You are on page 1of 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit gangguan metabolisme yang


disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan insulin, yang ditandai dengan hiperglikemia (ADA, 2004).

Menurut laporan Riskesdas tahun 2013, Provinsi Jawa Timur merupakan


salah satu wilayah di Indonesia dengan prevalensi penderita DM sebesar 2,1%
(Riskesdas 2013). Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur (2012) berdasarkan 10 pola penyakit terbanyak pada pasien
rawat jalan di rumah sakit tipe B diabetes melitus merupakan penyakit terbanyak
nomor dua setelah hipertensi yakni sebanyak 102.399 kasus.

DM dapat disebut juga dengan the silent killer sebab penyakit ini dapat
menyerang beberapa organ tubuh dan mengakibatkan berbagai macam keluhan.
DM tidak dapat disembuhkan tetapi glukosa darah dapat dikendalikan melalu 4
pilar penatalaksanaan DM seperti edukasi, diet, olah raga dan obat-obatan.
Pengelolaan DM yang tidak dilakukkan dengan baik, terutama pengendalian kadar
gula darah dapat menimbulkan komplikasi. Beberapa penyakit yang dapat
dikeluhkan akibat dari DM seperti gangguan penglihatan, katarak, penyakit
jantung, gangguan ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk
(gangren), infeksi paru dan sebagainya. Tidak jarang penyakit DM dapat
mengakibatkan kecacatan akibat terjadi pembusukan pada organ tubuh (Depkes,
2005). Selain komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat tidak terkendalinya
glukosa darah, penderita DM tipe 2 dengan glukosa darah puasa yang tidak
terkendali merupakan penyebab risiko kematian akibat penyakit kardivaskuler
tertinggi (Kaptoge et al, 2011; Sacks et al, 2002).

Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita
Diabetes mellitus berjenis kelamin laki-laki berusia 52 tahun, yang berada di
wilayah puskesmas Barengkrajan, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, dengan
1
berbagai masalah yang dihadapi. Mengingat kasus ini banyak ditemukan di
masyarakat khususnya di daerah Puskesmas Barengkrajan. Penyakit Diabetes
mellitus hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama yang menjadi
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena memiliki insidensi dan
mortalitas yang cukup tinggi.

Hal ini terutama disebabkan oleh permasalahan seperti masih kurang dan
masih minimnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit Diabetes melitus,
sehingga penting kiranya bagi penulis untuk memperlihatkan dan mencermatinya
untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah hubungan antara kehidupan sosial dan ekonomi pasien
dengan penyakit yang diderita pasien?
2. Bagaimanakah hubungan antara pelayanan kesehatan yang diterima pasien
dengan penyakit yang diderita pasien?
3. Bagaimanakah hubungan antara lingkungan sekitar pasien dengan
penyakit yang diderita pasien?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui hubungan antara kehidupan sosial dan ekonomi pasien
dengan penyakit yang diderita pasien
2. Untuk mengetahui hubungan antara pelayanan kesehatan yang diterima pasien
dengan penyakit yang diderita pasien
3. Untuk mengetahui hubungan antara lingkungan sekitar pasien dengan penyakit
yang diderita pasien
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengdentifikasi pasien sesuai yang ditetapkan pada Puskesmas.
2. Untuk mengidentifikasi kehidupan pasien dalam keluarga melalui APGAR.
3. Untuk mengidentifikasi faktor sosial ekonomi pasien melalui SCREEM.
4. Untuk mengidentifikasi faktor keturuna pasien melalui Genogram
5. Untuk mengindentifikasi faktor pelayanan kesehatan yang tersedia
6. Untuk mengidentifikasi perilaku pasien sebagai penderita gizi kurang.
7. Untuk mengidentifikasi faktor lingkungan (fisik, sosial-ekonomi, dsb.)

