You are on page 1of 55

TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN

Oleh :

Kelompok 2

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL

a. Pengertian
MAKP merupakan suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai
profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat
menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
Model asuhan keperawatan profesional (MAKP) adalah suatu
sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang
memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan.(Ratna sitorus & Yulia, 2006). Sebagai suatu model
berarti ruang rawat tersebut menjadi contoh teladan dalam praktik
keperawatan profesional.Pengembangan MAKP merupakan upaya
banyak negara untuk memberdayakan keperawatan dalam layanan
kesehatan, terutama pada saat meningkatnya kebutuhan yang
disertai biaya tinggi dalam pelayanan kesehatan (Adysetiadi, 2012).
b. Komponen
Berdasarkan MAKP yang sudah dikembangkan diberbagai
rumah sakit, Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MAKP
terdiri dari lima komponen yaitu:
1) Nilai-nilai Profesional
Nilai-nilai profesional menjadi komponen utama pada suatu
praktik keperawatan profesional.Nilai-nilai tentang penghargaan
atas otonomi klien, menghargai klien, melakukan yang terbaik bagi
klien dan tidakmerugikan klien merupakan nilai-nilai yang harus
terus ditingkatkan pada suatu layanan profesional.Dalam
mengimplementasikan nilai-nilai tersebut diperlukan pemahaman
dan komitmen perawat yang tinggi tehadap tugas dan tanggung
jawabnya.Pemahaman dan komitmen ini dipelihara dan
ditingkatkan dengan adanya sikap perawat untuk terus belajar
sehingga selalu dapat memberikan asuhan keperawatan yang
sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
2) Pendekatan Manajemen
Fenomena yang menjadi tanggung jawab keperawatan adalah
pemenuhan 14 kebutuhan dasar manusia.Pemenuhan kebutuhan ini
dilakukan berdasarkan penyelesaian masalah sehingga dapat
diidentifikasi berbagai tindakan keperawatan yang meliputi
tindakan, terapi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan
kesehatan, dan tindakan kolaborasi. Luasnya cakupan tindakan ini
untuk satu klien selama 24 jam memerlukan pendekatan
manajemen sehingga tugas dan tanggung jawab setiap tenaga
perawat serta kesinambungan asuhan keperawatan dapat
dilakukan secara maksimal.
3) Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan yang
profesional, digunakan beberapa metode pemberian asuhan
keperawatan mulai dari metode kasus, metode fungsional, metode
tim, dan metode keperawatan primer serta manajemen kasus.
Dalam praktik keperawatan profesional, metode yang paling
memungkinkan pemberian asuhan keperawatan profesional adalah
metode yang menggunakan the breath of keperawatan primer.
4) Hubungan Profesional
Pemberian asuhan kesehatan kepada klien diberikan oleh
beberapa anggota tim kesehatan. Namun, fokus pemberian asuhan
kesehatan adalah klien. Karena banyaknya anggota tim kesehatan
yang terlibat, diperlukan pengaturan hubungan profesional
sehingga diharapkan terdapat sinkronisasi dari semua tindakan
yang diberikan kepada klien. Untuk itu, diperlukan kemampuan
kolaborasi yang baik dari semuaanggota tim dan diperlukan
kesepakatan tentang cara melakukanhubungan kolaborasi
tersebut.
5) Sistem Kompensasi dan Penghargaan
Pada suatu layanan profesional, seorang profesional mempunyai
hak atas kompensasi dan penghargaan.Pada suatu profesi,
kompensasi yang didapat merupalan imbalan dari kewajiban
profesi yang terlebih dahulu dipenuhi.Kompensasi dan
penghargaan yang diberikan pada MAKP dapat diselesaikan di
setiap institusi dengan mengacu pada kesepakatan bahwa
pelayanan keperawatan adalah pelayanan profesional.
c. Tujuan
1) Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
2) Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan
pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
3) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan
keperawatan.
4) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan
keputusan.
5) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap tim keperawatan.
d. Metode Asuhan Keperawatan Profesional Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif ( Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada keyakinan
bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga
timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi
sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat.
Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus
berdasarkan konsep berikut:
a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan tehnik kepemimpinan.
b) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
c) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
d) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.
e) Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2
3 tim/group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam
penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu
(Nursalam,2002).
Kelebihan :
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b. Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah
diatasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
A. Peran Perawat berdasarkan tugasnya:
a). Peran Kepala Ruang dalam tahap:
1. Pengkajian : Mengidentifikasi masalah terkait fungsi manajamen
2. Perencanaan : Fungsi perencanaan dan fungsi ketenagaan
a. Menunjuk Ka Tim
b. Mengikuti serah terima klien
c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan
d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan klien
e. Merencanakan strategi pelaksanaan keeperawatan
f. Merencanakan logistik ruangan/fasilitas ruangan
g. Melakukan pendokumentasian

3. Implementasi :
a. Fungsi pengorganisasian :
1. Merumuskan sistem penugasan
2. Menjelaskan rincian tugas Ketua Tim
3. Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat
4. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan diruang
rawat
5. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan/fasilitas
ruangan
6. Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik
7. Mendelegasikan tugas kepada ketua Tim
b. Fungsi pengarahan:
1. Memberikan pengarahan kepada ketua Tim
2. Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap anggota Tim
3. Memberi pujian kepada anggota Tim yang melaksanakan tugas
dengan baik
4. Membimbing bawahan
5. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim
6. Melakukan supervisi
7. Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan
dengan yankep diruangan
8. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
9. Evaluasi

c. Fungsi pengendalian:
1. Mengevaluasi kinerja katim
2. Memberikan umpan balik pada kinserja katim
3. Mengatasi masalah di ruang rawat dan menetapkan tidak
lanjut
4. Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan
5. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b). Peran Ketua Tim dalam tahap:
1. Pengkajian : mengumpukan data kesehatan klien
2. Perencanaan : Fungsi perencanaan dan ketenagaan :
a. Bersama Karu melaksanakan serah terima tugas
b. Bersama karu melaksanakan pembagian tugas
c. Menyusun rencana asuhan keperawatan
d. Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan
e. Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan
f. Mengorientasikan klien baru pada lingkungan
g. Melakukan pelaporan dan pendokumantasian
3. Implementasi
a. Fungsi pengorganisasian:
1. Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan
2. Membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan pasien
3. Membuat rincian tugas anggota tim dalam keperawatan
4. Mampu mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan
bersama tim kesehatan lain
5. Mengatur waktu istirahat anggota tim
6. Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada anggota
tim
7. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b. Fungsi pengarahan :
1. Memberikan pengarahan kepada anggota tim
2. Memberikan bimbingan pada anggota tim
3. Memberikan infromasi yang berhubungan dengan askep
4. Mengawasi proses pemberian askep
5. Melibatkan anggota tim sampai awal dan akhir kegiatan
6. Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim
7. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
4. Evaluasi:
a. Fungsi pengendalian :
1. Mengevaluasi asuhan keperawatan
2. Memberikan umpan balik pada pelaksana
3. Memperhatikan aspek legal dan etik
4. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

c). Peran perawat pelaksana dalam tahap :

1. Pengkajian : mengkaji kesiapan klien dan diri sendiri untuk


melaksanakan asuhan keperawatan.

