Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Kelompok 2
a. Pengertian
MAKP merupakan suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai
profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat
menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
Model asuhan keperawatan profesional (MAKP) adalah suatu
sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang
memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan.(Ratna sitorus & Yulia, 2006). Sebagai suatu model
berarti ruang rawat tersebut menjadi contoh teladan dalam praktik
keperawatan profesional.Pengembangan MAKP merupakan upaya
banyak negara untuk memberdayakan keperawatan dalam layanan
kesehatan, terutama pada saat meningkatnya kebutuhan yang
disertai biaya tinggi dalam pelayanan kesehatan (Adysetiadi, 2012).
b. Komponen
Berdasarkan MAKP yang sudah dikembangkan diberbagai
rumah sakit, Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MAKP
terdiri dari lima komponen yaitu:
1) Nilai-nilai Profesional
Nilai-nilai profesional menjadi komponen utama pada suatu
praktik keperawatan profesional.Nilai-nilai tentang penghargaan
atas otonomi klien, menghargai klien, melakukan yang terbaik bagi
klien dan tidakmerugikan klien merupakan nilai-nilai yang harus
terus ditingkatkan pada suatu layanan profesional.Dalam
mengimplementasikan nilai-nilai tersebut diperlukan pemahaman
dan komitmen perawat yang tinggi tehadap tugas dan tanggung
jawabnya.Pemahaman dan komitmen ini dipelihara dan
ditingkatkan dengan adanya sikap perawat untuk terus belajar
sehingga selalu dapat memberikan asuhan keperawatan yang
sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
2) Pendekatan Manajemen
Fenomena yang menjadi tanggung jawab keperawatan adalah
pemenuhan 14 kebutuhan dasar manusia.Pemenuhan kebutuhan ini
dilakukan berdasarkan penyelesaian masalah sehingga dapat
diidentifikasi berbagai tindakan keperawatan yang meliputi
tindakan, terapi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan
kesehatan, dan tindakan kolaborasi. Luasnya cakupan tindakan ini
untuk satu klien selama 24 jam memerlukan pendekatan
manajemen sehingga tugas dan tanggung jawab setiap tenaga
perawat serta kesinambungan asuhan keperawatan dapat
dilakukan secara maksimal.
3) Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan yang
profesional, digunakan beberapa metode pemberian asuhan
keperawatan mulai dari metode kasus, metode fungsional, metode
tim, dan metode keperawatan primer serta manajemen kasus.
Dalam praktik keperawatan profesional, metode yang paling
memungkinkan pemberian asuhan keperawatan profesional adalah
metode yang menggunakan the breath of keperawatan primer.
4) Hubungan Profesional
Pemberian asuhan kesehatan kepada klien diberikan oleh
beberapa anggota tim kesehatan. Namun, fokus pemberian asuhan
kesehatan adalah klien. Karena banyaknya anggota tim kesehatan
yang terlibat, diperlukan pengaturan hubungan profesional
sehingga diharapkan terdapat sinkronisasi dari semua tindakan
yang diberikan kepada klien. Untuk itu, diperlukan kemampuan
kolaborasi yang baik dari semuaanggota tim dan diperlukan
kesepakatan tentang cara melakukanhubungan kolaborasi
tersebut.
5) Sistem Kompensasi dan Penghargaan
Pada suatu layanan profesional, seorang profesional mempunyai
hak atas kompensasi dan penghargaan.Pada suatu profesi,
kompensasi yang didapat merupalan imbalan dari kewajiban
profesi yang terlebih dahulu dipenuhi.Kompensasi dan
penghargaan yang diberikan pada MAKP dapat diselesaikan di
setiap institusi dengan mengacu pada kesepakatan bahwa
pelayanan keperawatan adalah pelayanan profesional.
c. Tujuan
1) Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
2) Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan
pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
3) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan
keperawatan.
4) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan
keputusan.
5) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap tim keperawatan.
d. Metode Asuhan Keperawatan Profesional Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif ( Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada keyakinan
bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga
timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi
sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat.
Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus
berdasarkan konsep berikut:
a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan tehnik kepemimpinan.
b) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
c) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
d) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.
e) Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2
3 tim/group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam
penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu
(Nursalam,2002).