D. Manfaat
1. Manfaat bagi Pasien dan Keluarganya

2
Dapat meningkatkan hubungan dokter dengan pasien dan keluarganya
Dapat meningkatkan kebutuhan dan tuntutan kesehatan pada pasien.
Dapat meningkatkan kepuasan pasien untuk mendapat pelayanan semaksimal
mungkin.
2. Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan
Memudahkan pelayanan kesehatan dalam mewujudkan program pelayanan
dalam fokus layanan primer
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang terintegrasi dengan pendekatan
secara komunitas.
3. Manfaat bagi Puskesmas
Meningkatkan mutu pelayanan puskesmas khususnya dalam fokus terpadu
pada pasien
Membantu kinerja puskesmas dalam capaian upaya program pemberantasan
penyakit tidak menular khususnya pada penyakit Diabetes Mellitus.

BAB II

HASIL KUNJUNGAN

A. Status Pasien
1. Identitas Pasien

Nama : Tn. AR
Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SD

3
Agama : Islam
Alamat : Desa Barengkrajan RT/RW 06/02
Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo
Suku : Jawa
Tanggal periksa pertama ke puskesmas : 02 Agustus 2016
Tanggal Home Visit : 05 Agustus 2016

2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Lemas
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan lemas dan tidak dapat beraktifitas seperti
biasa sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai mual, kepala pusing dan sulit tidur.
Keluhan adanya penglihatan kabur disangkal dan pasien juga mengatakan akhir-
akhir ini berat badan menurun dan sering buang air kecil 5 kali sehari

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya, hipertensi(-),
alergi(-)

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan seperti pasien. Diabetes Mellitus (-),
hipertensi (-), alergi (-)

e. Riwayat Kebiasaan
- Riwayat kebersihan badan : pasien mandi 2 kali sehari.
- Riwayat olahraga : sebelum sakit pasien jarang berolahraga.
- Riwayat pengisian waktu luang: sebelum sakit pasien mengisi waktu keseharian
dengan bekerja sebagai tukang sol depatu dirumah.
- Riwayat kebiasaan: kebiasaan mengkonsumsi minum kopi 2 kali sehari.

f. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien anak ke-4 dari empat bersaudara. Pasien tinggal bersama istri, anak
pertama dan anak kedua. Pasien saat ini tinggal di daerah padat penduduk, dengan

4
kondisi rumah yang terkesan kurang rapi. Rumah berukuran 12x9 meter persegi
dan letaknya berdekatan dengan rumah tetangga. Jalan di depan rumah pasien
belum beraspal. Pasien memiliki kandang ayam yg berada di samping rumahnya.
Ventilasi rumah kurang, cahaya matahari hanya masuk dari sisi depan.
Pekerjaan pasien adalah menjadi tukang sol sepatu dirumah dengan
pendapatan berkisar Rp. 1.000.000,00 per bulan, istri pasien sebagai ibu rumah
tangga. Pengeluaran keluarga pasien berupa biaya untuk kecukupan hidup sehari-
hari seperti membeli bahan makanan, membayar tagihan listrik, dan membayar
tagihan air. Biaya hidup pasien sehari-hari ditanggung oleh suami dan anaknya.
g. Riwayat Gizi
Pasien sehari-hari tidak rutin makan 3 kali sehari dan porsi tiap kali makan
kurang cukup dengan nasi, lauk pauk seperti tahu, tempe, kerupuk dan sayuran
seperti sayur bayam. Pasien jarang mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung protein seperti daging ayam maupun ikan. Pasien jarang
mengkonsumsi buah, adapun buah yang lebih sering dikonsumsi seperti pepaya.
Kesan status gizi saat ini kurang.

h. Riwayat Pengobatan
Tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : Baik, Kesadaran Compos mentis, GCS E4V5M6, status


gizi cukup
b. Tanda Vital dan Status Gizi
Tanda Vital
Nadi : 82 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

Pernafasan : 14 x/menit

Suhu : 36,6 C (aksillar)

Tensi : 110/60 mmHg (posisi berbaring)

