemerintah, diikuti refleksi atas program-
esensi komunikasi yang saling berkaitan yaitu program yang udah dijalankan, apakah sudah
pengirim, pesan, metode, dan penerima, apabila responsif gender, adil gender atau masih bias gen-
salah satu unsur hilang, komunikasi tidak dapat der. Prinsip Kesetaraan Gender harus diperhatikan
berlangsung. Sebagai contoh pemberi materi dalam model komunikasi PUG ini, melalui metode
pelatihan PUG-ARG dapat mengirimkan pe- Work Group (kerja kelompok) pelatihan PUG
san, tetapi bila tidak ada yang menerima atau dapat membuat perencanaan program kerja yang
yang mendengarkan, komunikasi tidak akan responsive dan adil gender pada masing-masing
terjadi. Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD). Prinsip
Model komunikasi yang terperinci, de- orientasi perubahan yang lebih baik dilakukan guna
ngan unsur-unsur penting dalam pelatihan PUG- mencapai tujuan organisasi yaitu keadilan dan
ARG tersebut yaitu : (1). Sumber mempunyai kesejahteraan masyarakat, dengan memper-
gagasan, pemikiran atau kesan tentang PUG- hatikan partisipasi aktif setiap anggota organisasi
ARG di Yogyakarta, (2). Gagasan diterjemah- yang terlibat (Aksara,2010).
kan atau disandikan ke dalam kata-kata dan Gambar 2 mendeskr ipsikan pr oses
simbol-simbol verbal dan nonverbal, (3). Ga- penyampaian pesan dalam pelatihan PUG-ARG
gasan disampaikan atau d ikirimkan dengan me- di DIY. Proses komunikasi akan mudah diterima
tode kepada penerima, (4). Penerima menang- oleh anggota organisasi apabila pesan-pesan yang
kap simbol-simbol secara verbal dan nonverbal, disampaikan disusun sedemikian rupa sehingga
(5). Simbol diterjemahkan kembali atau diarti- mudah dimengerti. Pesan dalam model komunikasi
kan kembali menjadi suatu gagasan oleh peserta dalam sosialisasi PUG ini diatur dari materi dasar
pelatihan, (6). Penerima yaitu peserta pelatihan tentang sex dan Gender, Isu Kesenjangan Gen-
mengirimkan berbagai bentuk umpan balik der di DIY, Anggaran Responsif Gender, Analisa
kepada pengirim. Berbagai pertanyaan, tanggapan Gender, Gender Budget Statement, Rencana
dan hasil post test menunjukkan adanya umpan Kerja Anggaran (RKA) Responsif Gender, dan
balik. Rencana Aksi untuk Anggaran Responsive Gen-
Sumber (source) atau pengirim me- der (ARG). Pesan yang lengkap dari materi dasar
ngendalikan berbagai pesan yang dikirim, dan sampai keahlian untuk menyusun program kerja
metode yang digunakan untuk mengirim pesan dan evaluasi atas pelaksanaan program kerja
tersebut. Mengubah pesan ke dalam berbagai responsive gender, dapat memperlancar komu-
bentuk simbol-simbol verbal atau nonverbal yang nikasi pengarusutamaan gender di Provinsi DIY
mampu memindahkan pengertian, seperti kata- (Aksara,2010).
kata percakapan atau tulisan, angka, gerakan, Proses komunikasi dalam pelatihan terdiri
permainan, dan sebagainya. dari tiga tahapan: (1) persiapan atau perencanaan,
Metode pada gambar 2 menunjukkan (2) pelaksanaan pelatihan, dan (3) evaluasi
bahwa model komunikasi dalam sosialisasi PUG- pelatihan.