Kelebihan :
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b. Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah
diatasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
A. Peran Perawat berdasarkan tugasnya:
a). Peran Kepala Ruang dalam tahap:
1. Pengkajian : Mengidentifikasi masalah terkait fungsi manajamen
2. Perencanaan : Fungsi perencanaan dan fungsi ketenagaan
a. Menunjuk Ka Tim
b. Mengikuti serah terima klien
c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan
d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan klien
e. Merencanakan strategi pelaksanaan keeperawatan
f. Merencanakan logistik ruangan/fasilitas ruangan
g. Melakukan pendokumentasian
3. Implementasi :
a. Fungsi pengorganisasian :
1. Merumuskan sistem penugasan
2. Menjelaskan rincian tugas Ketua Tim
3. Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat
4. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan diruang
rawat
5. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan/fasilitas
ruangan
6. Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik
7. Mendelegasikan tugas kepada ketua Tim
b. Fungsi pengarahan:
1. Memberikan pengarahan kepada ketua Tim
2. Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap anggota Tim
3. Memberi pujian kepada anggota Tim yang melaksanakan tugas
dengan baik
4. Membimbing bawahan
5. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim
6. Melakukan supervisi
7. Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan
dengan yankep diruangan
8. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
9. Evaluasi
c. Fungsi pengendalian:
1. Mengevaluasi kinerja katim
2. Memberikan umpan balik pada kinserja katim
3. Mengatasi masalah di ruang rawat dan menetapkan tidak
lanjut
4. Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan
5. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b). Peran Ketua Tim dalam tahap:
1. Pengkajian : mengumpukan data kesehatan klien
2. Perencanaan : Fungsi perencanaan dan ketenagaan :
a. Bersama Karu melaksanakan serah terima tugas
b. Bersama karu melaksanakan pembagian tugas
c. Menyusun rencana asuhan keperawatan
d. Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan
e. Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan
f. Mengorientasikan klien baru pada lingkungan
g. Melakukan pelaporan dan pendokumantasian
3. Implementasi
a. Fungsi pengorganisasian:
1. Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan
2. Membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan pasien
3. Membuat rincian tugas anggota tim dalam keperawatan
4. Mampu mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan
bersama tim kesehatan lain
5. Mengatur waktu istirahat anggota tim
6. Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada anggota
tim
7. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b. Fungsi pengarahan :
1. Memberikan pengarahan kepada anggota tim
2. Memberikan bimbingan pada anggota tim
3. Memberikan infromasi yang berhubungan dengan askep
4. Mengawasi proses pemberian askep
5. Melibatkan anggota tim sampai awal dan akhir kegiatan
6. Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim
7. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
4. Evaluasi:
a. Fungsi pengendalian :
1. Mengevaluasi asuhan keperawatan
2. Memberikan umpan balik pada pelaksana
3. Memperhatikan aspek legal dan etik
4. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
2. Perencanaan:
Fungsi perencanaan dan ketenagaan :
a. Bersama Karu mengadakan serah terima tugas
b. Menerima pembagian tugas dari katim
c. Bersama katim menyiapkan keperluan untuk melaksanakan
asuhan keperawatan
d. Mengikuti ronde keperawatan
e. Menerima klien baru
3. Implementasi
a. Fungsi pengorganisasian :
1. Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian tim
2. Menerima pembagian tugas
3. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh katim
4. Melaksanakan program kolaborasi dengan tim kesehatan lain
5. Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim lainnya
6. Melaksanakan asuhan keperawatan
7. Menunjang pelaporan, mencatat tindakan keperawatan yang
dilaksanakan
b. Fungsi pengarahan :
1. Menerima pengarahan dan bimbingan dari katim
2. Menerima informasi yang berkaitan dengan askep dan
melaksanakan askep dengan etik dan legal
3. Memahami pemahaman yang telah dicapai
4. Menunjang pelaporan dan pendokumentasian
4. Evaluasi
a. Fungsi pengendalian :
Menyiapkan menunjukkan bahan yang diperlukan untuk proses
evaluasi serta ikut mengevaluasi kondisi pasien.
e. Kegiatan dalam MAKP
a. Timbang terima
b. Preconference
Komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang
dipimpin oleh ka primer atau penanggung jawab primer. Jika
yang dinas pada primer tersebut hanya 1 orang, maka pre
conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari kepala
primer dan penanggung jawab primer (modul MPKP, 2006).
Waktu : setelah operan
Tempat : meja masing-masing perawat primer
PJ : kepala primer atau penanggung jawab primer
Kegiatan :
1. Kepala primer atau penanggung jawab primer membuka acara
2. Kepala primer atau penanggung jawab primer menanyakan
rencana harian masing-masing perawat pelaksana
3. Kepala primer atau penanggung jawab primer memberikan
masukan dan tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang
diberikan saat itu
4. Kepala primer atau penanggung jawab primer memberikan
reinforcement
5. Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup acara
c. Post conference
Komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift
berikutnya. Isinya adalah hasil asuhan keperawatan tiap
perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post
conference dipimpin oleh kepala primer atau penanggung jawab
primer.(modul MPKP, 2006)
Waktu : sebelum operan ke dinas berikutnya
Tempat : meja masing-masing primer
PJ : kepala primer atau penanggung jawab primer
Kegiatan :
1. Kepala primer atau penanggung jawab primer membuka acara
2. Kepala primer atau penanggung jawab primer menanyakan
kendala dalam asuhan yang telah diberikan
3. Kepala primer atau penanggung jawab primer menyakan
tindakan
lanjut asuhan klien yang harus dioperkan kepada perawat shift
berikut nya
4. Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup acara
d. Ronde keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping
klien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan
oleh penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh
anggota tim.