5
Status gizi
BB : 60 kg

TB : 163 cm

IMT : 22,6

Status Gizi cukup

c. Kulit Warna : kecoklatan, ikterik (-), sianosis (-)


d. Kepala : bentuk normal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut,
atrofi m.temporalis (-), makula (-), papula (-), nodula (-)
e. Mata : Conjuctiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-), pupil (isokor
3mm/3mm), reflek kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman),
radang/conjuctivitis/uveitis (-/-/-)
f. Hidung : Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas
hidung (-), hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)
g. Mulut : Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi
(-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-)
h. Telinga: Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-),
keadaan cuping telinga dalam batas normal
i. Tenggorokan : Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
j. Leher : JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran
kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)
k. Thoraks
Simetris (+)/(+), retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
a. Cor : I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tak kuat angkat
P : batas kiri atas :SIC II 1 cm lateral LPSS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral LMCS
batas kanan bawah :SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
A: BJ III intensitas normal, regular, bising (-)
b. Pulmo: statis (depan dan belakang)
I: pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P: fremitus raba dada kanan sama dengan kiri
P: sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+) Suara tambahan Rhonci (-/-), wheezing (-/-)

6
Dinamis (depan dan belakang)
I: pergerakan dada kanan sama dengan kiri
P: fremitus raba dada kanan sama dengan kiri
P: sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (-/-) Suara tambahan Rhonci (-/-), wheezing -/-
l. Abdomen
I : dinding perut sejajar dengan dinding dada

A: peristaltik (+) normal

P: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

P: timpani

m. Sistem columna vertebralis


I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

P: nyeri tekan (-)

P: Nyeri ketok Columna Vertebralis (-)

n. Ekstremitas
Akral hangat : + +
+ +

Oedem : - -
- -
o. Sistem genetalia : dalam batas normal

4. Pemeriksaan Penunjang

GDA: 650 mg/dL

5. Diagnosis

- Diagnosis Biologis

7
Diabetes Mellitus tipe 2

- Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya

Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari.

6. Penatalaksanaan
a. Diabetes Mellitus tipe 2
b. Non-farmakologis
Mengatur pola makan seperti mengganti nasi putih dengan ketang rebus,
mengurangi konsumsi makanan yang mengandung pemanis seperti minuman
botol, roti dan kue, membatasi konsumsi buah-buahan.

c. Farmakologis
Glibenclamide 1 x 5 mg

B. APGAR SCORE
ADAPTATION
Dalam menghadapi masalah selama ini penderita selalu mendapatkan
dukungan berupa nasehat dari keluarganya. Jika penderita menghadapi suatu masalah
selalu menceritakan kepada istrinya. Penyakitnya ini belakangan ini mengganggu
aktivitasnya sehari-hari karena mudah lelah sehingga tidak bisa melanjutkan pekerjaannya.
Dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan yang sering memberi penyuluhan kepada
pasien cukup memberinya motivasi mengikuti pengobatan yang disarankan. Pasien dan
keluarga yakin dengan mencoba merubah gaya hidup maka tidak akan menyebabkan
komplikasi penyakit diabetes mellitus yang lebih serius.

PARTNERSHIP
Komunikasi terjalin satu sama lain, meskipun waktu kebersamaan dirasa singkat.
Setiap ada permasalahan didiskusikan bersama dengan anggota keluarga lainnya,
komunikasi dengan suami, anak dan anggota keluarga lainnya berjalan dengan baik.

Anak kandung dan istri pasien mendukung dalam upaya pengobatan sehingga
merasa penyakitnya bukan halangan untuk melakukan aktivitas. Keluarga meyakinkannya
bahwa ia bisa sembuh kembali, komunikasi antar anggota keluarga masih berjalan dengan baik.

8
GROWTH
Tn. AR sadar bahwa ia harus bersabar menghadapi penyakitnya walaupun kadang
menganggunya terutama dalam kegiatan sehari-hari saat melakukan pekerjaannya sebagai
pembuat sepatu.

AFFECTION
Tn. AR merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan istri dan anaknya
cukup baik, bahkan perhatian yang dirasakannya bertambah. Ia menyayangi keluarganya,
begitu pula sebaliknya.

RESOLVE
Tn. AR merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan dari
keluarganya, walaupun istri dan kedua anaknya sibuk bekerja, mereka masih meluangkan
waktu untuk berkumpul bersama.

