Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Andik Sunaryanto (0402005114)
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Sampai saat ini BBLR masih merupakan masalah
di seluruh dunia, karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa
neonatal. Prevalensi BBLR masih cukup tinggi terutama di negara-negara dengan
sosioekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR di negara
berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding dengan bayi dengan
berat lahir > 2500 gram. Perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua (98%) dari 5
juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang/berpenghasilan rendah. Lebih dari
dua per tiga kematian tersebut terjadi pada periode neonatal dini dan penyebab terbanyak
kematian ini adalah BBLR yaitu berat badan lahir kurang dari 2500 gram. 3 Angka
kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dan daerah yang lain, yaitu
berkisar antara 9-30%. Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2000 masih tinggi
yaitu sebesar 48 per seribu kelahiran hidup.
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematur baby dengan low birth
weight baby. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram pada waktu lahir merupakan bayi prematur. Keadaan ini disebabkan oleh
keadaan yaitu: masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai dan bayi
yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya, atau keduanya.4
Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan, maka makin
tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Angka kejadian BBLR di rumah sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24% dan angka kematiannya pada tahun yang
sama adalah 73%. BBLR dapat disebabkan oleh kelahiran prematur maupun akibat
tingkat kesehatan dan gizi ibu kurang pada saat hamil. Bayi dengan BBLR memiliki
resiko yang tinggi untuk mengalami berbagai komplikasi misalnya hipotermi, gangguan
pernapasan hingga asfiksia maupun infeksi. Jika komplikasi yang terjadi tidak ditangani
dengan segera dan tepat, hal ini dapat mengakibatkan kematian.5
2
Infeksi parah yang terjadi pada bayi dengan BBLR dapat berkembang menjadi
komplikasi yang mematikan seperti sepsis. Bayi dengan BBLR belum memiliki imunitas
yang berkembang sempurna, sehingga infeksi yang terjadi dalam tubuhnya dapat dengan
mudah berkembang menjadi sepsis dengan tingkat mortalitas maupun morbiditas yang
sangat tinggi.4,5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multisenter diperoleh angka BBLR
dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka
BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada
sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.14
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2002-2003, sekitar 57% kematian bayi
terjadi pada bayi umur dibawah 1 bulan dan utamanya disebabkan oleh gangguan
perinatal dan bayi berat lahir rendah. Menurut perkiraan, setiap tahunnya sekitar 400.000
bayi lahir dengan berat rendah
2. Dismaturitas.
Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya
untuk masa gestasi itu. Dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, atau post
term. Dismatur ini dapat pula Neonatus Kurang Bulan Kecil untuk Masa
Kehamilan (NKB-KMK), Neonatus cukup bulan Kecil Masa Kehamilan (NCB-
4
KMK), dan Neonatus Lebih Bulan Kecil Masa kehamilan (NLB-KMK). 15 Setiap
bayi yang berat lahirnya sama dengan atau lebih rendah dari 10 th persentil untuk
masa kehamilan pada denver intra uterin growth curves, berarti bayi mengalami
retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya (KMK).
5
2. Dispropornionate IUGR : Terjadi akibat distress sub akut. Gangguan terjadi
beberapa minggu sampai bebeapa hari sebelum janin lahir. Pada keaadaan ini
lingkar kepala dan panjang janin normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan
masa gestasi. Bayi tampak wasted dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak
dibawah kulit. Kulit tanpak keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan
lebih panjang.6
6
Malnutrisi
Preeklampsia
Penyakit medis kronis (contoh: penyakit jantung sianosis, hipertensi, penyakit ginjal)
Infeksi (contoh: Listeria monocytogenes, Streptococcus grup B, infeksi traktus urinarius,
vaginosis bakterial, chorioamnionitis)
Penyalahgunaan obat (contoh: kokain)
Sosial ( contoh : umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua
kehamilan yang terlalu dekat, sosial ekonomi rendah dll)
Kebiasaan (contoh : pekerjaan yang melelahkan, merokok, dll)
Lainnya
Ruptur membran plasenta prematur
Polihidramnion
Iatrogenik
Trauma
Tidak diketahui
Kelahiran prematur dari BBLR yang sesuai masa kehamilan dihubungkan dengan
kondisi medis yang berhubungan dengan ketidakmampuan uterus untuk mempertahankan
janin, tindakan-tindakan selama masa kehamilan, pecah ketuban prematur atau solusio
plasenta prematur, atau rangsangan-rangsangan yang tidak dapat dijelaskan yang dapat
menimbulkan konstraksi uterus sebelum waktunya.
Infeksi bakterial (Listeria monocytogenes, Streptococcus grup B, Ureaplasma
urealyticum, Mycoplasma hominis, Trichomanas vaginalis, Gardnerella vaginalis,
Bacteroides spp.) baik yang menimbulkan gejala klinis atau asimtomatik pada cairan
amnion dan membrannya (chorioamnionitis) dapat menyebabkan kelahiran prematur.
Produk bakteri dapat menstimulasi produksi dari mediator inflamasi lokal (interleukin 6,
prostaglandin) yang dapat menginduksi konstraksi uterus prematur atau respon inflamasi
lokal yang dapat menyebabkan ruptur membran fokal.
Terjadinya IUGR berkaitan dengan kondisi medis yang mengganggu sirkulasi dan
efisiensi dari plasenta, dengan perkembangan dan pertumbuhan dari fetus, atau dengan
kondisi kesehatan umum dan nutrisi dari ibu.
Tabel 2.2. Etiologi BBLR yang berkaitan dengan IUGR
7
Fetal
Kelainan kromosom (contoh: Autosomal trisomies)
Infeksi fetus kronis (contoh: Cytomegallovirus, herpes, Rubella kongenital, syphilis)
Anomali kongenital
Radiasi
Kehamilan kembar
Hipoplasia pankreas
Defisiensi insulin
Defisiensi insulin like growth factors
Plasenta dan Uterus
Penurunan berat dan selularitas dari plasenta
Penurunan dari area permukaan
Villous placentitis (bakteri, virus, parasit)
Infark plasenta
Tumor (chorioangioma, molahidatidosa, hemangioma)
Insersi tali pusat yang tidak normal
Uterus bikornus
Sebagian plasenta lepas
Transfusi dari kembar yang satu dengan kembar yang lain
Maternal
Toksemia
Hipertensi, penyakit ginjal, atau keduanya, diabetes mellitus.