2. Perencanaan:
Fungsi perencanaan dan ketenagaan :
a. Bersama Karu mengadakan serah terima tugas
b. Menerima pembagian tugas dari katim
c. Bersama katim menyiapkan keperluan untuk melaksanakan
asuhan keperawatan
d. Mengikuti ronde keperawatan
e. Menerima klien baru
3. Implementasi

a. Fungsi pengorganisasian :
1. Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian tim
2. Menerima pembagian tugas
3. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh katim
4. Melaksanakan program kolaborasi dengan tim kesehatan lain
5. Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim lainnya
6. Melaksanakan asuhan keperawatan
7. Menunjang pelaporan, mencatat tindakan keperawatan yang
dilaksanakan
b. Fungsi pengarahan :
1. Menerima pengarahan dan bimbingan dari katim
2. Menerima informasi yang berkaitan dengan askep dan
melaksanakan askep dengan etik dan legal
3. Memahami pemahaman yang telah dicapai
4. Menunjang pelaporan dan pendokumentasian
4. Evaluasi
a. Fungsi pengendalian :
Menyiapkan menunjukkan bahan yang diperlukan untuk proses
evaluasi serta ikut mengevaluasi kondisi pasien.
e. Kegiatan dalam MAKP
a. Timbang terima
b. Preconference
Komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang
dipimpin oleh ka primer atau penanggung jawab primer. Jika
yang dinas pada primer tersebut hanya 1 orang, maka pre
conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari kepala
primer dan penanggung jawab primer (modul MPKP, 2006).
Waktu : setelah operan
Tempat : meja masing-masing perawat primer
PJ : kepala primer atau penanggung jawab primer
Kegiatan :
1. Kepala primer atau penanggung jawab primer membuka acara
2. Kepala primer atau penanggung jawab primer menanyakan
rencana harian masing-masing perawat pelaksana
3. Kepala primer atau penanggung jawab primer memberikan
masukan dan tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang
diberikan saat itu
4. Kepala primer atau penanggung jawab primer memberikan
reinforcement
5. Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup acara

c. Post conference
Komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift
berikutnya. Isinya adalah hasil asuhan keperawatan tiap
perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post
conference dipimpin oleh kepala primer atau penanggung jawab
primer.(modul MPKP, 2006)
Waktu : sebelum operan ke dinas berikutnya
Tempat : meja masing-masing primer
PJ : kepala primer atau penanggung jawab primer
Kegiatan :
1. Kepala primer atau penanggung jawab primer membuka acara
2. Kepala primer atau penanggung jawab primer menanyakan
kendala dalam asuhan yang telah diberikan
3. Kepala primer atau penanggung jawab primer menyakan
tindakan
lanjut asuhan klien yang harus dioperkan kepada perawat shift
berikut nya
4. Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup acara
d. Ronde keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping
klien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan
oleh penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh
anggota tim.
Karakteristik :
a. Klien dilibatkan secara langsung
b. Klien merupakan fokus kegiatan
c. Perawat asosiet, perawat primer dan konsuler melakukan
diskusi bersama
d. Kosuler memfasilitasi kreatifitas
e. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat
asosiet, perawat primer untuk meningkatkan kemampuan
dalam mengatasi masalah.
Tujuan :
1. Menumbuhkan cara berfikir secara kritis
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan
yang berasal dari masalah klien
3. Meningkatkan vadilitas data klien
4. Menilai kemampuan justifikasi
5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
6. Meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana
perawatan.
f. Peran perawat primer dan perawat asosiet
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan
yang bias
untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara
lain :
1. Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
2. Menjelaskan masalah keperawatan utama
3. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
4. Menjelaskan tindakan selanjtunya
5. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
g. Peran perawat primer lain dan atau konsuler
1. Memberikan justifikasi
2. Memberikan reinforcement
3. Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan
serta,tindakan yang rasional
4. Mengarahkan dan koreksi
5. mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari

Penerimaan pasien baru

Pengertian

Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan


pasien baru disampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruangan,
perawatan, medis dan tata tertib ruangan.

Tujuan

1. Menerima dan menyambut kedatanagn pasien dengan hangat dan


terapeutik
2. Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan klien
3. Menetahui kondisi dan keadaan klien secara umum
4. Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS
Tahapan penerimaan pasien baru

1. Tahap pra penerimaan pasien baru


a. Menyiapkan kelengkapan administrasi
b. Menyiapkan kelengkapan kamas sesuai kebutuhan
c. Menyiapkan format penerimaan pasien baru
d. Menyiapkan format pengkajian
e. Menyiapkan informed concern sentralisasi/ pengelolaan obat
f. Menyiapkan nursing kit
g. Menyiapkan lembar tata tertib pasien dan pengunjung ruangan
h. Menyiapkan lembar hak dan kewajiban pasien
i. Menyiapkan kuisioner kepuasan pasien
2. Tahap pelaksanaan penerimaan pasien baru
a. Pasien datang diterima olehkepala ruangan/ kaTim/ perawat
yang diberi delegasi
b. Perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarganya.
c. Perawat menunjukkan kamar / tempat tidur klien dan mengantar
ketempat yang telahditetapkan.
d. Perawat bersama karyawan lai memindahkan pasien ketempat
tidur (apabila pasien datang dengan menggunakan kursi roda)
dan berikan posisi yang nyaman.
e. Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan
format
f. Perkenalkan pasien dengan pasien baru yang sekamar
g. Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat
memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang
orientasi ruangan, perawatan (termasuk perawat yang
bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis (dokter yang
bertanggung jawab dan jadwal visite), da tata tertib ruangan.
h. Perawat menenyakan kembali tentang kejelasaninformasi yang
telah disampaikan
i. Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk
menandatangani informed concent sentralisasi obet.
j. Perawat menyerahkan kepada pasien lembar kuisioner tingkat
kepuasan pasien

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Pelaksanaan secara efektif dan efisien


2. Dilakukan oleh kepala ruang atau Ktim atau perawat yang lebih
diberi wewenang atau delegasi
3. Saat melakukan tetap menjaga privasi klien
4. Ajak pasien dan keluarga komunikasi yang baik dan berikan
sentuhan terapeutik

Peran perawat dalam penerimaan pasien baru


1. Kepala ruangan
Menerima pasien baru
2. Ketua tim
a. Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru
b. Menandatangani lembar penerimaan pasien baru
c. Melakukan pengkajian pada pasien baru
d. Mengorientasikan klien kepada ruangan
e. Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang
bertanggung jawab
f. Memberi penjelasan tentang sentralisasi obat pada pasien
g. Mendokumentasikan penerimaan pasien baru
3. Perawat Associate
Membantu katim dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru.