APGAR Tn. AR Terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang/tida


/selalu -kadang k
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,

9
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 8 fungsi keluarga dalam keadaan baik

Tn.AR bekerja sebagai pembuat sepatu, pekerjaannya dilakukan di rumah, namun


istri dan anak-anaknya juga bekerja sehingga pasien lebih sering di rumah sendiri. Ketika
istri dan kedua anaknya pulang pasien menyempatkan diri untuk berkomunikasi sehingga
hubungan mereka tetap terjaga baik

APGAR Ny. W Terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang/tida


/selalu -kadang k
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7, fungsi keluarga dalam keadaan cukup

Ny. W adalah seorang buruh cuci, yang berangkat bekerja pada pagi hari dan
pulang pada sore hari, sehingga membuatnya jarang menemani suaminya dirumah,

10
sesampainya dari pulang bekerja masih harus sibuk mengurusi urusan rumah tanga, sehingga
kesulitan membagi waktu bersama.

APGAR Sdr. AA Terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang/tida


/selalu -kadang k
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 8, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Sdr. AA bekerja sebagai buruh pabrik yang berangkat bekerja pagi hari dan
pulang hingga malam hari, sepulangnya dari bekerja setelah mandi dan makan biasanya
langsung beristirahat, sehingga kurang komunikasi dengan keluarganya, namun jika
terdapat masalah sdr.AA menyampaikan ke keluarganya.

APGAR Sdri. AR Terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang/tida


/selalu -kadang k
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi

11
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7, fungsi keluarga dalam keadaan cukup

Sdri. AR bekerja sebagai asisten rumah tangga di luar kota sehingga komunikasi
lebih sering di lakukan melalui telepon, namun saat ayahnya sakit sdri. AR akan
pulang ke rumah membantu menjaga ayahnya. Sehingga hubungannya dengan
keluarga tetap harmonis.

Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Tn. AR adalah 41, sehingga
rata-rata APGAR dari keluarga Tn.AR adalah 8. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi
fisiologis yang dimiliki keluarga Tn.AR dan keluarganya dalam keadaan baik.
Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut terjalin baik.

C. SRCEEM

SUMBER PATOLOGI KET


Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan
Sosial -
saudara partisipasi mereka dalam masyarakat cukup.
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat -
dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun
di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti.

12
Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan.

Religius Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran agama baik, hal


Agama menawarkan ini dapat dilihat dari pasien dan keluarga pasien senantiasa
pengalaman spiritual yang menjalankan kegiatan ibadah (sholat) tepat waktu. Dalam
-
baik untuk ketenangan beribadah pasien dan keluarga melakukannya di rumah, jika
individu yang tidak sempat sesekali pergi ke masjid terdekat dari rumah, kadang
didapatkan dari yang lain pasien mengikuti pengajian yang dilaksanakan di desa.
Ekonomi keluarga ini tergolong cukup, untuk kebutuhan
Ekonomi primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu mencukupi -
kebutuhan sekunder rencana ekonomi tidak memadai.
Pendidikan anggota keluarga kurang baik. Tingkat pendidikan
Edukasi dan pengetahuan pasien dan keluarga lainnya kurang baik. +
Sarana dan fasilitas untuk pembelajaran juga kurang memadai.
Medical Mampu menggunakan pelayanan kesehatan yang memadai.
Pelayanan kesehatan
Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya
puskesmas memberikan -
menggunakan Puskesmas. Tidak ada kendala yang berarti
perhatian khusus terhadap
untuk melakukan pengobatan ke Puskesmas
kasus penderita

Keterangan

Ekonomi (-) artinya keluarga Tn. AR tidak ada masalah dalam hal perekonomian
keluarga. Hal ini dapat dilihat dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang
terpenuhi dan dapat memenuhi kebutuhan sekunder dan tertiernya.
Religius (-) artinya Tn. AR tidak ada masalah dalam bidang agama, karena masih
tetap menjalankan perintah-Nya dengan keadaan yang ada sekarang itu membantu /
mempengaruhi ketentraman batin karena penderita dekat dengan Tuhan terutama
dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada.
Edukasi (+) artinya Tn. AR menghadapi permasalahan dalam bidang pendidikan.
Tn. AR menempuh pendidikan terakhir hanya sampai SD, sedangkan tingkat
pendidikan dan pengetahuan keluarganya yang lain masih rendah.