Hipoksemia (tempat tinggal di daerah pegunungan, kardiak sianosis atau penyakit
pulmoner)
Malnutrisi atau penyakit kronis
Sickle cell anemia
Obat-obatan (narkotik, alkohol, rokok, kokain, antimetabolik)
Penyebab Lain
Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Tidak Diketahui
8
Gambaran klinik dari bayi BBLR tergantung dari tuanya umur kehamilan. Makin
muda umur kehamilan makin jelas tanda-tanda imaturitas. Karakteristik untuk bayi
BBLR adalah berat lahir sama atau kurang dari 2500 gam, panjang badan kurang atau
sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33
cm.
Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugonya banyak,
lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus. Tangisnya lemah dan jarang,
pernafasan tidak teratur dan sering terjadi apnea. Bila hal ini sering terjadi dan tiap
serangan lebih dari 20 detik maka kemungkinan timbulnya kerusakan otak yang
permanen lebih besar. Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan
kedua paha selalu abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki dalam fleksi atau lurus dan
kepala mengarah ke satu sisi.6
Reflek tonik-leher dan refleks Moro positif. Gerakan otot jarang akan tetapi lebih
baik dari bayi cukup bulan. Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama. Bayi yang
lapar akan menangis, gelisah dan menggerak-gerakkan tangannya. Bila tanda-tanda lapar
itu tidak muncul dalam 96 jam, maka harus curiga akan terjadinya perdarahan
intraventrikuler atau infeksi. Edema biasanya sudah terlihat segera sesudah lahir dan
makin bertambah jelas dalam 24-28 jam berikutnya. Kulit mengkilat, licin, pitting edema
dan edema ini dapat berpindah dengan perubahan posisi. Edema yang hebat merupakan
tanda bahaya bagi bayi tersebut. Edema ini sering berhubungan dengan perdarahan
antepartum, toksemia gravidarum, dan diabetes mellitus. Frekuensi nadi berkisar antara
100-140 kali permenit. Pada hari pertama frekuensi pernafasan 40-50 kali permenit. Pada
hari-hari berikutnya 35-45 permenit. 6,7,8
9
Umur ibu
Riwayat hari pertama haid terakir
Riwayat persalinan sebelumnya
Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
Kenaikan berat badan selama hamil
Aktivitas
Penyakit yang diderita selama hamil
Obat-obatan yang diminum selama hamil
2.5.2 Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain14:
Berat badan < 2500 gram
Bayi dapat didiagnosis BBLR jika beratnya kurang dari 2500 g. Jika penimbangan
tidak memungkinkan, dilakukan pengukuran lingkar lengan atas atau lingkar dada.8
Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan pada pertengahan lengan atas
menggunakan pita ukur. Jika lingkar lengan atas < 9,5 cm maka bayi dapat didiagnosis
BBLR. Pengukuran lingkar dada dilakukan dengan menggunakan pita pengukur lingkar
dada yang ditandai dengan angka dalam satuan sentimeter (cm), dengan ketelitian 0,1 cm
dan warna merah, kuning dan hijau. Disepanjang pita ditengahnya terdapat garis
mendatar disertai ukuran dikiri dan kanannya. Batas ambang pita:
- warna merah: < 27,0 cm
- warna kuning: 27,0 29,4 cm
- warna hijau: 29,5 cm
Arti warna pada pita adalah: warna merah artinya berat bayi setara dengan < 2000
gram, warna kuning artinya berat bayi setara dengan 2000 2499 gram, warna hijau
artinya berat bayi setara dengan 2500 gram Hasil pengukuran lingkar dada dengan
warna merah dan kuning mengindikasikan bahwa bayi menderita BBLR.
Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).
Pada pemeriksaan fisik, bayi tampak lebih kecil dari bayi-bayi yang lahir normal,
pergerakan kurang dan masih lemah, kepala lebih besar daripada badan. Pada kulit dan
10
kelamin dijumpai kulit tipis dan transparan sehingga pembuluh-pembuluh darahnya
mudah dilihat dan lanugo banyak, rambut halus dan tipis, genitalia belum sempurna.
Pada sistim saraf dijumpai reflek moro dan reflek menghisap, menelan dan batuk belum
sempurna. Pada sistim muskuloskeletal, axifikasi tengkorakk sedikit, ubun-ubun dan
sutura lebar, tulang-tulang rawan elastis kurang, otot-otot hipotonik, tungkai abduksi,
sendi lutut dan kaki fleksi, kepala menghadap ke satu jurusan Pernafasan pada bayi
BBLR frekuensinya bervariasi karena belum teratur dan sering apneu.
2.5.3 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain14:
Pemeriksaan skor ballard
Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan
terjadi sindrom gawat nafas.
USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan 35 minggu,
dimulai pada umur 2 hari dan dilanjutkan sesuai hasil yang didapat.
11
Gambar 2.2.3.1 Maturitas Neuromuskular (Skor Ballard)8
12
Setelah didapatkan jumlah skor dari pemeriksaan neuromuskuler dan maturasi
fisik, maka kedua skor itu dijumlahkan. Hasil penjumlahan tersebut dicocokkan dengan
tabel nilai kematangan (disamping kanan), sehingga didapatkan usia kehamilan dalam
minggu. Kemudian dengan menggunakan grafik dari Battaglia f dan Lubchenco (gambar
2.2.3.3) dicari titik perpotongan antara umur kehamilan yang kita dapatkan dengan berat
badan lahir bayi, sehingga didapat interpretasi apakah bayi tersebut Besar Masa
Kehamilan (BMK), Sesuai Masa Kehamilan (SMK), atau Kecil Masa Kehamilan
(KMK).7,8
13
Popliteal angle : Bayi tidur terlentang, paha dipegang sedemikian rupa
sehingga terdapat posisi lutut-datar (knee-chest
position). Setelah itu dilakukan ekstensi tungkai bawah,
ukurlah sudut dibawah lutut tersebut.