Karakteristik :
a. Klien dilibatkan secara langsung
b. Klien merupakan fokus kegiatan
c. Perawat asosiet, perawat primer dan konsuler melakukan
diskusi bersama
d. Kosuler memfasilitasi kreatifitas
e. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat
asosiet, perawat primer untuk meningkatkan kemampuan
dalam mengatasi masalah.
Tujuan :
1. Menumbuhkan cara berfikir secara kritis
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan
yang berasal dari masalah klien
3. Meningkatkan vadilitas data klien
4. Menilai kemampuan justifikasi
5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
6. Meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana
perawatan.
f. Peran perawat primer dan perawat asosiet
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan
yang bias
untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara
lain :
1. Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
2. Menjelaskan masalah keperawatan utama
3. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
4. Menjelaskan tindakan selanjtunya
5. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
g. Peran perawat primer lain dan atau konsuler
1. Memberikan justifikasi
2. Memberikan reinforcement
3. Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan
serta,tindakan yang rasional
4. Mengarahkan dan koreksi
5. mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
Pengertian
Tujuan
PASIEN
Rencana keperawatan
Perkembangan/keadaan pasien
Masalah :
Teratasi
Belum tertasi
Teratasi sebagian
Muncul maslah baru
Dokumentasi Operan
Operan Tim A
NO / NAMA / UMUR / NO.REG / DX / DR / LAPORAN KEGIATAN
a) Nn. Triya (17 thn)
(5870049) demam thypoid / Dr.Asti KU: baik, komposmentis. TD:
110/80, N: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 38.5 C. Keluhan: demam,
panas. Masalah keperawatan: hipertermi, Rencana yg sudah
dilakukan : penurunan suhu tubuh pasien dengan cara pemberian
obat xxx. Persiapan lain tidak ada.
Kajian Data
Timbang Terima Pasien
Hari / tanggal :
Pukul
Topic
Tempat
Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
Media
1. Status pasien
2. Buku timbang terima
3. Alat tulis
4. Leaflet
5. Sarana dan prasarana perawatan
Pengorganisasian
TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah klien yang belum teratasi yaitu hipertermi
2. Tujuan Khusus
Menjustifikasi masalah yang belum teratasi
Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer dan
tim kesehatan lain
Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah klien
Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah
klien
SASARAN
Klien An. R umur 17 tahun yang di rawat di kelas III no. Bed 4
ruang Mawar
MATERI :
Teori asuhan keperawatan klien dengan dengan demam Thypoid
Masalah masalah yang muncul pada klien dengan demam Thypoid
serta intervensi keperawatan pada klien dengan demam Thypoid
dengan masalah keperawatan hipertermi.
METODE
Diskusi
Bed side teaching
MEDIA
Dokumen / status klien
Sarana diskusi : kertas, bulpen, papan tulis, spidol, penghapus
Materi yang disampaikan secara lisan
KEGIATAN RONDE
Wakt Tahap Kegiatan Pelaksan Kegiatan Tempat
u a kx
Sehar Prarond Menentukan kasus dan PJ - Ruang
i e topik Mawar
sebe- Menentukan tim ronde kelas III
lum Menentukan literatur
pelak- Membuat proposal RS
sanaa Mempersiapkan klien Segar
n Informed consent pada Waras
keluarga
Diskusi pelaksanaan
5 Ronde Pembukaan Kepala - Nurse
menit Salam pembuka Ruangan station
Memperkenalkan tim
ronde
Menyampaikan
identitas dan masalah
klien
Menjelaskan tujuan
ronde
Menyampaikan dasar
pertimbangan
dilakukan ronde
10 Penyajian masalah PP - Nurse
menit Memberi salam dan station
memperkenalkan
klien dan keluarga
kepada tim ronde
Menjelaskan riwayat
penyakit dan
keperawatan klien
Menjelaskan masalah
klien dan rencana
tindakan yang telah
dilaksanakan
Menjelaskan hambatan
yang telah di temukan
Menetapkan prioritas
yang perlu
didiskusikan
28 Validasi data Karu, PP, Memberik Ruang
menit Memberi salam dan PA, Gizi, an respon perawat
memperkenalkan tim Dokter, dan an
ronde keperawatan perawat menjawab
Mencocokkan dan konselor pertanyaa
menjelaskan kembali n
data yang telah
disampaikan
Diskusi antar anggota
tim dan klien tentang
masalah keperawatan
tersebut
Menjawab pertanyaan
dari keluarga pasien
7 Ronde Pemberian justifikasi Karu, PP, Memberik Ruang
menit oleh perawat primer PA, Gizi, an respon perawat
atau perawat konselor Dokter, dan an
atau kepala ruangan perawat menjawab
tentang masalah klien konselor pertanyaa
serta rencana n
tindakan yang akan
dilakukan
Menentukan tindakan
keperawatan pada
masalah prioritas
yang telah di tetapkan
10 Pasca Karu membuka dan Karu, PP, - Nurse
menit ronde memimpin diskusi PA, Gizi, station
Evaluasi dan Dokter,
rekomendasi supervisor,
intervensi pembimbi
keperawatan ng,
Penutup perawat
konselor
KRITERIA EVALUASI
1. Struktur
Ronde keperawatan dilaksanakan di ruang Mawar kelas III
Persiapan telah dilakukan dua hari sebelum pelaksanaan ronde
keperawatan
Penyusunan proposal ronde keperawatan
Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik
Konsultasi dengan pembimbing dilaksanakan sehari sebelum
pelaksanaan ronde keperawatan
Penentuan pasien dan kasus yang akan dilaksanakan ronde
Membuat informed consent dengan pasien dan keluarga
2. Proses
Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
keperawatan
Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran
yang telah di tentukan
3. Hasil
a. Klien puas dengan hasil kegiatan
b. Masalah klien dapat teratasi
c. Perawat dapat :
Menumbuhkan cara berfikir yang kritis dan sistematis
Meningkatkan kemampuan validitas data klien
Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien
Meningkatkan kemampuan justifikasi
Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
PENGORGANISASIAN
Kepala ruangan : Alfan Madita S. Kep., Ns.