TAHAP KEGIATAN TEMPAT WAK PELAKS


TU ANA
Persiapa 1. Karu memberitahu PP Nurse 5 KARU
n bahwa aka nada pasien Station menit PP
baru
2. PP menyiapkan hal-hal
yang diperlukan dalam
penerimaan pasien baru,
diantaranya lembarpasien
masuk RS, lembar informed
concent, status pasien,
nursing kit, lembar tata
tertib pasien, lembar
kepuasan pasien, dan kartu
penunggu pasien
3. PP meminta bantuan PA
untuk mempersiapkan
tempat tidur pasien baru
4. KARU menanyakan kembali
pada PP tentang
kelengkapan untuk
penerimaan pasien baru.
5. PP meyebutkan hal-hal
yang telah disiapkan.
Pelaksan 1. KARU dan PP menyambut Kamar 20 KARU
aan pasien dan keluarga Pasien menit PP
dengan memberi salam PA
serta memperkenalkan diri Pasien
dan PP pada klien/ keluarga dan
2. PP menunjukkan / keluarga
mengorientasikan tempat
dan fasilitas yang ada
diruangan, kemudian PP
mengisi lembar pasien
masuk serta menjelaskan
mengenai beberapa hal
yang tercantum dalam
lembar penerimaan pasien
baru.
3. Ditemnpat tidur pasien, PP
melakukan anamnesa
dengan dibantu oleh PA.
4. Ditanyakan kembali pada
pasien dan keluarga
mengenai hal-hal yang
belum dimengerti
5. PP, Pasien dan keluarga
menandatangani lembar
penerimaan pasien baru.
6. PP dan PA kembali
keruangan KARU
Penutup 1. KARU memeriksa kembali Nurse 5 KARU
kelengkapan pengisian Station menit PP
dokumen penerimaan PA
pasien baru.
2. KARU memberikan
penghargaan pada PP dan
PA.
3. PP merencanakan
intervensi keperawatan.
Timbang Terima

1. Pengertian Timbang Terima

Timbang terima sering disebut dengan Timbang Terima atau over


hand. Timbang terima adalah suatu cara dalam mnyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.

Timbang Terima atau operan pasien harus di lakukan seefektif


mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dan yang
belum di lakukan serta perkembangan pasien saat itu. Informasi yang di
sampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan
dapat berjalan dengan sempurna. Overan di lakukan oleh perawat primer
keperawatan kepada perawat primer pnanggung jawab) dinas pagi, sore
atau dinas malam secara tertulis dan lisan.

2. Tujuan Timbang Terima


2.1 Tujuan umum :
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan
informasi yang penting. Timbang terima (handover) memiliki
tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi komunikasi tentang
tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan
untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan
dalam bekerja.
2.2 Tujuan Khusus :
a Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien (data
focus).
b Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.
c Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya.
d Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

2.1 Manfaat Timbang Terima


2.1.1 Manfaat bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggung jawab
antar perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara
paripuna.
2.1.2 Manfaat bagi pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada
yang belum terungkap.
2.2 Langkah-langkah Timbang Terima
a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
b. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu
mempersiapkan hal-hal apa yang disampaikan
c. Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada
penanggung jawab shift yang selanjutnya meliputi :
i. Kondisi atau keadaan klien secara umum
ii. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
iii. Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
d. Penyampaian operan di atas (point c) harus dilakukan secara
jelas dan tidak terburu-buru
e. Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift
bersama-sama secara langsung melihat keadaan kien.
2.3 Prosedur Timbang Terima

Taha Kegiatan Waktu Tempat Pelaks


p ana
Pers 1.Timbang Terima Dilaksanakan 5 menit Nurse PP,PA
iapa Setiap Pergantian Shift / Timbang station
n Terima.
2.Prinsip timbang terima, semua
pasien baru masuk dan pasien yang
dilakukan timbang terima
khususnya pasien yang memiliki
permasalahan yang belum dapat /
dapat teratasi serta yang
membutuhkan observasi lebih
lanjut.
3. PP menyampaikan timbang
terima pada PP berikutnya,hal yang
perlu disampaikan dalam timbang
terima:
Jumlah pasien;
Identitas klien dan diagnose
medis;
Data (keluhan /subjective dan
objektiv);
Masalah keperawatan yang
masih muncul;
Intervensi keperawatan yang
sudah dan belum di laksanakan
(secara umum);
Intervensi kolaboratif dan
dependent
Secara umum dan persiapan
yang perlu di lakukan
(persisapan operasi,persiapan
penunjang dll);
Pela 1. kedua kelompok dinas sudah siap 20 menit Ners KARU ,
ksan (shif jaga). station PP,dan
2. kelompok yang akan bertugas
aan PA
menyiapkan buku catatan.
3. kepala ruang membuka acara
timbang terima.
4. perawat yang melakukan
timbang terima dapat melakukan
klarifikasi,tanya jawab dan
melakukan validasi terdapat hal hal
yang telah di timbang terimakan
dan berhak menanyakan mengenai
hal hal yang kurang jelas.
5. kepala ruangan,PP menanyakan
kebutuhan dasar pasien.
6. penyampaian yang jelas,singkat
dan padat.
7. perawat yang melaksanakan
Ruang
timbang terima mengkaji secara
perawat
penuh terhadap masalah
an
keperawatan,kebutuhan dan
tindakan yang telah/belum di
laksanakan serta hal hal penting
lainnya selama masa perawatan.
8. hal hal yang sifatnya khusus dan
memerlukan perincian yang matang
sebaiknya di catat secara khusus
untuk kemudian di serah terimakan
kepada petugas berikutnya.
9. lama timbang terima untuk tiap
pasien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan
memerlukan keterangan yang
rumit.
Post 1. diskusi . 5 menit Ners KARU,P
2. pelaporan untuk timbang terima
oper station P,PA
dituliskan secara langsung pada
an/p
format timbang terima yang di tada
enut
tanganni oleh PP yang jaga saat itu
up
dan PP yang jaga berikutnya
diketahui oleh kepala ruangan.
3. ditutup oleh kepala ruang.
2.4 Hal-hal yang perlu di perhatikan
a. Di laksanakan tepat pada waktu pergantian shif.
b. Di pimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien
(PP).
c. Di ikuti semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
d. Informasi yang di sampaikan harus akurat, singkat, sistematis
dan menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga
kerahasiaan pasien.
e. Timbang terima harus beririentasi pada permasalahan pasien.
f. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan
folume suara yang cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak
mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien. Sesuatu yang
dianggap rahasia sbaiknya tidak di bicarakan secara langsung di
dekat klien.
g. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan syok
sebaiknya di bicarakan di nurse station.