Scarf sign : Posisi terlentang, peganglah salah satu lengan bayi dan
usahakan tangan tersebut mencapai leher posterior dari
bahu sisi lainnya. Angkat dan geserlah siku bayi diatas
dadanya dan lihat sampai dimana siku tersebut dapat
digeser. Makin muda bayi makin mudah menggeser
sikunya melewati garis tengah kesisilain.
Heal to hear : Posisi terlentang, gerakkan kaki bayi ke telinga dari sisi
yang sama. Perhatikan jarak yang tidak mencapai
telinga dan ekstensi lutut.
2. 6. Komplikasi
Imaturitas cenderung untuk meningkatkan derajat keparahan namun menghilangkan
gejala khas dari manifestasi klinis penyakit-penyakit neonatus dengan BBLR pada
umumnya. Diantara neonatus dengan BBLR, angka morbiditas adalah kebalikan
jumlahnya dengan berat badan ketika lahir. Makin tinggi berat badan lahir, makin rendah
angka morbiditasnya. Sindrom distress pernafasan tecatat pada 80 % neonatus dengan
berat 501-750 gram. Sebesar 65 % pada yang beratnya 751-1000 gram. 45 % pada berat
antara 1.001-1.250 gram. Dan sebesar 25 % pada berat antara 1.251-1.500 gram.
Pendarahan intraventrikuler yang parah terdapat pada sekitar 25 % BBLR dengan berat
501-750 gram. 12 % pada berat 751-1.000 gam. 8 % pada berat antara 1.001-1.250 gram.
Dan 3 % pada berat antara 1.251-1.500 gram. Secara keseluruhan risiko late sepsis
(24%), pendarahan intraventrikuler berat (11%), nekrotizing enterokolitis (7%). 6
Perdarahan intraventrikular atau perdarahan periventrikular adalah komplikasi
yang mengenai otak. Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral biasanya disebabkan
oleh anoksia otak. Sebagian besar perdarahan seperti ini dapat sembuh dengan sendirinya
dengan hanya sedikit masalah. Perdarahan yang lebih parah dapat menyebabkan ventrikel
otak mengembang dan menekan jaringan otak di sekitarnya. Drainase harus dilakukan
14
untuk kasus yang berat, sedangkan untuk kasus yang lebih ringan dapat diatasi dengan
pemberian obat untuk mengurangi penumpukan cairan.6
Bayi yang lahir prematur biasanya mengalami kekurangan surfaktan pada
parunya, sehingga alveolus dalam paru menjadi kolaps. Hal ini mengakibatkan bayi sulit
bernapas dan mengalami asfiksia. Respiratory Dystress Syndrome (RDS) atau yang
disebut juga Penyakit Membran Hyalin (PMH) adalah komplikasi pada saluran napas
yang umum dialami BBLR. PMH saat ini dapat diatasi dengan terapi penggantian
surfaktan (surfactant replacement theraphy).7,10
Angka kejadian penyakit mempunyai kaitan erat dengan riwayat kehamilan dan
persalinan. Kejadian penyakit akan meningkat pada bayi lahir kurang bulan (masa gestasi
kurang dari 34 minggu). Partus presipitatus yang menyertai perdarahan ibu, asfiksia, ibu
penderita diabetes. Disamping itu terdapat beberapa faktor kehamilan yang dianggap
dapat menurunkan kejadian penyakit membran hialin dalam hal ini ibu yang mendapat
pengobatan steroid saat hamil. PMH terutama terjadi pada bayi prematur. Insidensinya
berbanding terbalik dengan umur kehamilan dan berat badannya. PMH ini 60 80%
terjadi pada bayi yang umur kehamilannya kurang dari 28 minggu, 15 30% pada bayi
antara 32 dan 36 minggu, 5% pada bayi lebih dari 37 minggu dan jarang pada bayi cukup
bulan. Kenaikan frekuensi dihubungkan dengan bayi dari ibu diabetes, kehamilan
kembar, persalinan dengan seksio sesaria, persalinan cepat, asfiksia, stress dingin, ada
riwayat bayi sebelumnya terkena insiden tertinggi pada bayi preterm laki-laki atau kulit
putih.
PMH disebut juga Respiratory Distress Syndrome (RDS), hal ini adalah salah satu
problem dari bayi prematur menyebabkan bayi membutuhkan ekstra oksigen untuk
membantu hidupnya. Pada penyakit membran hialin dapat menyebabkan hipoksia yang
menimbulkan kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolus. Kerusakan ini
menyebabkan terjadinya transudasi ke dalam alveolus dan terbentuk fibrin. Fibrin
bersama-sama dengan jaringan epitel yang nekrotik membentuk suatu lapisan yang
disebut membran hialin.
Kelainan dianggap terjadi karena faktor pertumbuhan atau pematangan paru yang
belum sempurna antara lain: bayi prematur, terutama bila ibu menderita gangguan perfusi
darah uterus selama kehamilan, misalnya ibu dengan diabetes, toxemia, hipotensi, SC,
15
perdarahan antepartum, sebelumnya melahirkan bayi dengan PMH. Penyakit membran
hialin diperberat dengan asfiksia pada perinatal, hipotensi, infeksi, bayi kembar.
Pada bayi dengan BBLR yang lahir prematur, organ-organ dalam tubuhnya belum
berkembang sempurna, termasuk organ hepar yang penting dalam metabolisme bilirubin.
