You are on page 1of 6

Muhammad Syahrir R.

KAJIAN PERTUMBUHAN BEBERAPA JENIS IKAN DI PERAIRAN PESISIR KABUPATEN


KUTAI TIMUR

(Growth Study of Several Fish Species in Coastal of East Kutai Regency)

MUHAMMAD SYAHRIR R.
Staf Pengajar Jurusan MSP-FPIK, Unmul

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman


Jl. Gunung Tabur No. 1 Kampus Gunung Kelua Samarinda
Email: msr_arm@yahoo.com

ABSTRACT
The status of fish populations is needed to properly manage these resources in order to maintain
its sustainability. This study aims to examine the growth factor of some fish caught by trawl in
East Kutai Regency include the length and weight relationships, condition factor, the alleged
growth, Gonadal Development Level, gonadal Somatic index, and fecundity. The research was
conducted in the sub-district of Kaliorang, Sangkulirang and Sandaran of East Kutai regency,
East Kalimantan. Collection and measurement were conducted over a period of three months.
Allometric growth patterns are found in gerot-gerot, niko-niko, teri, senangin, gulamah, bulu
ayam dan lampa-lampa, while Isometric growth patterns found in puput. Highest condition factor
found in gulamah with the value of 1.02 and the lowest value was found in the gerot gerot with
value 0.083. The collected fish length growth equation was senangin. The Regression equation
for growth length i.e. senangin Lt = 180,8 (1-e-1,7(t+1,25)), puput Lt = 221,5 (1-e-0,88(t+0,88)), and
bulu ayam Lt = 200,55 (1-e-0,7(t+0,95)).

Keywords: growth pattern, allometric, isometric condition factor, East Kutai Regency

PENDAHULUAN
Permasalahan yang umum dihadapi dalam melakukan pengelolaan perikanan tangkap adalah
eksekusi kegiatan eksploitasi sumberdaya ikan dilakukan sebelum pengelola memahami dengan baik sifat
dan karakater sumberdayanya. Hal ini menyebabkan sumberdaya perikanan di beberapa wilayah menjadi
hancur dan mengalami kepunahan.
Akibat terjadinya perubahan dalam ekosistem dan seiring dengan meningkatnya aktivitas di daerah
pesisir, diduga aktivitas penangkapan ikan di Perairan Peisisir Kabupaten Kutai Timur semakin
meningkat pula demi memenuhi kebutuhan masyarakat akan ikan. Jika usaha penangkapan dilakukan
terus menerus tanpa memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya maka dikhawatirkan populasi ikan
akan semakin berkurang. Sehubungan dengan berbagai permasalahan di atas, agar kegiatan penangkapan
ikan dapat terus berlangsung dan kelestariannya dapat tetap dipertahankan, maka perlu dilakukan kajian
mengenai pertumbuhan dan beberapa parameter dinamika populasinya.
Pertumbuhan sebagai salah satu aspek biologi ikan adalah suatu indikator yang baik untuk melihat
kesehatan individu, populasi, dan lingkungan. Pertumbuhan yang cepat dapat mengindikasikan
kelimpahan makanan dan kondisi lingkungan yang sesuai (Moyle & Cech 2004). Selain itu, pengetahuan
tentang struktur populasi dapat menjadi dasar pengelolaan yang lebih baik. Pengetahuan yang tepat
tentang umur ikan merupakan hal penting untuk mengungkap permasalahan daur hidup ikan, seperti
ketahanan hidup, laju pertumbuhan, dan umur ikan saat matang gonad (Rounsefell & Everhart 1962).
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan beberapa ikan-ikan yang tertangkap dengan
minitrawl dengan jumlah yang diperkirakan bisa memberikan gambaran aktual secara statistik. Adapun

8 Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 1, Oktober 2013 ISSN 1402-2006
Muhammad Syahrir R.

parameter yang diteliti meliputi hubungan panjang berat, faktor kondisi, dan dugaan pertumbuhan.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi tentang kondisi populasi dan
pertumbuhan serta dapat digunakan untuk manajemen sumberdaya perikanan.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai November 2011. Pengambilan sampel
dilakukan di perairan Kecamatan Kaliorang, Sangkulirang, dan Sandaran. Analisis sampel dilakukan di
Laboratorium Kualitas Air, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mulawaraman