2.7 Alur pelaksanaan timbang terima

PASIEN

Diagnosa medis masalah kolaboratif Diagnosa keperawatan (didukug dat

Rencana keperawatan

Telah dilakukan Belum dilakukan

Perkembangan/keadaan pasien

Masalah :
Teratasi
Belum tertasi
Teratasi sebagian
Muncul maslah baru

Dokumentasi Operan
Operan Tim A
NO / NAMA / UMUR / NO.REG / DX / DR / LAPORAN KEGIATAN
a) Nn. Triya (17 thn)
(5870049) demam thypoid / Dr.Asti KU: baik, komposmentis. TD:
110/80, N: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 38.5 C. Keluhan: demam,
panas. Masalah keperawatan: hipertermi, Rencana yg sudah
dilakukan : penurunan suhu tubuh pasien dengan cara pemberian
obat xxx. Persiapan lain tidak ada.

Kajian Data
Timbang Terima Pasien

Pelaksanaan timbang terima

Hari / tanggal :

Pukul

Topic

Tempat

Metode

1. Diskusi
2. Tanya jawab

Media

1. Status pasien
2. Buku timbang terima
3. Alat tulis
4. Leaflet
5. Sarana dan prasarana perawatan

Pengorganisasian

Kepala Ruangan : Alfan


PP 1 (Pagi) : Dewi
PA (Pagi) : Bagus
PA (pagi) : Devita
PP 2 (Sore) : Bayu
PA (Sore) : Olivia
PA (Sore) : Tria
Dokter : Asti
Farmasi : Intan
Gizi : Kodir
RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN PADA An. R
Dengan Masalah Keperawatan Hipertermi Berhubungan Dengan
penyakit/trauma
Pada Diagnosis Medis Demam Thypoid
Di Ruang Mawar Kelas III
Topik : Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah
Keperawatan Hipertermi Berhubungan Dengan
penyakit/trauma pada Diagnosis Medis Demam Thypoid
Sasaran : Klien An. R/ 17 tahun
Hari/tanggal : Selasa / 23 Agustus 2016
Waktu : 60 menit (pukul 12.00 13.00 WIB)

TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah klien yang belum teratasi yaitu hipertermi
2. Tujuan Khusus
Menjustifikasi masalah yang belum teratasi
Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer dan
tim kesehatan lain
Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah klien
Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah
klien
SASARAN
Klien An. R umur 17 tahun yang di rawat di kelas III no. Bed 4
ruang Mawar

MATERI :
Teori asuhan keperawatan klien dengan dengan demam Thypoid
Masalah masalah yang muncul pada klien dengan demam Thypoid
serta intervensi keperawatan pada klien dengan demam Thypoid
dengan masalah keperawatan hipertermi.
METODE
Diskusi
Bed side teaching
MEDIA
Dokumen / status klien
Sarana diskusi : kertas, bulpen, papan tulis, spidol, penghapus
Materi yang disampaikan secara lisan

KEGIATAN RONDE
Wakt Tahap Kegiatan Pelaksan Kegiatan Tempat
u a kx
Sehar Prarond Menentukan kasus dan PJ - Ruang
i e topik Mawar
sebe- Menentukan tim ronde kelas III
lum Menentukan literatur
pelak- Membuat proposal RS
sanaa Mempersiapkan klien Segar
n Informed consent pada Waras
keluarga
Diskusi pelaksanaan
5 Ronde Pembukaan Kepala - Nurse
menit Salam pembuka Ruangan station
Memperkenalkan tim
ronde
Menyampaikan
identitas dan masalah
klien
Menjelaskan tujuan
ronde
Menyampaikan dasar
pertimbangan
dilakukan ronde
10 Penyajian masalah PP - Nurse
menit Memberi salam dan station
memperkenalkan
klien dan keluarga
kepada tim ronde
Menjelaskan riwayat
penyakit dan
keperawatan klien
Menjelaskan masalah
klien dan rencana
tindakan yang telah
dilaksanakan
Menjelaskan hambatan
yang telah di temukan
Menetapkan prioritas
yang perlu
didiskusikan
28 Validasi data Karu, PP, Memberik Ruang
menit Memberi salam dan PA, Gizi, an respon perawat
memperkenalkan tim Dokter, dan an
ronde keperawatan perawat menjawab
Mencocokkan dan konselor pertanyaa
menjelaskan kembali n
data yang telah
disampaikan
Diskusi antar anggota
tim dan klien tentang
masalah keperawatan
tersebut
Menjawab pertanyaan
dari keluarga pasien
7 Ronde Pemberian justifikasi Karu, PP, Memberik Ruang
menit oleh perawat primer PA, Gizi, an respon perawat
atau perawat konselor Dokter, dan an
atau kepala ruangan perawat menjawab
tentang masalah klien konselor pertanyaa
serta rencana n
tindakan yang akan
dilakukan
Menentukan tindakan
keperawatan pada
masalah prioritas
yang telah di tetapkan
10 Pasca Karu membuka dan Karu, PP, - Nurse
menit ronde memimpin diskusi PA, Gizi, station
Evaluasi dan Dokter,
rekomendasi supervisor,
intervensi pembimbi
keperawatan ng,
Penutup perawat
konselor

KRITERIA EVALUASI
1. Struktur
Ronde keperawatan dilaksanakan di ruang Mawar kelas III
Persiapan telah dilakukan dua hari sebelum pelaksanaan ronde
keperawatan
Penyusunan proposal ronde keperawatan
Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik
Konsultasi dengan pembimbing dilaksanakan sehari sebelum
pelaksanaan ronde keperawatan
Penentuan pasien dan kasus yang akan dilaksanakan ronde
Membuat informed consent dengan pasien dan keluarga

2. Proses
Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
keperawatan
Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran
yang telah di tentukan
3. Hasil
a. Klien puas dengan hasil kegiatan
b. Masalah klien dapat teratasi
c. Perawat dapat :
Menumbuhkan cara berfikir yang kritis dan sistematis
Meningkatkan kemampuan validitas data klien
Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien
Meningkatkan kemampuan justifikasi
Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

PENGORGANISASIAN
Kepala ruangan : Alfan Madita S. Kep., Ns.
Katim 1 : Andriani Puspita Dewi S.Kep, Ns
Katim 2 : Bayu Adha N S. Kep,. Ns.
PA 1 : Bagus Candra Buana S. Kep., Ns.
PA 2 : Devita Tri Ernawati S. Kep, Ns.
Dokter : dr. Asti Leti Lathifah
Konselor : Triyana Setyowati S. Kep, Ns.
Penanggung jawab Ronde keperawatan : Ovalia Aristantya S. Kep, Ns
Ahli gizi : Abd Kodir Jaelani S. Gz
Supervisor : Intan Kurniaty S. Kep., Ns.
LAMPIRAN : INFORMED CONSENT
SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN
RONDE KEPERAWATAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : .................................................
Umur : .................................................
Alamat : .................................................