13
Sosial (-) artinya Tn. AR mampu bersosialisasi dengan keluarga dan tetangga serta
merasa dipedulikan oleh keluarga dan tetangganya.
Kultural (-) Tn. AR masih mampu mengikuti kegiatan-kegiatan di sekitar
lingkungannya.
Medical (-) Tn. AR memiliki kartu jaminan kesehatan sehingga penderita mudah
mendapatkan pelayanan kesehatan.

D. Genogram

Nama Kepala Keluarga : Tn. AR


Alamat lengkap : Desa Barengkrajan RT/RW 06/02 Kecamatan
Krian Kabupaten Sidoarjo
Bentuk Keluarga : Extended Family

E.Gambar 2.1 Pelayanan


Faktor GenogramKesehatan
keluarga Tn. AR
Faktor pelayanan kesehatan dalam kasus ini berkaitan dengan kurangnya
pengetahuan pasien tentang penyakit diabetes mellitus. Pasien tidak ada kendala
untuk menjangkau Puskesmas Barengkerajan, namun kurangnya informasi mengenai
penyakit diabetes mellitus sehingga pasien tidak menyadari bahwa dirinya menderita
penyakit tersebut. Pasien baru datang ke puskesmas ketika dirinya merasa berat
badannya semakin menurun dan mudah lelah saat bekerja. Karena Desa tersebut
tidak banyak kader yang memberikan penjelasan mengenai tanda-tanda penyakit
diabetes mellitus.

F. Faktor Perilaku Pasien


Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat maupun perorangan karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku
manusia itu sendiri, seperti sikap dan gaya hidup. Perilaku pasien yaitu Tn. AR

14
dalam gaya hidup, dapat dikatakan buruk, pasien kurang menjaga kesehatannya
dengan makan makanan yang tidak sehat seperti goreng-gorengan dan makanan
berlemak, disamping itu pasien memiliki kebiasaan minum kopi 2 kali sehari dan
sudah berlangsung -/+10 tahun. Pasien kurang mengkonsumsi buah-buahan dan
sayur. Pasien tidak pernah memiliki riwayat merokok, minum minuman keras
maupun menggunakan obat-obat terlarang. Pasien tidak mengetahui bahwa dirinya
menderita penyakit diabetes mellitus dan bahaya penyakit pasien bila tidak diobati.
Sikap pasien terhadap keluarganya sangat baik dan harmonis, begitu juga terhadap
masyarakat di lingkungan rumahnya. Pasien selalu menjaga hubungan baik dengan
masyarakat sekitar rumahnya dengan cara komunikasi setiap hari. Saat pasien
mengalami masalah, pasien meminta bantuan atau pendapat anggota keluarganya
untuk menemukan solusi agar masalah pasien dapat terselesaikan segera.

G. Faktor Lingkungan Pasien


1. Gambaran Lingkungan
Pasien bertempat tinggal di sebuah rumah yang memiliki ukuran 9 meter x
12 meter di Desa Barengkerajan dengan lingkungan sekitarnya yang padat penduduk.
Ditinjau dari aspek fisik lingkungan pasien, pasien tinggal di daerah yang kurang
bersih, dengan ventilasi yang kurang, akses terhadap air mudah, serta lingkungan
yang subur. Iklim di daerah lingkungan pasien sesuai dengan iklim yang terjadi di
Indonesia. Sedangkan berdasarkan aspek sosiokultural, pasien dan keluarganya
sangat menghargai budaya yang ada di sekitar mereka, hal ini dapat dilihat dari
keaktifan pasien dan keluarga yang senantiasa mengikuti acara-acara yang terkait
dengan kebudayaan dan agama seperti pengajian, hajatan, ataupun acara lainnya.
Dalam aspek pendidikan, keluarga pasien termasuk dalam kategori rendah, pasien
dan istri pasien merupakan lulusan sekolah dasar, sedangkan anak-anak pasien
lulusan SMA. Hal ini berdampak pada sulitnya pasien maupun keluarga pasien dalam
menerima informasi yang berkaitan dengan penjelasan penyakit maupun pengobatan
yang diberikan. Dari aspek ekonomi, pasien sehari-hari bekerja sebagai tukang sol
sepatu dirumah, keuangan pasien ditanggung oleh pasien dan anak-anak pasien yang
bekerja.