Lestari dan Dewi, Model Komunikasi dalam Sosialisasi Pengarusutamaan Gender ... 199

Tahap Persiapan atau Perencanaan Tahap Pelaksanaan Pelatihan

Pada tahap persiapan pelatihan peneliti Setelah tahapan persiapan selesai, maka
bekerjasama dengan seksi PUG Badan Pem- tahap berikutnya adalah pelaksanaan pelatihan
berdayaan Perempuan dan Masyarakat provinsi yang dilangsungkan selama dua hari. Materi-materi
DIY menyeleksi peserta yang akan diundang yang diberikan kepada peserta adalah sebagai
dalam pelatihan. Seleksi dilakukan dengan me- berikut: Hari pertama: (1) Perbedaan seks dan
lihat berkas-berkas daftar nama peserta pela- gender. (2) Isu kesenjangan gender di DIY. (3)
tihan PUG yang pernah dilakukan oleh Badan Anggaran responsif gender dan ABK. Hari kedua:
Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (1) Analisis gender. (2) Gender Budget State-
(BPPM). Dengan mempertimbangkan kriteria ment. (3) RKA Responsif Gender. (4) Rencana
bahwa peserta yang akan diundang haruslah aksi untuk ARG. Pada sesi pertama hari pertama,
memiliki kewenangan untuk mengambil ke- para peserta dibuka pemahaman dan wawasan
putusan, maka ditetapkanlah bahwa dari masing- mereka bahwa seks dan gender adalah berbeda.
masing kabupaten atau kota di DIY diambil satu Fakta mengatakan bahwa Gender : (1) Perempuan
dinas sebagai sampel. Dari masing-masing Dinas sebagai pendamping dan laki-laki sebagai
ini diundang 2 orang, terdiri dari 1 orang dari pemimpin (Gender). (2) Lebih banyak guru
level pengambil kebijakan dan 1 orang staf. Da- perempuan dari pada laki-laki, tetapi lebih banyak
lam perkembangannya wakil dari Kota Yog- kepala sekolah laki-laki dari pada perempuan
yakarta akhirnya tidak diundang karena kota (Gender). (3) Tingkat informasi yang lebih tinggi
Yogyakarta telah memiliki reputasi yang bagus laki-laki dari pada perempuan (Gender). (4) Pada
dalam implementasi PUG. Dengan demikian proses bencana, perempuan lebih lemah dalam
peserta yang diundang adalah wakil-wakil dari menghadapi bencana karena dalam menghadapi
kabupaten Sleman (2 orang), kabupaten Bantul bencana tidak hanya kekuatan fisik namun juga
(2 orang), kabupaten Kulonprogo (2 orang), ketabahan (Gender). (5) Dalam pekerjaan yang
dan kabupaten Gunungkidul (2 orang) yang sama, upah perempuan lebih rendah dari pada laki-
masing-masing terdiri dari 1 orang pengambil laki (Gender). (6) Perempuan halus, lakilaki tidak
kebijakan dan 1 orang staf. Komposisi jenis ke- (Gender). (7) Pengaruh hormonal laki-laki saat
lamin juga diperhatikan, sehingga dari kese- masa puber (Gender). (8) Ibu membelikan anak
luruhan jumlah peserta yang diundang terdapat perempuannya baju warna pink, sedangkan baju
kompossisi yang berimbang antara jumlah untuk budi warna biru (Gender). Materi-materi
perempuan dan jumlah laki-laki. Pada tahap tentang perbedaan antara laki-laki dan perempuan
persiapan ini pula dibahas mengenai materi- sesuai dengan teori Genderlect Styles yang
materi yang benar-benar dibutuhkan oleh pe- menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan itu
serta sehingga implementasi PUG di Dinas- terletak pada: (1) Kecenderungan feminis versus
Dinas pemerintaah bisa berjalan baik. Materi- maskulin, (2) Perempuan berhasrat pada koneksi
materi sengaja dipilih agar tepat sasaran dan versus laki-laki berhasrat untuk status, (3) Raport
tujuan, namun efisien dalam pelaksanaan. Hal talk versus report talk (Griffin, 2006:470).