Akibatnya konjugasi dan eliminasi bilirubin menjadi terganggu, sehingga banyak
bilirubin yang beredar dalam darahnya. Akibatnya terjadilah ikterus pada bayi. Jika
bilirubin bebas yang tidak terkonjugasi tersebut menembus sawar darah-otak, dan
menyebar ke ganglia basalis, pons dan cerrebelum, dan terjadilah kernikterus. Bayi
dengan kernikterus yang dapat bertahan hidup akan mengalami kecacatan berupa tuli,
retardasi mental atau sereberal palsi.10
Seperti telah dijelaskan di atas, pada bayi dengan BBLR terutama yang lahir
prematur sistem imunnya belum berkembang dengan sempurna. Akibatnya bayi seperti
ini mudah terserang infeksi, dan infeksi tersebut mudah berkembang menjadi sepsis.
Problem klinis yang berkaitan dengan BBLR tersaji pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Problema neonatus yang berkaitan dengan BBLR
Pernafasan
Respiratory distress syndrome (Hyaline membran disease)*
Bronchopulmonary displasia
Pneumothorax, pneumomediastinum, interstitial emphysema
Pneumonia kongenital
Hipoplasia pulmoner
Apnea*
Kardiovaskular
Patent ductus arteriosus*
Hipotensi, hipertensi
Bradikardi (dengan apnea)*
Malformasi kongenital
Hematologi
Anemia
Hiperbilirubinemia indirek*
Perdarahan subkutan, organ (hepar, adrenal)*
Disseminated intravascular coagulopathy
16
Defisiensi vitamin K
Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal yang jelek, motilitas jelek*
Necrotizing enterocolitis
Hiperbilirubinemia direk dan indirek
Metabolik-endokrin
Hipokalsemia*
Hipoglikemia*
Hiperglikemia*
Metabolik asidosis
Hipotermi*
Kadar tiroksin rendah
Sistem saraf pusat
Perdarahan intraventrikel
Kejang-kejang
Retinopati
Ketulian
Hipotoni*
Malformasi kongenital
Kern ikterus
Ginjal
Hiponatremi
Hipernatremi
Hiperkalemi
Renal tubular asidosis
* sering terjadi
1. Asfiksia
Asfiksia intrapartum sering terjadi pada bayi kecil masa kehamilan, karena bayi ini tidak
mendapatkan nutrisi dari plasenta secara adekuat hingga akhir masa intra uteri. Sehingga
tidak ada makanan glukosa dari ibu, persediaan karbohidrat rendah, dan oksigenasi
terbatas. Asfiksia ini berhubungan dengan gangguan perkembangan lebih lanjut pada bayi
kecil masa kehamilan.
2. Kesukaran pernapasan
17
Bayi dengan pertumbuhan yang asimetri baik yang aterm maupun yang mendekati aterm
cenderung mengalami aspirasi cairan amnion yang disebabkan oleh asfiksia antenatal dan
gawat janin sekunder. Mekonium sering teraspirasi selama kelahiran dan persalinan
sehingga terjadi distress pernapasan (meconium aspiration Syndrome).
3. Sirkulasi janin yang persisten
Sirkulasi janin yang persisten paling sering terjadi pada bayi dengan retardasi
pertumbuhan yang asimetri, terutama yang mengalami asfiksia perinatal, dan aspirasi
mekonium yang berat.
4. Hipoglikemia
Hipoglikemia sering terjadi pada ibu yang menderita Diabetes melitus, bayi Kecil masa
kehamilan, dan bayi prematur kecil yang mengalami distress. Hipoglikemia terjadi pada
12 jam kehidupan pertama, tetapi mungkin terjadi dalam 48 jam. Hipoglikemia terjadi
karena kecepatan metabolisme pada bayi Kecil masa kehamilan tinggi serta persediaan
glukosa yang memang sedikit dan cenderung cepat habis.
5. Termoregulasi
Bayi kecil masa kehamilan sering mengalami gangguan mempertahankan suhu tubuh,
oleh karena persediaan karbohidratnya sedikit, respon terhadap glukoneogenesis dan
asam amino masih kurang, kandungan lemaknya kurang, dan metabolisme terganggu.
6. Polisitemia
Penyebab polisitemia belum jelas tetapi diperkirakan disebabkan oleh hipoksia sebagai
akibat fungsi plasenta yang jelek.
7. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital sering terjadi diantara bayi-bayi yang tumbuh lambat dari pada bayi-
bayi yang tumbuh sesuai dengan umur kehamilan. Bayi yang mengalami retardasi
pertumbuhan yang simetri mempunyai kejadian kelainan kongenital paling besar. Bayi
kecil masa kehamilan mempunyai frekuensi anomali kongenital 10-20 kali lebih besar
dari pada bayi yang sesuai dengan umur kehamilan.
8. Status Imun
Konsentrasi Imunoglobulin serum sebagai mekanisme pertahanan tubuh sangat rendah
pada bayi kecil masa kehamilan aterm dibandingkan dengan neonatus yang sesuai dengan
18
masa kehamilan aterm. Hal ini disebabkan oleh karena fungsi plasenta buruk pada bayi
yang mengalami retardasi pertumbuhan intra uteri.
Permasalahan Jangka Panjang Bayi Kecil Masa Kehamilan
1. Pertumbuhan post natal
Bayi kecil masa kehamilan mempunyai resiko tinggi mengalami gangguan
pertumbuhan post natal dan mengalami gangguan neurologis dan perkembangan. Bagi
bayi yang dilahirkan sangat kecil dan mengalami retardasi pertumbuhan simetri memiliki
kecepatan pertumbuhan paling rendah selama satu tahun kehidupan pertamanya.
Bayi kecil masa kehamilan asimetri tidak mangalami penurunan berat badan
seperti yang diantisipasi pada saat lahir, setelah berat badan stabil, berat badan mereka
naik dengan cepat. Pada usia 3 bulan berat badan mereka sebagian besar sudah tidak
berbeda dengan bayi yang sesuai dengan masa kehamilan yang seusia. Sedangkan bayi
kecil masa kehamilan simetri yang tumbuh lambat dalam hal tinggi badan, berat badan,
dan lingkar kepala memiliki kecenderungan untuk tidak dapat mencapai kejar tumbuh
disetiap parameter tersebut.