15
Denah Rumah

musholla
Kamar mandi
Kamar
anak
no.2
Dapur

12 meter
Ruang makan Kamar
Ruang
utama
Ruang keluarga
Kerja

Kamar
anak
no.1

9 meter

16
H. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan
faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

FAKTOR LINGKUNGAN
Tingkat pendidikan rendah

FAKTOR PERILAKU DERAJAT FAKTOR HEREDITER


Kebiasaan minum kopi 2 kali sehari KESEHATAN Tidak terdapat riwayat DM pada kelu

FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN


Kurangnya penyuluhan pada pasien dan keluarga

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Permasalahan yang ditemukan

1. Masalah aktif :
Diabetes mellitus
Diabetus mellitus adalah Suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karateristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2003).
DM yaitu kelainan metabolik akibat dari kegagalan pankreas untuk
mensekresi insulin (hormon yang responsibel terhadap pemanfaatan glukosa) secara
adekuat. Akibat yang umum adalah terjadinya hiperglikemia.

17
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau
akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart).
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan kembali
normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah
malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya
kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang
mengandung gula maupun karbohidrat lainnya.

Penyelesaian :
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk diabetes mellitus
berdasarkan perawatan dan simtoma:

1. Diabetes tipe 1

2. Diabetes tipe 2

3. Diabetes gestasional, dan menurut tahap klinis tanpa pertimbangan


patogenesis, dibuat menjadi:

Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus defisiensi peptida-C.

Insulin requiring for control diabetes. Pada tahap ini, sekresi insulin endogenus
tidak cukup untuk mencapai gejala normoglicemia, jika tidak disertai dengan
tambahan hormon dari luar tubuh.

Not insulin requiring diabetes.

2. Faktor resiko :
a. Perilaku pasien yang kurang tahu akan bahayanya penyakit diabetus mellitus.

18
Dalam kesehariannya, pasien seringkali mengabaikan tentang makanan minuman
yang dia konsumsi, pasien selalu minum kopi 2-3 kali sehari selama kurang lebih 10
tahun, pengetahuan tentang penyakit diabetes mellitus yang sangat kurang.Pasien
tidak tahu-menahu bahwa dirinya mengidap penyakit diabetes mellitus namun tetap
mengkonsumsi kopi agar tetap terjaga saat melakukan pekerjaannya sebagai tukang
sol sepatu.
Penyelesaian :
Keadaan umum pasien harus diperhatikan dan diperbaiki. Kadar glukosa darah
diusahakan agar selalu senormal mungkin, untuk memperbaiki berbagai faktor terkait
hiperglikemia. Umumnya diperlukan insulin untuk menormalisasi kadar gula darah.
Status nutrisi harus diperhatikan dan diperbaiki. Berbagai hal lain juga harus
diperhatikan dan diperbaiki, seperti kadar albumin serum, kadar Hb dan derajat
oksigenasi jaringan serta fungsi ginjal. (Waspadji, 2009)

b. Edukasi yang kurang mengenai pengobatan diabetes mellitus


Pengetahuan pasien tentang penyakit diabetes mellitus sangat kurang, Pasien tidak
mengetahui mengenai bahaya penyakit diabetes mellitus bila tidak diobati dan tidak
terkontrolnya gula darah dalam darah. Kebiasaan pasien yang selalu minum kopi 2
kali sehari dan makan sembarangan yang bisa memacu semakin tingginya kadar gula
darah pasien.
Penyelesaian :
Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengobatan penyakit diabetes mellitus.
Dengan penyuluhan yang baik, penyandang DM maupun keluarganya diharapkan
akan dapat membantu dan mendukung berbagai tindakan yang diperlukan untuk
kesembuhan luka yang optimal. (Waspadji, 2009)

B. Intervensi dalam bentuk Gant Chart

Tabel Prioritas Jalan Keluar

N Masalah Efektivitas Efesiensi Hasil


o
M I V C P = MxIxV
C

19
1 Edukasi yang 5 2 3 2 15
kurang
mengenai
pengobatan
diabetes
mellitus
2 Perilaku pasien 5 2 3 3 10
yang tidak rutin
minum obat
dan gizi yang
kurang