Menyatakan SETUJU/TIDAKSETUJU
Untuk dilakukan ronde keperawatan terhadap diri saya
sendiri/suami/istri/orang tua/anak/ayah/ibu/nenek/kakek dari klien :
Nama : .................................................
Umur : .................................................
Alamat : .................................................
Ruang : .................................................
No.RM : .................................................
Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Pasien/keluarga mengisi surat persetujuan untuk kerjasama dalam
ronde keperawatan
2. Pasien dan keluarga telah mendapatkan penjelasan tentang maksud
dan tujuan dilakukan ronde keperawatan
3. Pasien dan keluarga menerima untuk dilakukan ronde keperawatan
4. Pasien dan keluarga memberikan persetujuan untuk dilakukan ronde
keperawatan
Ketentuan ronde keperawatan tersebut diatas telah dijelaskan oleh
perawat dan saya telah mengerti dengan sepenuhnya. Demikian
persetujuan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk digunakan
sebagaimana mestinya.
Malang, 30 Agustus
2016
Perawat Primer Pasien

( ) (
)

Saksi-saksi : tanda tangan


1. .. ()
2. .. (.........)
LAMPIRAN :
RESUME KLIEN-PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN

IDENTITAS
Nama : An. R
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 17 tahun
Alamat : Desa Sumbersari Malang
MRS : 23 Agustus 2016

DIAGNOSIS
Demam Thypoid

KELUHAN UTAMA
Tubuh menggigil, badan lemas

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


An. R mengalami Hipertermi sejak 1 minggu yang lalu, namun tidak
ada penurunan suhu badan.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Tidak ada.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Tidak ada riwayat keturunan dari keluarga.

PEMERIKSAAN FISIK
TTV : TD : 100/70 mmHg
Suhu : 40 0C
Nadi : 122 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Sistem Pernafasan (B1-Breath)
Tidak ada keluhan sesak, tidak batuk, pola nafas teratur, tidak ada
penggunaan otot bantu pernafsan.
Sistem Kardiovaskuler (B2-Bleed)
Denyut jantung lemah (bradikardi)
Sistem Persyarafan (B3-Brain)
Kesadaran somnolen
Sistem Pencernaan (B4- Bladder)
Klien tampak lemah, nafsu makan menurun, nyeri pada abdomen.
1
Klien hanya mau makan /4 porsi dari porsi biasa dalam 24 jam.
Turgor kulit menurun (> 3 detik), konjungtiva anemis.
Sistem Perkemihan (B5-Bowel)
Klien BAK 3 x sehari warna kuning jernih, jumlah tidak terukur .
tidak bisa BAB selama 4 hari. Sebelum sakit Frekuensi BAB 1x sehari
Sistem Muskuloskeletal Dan Inetgumen (B6-Bone)
Klien tampak lemah, pergerakan terbatas. Warna kulit anemis, turgor
menurun, nyeri otot myalgia

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 21 Januari 2012
Darah rutin : Hb : 10,5 g/dl
Ht : 32 vol%
Leukosit : 10.500/mm3
Trombosit : 300.000/ mm3
LED : 20 mm/jam

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Tanggal 25 Agustus 2016 : kekurangan volume cairan

RENCANA TINDAKAN
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam tidak terjadi
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Kriteria hasil : - suhu tubuh dalam rentang normal
- tidak ada nyeri otot
- klien tidak mengalami sakit kepala

Rencana tindakan :
- Kaji keadaan umum klien
- Monitor minimal tiap 2 jam
- Monitor TD, nadi,RR dan suhu
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Berikan antipiretik jika perlu

EVALUASI
Tanggal 31 Januari 2016
S-O-A-P : kebutuhan nutrisi dan cairan belum terpenuhi
PROPOSAL DISCHARGE PLANNING
PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
2016

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Discharge Planning merupakan suatu proses terintegrasi yang
terdiri dari fase-fase yang ditujukan untuk memberikan asuhan
keperawatan yang berkesinambungan. (Raden dan Tafft, 1990).
Discharge planning sebagai merencanakan kepulangan pasien dan
memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal
yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi atau
penyakitnya (Rondhianto, 2008). Perencanaan pulang keperawatan
merupakan komponen yang terkait dengan rentang keperawatan.
Rentang keperawatan disebut juga perawatan berkelanjutan yang
artinya perawatan dibutuhkan oleh pasien dimana pun pasien
berada.
Perencanaan pasien pulang bertujuan untuk memandirikan
pasien di rumah sehingga pelaksanaan dan pendokumentasian
perencanaan pulang diperlukan komunikasi yang efektif dan tepat
yang diharapkan tercapainya tujuan. Discharge Planning yang
berjalan belum optimal dapat mengakibatkan kegagalan dalam
program perencanaan perawatan pasien di rumah dan berpengaruh
terhadap tingkat ketergantungan pasien, dan tingkat keparahan
pasien saat di rumah. Adanya mahasiswa praktik manajemen
keperawatan diharapkan pelaksanaan Discharge Planning di Rumah
Sakit dapat dilakukan, sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai secara maksimal.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan praktek manajemen keperawatan
diharapkan mahasiswa dan perawat di Rumah Sakit mampu
menerapkan Discharge Planning dengan baik dan benar.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk discharge
planning.
b. Mengidentifikasi masalah pasien dalam discharge planning.
c. Memprioritaskan masalah untuk discharge planning.
d. Membuat jadwal pelaksanaan untuk pasien discharge
planning.
e. Melaksanakan discharge planning.
f. Membuat evaluasi pada pasien selama pelaksanaan
discharge planning.
g. Pendokumentasian discharge planning.
1.3 Manfaat
3.1.1 Bagi Pasien
a. Meningkatkan kemandirian pasien dalam melakukan
perawatan di rumah.
b. Meningkatkan kemampuan pasien dalam kesiapan
melakukan perawatan di rumah.
c. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan dalam
memperbaiki dan mempertahankan status kesehatan klien.
3.1.2 Bagi Perawat
a. Terjadinya pertukaran informasi antara mahasiswa sebagai
perawat dengan pasien sebagai penerima pelayanan.
b. Mengevaluasi pengaruh intervensi yang terencana pada
penyembuhan pasien.
c. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan
perawatan di rumah.
d. Meningkatkan kualitas perawatan secara berkelanjutan
pada pasien saat di rumah.