Bahan dan Peralatan Penelitian


Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: ikan, cool box, papan preparat, mistar
ukur dengan ketelitian 0,1 cm, alat bedah, timbangan digital dengan ketelitian 0,1 g, kapal motor dan
minitrawl

a. Analisis Data
1. Hubungan panjang berat dan faktor kondisi
Untuk mencari hubungan panjang total ikan dengan berat total ikan, maka untuk ikan-ikan contoh
dipisahkan menurut jenis kelaminnya baik setiap stasiun maupun di semua stasiun. Kemudian
masing-masing dicari hubungan panjang-berat dengan menggunakan rumus:
W = aLb
Keterangan:
W = Berat total ikan (gram)
L = Panjang total ikan (mm)
a dan b = Konstanta
Persamaan tersebut di atas dapat ditransformasikan ke dalam logaritma dan akan diperoleh
persamaan linier:
Log W = Log a + b Log L
Berdasarkan persamaan ini, jika didapatkan nilai b<3, maka diartikan bahwa pertambahan berat
ikan tidak secepat pertambahan panjangnya, sedangkan jika nilai b>3, maka pertambahan panjang
ikan tidak secepat pertambahan beratnya. Kedua pertumbuhan ini disebut pertumbuhan allometric.
Bila b=3, berarti pertambahan berat ikan seimbang dengan pertambahan panjangnya. Untuk
menguji apakah b itu sama dengan 3 atau tidak digunakan uji-t (Walpole 1982). Kondisi ikan
(kemontokan ikan), dinyatakan dalam bentuk angka yang disebut faktor kondisi atau ponderal
index (Lagler 1972), yang rumusnya sebagai berikut:
W.10 5
K=
L3
Keterangan:
K = Faktor kondisi
W = Berat rata-rata ikan (gram) yang terdapat dalam satu kelompok
L = Panjang rata-rata ikan (mm) yang terdapat dalam satu kelompok
Metode tersebut di atas digunakan untuk melihat hubungan antara kemontokan ikan dengan
sumberdaya makanan dan habitat.

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 1, Oktober 2013 ISSN 1402-2006 9
Muhammad Syahrir R.

2. Dugaan pertumbuhan
Pertumbuhan panjang ikan dapat dihitung dengan Model Von Bertalanffy sebagai berikut (Sparre
dan Venema 1999).
KK( t 0 )
L t = L (1 e )
Keterangan:
Lt = Panjang ikan pada umur ke-t (mm)
L = Panjang maksimal (mm)
K = Koefisien pertumbuhan (t 1 )
t0 = Umur hipotesis ikan pada panjang nol (tahun)
Nilai L dan K didapatkan dari hasil penghitungan dengan metode ELEFAN 1 yang terdapat dalam
program FiSAT II.
Nilai t0 dapat diduga dengan persamaan berikut (Utomo, 2002).
Log (t0) = -0,3922 - 0,2752 Log L - 1,038 Log K

HASIL DAN PEMBAHSAN

Hubungan Panjang Berat


Analisis hubungan panjang berat ikan di stasiun pengambilan sampel di Kecamatan Kaliorang,
Sangkulirang dan Sandaran di perairan laut Kabupaten Kutai Timur hanya dilakukan pada ikan-ikan yang
terkoleksi dengan jumlah yang diperkirakan bisa memberikan gambaran aktual secara statistik. Adapun
jenis ikan dan pola persamaan regresi hubungan panjang dan bobot ikan di setiap stasiun pengambilan
sampel ditampilkan pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Hasil analisis hubungan panjang berat


Table 1. The result analysis of length and weight relationship
b
No. Stasiun dan Jenis ikan W = aL Pola Pertumbuhan Nilai (R)
A. Kecamatan Kaliorang
5 2 , 82
1. Gerot-gerot W= 5.10 L Allometrik 0,97
1, 867
2. Niko-niko W= 0,026 L Allometrik 0,87
B. Kecamatan Sangkulirang
3 ,1416
1. Bulu Ayam W= 0,0044 L Allometrik 0,97
2 , 8723
2. Teri W= 0,0121 L Allometrik 0,90
2 , 6533
3. Senangin W= 0,0228 L Allometrik 0,89
3 , 0475
4. Puput W= 0,0059 L Isometrik 0,93
2 ,5166
5. Gulamah W= 0,0319 L Allometrik 0,91
C. Kecamatan Sandaran
2 , 4536
1. Lampa-lampa W= 0,0005 L Allometrik 0,87
Sumber: Data primer yang diolah, 2011