Katim 1 : Andriani Puspita Dewi S.Kep, Ns
Katim 2 : Bayu Adha N S. Kep,. Ns.
PA 1 : Bagus Candra Buana S. Kep., Ns.
PA 2 : Devita Tri Ernawati S. Kep, Ns.
Dokter : dr. Asti Leti Lathifah
Konselor : Triyana Setyowati S. Kep, Ns.
Penanggung jawab Ronde keperawatan : Ovalia Aristantya S. Kep, Ns
Ahli gizi : Abd Kodir Jaelani S. Gz
Supervisor : Intan Kurniaty S. Kep., Ns.
LAMPIRAN : INFORMED CONSENT
SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN
RONDE KEPERAWATAN
Menyatakan SETUJU/TIDAKSETUJU
Untuk dilakukan ronde keperawatan terhadap diri saya
sendiri/suami/istri/orang tua/anak/ayah/ibu/nenek/kakek dari klien :
Nama : .................................................
Umur : .................................................
Alamat : .................................................
Ruang : .................................................
No.RM : .................................................
Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Pasien/keluarga mengisi surat persetujuan untuk kerjasama dalam
ronde keperawatan
2. Pasien dan keluarga telah mendapatkan penjelasan tentang maksud
dan tujuan dilakukan ronde keperawatan
3. Pasien dan keluarga menerima untuk dilakukan ronde keperawatan
4. Pasien dan keluarga memberikan persetujuan untuk dilakukan ronde
keperawatan
Ketentuan ronde keperawatan tersebut diatas telah dijelaskan oleh
perawat dan saya telah mengerti dengan sepenuhnya. Demikian
persetujuan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk digunakan
sebagaimana mestinya.
Malang, 30 Agustus
2016
Perawat Primer Pasien
( ) (
)
IDENTITAS
Nama : An. R
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 17 tahun
Alamat : Desa Sumbersari Malang
MRS : 23 Agustus 2016
DIAGNOSIS
Demam Thypoid
KELUHAN UTAMA
Tubuh menggigil, badan lemas
PEMERIKSAAN FISIK
TTV : TD : 100/70 mmHg
Suhu : 40 0C
Nadi : 122 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Sistem Pernafasan (B1-Breath)
Tidak ada keluhan sesak, tidak batuk, pola nafas teratur, tidak ada
penggunaan otot bantu pernafsan.
Sistem Kardiovaskuler (B2-Bleed)
Denyut jantung lemah (bradikardi)
Sistem Persyarafan (B3-Brain)
Kesadaran somnolen
Sistem Pencernaan (B4- Bladder)
Klien tampak lemah, nafsu makan menurun, nyeri pada abdomen.
1
Klien hanya mau makan /4 porsi dari porsi biasa dalam 24 jam.
Turgor kulit menurun (> 3 detik), konjungtiva anemis.
Sistem Perkemihan (B5-Bowel)
Klien BAK 3 x sehari warna kuning jernih, jumlah tidak terukur .
tidak bisa BAB selama 4 hari. Sebelum sakit Frekuensi BAB 1x sehari
Sistem Muskuloskeletal Dan Inetgumen (B6-Bone)
Klien tampak lemah, pergerakan terbatas. Warna kulit anemis, turgor
menurun, nyeri otot myalgia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 21 Januari 2012
Darah rutin : Hb : 10,5 g/dl
Ht : 32 vol%
Leukosit : 10.500/mm3
Trombosit : 300.000/ mm3
LED : 20 mm/jam
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Tanggal 25 Agustus 2016 : kekurangan volume cairan
RENCANA TINDAKAN
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam tidak terjadi
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Kriteria hasil : - suhu tubuh dalam rentang normal
- tidak ada nyeri otot
- klien tidak mengalami sakit kepala
Rencana tindakan :
- Kaji keadaan umum klien
- Monitor minimal tiap 2 jam
- Monitor TD, nadi,RR dan suhu
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Berikan antipiretik jika perlu
EVALUASI
Tanggal 31 Januari 2016
S-O-A-P : kebutuhan nutrisi dan cairan belum terpenuhi
PROPOSAL DISCHARGE PLANNING
PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
MATERI DISCHARGE PLANNING
2.1 Pengertian
Discharge Planning merupakan suatu proses terintegrasi yang
terdiri dari fase-fase yang ditujukan untuk memberikan asuhan
keperawatan yang berkesinambungan. (Raden dan Tafft, 1990).