BAB II
MATERI DISCHARGE PLANNING
2.1 Pengertian
Discharge Planning merupakan suatu proses terintegrasi yang
terdiri dari fase-fase yang ditujukan untuk memberikan asuhan
keperawatan yang berkesinambungan. (Raden dan Tafft, 1990).
Discharge planning sebagai merencanakan kepulangan pasien dan
memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal
yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi atau
penyakitnya (Rondhianto, 2008). Discharge Planning adalah suatu
proses dimana mulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan
yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses
penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat
kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke
lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa proses
formal yang melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk
mengatur perpindahan sekelompok orang ke kelompok lainnya
(RCP,2001).
Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan
sebagai discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan
mengumpulkan dan menggunakan data yang berhubungan untuk
mengidentifikasi masalah actual dan potensial, menentukan tujuan
dengan atau bersama pasien dan keluarga, memberikan tindakan
khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam
mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara
optimal dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan.
Merupakan usaha keras perawat demi kepentingan pasien untuk
mencegah dan meningkatkan kondisi kesehatan pasien, dan sebagai
anggota tim kesehatan, perawat berkolaborasi dengan tim lain untuk
merencanakan, melakukan tindakan, berkoordinasi dan
memfasilitasi total care dan juga membantu pasien memperoleh
tujuan utamanya dalam meningkatkan derajat kesehatannya.
2.2 Tujuan
Adalah meningkatkan kontinuitas perawatan, meningkatkan
kualitas perawatan dan memaksimalkan manfaat sumber pelayanan
kesehatan. Discharge Planning dapat mengurangi hari rawatan
pasien, mencegah kekambuhan, meningkatkan perkembangan
kondisi kesehatan pasien dan menurunkan beban perawatan pada
keluarga dapat dilakukan melalui Discharge Planning (Naylor, 1990).
Mamon et al (1992), pemberian discharge planning dapat
meningkatkan kemajuan pasien, membantu pasien untuk mencapai
kualitas hidup optimum disebelum dipulangkan, beberapa penelitian
bahkan menyatakan bahwa discharge planning memberikan efek
yang penting dalam menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan
kekambuhan dan menurunkan angka mortalitas dan morbiditas
(Leimnetzer et al,1993: Hester, 1996).
Seorang Discharge Planners bertugas membuat rencana,
mengkoordinasikan dan memonitor dan memberikan tindakan dan
proses kelanjutan perawatan (Powell,1996). Discharge planning ini
menempatkan perawat pada posisi yang penting dalam proses
pengobatan pasien dan dalam team discharge planner rumah sakit,
pengetahuan dan kemampuan perawat dalam proses keperawatan
dapat memberikan kontinuitas perawatan melalui proses discharge
planning (Naylor,1990). Perawat dianggap sebagai seseorang yang
memiliki kompetensi lebih dan punya keahlian dalam melakukan
pengkajian secara akurat, mengelola dan memiliki komunikasi yang
baik dan menyadari setiap kondisi dalam masyarakat. (Harper,
1998).
Menurut Jipp dan Sirass (1998) discharge planning bertujuan
untuk :
a. Menyiapkan klien secara fisik, psikologis dan sosial.
b. Meningkatkan kemandirian klien saat perawatan di rumah.
c. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada klien.
d. Membantu rujukan pada klien pada sistem pelayanan yang lain.
e. Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan, sikap
dan keterampilan dalam mempertahankan status kesehatan klien.
2.3 Keuntungan Discharge Planning
2.3.1 Bagi Pasien:
Dapat memenuhi kebutuhan pasien.
Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses
perawatan sebagai bagian yang aktif dan bukan objek yang
tidak berdaya.
Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya.
Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan
memperoleh support sebelum timbulnya masalah.
Dapat memilih prosedur perawatannya.
Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui
siapa yang dapat dihubunginya.
2.3.2 Bagi Perawat:
Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di
gunakan.
Menerima informasi kunci setiap waktu dan memahami
perannya dalam system.
Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru.
Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang
berbeda dan cara yang berbeda.
Bekerja dalam suatu system dengan efektif.
2.4 Justifikasi Metode Discharge Planning
Di Indonesia semua pelayanan keperawatan di Rumah Sakit,
telah merancang berbagai bentuk format Discharge Planning,
namun discharge planning kebanyakan dipakai hanya dalam bentuk
pendokumentasian resume pasien pulang, berupa informasi yang
harus di sampaikan pada pasien yang akan pulang seperti intervensi
medis dan non medis yang sudah diberikan, jadwal kontrol, gizi yang
harus dipenuhi setelah dirumah. Cara ini merupakan pemberian
informasi yang sasarannya ke pasien dan keluarga hanya untuk
sekedar tahu dan mengingatkan, namun tidak ada yang bisa
menjamin apakah pasien dan keluarga mengetahui faktor resiko apa
yang dapat membuat penyakitnya kambuh, penanganan apa yang
dilakukan bisa terjadi kegawatdaruratan terhadap kondisi
penyakitnya, untuk itu pelaksanaan discharge planning di rumah
sakit apalagi dengan penyakit kronis seperti stroke, diabetes
mellitus, penyakit jantung dan lain-lain yang memiliki resiko tinggi
untuk kambuh dan berulangnya kondisi kegawatan sangat penting
dimana akan memberikan proses deep-learning pada pasien hingga
terjadinya perubahan perilaku pasien dan keluarganya dalam
memaknai kondisi kesehatannya.
2.5 Prinsip Discharge Planning
1. Kordinasi (saling berhubungan)
2. Interdisiplin (saling menjaga, disiplin ilmu,keterampilan sesuai
standar keperawatan)
3. Pengenalan secara dini mungkin (penjelasan tentang apa yang
kita informasi)
4. Perencanaan secara hati-hati
5. Melibatkan klien dan keluarga dalam memberikan perawatan
2.6 Karakteristik indikasi kebutuhan discharge planning
1. Kurang pengetahuan tentang pengobatan.
2. Isolasi sosial
3. Diagnosa baru penyakit kronik
4. Operasi besar dan Perpanjangan operasi besar
5. Orang labil
6. Penatalaksanaan dirumah secara kompleks
7. Kesulitan financial
8. Ketidakmampuan menggunakan sumber rujukan /fasilitas
pelayanan kesehatan
9. Penyakit terminal
2.7 Prioritas klien yang mendapatkan discharge planning
1. Umur diatas 70 tahun
2. Multipe diagnosis
3. Resiko kematian yang tinggi
4. Terbatas mobilitas fisik
5. Keterbatasan merawat diri sendiri
6. Penurunan status kognisi/kognitif
7. Resiko terjadi cedera
8. Tunawisma
9. Fakir miskin
10. Penyakit kronis
11. Pasien diagnosis baru
12. Penyalahgunaan zat
13. Sering keluar masuk emergency
2.8 Jenis pemulangan pasien
a. Conditional Discharge (pemulangan sementara)
Jika klien pulang dalam keadaan baik dan tidak ada komplikasi,
klien pulang untuk sementara di rumah dan masih dalam proses
perawatan dan harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau
puskesmas terdekat.
b. Absolute Discharge (pulang mutlak atau selamanya)
Jika klien sudah selesai masa perawatan dan dinyatakan sembuh
dari sakitnya. Jika klien perlu perawatan kembali, maka prosedur
perawatan dapat dilakukan kembali.
c. Judocal Discharge (pulang paksa)
Jika kondisi klien masih perlu perawatan dan belum
memungkinkan untuk pulang, tetapi klien harus dipantau dengan
melakukan kerjasama dengan tim home care RS atau puskesmas
terdekat.