Mayoritas bayi tersebut tetap berukuran kecil bahkan setelah 4 dan 6 tahun
dilahirkan. Jika kejar tumbuh tidak terjadi sampai usia 3 tahun, anak ini cenderunt tetap
berukuran kecil.
2. Kepandaian
Potensi kerusakan permanen fungsi otak mengiringi retardasi pertumbuhan simetris
karena kurangnya pertumbuhan kepala, secara tidak langsung berarti juga pertumbuhan
otaknya buruk. Biasanya bayi mikrocephali memiliki banyak masalah dibidang kognitif,
bahasa, pendengaran, fungsi motorik, konsenterasi dan tingkah laku.
3. Mortalitas
Resiko kematian bayi baru lahir berhubungan dengan berat badan lahir dan umur
kehamilan. Mortalitas semua kelompok umur meningkat sejalan dengan penurunan berat
badan.
19
Asfiksia perinatal adalah salah satu komplikasi utama kelahiran kurang bulan, karena itu
dianjurkan agar bayi dengan masa gestasi kurang dari 31 minggu segera dilakukan
intubasi trakea dan stabilitas saluran napas dengan tekanan positif kontinyu.
Distress pernapasan pada penyakit membran hialin terjadi karena kekurangan surfaktan
dan apnea disebabkan oleh karena imaturitas mekanisme dalam mengatur pernapasan.
Selain itu juga mempunyai resiko terjadinya displasia bronko pulmoner.
2. Perdarahan intra kranial
Kejadian perdarahan periventrikuler terjadi karena rupturnya pembuluh darah sub
ependimal atau lapisan germinal pada bagian bawah kepala yang berasal dari nukleus
kaudatus didepan foramen Monro.
3. Kardiovaskuler
Pada bayi prematur tekanan darah sistemik agak labil dan mudah terjadi hipotensi. Pada
keadaan hipotensi perlu dilakukan koreksi dengan hati-hati agar aliran darah serebral
tetap adekuat untuk mencegah hipoksia otak.
4. Hematologi
Kejadian anemia oleh karena kehilangan darah peri, post natal atau secara fisiologis. Bayi
dengan hiperbilirubinemia perlu mendapat perhatian khusus karena kadar bilirubin yang
rendah pun dapat bersifat toksik terhadap sistem saraf pusat pada bayi yang sangat
prematur.
5. Gastrointestinal
Bayi prematur memiliki resiko tinggi untuk terjadi Entero colitis Necrotikan. Penyebab
dari enterokolitis nekrotikan sendiri multifaktorial, yaitu faktor yang menyebabkan
trauma hipoksik iskemik pada saluran cerna yang masih imatur, kolonisasi bakteri
patogen, dan substrat protein yang berlebihan pada lumen.
6. Metabolism
Pada bayi prematur yang mengalami asfiksia dan sakit, biasanya terjadi gangguan
metabolisme kalsium dan glukosa.
7. Ginjal
Pada bayi prematur biasanya GFR (Glomerulo Filtrate Rate) rendah sehingga mengalami
gangguan pada ekskresi air, bahan terlarut, dan asam.
8. Pengaturan Suhu
20
Bayi prematur biasanya suhunya tidak stabil sehingga sangat mudah mengalami
hipotermi dan hipertermi. Stres dingin dapat meningkatkan kematian dan menghambat
pertumbuhan, sedangkan hipertermi dapat menimbulkan apneu.
9. Imunologi
Pada bayi prematur respon imun mengalami defisiensi baik humoral, maupun seluler.
Hal itu menyebabkan bayi prematur rentan terhadap infeksi.
Permasalahan Jangka Panjang Bayi Prematur
1. Gangguan Perkembangan
Gangguan perkembangan/kecacatan dapat berupa
Palsi serebral tipe diplegia spastik, hemiplegia spastik, kuadriplegia spastik,
retardasi perkembangan, dan hidrosefalus.
Disfungsi serebral minimal yang meliputi gangguan berbicara, gangguan belajar,
hiperaktif, gangguan perhatian, perilaku, dll.
Gangguan sensoris seperti gangguan pendengaran dan penglihatan.
2. Retinopati prematuritas
Pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi menyebabkan spasme pembuluh darah
imatur di retina perifer. Penyempitan pembuluh darah ini awalnya dapat pulih kembali,
namun setelah pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi selama 10-15 jam,
pembuluh darah akan menutup secara menetap.
3. Gangguan pertumbuhan
4. Penyakit Paru Kronis
Pada bayi prematur kelainan sistem pernapasan disebabkan karena penyakit membran
hialin, hipertensi pulmonal, perdarahan dan odem paru, dan displasia bronko pulmonal.
5. Kejadian Kelainan Kongenital Meningkat
Kelainan kongenital yang dimaksud biasanya dihubungkan dengan kelainan pada masa
perkembangan susunan saraf pusat. Seperti anensefali, agenesis korpuskalosum,
mikrosefali, megaensefali, dll.5,6,7
21
tipis sehingga mudah terserang hipotermi bahkan saat suhu udara tidak terlalu rendah.
Karena sifatnya yang sangat rentan tersebut maka penatalaksanaan bayi dengan BBLR
harus dilakukan dengan hati-hati.
Bayi dibersihkan dengan menggunakan kain lembut yang bersih dan kering segera
setelah BBLR dilahirkan. Agar tidak terjadi hipotermi, bayi tidak boleh dimandikan tiga
sampai tujuh hari atau paling tidak hingga bayi menunjukkan kondisi yang lebih kuat.
Bayi cukup dibersihkan dengan kain bersih dan diolesi minyak telon agar tubuhnya
hangat. Bayi hendaknya diletakkan di ruangan yang memiliki penghangat atau bila tidak
memungkinkan, suhu badan bayi dapat dijaga dengan meletakkan botol-botol berisi air
hangat yang ditutup rapat dan dibungkus dengan kain di sekitar tubuh bayi.