Discharge planning sebagai merencanakan kepulangan pasien dan
memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal
yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi atau
penyakitnya (Rondhianto, 2008). Discharge Planning adalah suatu
proses dimana mulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan
yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses
penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat
kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke
lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa proses
formal yang melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk
mengatur perpindahan sekelompok orang ke kelompok lainnya
(RCP,2001).
Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan
sebagai discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan
mengumpulkan dan menggunakan data yang berhubungan untuk
mengidentifikasi masalah actual dan potensial, menentukan tujuan
dengan atau bersama pasien dan keluarga, memberikan tindakan
khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam
mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara
optimal dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan.
Merupakan usaha keras perawat demi kepentingan pasien untuk
mencegah dan meningkatkan kondisi kesehatan pasien, dan sebagai
anggota tim kesehatan, perawat berkolaborasi dengan tim lain untuk
merencanakan, melakukan tindakan, berkoordinasi dan
memfasilitasi total care dan juga membantu pasien memperoleh
tujuan utamanya dalam meningkatkan derajat kesehatannya.
2.2 Tujuan
Adalah meningkatkan kontinuitas perawatan, meningkatkan
kualitas perawatan dan memaksimalkan manfaat sumber pelayanan
kesehatan. Discharge Planning dapat mengurangi hari rawatan
pasien, mencegah kekambuhan, meningkatkan perkembangan
kondisi kesehatan pasien dan menurunkan beban perawatan pada
keluarga dapat dilakukan melalui Discharge Planning (Naylor, 1990).
Mamon et al (1992), pemberian discharge planning dapat
meningkatkan kemajuan pasien, membantu pasien untuk mencapai
kualitas hidup optimum disebelum dipulangkan, beberapa penelitian
bahkan menyatakan bahwa discharge planning memberikan efek
yang penting dalam menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan
kekambuhan dan menurunkan angka mortalitas dan morbiditas
(Leimnetzer et al,1993: Hester, 1996).
Seorang Discharge Planners bertugas membuat rencana,
mengkoordinasikan dan memonitor dan memberikan tindakan dan
proses kelanjutan perawatan (Powell,1996). Discharge planning ini
menempatkan perawat pada posisi yang penting dalam proses
pengobatan pasien dan dalam team discharge planner rumah sakit,
pengetahuan dan kemampuan perawat dalam proses keperawatan
dapat memberikan kontinuitas perawatan melalui proses discharge
planning (Naylor,1990). Perawat dianggap sebagai seseorang yang
memiliki kompetensi lebih dan punya keahlian dalam melakukan
pengkajian secara akurat, mengelola dan memiliki komunikasi yang
baik dan menyadari setiap kondisi dalam masyarakat. (Harper,
1998).
Menurut Jipp dan Sirass (1998) discharge planning bertujuan
untuk :
a. Menyiapkan klien secara fisik, psikologis dan sosial.
b. Meningkatkan kemandirian klien saat perawatan di rumah.
c. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada klien.
d. Membantu rujukan pada klien pada sistem pelayanan yang lain.
e. Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan, sikap
dan keterampilan dalam mempertahankan status kesehatan klien.
2.3 Keuntungan Discharge Planning
2.3.1 Bagi Pasien:
Dapat memenuhi kebutuhan pasien.
Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses
perawatan sebagai bagian yang aktif dan bukan objek yang
tidak berdaya.
Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya.
Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan
memperoleh support sebelum timbulnya masalah.
Dapat memilih prosedur perawatannya.
Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui
siapa yang dapat dihubunginya.
2.3.2 Bagi Perawat:
Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di
gunakan.
Menerima informasi kunci setiap waktu dan memahami
perannya dalam system.
Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru.
Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang
berbeda dan cara yang berbeda.
Bekerja dalam suatu system dengan efektif.