2.9 Komponen Discharge Planning


1. Jadwal kontrol dan menjelaskan pentingnya melakukan kontrol.
2. Perawatan di rumah
a. Meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan
(health education) mengenai: diet, mobilisasi, waktu kontrol
dan tempat kontrol. Pemberian
pembelajaran disesuaikan dengan
tingkat pemahaman pasien dan keluarga mengenai
perawatan selama pasien di rumah nanti.
b. Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya.
Pada pasien yang akan pulang dijelaskan obat-obatan yang
masih diminum, dosis, cara pemberian, dan waktu yang tepat
minum obat.
c. Obat-obatan yang dihentikan
Meskipun ada obat-obatan yang tidak diminum lagi oleh
pasien, obat- obatan tersebut tetap dibawakan ke pasien.
d. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan hasil pemeriksaan
selama MRS dibawakan ke pasien waktu pulang.
e. Surat-surat seperti : surat keterangan sakit, surat kontrol
dan lain-lain.
2.10 Tindakan keperawatan pada waktu perencanaan pulang
Tindakan perawatan yang diberikan pada perencanaan pulang yaitu
meliputi:
1. Pendidikan (edukasi, reedukasi, reorientasi) kesehatan yang
diharapkan dapat mengurangi angka kekambuhan dan
meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga.
2. Program pulang bertahap.
Melatih pasien kembali ke lingkungan dan masyarakat antara
lain yang dilakukan pasien di rumah sakit, dan tugas keluarga.
3. Rujukan.
Integrasi pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan
langsung antara perawatan komunitas dengan rumah sakit
sehingga dapat mengetahui perkembangan pasien di rumah.
2.11 Tahap-tahap Discharge Planning
1. Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data
tentang klien. Ketika melakukan pengkajian kepada klien,
keluarga merupakan bagian dari unit perawatan. Klien dan
keluarga harus aktif dilibatkan dalam proses discharge agar
transisi dari rumah sakit ke rumah dapat efektif. Elemen penting
dari pengkajian discharge planning adalah:
a. Data kesehatan
b. Data pribadi
c. Pemberi perawatan
d. Lingkungan
e. Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge
planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan
keluarga. Keluarga sebagai unit perawatan memberi dampak
terhadap anggota keluarga yang membutuhkan perawatan.
Keluarga penting untuk menentukan apakah masalah tersebut
aktual atau potensial.
3. Perencanaaan : Hasil yang diharapkan
Menurut Luverne & Barbara (1988), perencanaan pemulangan
pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik klien.
Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran
yang baik untuk persiapan pulang klien, yang disingkat dengan
METHOD, yaitu:
a. Medication (obat): Pasien sebaiknya mengetahui obat yang
harus dilanjutkan setelah pulang.
b. Environment (Lingkungan): Lingkungan tempat klien akan
pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga
sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk
kontinuitas perawatannya.
c. Treatrment (pengobatan): Perawat harus memastikan bahwa
pengobatan dapat berlanjut setelah klien pulang, yang
dilakukan oleh klien atau anggota keluarga. Jika hal ini tidak
memungkinkan, perencanaan harus dibuat sehingga seseorang
dapat berkunjung ke rumah untuk memberikan keterampilan
perawatan.
d. Health Teaching (Pengajaran Kesehatan): Klien yang akan
pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan
kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan
kebutuhan pearwatan kesehatan tambahan.
e. Outpatient referral: Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari
rumah sakit atau agen komunitas lain yang dapat meningkatan
perawatan yang kontinu.
4. Diet: Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada
dietnya. Ia sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk
dirinya.
5. Implementasi: Implementasi adalah pelaksanaan rencana
pengajaran dan referral. Seluruh pengajaran yang diberikan harus
didokumentasikan pada catatan perawat dan ringkasan pulang
(Discharge summary). Instruksi tertulis diberikan kepada klien.
Demonstrasi ulang menjadi harus memuaskan. Klien dan pemberi
perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan
alat yang akan digunakan di rumah.
6. Penyerahan homecare dibuat sebelum klien pulang. Informasi
tentang klien dan perawatannya diberikan kepada agen tersebut.
Seperti informasi tentang jenis pembedahan, pengobatan
(termasuk kebutuhan terapi cairan IV di rumah), status fisik dan
mental klien, faktor sosial yang penting (misalnya kurangnya
pemberi perawatan, atau tidak ada pemberi perawatan) dan
kebutuhan yang diharapkan oleh klien. Transportasi harus
tersedia pada saat ini.
7. Evaluasi: Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting
dalam membuat kerja proses discharge planning. Perencanaan
dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk menjamin
kualitas dan pelayanan yang sesuai. Evaluasi berjalan terus-
menerus dan membutuhkan revisi dan juga perubahan. Evaluasi
lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu
setelah klien berada di rumah. Ini dapat dilakukan melalui
telepon, kuisioner atau kunjungan rumah (homevisit).
Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada
enam variabel:
a. Derajat penyakit
b. Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Durasi perawatan yang dibutuhkan
d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
e. Komplikasi tambahan
f. Ketersediaan sumber-sumber