Berdasarkan analisis hubungan panjang dan bobot jenis ikan yang terkoleksi menunjukkan pola
pertumbuhan yang berbeda, asumsi pola pertumbuhan dapat diketahui dengan membandingkan nilai b
dari analisis uji t (Tabel 1). Secara umum dominansi pola pertumbuhan jenis ikan bersifat allometrik
negatif, terlihat dari nilai b yang lebih kecil dari 3 (b<3). Jenis ikan tersebut antara lain ikan gerot-gerot,
niko-niko, teri, senangin, gulamah dan lampa-lampa. Sifat pertumbuhan allomatrik memberi arti bahwa,
indikasi pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan bobot ikan. Pertumbuhan
allometrik positif ditemui pada ikan bulu ayam, dengan nilai (b > 3) artinya, pertumbuhan ikan bulu ayam

10 Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 1, Oktober 2013 ISSN 1402-2006
Muhammad Syahrir R.

memiliki kecenderungan pertumbuhan bobotnya lebih cepat dibandingkan pertumbuhan panjang,


sedangkan untuk pertumbuhan isometrik ditemukan pada ikan puput, sehingga dapat dinyatakan kalau
pertumbuhan panjang sebanding dengan pertumbuhan bobotnya. Perbedaan ini diduga dipengaruhi oleh
perbedaan kelompok ukuran yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (Sparre & Venema
1999).
Hubungan panjang dan bobot ikan terkoleksi memiliki nilai determinan (R) sebesar 0,97 untuk
ikan gerot-gerot, ikan niko-niko sebesar 0,87, ikan bulu ayam sebesar 0,97, ikan teri sebesar 0,90, ikan
senangin sebesar 0,89, ikan puput sebesar 0,93, ikan gulamah sebesar 0,91 dan ikan lampa-lampa sebesar
0,87. Nilai (R) dari hubungan panjang dan bobot ikan terkoleksi relatif cukup besar, besarnya nilai
tersebut yang mendekati 1, menunjukkan bahwa keragaman yang dipengaruhi oleh faktor lain cukup kecil
dan hubungan antara panjang total dan bobot ikan sangat erat.

Faktor Kondisi
Faktor kondisi adalah derivat penting dari pertumbuhan. Faktor kondisi atau Indeks Ponderal sering
disebut faktor K. Faktor kondisi ini menunjukkan keadaan baik dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik
untuk survival dan reproduksi (Effendie, 2002). Secara komersil, kondisi ini mempunyai arti kualitas dan
kuantitas daging yang tersedia. Jadi kondisi ini dapat memberikan keterangan baik secara biologis
maupun secara komersil.
Secara detail hasil perhitungan faktor kondisi ikan terkoleksi tertera pada Tabel 2. Faktor kondisi
setiap jenis ikan secara umum relatif tidak berbeda jauh, kecuali faktor kondisi ikan gerot-gerot dan
lampa-lampa. Sebaran nilai faktor kondisi relatif seragam, hal ini ditunjukkan dari nilai simpangan
deviasi yang relatif kecil dari hasil perhitungan yang dilakukan (Tabel 2). Kondisi ini diperkuat dari
sebaran ukuran ikan terkoleksi selama penelitian juga relatif seragam. Hal lain yang cukup menarik
ditelaah adalah sebaran nilai faktor kondisi setiap jenis ikan di Stasiun Sangkulirang relatif sama, dengan
kisaran nilai yang menunjukkan kondisi fisik ikan yang masuk pada golongan montok, hal ini tidak
ditemui di stasiun lainnya. Faktor kondisi tertinggi ditemukan pada ikan gulamah dengan nilai 1.02 dan
terendah ditemukan pada ikan gerot-gerot dengan nilai 0,083.
Pola sebaran nilai faktor kondisi yang ditemukan berbeda antar stasiun menunjukkan adanya
indikasi faktor internal yaitu umur dan faktor lingkungan perairan yang mempengaruhinya. Keterkaitan
faktor umur dan lingkungan terhadap nilai faktor kondisi dapat dijelaskan secara deskriptif dengan
melihat kondisi ril di lapangan dimana jenis ikan yang tertangkap di stasiun Sangkulirang merupakan fase
ikan muda dengan indikasi TKG rendah. Effendie (1979) menyatakan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi faktor kondisi ikan adalah umur. Di Perairan Binuangeun, nilai faktor kondisi ikan terbang
(Hyrundichthys oxycephalus) mengalami penurunan seiring dengan pertambahan umur (Harahap &
Djamali 2005). Faktor lingkungan adalah faktor eksternal yang dapat memberi pengaruh terhadap
fluktuasi faktor kondisi ikan, perubahan suhu dan ketersediaan makanan merupakan faktor eksternal yang
dominan mempengaruhi, diduga di stasiun Sangkulirang relatif lebih melimpah dibandingkan stasiun
lainnya sehingga ikan yang terkoleksi di Stasiun tersebut memiliki faktor kondisi lebih tinggi
dibandingkan dengan stasiun lainnya. Nilai faktor kondisi ikan gabus di rawa banjiran Sungai Musi
berfluktuasi karena adanya perbedaan umur, TKG, kondisi lingkungan, dan ketersediaan
makanan (Makmur 2003).