ini terutama dengan pertimbangan bahwa per- Materi tentang Seks bahwa: (1) Perem-
sonil yang menduduki kapasitas pengambil puan melahirkan (Seks). (2) Angka kematian
kebijakan tidak akan bisa berlama-lama me- perempuan yang tinggi akibat hamil, diharapkan
ninggalkan tugas-tugasnya di kantor. Selanjut- angka kematian perempuan sama dengan laki-laki
nya pada tahap persiapan ini peneliti bersama- (Seks).
sama dengan seksi PUG BPPM memilih-milih Materi tentang seks dan gender: (1)
fasilitator dan narasumber yang diharapkan Perempuan menstruasi dan merasakan sakit se-
dapat membuat suasana pelatihan santai dan hingga tidak dapat melakukan perkerjaan (Seks
menyenangkan, sehingga peserta tidak jenuh dan Gender). (2) Saat menstruasi, payudara anak
dan materi diserap dengan baik. perempuan mulai membesar, maka seorang ibu
200 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 2, Mei - Agustus 2010, halaman 191 - 203

mulai membelikan Breast Holder (BH) (Seks dan contoh ketimpangan gender, laki-laki memperoleh
Gender). pendidikan yang lebih tinggi dari pada perempu-
Pada penyampaian materi pertama ju- an, persoalan subordinasi yang menempatkan
ga dijelaskan bahwa seks adalah jenis kelamin perempuan sebagai pendamping dalam rumah
biologis. Ada beberapa perbedaan antara perem- tangga yang cenderung tidak ditanya pendapatnya,
puan dan laki-laki. Perempuan menstruasi, laki- adanya pelabelan tentang perempuan yang lemah,
laki memiliki jakun, perempuan menyusui, laki- tidak pantas melakukan pekerjaan berat, adanya
laki tidak dapat menyusui, perempuan memiliki persoalan marjinalisasi yang mengesampingkan
rahim dan berkapasitas melahirkan, sementa- perempuan, adanya beban ganda bahwa seorang
ra laki-laki tidak bisa mengandung. Seks atau perempuan bergerak dalam sektor publik dan
jenis kelamin adalah kodrati yang dimiliki sejak domestik, dan yang terakhir adanya kekerasan
lahir. secara psikologis dan fisik yang menimpa perem-
Pengertian Gender berbeda dengan jenis puan (Data KDRT yang menimpa perempuan
kelamin. Seringkali orang menyebut gender adalah sebanyak 91% sedangkan yang dialami oleh
jenis kelamin sosial. Dalam hal ini ada persoalan laki laki 9%).
konstruksi sosial, peran, akses, konstruksi agama, Pada sesi kedua peserta diperkenalkan
konstruksi budaya sangat berperan. Fokus Gen- dengan profil kesenjangan gender di provinsi DIY.
der adalah laki-laki dan perempuan. Gender bisa Profil Gender DIY jauh lebih tinggi dari pada
berubah dari waktu- ke waktu sesuai tempat dan nasional pada tahun 2006, namun masih banyak
budaya. Hal ini senada dengan Standpoint Theory persoalan yang terjadi di Yogyakarta. Beberapa
(Griffin,2006:482), bahwa perempuan terposisikan isu gender di DIY: (1) Rendahnya keterwakilan
pada hirarkhi yang rendah dibanding posisi laki- perempuan dalam pengambilan keputusan publik.
laki. Gender adalah sistem makna, sudut pandang (2) Akses pendidikan dasar. (3) Akses layanan
melalui posisi di mana kebanyakan laki-laki dan kesehatan. (4) Akses perlindungan pekerja pe-
perempuan dipisahkan secara lingkungan, mate- rempuan. (5) Kekerasan perempuan dan anak. (6)
rial, dan simbolis (sosial budaya) . Minimnya perlindungan terhadap kelompok
Konstruksi gender dibedakan oleh sifat, minoritas.