2.4 Justifikasi Metode Discharge Planning
Di Indonesia semua pelayanan keperawatan di Rumah Sakit,
telah merancang berbagai bentuk format Discharge Planning,
namun discharge planning kebanyakan dipakai hanya dalam bentuk
pendokumentasian resume pasien pulang, berupa informasi yang
harus di sampaikan pada pasien yang akan pulang seperti intervensi
medis dan non medis yang sudah diberikan, jadwal kontrol, gizi yang
harus dipenuhi setelah dirumah. Cara ini merupakan pemberian
informasi yang sasarannya ke pasien dan keluarga hanya untuk
sekedar tahu dan mengingatkan, namun tidak ada yang bisa
menjamin apakah pasien dan keluarga mengetahui faktor resiko apa
yang dapat membuat penyakitnya kambuh, penanganan apa yang
dilakukan bisa terjadi kegawatdaruratan terhadap kondisi
penyakitnya, untuk itu pelaksanaan discharge planning di rumah
sakit apalagi dengan penyakit kronis seperti stroke, diabetes
mellitus, penyakit jantung dan lain-lain yang memiliki resiko tinggi
untuk kambuh dan berulangnya kondisi kegawatan sangat penting
dimana akan memberikan proses deep-learning pada pasien hingga
terjadinya perubahan perilaku pasien dan keluarganya dalam
memaknai kondisi kesehatannya.
2.5 Prinsip Discharge Planning
1. Kordinasi (saling berhubungan)
2. Interdisiplin (saling menjaga, disiplin ilmu,keterampilan sesuai
standar keperawatan)
3. Pengenalan secara dini mungkin (penjelasan tentang apa yang
kita informasi)
4. Perencanaan secara hati-hati
5. Melibatkan klien dan keluarga dalam memberikan perawatan
2.6 Karakteristik indikasi kebutuhan discharge planning
1. Kurang pengetahuan tentang pengobatan.
2. Isolasi sosial
3. Diagnosa baru penyakit kronik
4. Operasi besar dan Perpanjangan operasi besar
5. Orang labil
6. Penatalaksanaan dirumah secara kompleks
7. Kesulitan financial
8. Ketidakmampuan menggunakan sumber rujukan /fasilitas
pelayanan kesehatan
9. Penyakit terminal
2.7 Prioritas klien yang mendapatkan discharge planning
1. Umur diatas 70 tahun
2. Multipe diagnosis
3. Resiko kematian yang tinggi
4. Terbatas mobilitas fisik
5. Keterbatasan merawat diri sendiri
6. Penurunan status kognisi/kognitif
7. Resiko terjadi cedera
8. Tunawisma
9. Fakir miskin
10. Penyakit kronis
11. Pasien diagnosis baru
12. Penyalahgunaan zat
13. Sering keluar masuk emergency
2.8 Jenis pemulangan pasien
a. Conditional Discharge (pemulangan sementara)
Jika klien pulang dalam keadaan baik dan tidak ada komplikasi,
klien pulang untuk sementara di rumah dan masih dalam proses
perawatan dan harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau
puskesmas terdekat.
b. Absolute Discharge (pulang mutlak atau selamanya)
Jika klien sudah selesai masa perawatan dan dinyatakan sembuh
dari sakitnya. Jika klien perlu perawatan kembali, maka prosedur
perawatan dapat dilakukan kembali.
c. Judocal Discharge (pulang paksa)
Jika kondisi klien masih perlu perawatan dan belum
memungkinkan untuk pulang, tetapi klien harus dipantau dengan
melakukan kerjasama dengan tim home care RS atau puskesmas
terdekat.
Program HE (Perawat
PA):
1. Kontrol dan obat
2. Nutrisi
3. Aktivitas dan
Istirahat
Keterangan:
1. Tugas perawat primer
a. Membuat perencanaan pulang (discharge planning)
b. Membuat leaflet
c. Memberikan konseling
d. Memberikan pendidikan kesehatan
e. Menyediakan format discharge planning
f. Mendokumentasikan discharge planning
2. Tugas perawat associate
a. Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat perawatan
dan diakhiri perawatan).
2.13 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Discharge
Planning
Meskipun pasien telah dipulangkan, penting bagi pasien dan
keluarga mengetahui apa yang telah dilaksanakan dan bagaimana
mereka dapat meneruskan untuk meningkatkan status kesehatan
pasien. Selain itu, ringkasan pulang tersebut dapat disampaikan
oleh perawat praktisi/perawat home care dan mungkin dikirim ke
dokter primer/dokter yang terlibat untuk dimasukkan dalam catatan
institusi untuk meningkatkan kesinambungan perawatan dengan
kerja yang kontinu ke arah tujuan dan pemantauan kebutuhan yang
berubah (Doenges & Moorhouse, 2000). Discharge Planning harus
disesuaikan dengan :
1. Kebutuhan klien, tersedianya tim kesehatan
2. Dimulai sejak awal masuk rumah sakit
3. Disusun oleh tim
2.14 Peranan
1. Kepala ruangan:
a. Membuka acara discharge planning kepada pasien.
b. Menyetujui dan menandatangani format discharge planning.
2. Ketua Tim
a. Membuat rencana discharge planning.
b. Membuat leaflet dan kartu discharge planning.
c. Memberikan konseling dan pendidikan kesehatan.
d. Menyediakan format discharge planning.
e. Mendokumentasikan discharge planning.
f. Melakukan agenda discharge planning (pada awal perawatan
sampai akhir perawatan).
3. Perawat Pelaksana
Ikut membantu dalam melaksanakan discharge planning yang
sudah direncanakan oleh Ketua Tim.