Karena BBLR lebih mudah terserang infeksi dibandingkan bayi normal, maka
pemotongan dan perawatan tali pusat harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan steril.
Bayi harus diberikan ASI sesering mungkin untuk meningkatkan berat badan bayi dengan
cepat, tapi tetap tidak boleh berlebihan. Pemberian ASI bisa dilakukan setiap 2-3 kali
pada pagi, siang, sore dan malam hari. Bayi dengan BBLR yang lahir prematur harus
dirawat dalam inkubator.Jika bayi dengan BBLR mengalami komplikasi maka harus
diberikan perawatan tambahan untuk mengatasi komplikasi yang terjadi.9
a. Medikamentosa17
Pemberian vitamin K1:
Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur
22
Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara
apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling
kurang sehari sekali.
2. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3
hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
3. Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut:
a. Berat lahir 1750 2500 gram
- Bayi Sehat
Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih
mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering
(contoh; setiap 2 jam) bila perlu.
Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
- Bayi Sakit
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan
23
sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu
tanpa terbatuk atau tersedak.
b. Berat lahir 1500-1749 gram
- Bayi Sehat
Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
IV secara perlahan.
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi
bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
24
Beri ASI peras melalui pipa lambung
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap
kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
25
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator
atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai
petunjuk.
Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,
Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
26
matang. Untuk memacu kematangan paru dapat dipertimbangkan pemberian
kortikosteroid pada bayi prenatal (2 hari sebelum dilahirkan).
2. Selama Persalinan
Sebaiknya perawatan bayi kecil masa kehamilan di RS yang memiliki pusat perawatan
berisiko tinggi. Pada proses pertolongannya lebig difokuskan pada masalah yang timbul
seperti fetal distres, aspirasi mukonium, hiopksia, dan kehilangan panas.
3. Di Tempat Perawatan
Pada pemeriksaan bayi baru lahir yang perlu diperhatikan adalah periksa kemungkinan
faktor penyebab seperti apakah ada kemungkinan kelainan kromosom, malformasi,
infeksi kongenital. Selain itu dalam pemeriksaan fisik perlu diperiksa panjang badan,
berat badan, dan lingkar kepala.
Perlu juga pemeriksaan kelainan pada plasenta seperti infeksi kongenital atau
infark. Pengamatan komplikasi yang timbul perlu dilakukan pada bayi dengan
pertumbuhan, yang meliputi kelainan kongenital, distres pernapasan, aspirasi mekonium,
perdarahan paru, hipertensi pulmonal persisten, hipotermi, hipokalsemia, hiponatermia,
polisitemia.
Pemeriksaan kadar gula darah dengan dekstrostix atau di laboratorium. Bila
terbukti adanya hipoglikemia harus segera diatasi. Pemeriksaan hematokrit dan
mengobati hiperviskositasnya.
Dapat dipertimbangkan pemberian Aminophillin pada bayi BBLR 1 hari setelah
lahir untuk lebih mematangkan paru, selain melalui pemberian kortikosterioid 2x24 jam
sebelum ibu melahirkan.
Perawatan khusus meliputi pemberian minum. Amati pemberian minum 1 jam
setelah lahir dengan glukosa 5% dan air. Kemudian lanjutkan dengan pemberian ASI/
susu formula tiap 2-3 jam. Apabila pemberian minum peroral belum bisa, maka dapat
diberikan personde atau intravena. Apabila terjadi depresi pernapasan maka bayi hanya
diberikan cairan intravena selama 1-2 hari. Dimana bayi kecil masa kehamilan
memerlukan lebih banyak kalori per Kg BB dibandingkan dengan bayi yang sesuai masa
kehamilan. Selain itu kadar glukosa sebaiknya diperiksa tiap 2-4 jam sambil stabil. Jika
perlu melakukan tracheal washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi
mukonium6,7
27
2.7.2. Penatalaksanaan Bayi Prematur
1. Segera setelah lahir
Penatalaksanaan bayi prematur segera setelah lahir hendaknya dilakukan di RS yang
mempunyai fasilitas perawatan bayi prematur dan staf yang berpengalaman. Perlunya
suatu antisipasi dan pencegahan terjadinya gangguan napas, pemberian oksigan, dan
menjaga agar tubuh bayi tetap stabil, merupakan tujuan perawatan post natal.
2. Perawatan neonatus
Suhu lingkungan hendaknya dipertahankan pada batas dimana konsumsi oksigan menjadi
minimal. Untuk mempertahankan suhu tubuh dapat dilakukan dengan inkubator. Suhu
untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 derajat celsius. Dan untuk bayi
dengan berat badan 2-2,5 Kg 34 derajat celsius, agar ia dapat mempertahankan panas
badan yang berkisar 37 derajat celsius. Sumber panas yang lain dapat dilakukan dengan
metode kangguru.
Terapi oksigen dan ventilator diperlukan pada bayi prematur untuk
mempertahankan kecukupan kadar oksigen.
Terapi cairan dan elektrolit diperlukan bayi prematur karena ketidak mampuan
bayi prematur untuk menghisap dan menelan secara efektif. Oleh sebab itu diperlukan
enteral feeding dengan cara sonde atau nutrisi parenteral. Kebutuhan protein 3-5 g/hari
dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan dapat bertambah sebaik-baiknya.
Pemberian minum dilakukan waktu bayi berumur 3 jam pertama agar bayi tidak
menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.
Sebelum pemberian minum yang pertama harus dilakukan pengisapan cairan
lambung. Hal itu perlu untuk mengetahui ada atu tidaknya atresia esofagus dan mencegah
muntah. Pengisapan cairan lambung juga dilakukan pada setiap sebelum pemberian
minum berikutnya. Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya. Bila daya isap
cukup baik, maka pemberian ASI dilanjutkan.