peran dan fungsi, serta posisi. Peran perempuan Meskipun banyak kemajuan dalam pem-
di sektor domestik, sedangkan laki-laki berperan bagian peran pada jabatan publik, berbagai ke-
di sektor publik. Proses konstruksi gender yang timpangan masih sering terjadi yaitu: (1) Ke-
pertama adalah identitas seks yang diciptakan oleh cenderungan pemisahan ruang publik antara laki
Tuhan Yang Maha Esa; kedua adanya konstruksi laki dan perempuan. (2) Posisi kunci di jabatan
gender yang dibuat oleh manusia seperti atribut publik masih banyak didominasi oleh lakilaki. (3)
gender (Maskulin, Feminim), peran gender, beban Perimbangan jumlah pegawai. (4) Perempuan di
gender, hingga status gender. Apakah laki laki dan pos tradisional (administrasi, kesehatan, pen-
perempuan mendapatkan kesetaraan dalam didikan).
mengakses informasi merupakan salah satu Dari data yang diperoleh tahun 2005,
permasalahan dalam gender. Empat hal utama jumlah antara perempuan dan laki-laki yang
permasalahan gender adalah persoalan akses, bekerja di instansi pemerintah masih sangat tidak
peran, manfaat, kontrol. seimbang. Masih lebih banyak jumlah laki-laki.
Beberapa contoh ketidakadilan gender Keterwakilan perempuan di legislatif dari tahun
misalnya: laki-laki mendapat pendidikan yang lebih 1994-2004, tertinggi dipegang oleh kabupaten
tinggi, karena laki-laki akan mencari pekerjaan Sleman. Hal ini senada dengan Muted Group
untuk keluarga; perempuan tidak mendapat Theory atau Teori Kelompok Bungkam (West and
tunjangan keluarga dalam pekerjaan tetapi suami Turner, 2008: 200), Griffin,2006:494), bahwa: (1)
memiliki tunjangan untuk keluarga dalam posisi Perempuan menanggapi dunia secara berbeda dari
perusahaan; ada persoalan pengupahan yang laki-laki karena pengalaman dan aktivitasnya
berbeda antara laki-laki dan perempuan. Beberapa berbeda yang berakar pada pembagian pekerja-
Lestari dan Dewi, Model Komunikasi dalam Sosialisasi Pengarusutamaan Gender ... 201

an. (2) Berdasarkan dominasi politiknya, sistem terlihat bahwa berbagai sosialisasi yang sudah
persepsi laki-laki menjadi lebih dominan, meng- dilakukan tersebut terdapat beberapa kendala
hambat ekspresi bebas bagi pemikiran alternatif kurangnya komunikasi misalnya: aspek pemberi
perempuan. (3) Agar dapat berpartisipasi da- pesan, pesan atau materi, metode, maupun segmen
lam masyarakat, perempuan harus mengubah penerima pesan atau peserta pelatihan belum tepat
perspektif ke dalam sistem ekspresi yang dapat sasaran. Kelemahan yang ditemukan dari hasil
diterima laki-laki . penelitian mengapa pelatihan PUG tidak berhasil
guna adalah karena peserta yang hadir selalu
Tahap Evaluasi Pelatihan berganti-ganti dan terlebih lagi peserta bukan orang
yang memiliki kewenangan untuk mengambil
Pada tahap ini dilakukan penilaian atas kebijakan. Hal ini berakibat usai pelatihan materi-
proses perencanaan dan pelaksanaan, baik oleh materi yang telah diperoleh peserta selama
penyelenggara maupun oleh peserta pelatihan. pelatihan tidak bisa ditindaklanjuti.