BAB III
KEGIATAN
3.1 Pelaksanaan Kegiatan
Topik : Discharge planning perawatan klien dengan diagnose
medis Typhoid
Hari/ tanggal : Senin, 29- 07 2016
Pukul : 10.00 WIB
Pelaksana : KARU, PP, PA
Tempat : Ruang Perawatan X
Sasaran : Pasien Ruang Perawatan X
3.2 Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Alfan
PP 1 (Pagi) : Dewi
PA (Pagi) : Bagus
PA (pagi) : Devita
PP 2 (Sore) : Bayu
PA (Sore) : Olivia
PA (Sore) : Tria
Dokter : Asti
Farmasi : Intan
Gizi : Kodir
3.3 Metode
Metode yang digunakan dalam discharge planning adalah diskusi dan
tanya jawab setelah diberikan penjelasan tentang hal-hal yang perlu
diberikan dalam perencanaan pulang, meliputi:
1. Komponen perencanaan pulang
a. Perawatan di rumah
b. Pemberian pendidikan kesehatan mengenai : Diet, waktu kontrol,
tempat control
c. Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya.
Penjelasan mengenai obat-obatan yang masih diminum, dosis,
cara pemberian, dan waktu yang tepat untuk minum obat.
d. Obat-obatan yang dihentikan
Walaupun obat-obatan klien sudah tidak diminum lagi, namun
tetap dibawa oleh klien serta ditentukan siapa yang akan
menyimpan obat tersebut.
e. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dibawakan kepada klien
waktu pulang.
f. Surat-surat seperti surat keterangan sakit.
3.6 Evaluasi
1. Struktur (input)
Pelaksanaan discharge planning dilaksanakan di ruang X RS
UMM
Persiapan dilakukan sebelumnya.
Perawat yang betugas.
2. Proses
Kelancaran kegiatan.
Peran serta perawat yang bertugas.
Klien dan keluarga berperan aktif dalam diskusi
3. Hasil
Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh klien dan
keluarga. Klien dapat menyebutkan kembali tentang:
a. Definisi
b. Etiologi
c. Tanda dan gejala
d. Pencegahan dan penatalaksanaan
e. Menjelaskan manfaat aturan pengobatan, minum obat dan
rencana kontrol setelah pulang dari rumah sakit saat ada
keluhan atau sesuai jadwal kontrol.
f. Cara minum obat, perawatan di rumah, dll.
LEMBAR PERSETUJUAN
DILAKUKAN DISCHARGE PLANNING
Malang, 29 Agustus
2016
Yang membuat
persetujuan
(..) (..
)
F. Yang dibawa pulang (Hasil Lab, Foto, ECG, obat, dan lain-
lain) :
G. Lain-lain :
( ) (
)
2. Tahap Pelaksanaan
Kepala Ruangan : Untuk semua perawat yang bertugas, harap
selalu mengamati perlengkapan dan fasilitas yang
menunjang dalam perawatan pasien. Untuk ketua
Tim, saya beri tugas untuk melakukan pengkajian
pasien secara lengkap, kemudian mengikuti
pertukaran shift dengan tim 2, serta melakukan
ronde keperawatan apa bila di perlukan.
Demikian juga dengan ketua tim 2. Ada yang
ingin di tanyakan?
Katim 2 : Sebagai ketua tim, berarti saya harus
berkolaborasi dengan perawat asosiet dalam
meningkatkan derajat kesehatan pasien. Di
tambah lagi pendokumentasian yang lengkap dari
perawat asosiet untuk melakukan asuhan
keperawatan yang lengkap. Setelah itu
mengidentifikasi berbagai keluhan serta cara
penanganan yang benar ya pak.
Kepala ruangan : Benar sekali, untuk itu, diharapkan setiap ketua
tim memberikan tugas kepada masing-masing
perawat asosiet yang ada sebagai anggota tim.
Sesuai pembagian tugas di waktu shift pagi
maupun shift sore ya. Kemudian, saat melakukan
pertukaran shift, saya juga akan ikut serta untuk
mengetahui perkembangan pasien.
Perawat : Baik pak.
Kepala Ruangan : baiklah, sekarang sudah waktunya untuk
melakukan pemeriksaan kepada pasien. Selamat
melaksanakan tugas, dan selamat pagi.
Perawat : Selamat pagi . . .
1. Tahap persiapan
KARU mendapatkan telepon dari UGD bahwa akan ada pasien baru
Perawat UGD : assalamualaikum, mohon izin nanti akan ada
pasien yang akan masuk pada jam 09.00
KARU : Siap mbak. Terima kasih
Karu memberitahu Katim jika ada pasien baru
KARU : assalamualaikum. Hari ini aka nada pasien baru `dari
UGD tolong disiapkan perlengkapan untuk penerimaan pasien baru
KATIM : Baik pak
KATIM menyiapkan hal-hal yang perlu untuk penerimaan
pasien baru
KATIM meminta tolong PA untuk mempersiapkan tempat
tidur untuk pasien baru
Katim : mbak devita, minta tolong disiapkan tempat tidur untuk
pasien baru nanti jam 09.00
Devita : baik mbak
KARU menanyakan kembali kepada KATIM tentang
kelengkapan penerimaan pasien baru
Karu : mbak dewi, sudah siap semua kelengkapanya ? (sambil
memeriksa dokumen yang telah disiapkan).