Oleh karena mudahnya terjadi regurgitasi dan pneumoni aspirasi pada bayi
BBLR, maka harus diperhatikan pada pemberian minum tersebut:
1. Bayi diletakkan pada sisi kanan untuk membantu mengosongkan lambung, atu
dalam posisi setengah duduk dipangkuan atau dengan meninggikan kepala dan
bahu 30 derajat ditempat tidur bayi, atau tidur tengkurap.
28
2. Sebelum susu diberikan, teteskan dahulu di punggung tangan untuk merasakan
apakah susu cukup hangat dan apakah keluarnya satu tetes dalam tiap detik.
3. Pada bayi minum perlu diperhatikan apakah bayi menjadi biru, ada gangguan
pernapasan atau perut kembung.
4. Untuk mencegah perut kembung bayi diberikan minum sedikit demi sedikit
dengan perlahan-lahan dan hati-hati. Penambahan susu setiap kali minum tak
boleh lebih dari 30 ml perhari atau tidak boleh lebih dari 5 ml perkali.
5. Sesudah minum bayi perlu didudukan atau diletakkan diatas pundak selama 10-15
menit untuk mengeluarkan udara dilambung dan kemudian ditidurkan dalam
posisi tengkurap. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi regurgitasi
6. Bila bayi biru atau mengalami kesukaran dalam bernapas pada waktu minum,
maka kepala bayi harus segera direndahkan 30 derajat, cairan mulut dan faring
diisap. Bila masih kesulitan bernapas beri oksigen dan pernapasan buatan. Kalo
perlu dilakukan resusitasi / intubasi endotrakeal.
Kadang-kadang diperlukan pemberian makanan melalui kateter. Sebaiknya dipakai
kateter dari polietilen yang dapat ditinggal dilambung selama 4-5 hari tanpa iritasi.
Kateter dari karet mudah terjadi infeksi dan iritasi.
Fototerapi dapat dilakukan pada keadaan bayi prematur dengan hiperbilirubinemia
dan pemberian antibiotika profilaktik diindikasikan pada bayi prematur yang mempunyai
resiko tinggi mengalami infeksi.5,6,7
b. Tumbuh kembang
Pantau berat badan bayi secara periodik
Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk
bayi dengan berat lair 1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500>
29
Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat
2.9 Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan (3):
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Pada ibu hamil dianjurkan
mengkonsumsi diet seimbang serat dan rendah lemak, kalori yang cukup, vitamin,
dan mineral termasuk 400 mikrogram vitamin B asam folat setiap hari. Penambahan
berat badan yang sehat selama kehamilan sekitar 12,5 sampai 15 kilogram. Selain itu
ibu hamil perlu menghindari merokok atau asap rokok dan konsumsi alkohol.
30
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,
tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar
mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat
(20-34 tahun)
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama Bayi : Putri Arini Dewa Ayu
Nama Ibu :
Nama Ayah :
Alamat : Jl. Nusantara no 64 Bangli
MRS : 11 Mei 2009 Pkl.14.30 WITA
31
TP : 2-6-2008
Perdarahan :-
Keputihan :-
Nyeri saat BAK :-
Gerak Janin :+
V. Diagnosa Ibu
G1P0000 36-37 minggu T/H + KPD Primi Tua
32
VII. Pemeriksaan Fisik
Status Present
ATR dan TGS : cukup
HR : 148 kali/menit
RR : 40 kali/menit
Status Generalis
Kepala : Normocephali, caput +, cephal hematom -, rambut hitam kokoh
Mata : an -/-, ikt -/-, Rp +/+ isokor
THT : NCH (-), sianosis (-)
Pinna memegas sempurna
Heliks teraba penuh
Thorax
Cor : S1S2 normal, regular, murmur (-)
Po : simetris +, retraksi (-)
BV+/+, Rh-/-, Wh-/-
Abdomen : Distensi (-) BU (+) N
H/L ttb
Tali pusat : segar
Ekstremitas : Hangat +, sianosis -, edema -, tonus otot (+)
Genitalia : Testis teraba, rugae (+)
Apgar Score : 7-8
IX. Diagnosis
Neonatus Kurang Bulan + BBLR (SMK)
X. Penatalaksanaan
Bayi lahir spontan dan segera menangis
Hangatkan di bawah Radiant Heater
Atur posisi dan bersihkan jalan nafas (suction) O2 aliran bebas
33
Keringkan dan rangsang taktil HR 140 x/menit, RR 40 x/menit, akral sianosis
(-)
Rawat tali pusat
Injeksi vit K 1 mg i.m
Evaluasi refleks isap (+) cukup
ASI on demand
K/p pasang sonde
34
Ass: Neonatus Kurang Bulan + BBLR (SMK) +
Respiratory Distress Syndrome ec. susp HMD dd/ early
onset sepsis
Masalah :
- Mx :
35
- Prematur dengan BBLR Vs
- Distress nafas tanda gagal nafas
- Puasa
Masalah :
- Mx :
- Prematur dengan BBLR
Vs
- Distress nafas
tanda gagal nafas
- Puasa
-
29/8/08 - Puasa
Hari ke6 O : KU lemah, sesak +, O2 headbox 5 lt/menit - Keb cairan
HR : 128 x/menit 100cc/kgBB/hr ~
RR : 54 x/menit 160cc/hr + 15%
Tax : 37,2 0C ~ 184cc/hr
Sat O2 : 98 % - Albumin
maintenance1