Penyelenggara yaitu tim peneliti bekerjasama Penelitian ini mencoba menawarkan
dengan Badan Pemberdayaan Perempuan dan model komunikasi dalam sosialisasi PUG-ARG
Masyarakat di DIY melakukan evaluasi bersama. dengan harapan dapat lebih berhasil guna dalam
Hasilnya bahwa proses perencanaan (materi atau mendorong kesetaraan gender. Aspek utama
pesan, metode, media atau sarana dan prasarana, yang ditekankan dari model komunikasi PUG-
fasilitator, pemilihan peserta, tempat, waktu, dan ARG ini adalah peserta haruslah orang yang me-
sebagainya) sudah baik dan tidak ada masalah. miliki kewenangan atau terlibat dalam pembuatan
Hal ini dikroscek dengan hasil evaluasi dari peserta keputusan, terutama berkait dengan anggaran.
melalui angket (post test), bahwa hampir semua Materi juga sengaja diringkas dan dipilih materi-
merasa puas mengikuti pelatihan PUG dengan materi yang secara langsung bisa mengubah nasib
model tersebut. Hasil post test jugadiketahui perempuan.
bahwa peserta sudah mengerti semua materi yang Dari hasil penelitian ini setidaknya terlihat
diberikan, sudah mampu membuat program kerja adanya indikator keberhasilan. Hal ini terlihat dari
yang responsive gender, dan akan menindak- antusianisme peserta pelatihan yang sangat
lanjutinya pada SKPD masing-masing. Jadi hasil bersemangat mengikuti seluruh materi. Indikator
pelatihan dengan modelkomunikasi pelatihan PUG lain adalah bahwa seluruh peserta menyerap
seperti ini dapat langsung diimplementasikan di dengan baik seluruh materi, terbukti dari jawaban-
lingkungan kerja masing-masing. jawaban yang diberikan dalam post test. Indikator
penting lain adalah adanya komitmen dari seluruh
Simpulan peserta untuk menindaklanjuti hasil yang sudah
didapatkan dalam pelatihan. Peserta berkomitmen
Program sosialisasi PUG yang pernah untuk mulai mencermatianggaran di Dinas masing-
dilakukan di provinsi DIY belum sepenuhnya masing dan merevisi anggaran yang lebih responsif
membawa dampak yang menggembirakan bagi gender.
kondisi hidup perempuan di provinsi DIY, teru-
tama di tingkat kabupaten, posisi perempuan Saran
masih relatif marginal. Paling tidak hal ini terli-
hat dari kondisi hidup perempuan di kabupa- Peneliti menyarankan kepada semua pihak
ten Sleman, Bantul, Kulonprogo dan Gunungki- yang terkait dengan upaya pemberdayaan
dul. Sementara itu di kota Yogyakarta kondisi perempuan, terutama Bappeda dan BPPM agar
perempuan relatif sudah bagus, karena program secara terus-menerus melakukan pelatihan-
PUG terimplementasikan dengan baik di kota pelatihan PUG dalam format yang lebih ringkas,
Yogyakarta. tapi berhasil guna. Setiap tahap pelatihan ber-
Berdasarkan evaluasi berbagai pelatihan langsung dua hari dan kemudian dilanjutkan di
PUG yang sudah pernah dilakukan diprovinsi DIY lain waktu dengan durasi waktu dua hari juga,
202 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 2, Mei - Agustus 2010, halaman 191 - 203

dan demikian seterusnya hingga peserta sudah Basalama, Nonny, 2010, An Analysis of Com-
mencapai tahap advance. Dalam hal ini peserta munication Difficulties Across Culture
haruslah orang yang sama, yaitu orang yang and Gender, Jurnal INOVASI, Volu-
memiliki komitmen sungguh-sungguh untuk me 7, Nomor 2, Juni 2010 ISSN 1693-
mewujudkan kesetaraan gender dan yang memiliki 9034.
kewenangan untuk mengambil kebijakan dan BPPM, 2009, Laporan Pelaksanaan Sosialisasi
terlibat dalam perumusan anggaran. yang Terkait dengan Kesetaraan dan
Kea dila n Ge nder, Pe mberdaya an
Ucapan Terima Kasih Perempuan dan Perlindungan Anak
Provinsi DIY, BPPM, Yogyakarta.
Penulis menyampaikan penghargaan Dewi, Machya Astuti, 2009, Media Massa dan
dan ucapan terima kasih kepada Dirjen Dikti Dik- Penyebaran Isu Perempuan, Jurnal Ilmu
nas RI yang telah membiayai penelitian berjudul Komunikasi Terakreditasi B, Volume 7
Pengarusutamaan Gender (PUG) di Provinsi Nomor 3.