Katim : sudsah mbak
Katim menyebutkan perlengkapan utnutk penerimaan
pasien baru: Hal-hal yang sudah disiapkan yaitu lembar pasien
masuk RS, lembar pengkajian, lembar informed consent, status
pasien, nursing kit, lembar tata tertib pasien, dan lembar
kepuasan
Karu : oke
2. Tahap pelaksanaan
Pasien datang dengan diantar perawat UGD
Perawat UGD : selamat pagi bu saya asti dari UGD ingin
mengantarkan pasien saya dari UGD (sambil menyerahkan rekam
medis)
KARU, KATIM, PA menyambut Px dan Keluarga
Karu : oh iya silahkan mbak.. selamat pagi bu perkenalkan saya
perawat alfan
Katim : saya perawat dewi
PA : saya perawat devita
PA mengantar pasien ketempat tidur sementara itu katim
dan perawat UGD melaksanakan serah terima pasien dan
mengisi lembar serah terima. Perawat UGD menyerahkan
rekam medis dan obat-obatan pasien
Perawat UGD : terima kasih (meninggalkan ruangan)
Katim menuju ke bed pasien baru
katim : assalamualaikum..Nn Triya sekarang anda ada diruang XX
kamar 3X disini kamar mandinya, kalau mau mengambil baskom
dan air hangat ada dibelakang dapur. Ada juga tempaat menjemur
dibelakang. Bila Nn memerlukan sesuatu bisa menghubungi kami
di rung perawat atau memencet bel
keluarga : suster untuk jam berkunjung dan penunggu pasien
bagaimana..?
katim : jam berkungjung pagi mulai jam 09.00-12.00 untuk jam
berkunjung sore jam 19.00-21.00 yang menunggu pasien hanya
diperbolehkan 1 orang saja. Ini kartu pengunjungnya. Nanti kalau
pulang silahkan dikembalikan
katim danPA melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik
meliputi
a. Keluhan utama
b. Riwayat penyakit dahulu
c. Riwayat penyakit keluarga
d. Alergi obat/ makanan
e. Dll
Katim : apakah ada yang ibu tanyakan..?
Katim dan keluarga menandatangani lembar penerimaan
pasien baru. Katim dan PA kembali ke ruang perawat
3. Tahap Penutup
Karu memberikan reward pada Katim dan PA
Karu : terimakasih ya mbak dewi dan mbak devita
Katim dan PA: iya sama.sama pak..
Katim merencanakan intervensi selanjutnya
ROLE PLAY DISCHARGE PLANNING PADA PASIEN X DENGAN
DIAGNOSA MEDIS THYPOID
PENGORGANISASIAN
Kepala ruangan : Alfan
PP1 : Dewi
PP2 : Bayu
PA1 : Bagus
PA2 : Devita
PA3 : Ovalia
PA4 : Triya
Dokter : Asti
Farmasis : Intan
Gizi : Kodir
Pasien :-
Keluarga :-
Tahap Persiapan
Pada suatu hari di rumah sakit UMM, di ruang melati terdapat
pasien yang bernama Tn. X, dengan diagnosa medis Thypoid. Pasien X
telah dirawat selama 1 minggu dan telah dinyatakan sembuh oleh dokter.
Disaat pagi hari seorang perawat di ruangan sedang mempersiapkan
berkas-berkas, lalu datang Karu
Karu : selamat pagi...
Katim 1 : iya selamat pagi pak...
Karu : bagaimana keadaan pasiennya?
Katim 1 : pasien dan keluarganya sudah siap untuk di pulangkan,
karena pasien sudah
sembuh.
Karu : baiklah pagi hari ini kita akan melakukan melakukan
Discharge Planning pada
tuan x Bagaimana persiapan katim/PP dari pasien x?
Katim 1 : baik, untuk persiapan discharge planning pada pasien x
sudah siap. Status pasien
dan format discharge planning sudah dipersiapkan. Untuk masalah pada
pasien saat ini adalah pasien masih masih memerlukan terapi pengganti
cairan. Tekanan darah sudah normal 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu
36.5oC, RR 24. Sehingga perlu diinformasikan kepada pasien dan
keluraga mengenai diet, lingkungan, edukasi tentang peran keluarga,
obat-obatan, tempat kontrol, dan tanda-tanda terjadi kekambuhan dan
kegawatan pada pasien.
Karu : baik, terima kasih untuk katim. Untuk coba berkas-
berkasnya saya periksa dulu
PP : baik pak ini berkas-berkasnya beserta format discharge
planningnya
Tahap pelaksanaan
Tahap penutup