BS stik pk 07.00 : 33 mg/dl bolus D10 % 3,2 cc gr/kgBB/hr ~ 8
BS stik pk 08.00 : 83 mg/dl cc/hr
BS stik pk 18.00 : 68 mg/dl - D 10%
120cc/hr + Ca
Glukonas 3,2 cc
Ass: N. preterm + asfiksia berat + BBLR (SMK) + RDS ~ 123cc/hr ~ 5tts
/menit
susp HMD dd/ Sepsis early onset
- Be nutrion
40 cc/kgBB/hr ~
64 cc/hr
Masalah :
- Cefotaxim
- Distress nafas
2x 80 mg (iv) ~
- Hipoalbumin
(hari ke 6)
- Puasa
- O2
- Hiperbilirubinemia (ikterus kramer IV-V)
headbox
5lt/menit
- Foto
therapy 3x24 jam
(II)
- Mx :
37
Vs
tanda gagal nafas
30/8/08 - Puasa
Hari ke7 O : KU lemah, sesak +, O2 nasal 2 lt/menit - Keb cairan
HR : 126 x/menit 100cc/kgBB/hr ~
RR : 56 x/menit 160cc/hr + 15%
Tax : 37,4 0C ~ 184cc/hr
Sat O2 : 100 % - Albumin
maintenance1
BS stik pk 06.00 : 84 mg/dl gr/kgBB/hr ~ 8
cc/hr
AGD (pk05.05): - D 10%
PH = 7,47 120cc/hr + Ca
PCO2 = 37 Glukonas 3,2 cc
PO2 = 180 O2 nasal 2 lt/mnt ~ 123cc/hr ~ 5tts
HCO3 = -26,9 /menit
BE = -0,2 - Be nutrion
Sat O2 = 100 % 40 cc/kgBB/hr ~
64 cc/hr
Ass: N. preterm + asfiksia berat + BBLR (SMK) + RDS- TF 1cc @
6jam
susp HMD dd/ Sepsis early onset
- Cefotaxim
Masalah : 2x 80 mg (iv) ~
- Distress nafas (hari ke 7)
- Hiperbilirubinemia - O2
- Odem headbox
- Residu banyak puasa 5lt/menit
- Foto
therapy 3x24 jam
Dipasang ventilator, HR : < 100 x/ menit (III)
Drip Dopamin 30 g/kgBB/menit
70g/menit~70 g masukkan dalam NaCl 0,9% 50
cc - Mx :
Dengan kecepatan 0,7 cc/menit Vs
tanda gagal nafas
38
20.00 Tax : 36,7 0C 160cc/hr + 15%
Sat O2 : 89 % ~ 184cc/hr
- Albumin
BS stik pk 06.00 : 120 mg/dl maintenance1
BS stik pk 19.00 : 111 mg/dl gr/kgBB/hr ~ 8
BS stik pk 05.30 : 35 mg/dl cc/hr
- D 10%
AGD: 110cc/hr + Ca
PH = 7,47 Glukonas 2 cc ~
PCO2 = 37 5tts /menit
PO2 = 180 O2 nasal 2 lt/mnt - Be nutrion
HCO3 = -26,9 40 cc/kgBB/hr ~
BE = -0,2 64 cc/hr
Sat O2 = 100 % - TF 1cc @
6jam
Hasil Blood Culture: - Cefotaxim
Chloramphenicol : S 3x 80 mg (iv) ~
Gentamycin : R (hari ke 8)
Tetrasiklin I - O2 nasal1
Trimetoprim : S lt/menit
Ciprofloksasin: I - Foto
Nalidixic acid : R therapy 3x24 jam
Ceftazidime : I (III)
Piperacilline : S
- Pdx
Ass: N. preterm + asfiksia berat + BBLR (SMK) + RDS Besok HVD
ulang
susp HMD dd/ Sepsis early onset
Pk
03.00 Masalah :
- Distress nafas - Mx :
- Instabilitas suhu Vs
- Hiperbilirubinemia tanda gagal nafas
- Odem tungkai
- Residu banyak puasa (kemarin)
39
01/09/2 HR: 80 x/menit - Puasa
008 RR :60 x/menit - Kebutuha
Tax : 33,40C n Cairan
Sat O2 : 90% 60cc/hr~100
cc/hr
AGD : - Albumin
PH = 6,9555 maintenance
PCO2 = 18,6 10cc
PO2 = 244,6 D12,5 % 80 cc (2
HCO3 = -4,7 cc Ca gluk + 2cc
BE = -24,8 KCl) ~ 4 tts/mnt
Sat O2 = 99,1 %
- Pdx:
Ass : Asisosis metabolik terkompensasi asidosis - Foto
respiratorik thorax 3x24 jam
(III)
- Mx :
Masalah : Vs
- Edema tanda gagal nafas
- Hepatosplenomegali
- Kolestasis -
- Apnoe of prematurity
- Septic work-up ulang
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Prematurebirth.Wikipedia.http://en.wikipedia.org/w/index.php?
title=Premature_birth. (Diakses 10 Mei 2009)
2. Lubis, S. Status Gixi Ibu Hamil serta Pengaruhnya terhadap Bayi yang
Dilahirkan, http://rudyct.topcities.com/pps702_71034/zulhaida_lubis.htm. Last
updated: Nov, 2003. (Diakses 10 Mei 2009)
3. Pratoom H The Development of the Kangaroo Mother Care (KMC) Global and
National Perspectives. http://www.sehat2010.com. Last update: March 2003.
(Diakses 15 Mei 2009)
6. Rachma, F.B. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah, dalam: Buku Teks Ilmu
Kebidanan, Edisi ke 3, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2002: 771-784
9. Pratoom H The Development of the Kangaroo Mother Care (KMC) Global and
National Perspectives. http://www.sehat2010.com. Last update: March 2003.
(Diakses 17 Mei 2009)
41
13. MacClure, Peter. Hyaline Membrane Disease.
http://www.emedicine.com/topic350_files/adservice.htm. Last Updated: September
23, 2005. (Diakses 15 Mei 2009)
15. Sitohang, Nur Asnah. Asuhan Keperawatan pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah.
http://library.usu.ac.id/download/fk/04006076.pdf. Last Updated: 2006. (Diakses 15
Mei 2009)
16. University of Pretoria. Chapter 2: The Low Birth Weight Premature Baby, Parent
eotional Reactin, Parent-Infant Interaction and Infant Development.
http://upetd.up.ac.za/thesis/available/etd-06192008-104505/unrestricted/02chapter
2b.pdf. (Diakses 15 Mei 2009)
17. Pusponegoro, Hardiono D. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I 2004.
Ikatan Dokter Anak Indonesia
42