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 1, Oktober 2013 ISSN 1402-2006 11
Muhammad Syahrir R.

Tabel 2. Faktor kondisi ikan terkoleksi di stasiun pengambilan sampel


Table 2. Factor condition of fish in sampling station
Kecamatan Bulan Rerata Faktor Kondisi SD
Kaliorang Gerot-gerot 0,083 0,00152
Niko-niko 0,99 0,075
Sangkulirang Bulu Ayam 1,01 0,013
Teri 1,01 0,131
Senangin 1,00 0,11
Puput 1,01 0,101
Gulamah 1,02 0,184
Sandaran Lampa-lampa 0,179 0,009
Sumber: Data primer yang diolah, 2011

Dugaan Pertumbuhan
Perhitungan dugaan pertumbuhan hanya dilakukan pada jenis ikan senangin, puput dan ikan bulu
ayam. Hal ini dilakukan berdasarkan, jumlah hasil tangkapan yang diperoleh untuk jenis ikan tersebut
relatif lebih banyak dibandingkan jenis ikan lainnya. Dugaan pertumbuhan akurasi perhitungannya
didukung oleh jumlah sampel yang diuji.
Pada Gambar 1, terlihat adanya kecenderungan pertumbuhan yang meningkat pesat pada umur
antara 0-1 tahun. Pada umur 0-1 setelah fase pasca larva, pertumbuhan pada setiap jenis ikan memasuki
pertumbuhan somatik dimana energi yang diperoleh dari makanan terdistribusi hanya untuk pertumbuhan
panjang dan bobot ikan serta metabolisme basal untuk proses pemeliharaan organ-organ dalam ikan.
Pertumbuhan somatik, mulai mengalami penurunan laju perkembangan ketika ikan masuk ke fase
dewasa. Karena pada fase dewasa energi yang diperoleh dipergunakan untuk pertumbuhan somatik,
gonadik, dan metabolisme basal. Nilai t0 ikan yang peroleh dari hasil perhitungan persamaan Pauly
cukup variatif. Ikan senangin sebesar -1,25 tahun, bulu ayam -0,95 tahun dan -0,88 tahun ditemukan
pada ikan puput. Berdasarkan hasil perhitungan dugaan pertumbuhan panjang (K, L dan t0) didapat
persamaan pertumbuhan panjang ikan terkoleksi yaitu ikan senangin Lt = 180,8 (1-e-1,7(t+1,25)), puput Lt =
221,5 (1-e-0,88(t+0,88)), dan bulu ayam Lt = 200,55 (1-e-0,7(t+0,95)).

240
220
200
Panjang Ikan (mm)

180
160
140 PUPUT
120 BULU AYAM
100 SENANGIN
80
60
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Umur ikan (th)

Gambar. 1. Dugaan pertumbuhan jenis ikan di lokasi penelitian.