Daerah Istimewa Yogyakarta melalui skema Griffin, EM., 2006, A First Look At Communi-
Penelitian Hibah Kompetitif Penelitian sesuai cation Theory, Mc Graw Hill, New York.
Prioritas Nasional Bath I Tahun 2009-2010 yang IDEA, 2007, Diskusi 16 Hari Tanpa kekerasan,
menjadi dasar penulisan artikel ini. Penulis juga Kantor Pemberdayaan Perempuan,
mengucapkan terimakasih kepada Dekan FISIP, Yogyakarta, 10 Desember 2007.
ketua dan staf Lembaga Penelitian dan Pengabdian Lestari, Machya, dan June, 2009, Kendala
kepada Masyarakat (LPPM) UPN Veteran Implementasi Pengarusutamaan Gen-
Yogyakarta, Badan Pemberdayaan Perempuan der (PUG)dalam rangka Otonomi
dan Masyarakat (BPPM) DIY, serta peserta FGD Daerah di Provinsi Daerah Istimewa
dan pelatihan PUG-ARG dari dinas-dinas di Yogyakarta, Laporan penelitian Hibah
Provinsi DIY yang telah membantu proses Kompetitif sesuai Prioritas nasional
penelitian tentang PUG di DIY. Terimakasih Batch I.
kepada semua pihak yang membantu penelitian dan Partini, 2004, Potret Keterlibatan Perempuan
publikasi di Jurnal Ilmu Komunikasi Terakreditasi dalam Pelayanan Publik di Era Otonomi
UPNVeteran Yogyakarta. Daerah dalam Jurnal Ilmu Sosial Ilmu
Politik, Volume 7, Nomor 3 .
Daftar Pustaka Silawati, Hartian, 2006, Pengarusutamaan Gen-
der: Mulai dari Mana? dalam Jurnal
Aks ar a, LS M, 2010 , A l at- A lat A n ali sa Perempuan, Edisi 50.
Anggaran. Pelatihan Pengarusutamaan Soeparman, Surjadi, 2006, Mengapa Gender-
Gender (PUG) kerjasama LPPM UPN- mainstreaming Menjadi Aksi Nasional?
BPPM DIY, 4-5 Agustus 2010. dalam Jurnal Perempuan, Edisi 50.
Aksara, LSM, 2010, Sex dan Gender : Jenis Subiyantoro, Eko Bambang, 2006, Mengintip
Kelamin Sosial dan Biologis, Pelatihan Perspektif Gender Dalam Dokumen
Pengarusutamaan Gender (PUG) kerja- APBD dalam Jurnal Perempuan edisi 46.
sama LPPM UPN- BPPM DIY, 4-5 Sulistyo, Susilo Budhi & Dati Fatimah, 2010,
Agustus 2010. Potret Yogyakarta dan Isu Kesenjangan
Aksara, LSM, 2010, Indikator Anggaran Gender, LSM AKSARA, Yogyakarta.
Responsif Gender. Pelatihan Penga- Zakiyah, Wasingatu, 2009, Sekilas Tentang
rusutamaan Gender (PUG) kerjasama Gend er B udg et: B ah an Pema ntik
LPPM UPN-BPPM DIY, 4-5 Agustus Workshop Analisis PUG Bidang Ke-
2010. sejahteraan Sosial, IDEA, Yogyakarta,
Lestari dan Dewi, Model Komunikasi dalam Sosialisasi Pengarusutamaan Gender ... 203

West, Richard & Lynn H.Turner, 2007, Introduc- West, Richard & Lynn H.Turner, 2008, Pengantar
ing Communication Theory, McGraw- Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi,
Hill Companies. New York. buku 2, Ter-jemahan, Edito r Nina
Setyaningsih, Penerbit Salemba Humanika,
Jakarta.

You might also like