Keterangan :
P : Prioritas jalan keluar
M : Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini dilaksanakan
(turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)
I : Implementasi, kelanggengan selesainya masalah
V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah
C : Cost, biaya yang diperlukan

20
Rencana Kegiatan Pembuatan edukasi yang kurang mengenai pengobatan diabetes mellitus

No Volume Lokasi Tenaga Kebutuhan


Kegiatan Sasaran Target Rincian Kegiatan Jadwal
. Kegiatan Pelaksanaan Pelaksanaan Pelaksanaan.
Tenaga
Konsumsi
1 kali puskesmas
Pembentukan Kader Terbentuk
1 pelaksanaa Memilih kader Puskesmas khususnya Rabu Alat tulis
Tim puskesmas kader
n program
laptop
P2TM
Memberikan
materi mengenai
laptop
Terbentuk pengobatan
1 kali diabetes mellitus lcd
rencana Petugas
2 Pembinaan Kader pelaksanaa Puskesmas Senin
program Melatih kader puskesmas konsumsi
n
edukasi tentang edukasi
alat tulis
pengobatan
diabetes mellitus
3 Penyuluhan kader Terlaksana 1 kali Mempromosikan Balai desa, Kader Minggu alat tulis
program dalam lewat balai desa dll puskesmas pertama
lcd
edukasi 3bulan dan rumah
Melakukan
pengobatan warga laptop
penyuluhan kepada
diabetes
penderita yang mix
mellitus
kontrol ke
kepada
puskesmas
penderita
diabetes Mengajarkan cara

21
mengelola
mellitus dan makanan untuk
keluarganya penderita diabetes
mellitus
4 Evaluasi Kader Penurunan Setiap kali Pengumpulan Puskesmas Kader dan Hari kerja Laptop
angka ada pasien laporan penderita tenaga Puskesma
Alat tulis
diabetes diabetus diabetes mellitus puskesmas s
mellitus mellitus dengan gula darah
dengan gula yang tidak
darah yang terkontrol
tidak
Mencari kendala
terkontrol
dalam
Meningkatk melaksanakan
an program edukasi
pengetahua
n penderita
dan
keluarganya
tentang
pengobatan
diabetes
mellitus
Penderita
dapat
menerapkan
dalam
kehidupan

22
sehari-hari
dan
keluarganya
dapat
membantu
dan
memberi
dukungan

23
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Segi Biologis :
Tn. AR (51 tahun) menderita diabetes mellitus tipe 2
2. Segi Psikologis :
Tn. AR baru tahu bahwa dirinya terkena penyakit diabetes mellitus
Pengetahuan akan kebutuhan gizi penderita diabetes mellitus yang kurang baik
Hubungan antara anggota keluarga terjalin cukup akrab
Kebiasaan pasien yang suka minum kopi 2x sehari yang sudah berlangsung cukup
lama.
3. Segi Sosial :
Tidak ada masalah dari segi sosial
4. Segi fisik :
Tidak ada masalah dengan rumah dan lingkungan sekitar.

B. Saran

1. Untuk masalah medis (diabetes mellitus) dilakukan langkah-langkah :


Promotif : edukasi penderita dan keluarga mengenai diabetes mellitus dan
cara pengobatannya oleh petugas kesehatan atau dokter yang menangani.
Preventif : rutin minum obat antidiabetes dan makan makanan bergizi
seimbang sehari-hari sesuai dengan anjuran dokter untuk mencegah kenaikan gula
darah
Kuratif : saat ini penderita memasuki pengobatan rawat jalan
Rehabilitatif : mengembalikan kepercayaan diri pasien dan keluarga pasien
sehingga pasien bisa sembuh.

DAFTAR PUSTAKA

24
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2011. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.

Soetjahjo A. Peranan Neuropati Diabetik. Dalam: Majalah Kedokteran Andalas Vol. 22 No.
1. Juni 1998, h. 2-10.

Waspadji S. Kaki Diabetes. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al (eds). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Internal Publishing, 2009

LAMPIRAN

25
26
27
28
29
30
31

You might also like