Figure 1. The alleged growth of some fish in research station

Persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy yang ditampilkan dalam betuk kurva pertumbuhan ikan
puput, bulu ayam dan senangin di pesisir Kabupaten Kutai Timur mencapai ukuran panjang maksimum
yang berbeda-beda, ikan puput (L)= 221,5, ikan bulu ayam (L) = 114,98, dan ikan senangin (L) =

12 Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 1, Oktober 2013 ISSN 1402-2006
Muhammad Syahrir R.

180,8 (Gambar 1). Berdasarkan nilai koefisien pertumbuhan (K), ikan senangin memiliki nilai yang lebih
tinggi dibandingkan jenis ikan lainnya seperti puput dan bulu ayam. Hal ini sesuai dengan data empiris di
lapangan, bahwa jenis ikan senangin merupakan jenis ikan yang memiliki fisik lebih besar dibandingkan
2 ikan uji tersebut. Tingginya nilai k pada ikan senangin termanifes dari pertumbuhannya yang lebih cepat
mencapai panjang asimtot. Nilai koefisien pertumbuhan (K) secara berturut adalah sebagai berikut: ikan
senangin nilai K sebesar 1,7/tahun, ikan bulu ayam sebesar 0,99/tahun dan ikan puput sebesar 0,7/tahun.
Menurut Weatherley (1972), perbedaan nilai (K) dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
makanan, suhu dan kondisi lingkungan. Selain faktor lingkungan, diduga kelimpahan makanan
yang cukup besar berdampak pada pertumbuhannya cepat (Sulistiono et al., 2001).

KESIMPULAN
1. Selama penelitian ditemukan pola pertumbuhan bersifat allometrik terutama pada ikan lain ikan gerot-
gerot, niko-niko, teri, senangin, gulamah, bulu ayam dan lampa-lampa, sedangkan pola pertumbuhan
Isometrik ditemukan pada ikan puput.
2. Faktor kondisi tertinggi ditemukan pada ikan gulamah dengan nilai 1.02 dan terendah ditemukan pada
ikan gerot-gerot dengan nilai 0,083.
3. Berdasarkan dugaan parameter pertumbuhan Von Bertalanffy diperoleh nilai (K dan L) ikan senangin
nilai (K=1,7/th dan L = 180,8), ikan bulu ayam sebesar (K=0,7/th dan L = 200,55), dan ikan puput
(K=0,88/th /th dan L = 221,5), sedangkan persamaan pertumbuhan panjang ikan terkoleksi selama
penelitian yaitu ikan senangin Lt = 180,8 (1-e-1,7(t+1,25)), puput Lt = 221,5 (1-e-0,88(t+0,88)), dan bulu ayam
Lt = 200,55 (1-e-0,7(t+0,95)).

DAFTAR PUSTAKA

Effendie MI. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Cetakan Pertama. Bogor: Yayasan Dewi Sri.
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta
Harahap TSR, Djamali A. 2005. Pertumbuhan Ikan Terbang (Hirundichthys oxycephalus) di Perairan
Binuangeun Banten. Jurnal Iktiologi Indonesia 5(2):49-54.
Lagler, KF.1972. Fresh Water Fisheries Biology. 2nd Edition. W.M.C. Brown. Company Publisher.
Dubuque Iowa.
Makmur S. 2003. Biologi Reproduksi, Makanan, dan Pertumbuhan Ikan Gabus (Channa striata Bloch) di
Daerah Banjiran Sungai Musi Sumatera Selatan [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Moyle PB, Cech Joseph JJr. 2004. Fishes: An Introduction to Ichtyology. 5th edition. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc
Rounsefell GA, Everhart WH. 1962. Fishery Science Its Methods and Applications. New York: John
Wiley & Sons, Inc.
Sparre P, Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Buku 1: Manual. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perikanan, penerjemah. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan.
Sulistiono, Arwani R, Azis KA. 2001. Pertumbuhan ikan belanak (Mugil dussumieri) di perairan Ujung
Pangkah Jawa Timur. Jurnal Ikhtiologi Indonesia. 1 (2): 39-47.
Utomo AD. 2002. Pertumbuhan dan Biologi Reproduksi Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) di
Sungai Lempuing Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 8(1):15-26.
Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Bambang Sumantri, penerjemah. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Weatherley LA. 1972. Growth and Ecology of Fish Population. Academic Press. Inc. London. 293p

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 1, Oktober 2013 ISSN 1402-2006 13

You might also like