2.12 Alur discharge Planning


Perencanaan Pulang

Program HE (Perawat
PA):
1. Kontrol dan obat
2. Nutrisi
3. Aktivitas dan
Istirahat

Keterangan:
1. Tugas perawat primer
a. Membuat perencanaan pulang (discharge planning)
b. Membuat leaflet
c. Memberikan konseling
d. Memberikan pendidikan kesehatan
e. Menyediakan format discharge planning
f. Mendokumentasikan discharge planning
2. Tugas perawat associate
a. Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat perawatan
dan diakhiri perawatan).
2.13 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Discharge
Planning
Meskipun pasien telah dipulangkan, penting bagi pasien dan
keluarga mengetahui apa yang telah dilaksanakan dan bagaimana
mereka dapat meneruskan untuk meningkatkan status kesehatan
pasien. Selain itu, ringkasan pulang tersebut dapat disampaikan
oleh perawat praktisi/perawat home care dan mungkin dikirim ke
dokter primer/dokter yang terlibat untuk dimasukkan dalam catatan
institusi untuk meningkatkan kesinambungan perawatan dengan
kerja yang kontinu ke arah tujuan dan pemantauan kebutuhan yang
berubah (Doenges & Moorhouse, 2000). Discharge Planning harus
disesuaikan dengan :
1. Kebutuhan klien, tersedianya tim kesehatan
2. Dimulai sejak awal masuk rumah sakit
3. Disusun oleh tim
2.14 Peranan
1. Kepala ruangan:
a. Membuka acara discharge planning kepada pasien.
b. Menyetujui dan menandatangani format discharge planning.
2. Ketua Tim
a. Membuat rencana discharge planning.
b. Membuat leaflet dan kartu discharge planning.
c. Memberikan konseling dan pendidikan kesehatan.
d. Menyediakan format discharge planning.
e. Mendokumentasikan discharge planning.
f. Melakukan agenda discharge planning (pada awal perawatan
sampai akhir perawatan).
3. Perawat Pelaksana
Ikut membantu dalam melaksanakan discharge planning yang
sudah direncanakan oleh Ketua Tim.

BAB III
KEGIATAN
3.1 Pelaksanaan Kegiatan
Topik : Discharge planning perawatan klien dengan diagnose
medis Typhoid
Hari/ tanggal : Senin, 29- 07 2016
Pukul : 10.00 WIB
Pelaksana : KARU, PP, PA
Tempat : Ruang Perawatan X
Sasaran : Pasien Ruang Perawatan X
3.2 Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Alfan
PP 1 (Pagi) : Dewi
PA (Pagi) : Bagus
PA (pagi) : Devita
PP 2 (Sore) : Bayu
PA (Sore) : Olivia
PA (Sore) : Tria
Dokter : Asti
Farmasi : Intan
Gizi : Kodir
3.3 Metode
Metode yang digunakan dalam discharge planning adalah diskusi dan
tanya jawab setelah diberikan penjelasan tentang hal-hal yang perlu
diberikan dalam perencanaan pulang, meliputi:
1. Komponen perencanaan pulang
a. Perawatan di rumah
b. Pemberian pendidikan kesehatan mengenai : Diet, waktu kontrol,
tempat control
c. Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya.
Penjelasan mengenai obat-obatan yang masih diminum, dosis,
cara pemberian, dan waktu yang tepat untuk minum obat.
d. Obat-obatan yang dihentikan
Walaupun obat-obatan klien sudah tidak diminum lagi, namun
tetap dibawa oleh klien serta ditentukan siapa yang akan
menyimpan obat tersebut.
e. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dibawakan kepada klien
waktu pulang.
f. Surat-surat seperti surat keterangan sakit.

2. Tindakan keperawatan pada waktu perencanaan pulang


a. Pendidikan (edukasi, reedukasi, reorientasi) kesehatan yang
diharapkan dapat mengurangi angka kekambuhan dan
meningkatkan pengetahuan klien serta keluarga.
b. Program pulang bertahap.
Melatih klien kembali ke lingkungan dan masyarakat antara lain
yang dilakukan klien di rumah sakit, dan tugas keluarga.
c. Rujukan.
d. Integrasi pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan
langsung antara perawatan komunitas dengan rumah sakit
sehingga dapat mengetahui perkembangan klien di rumah.
3.4 Instrumen
1. Status klien
2. Lembar discharge planning (terlampir)
3. Leaflet (terlampir)
4. Obat-obatan, hasil laboratorium dan pemeriksaan penunjang.

3.5 Mekanisme kegiatan


Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksa
na
Persiapan 1. Karu mengucapkan salam 10 Nurse Karu
kemudian menanyakan menit Station PP
bagaimana persiapan Ketua PA
Tim untuk pelaksanaan
discharge planning.
2. Ketua Tim sudah siap dengan
status klien dan format
discharge planning.
3. Menyebutkan masalah-
masalah klien.
4. Menyebutkan hal-hal yang
perlu diajarkan pada klien
dan keluarga.
5. Karu memeriksa kelengkapan
discharge planning.
Pelaksana 1. Karu membuka acara 30 Nurse Karu
an discharge planning. menit station PP
discharge 2. Ketua Tim dibantu PA PA
planning menyampaikan pendidikan Nurse Katim,
kesehatan, dan menjelaskan station anggota
tentang : tim
a. Definisi
b. Etiologi
c. Tanda dan gejala
d. Pencegahan dan
penatalaksanaan
3. Menjelaskan aturan Bed pasien
pengobatan, dan rencana
kontrol setelah pulang dari
Rumah Sakit saat ada
keluhan atau sesuai jadwal Bed pasien
kontrol.
4. Cara minum obat, perawatan Bed pasien
di rumah
5. Ketua Tim menanyakan
kembali kepada klien dan Bed pasien
keluarga tentang materi yang
telah disampaikan. Bed pasien
6. Ketua Tim mengucapkan Nurse
terima kasih. station
7. Pendokumentasian.
8. Timbal balik antara Karu,
Ketua Tim, PA dengan
keluarga klien. 30 menit Bed
pasien Karu

3.6 Evaluasi
1. Struktur (input)
Pelaksanaan discharge planning dilaksanakan di ruang X RS
UMM
Persiapan dilakukan sebelumnya.
Perawat yang betugas.
2. Proses
Kelancaran kegiatan.
Peran serta perawat yang bertugas.
Klien dan keluarga berperan aktif dalam diskusi
3. Hasil
Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh klien dan
keluarga. Klien dapat menyebutkan kembali tentang:
a. Definisi
b. Etiologi
c. Tanda dan gejala
d. Pencegahan dan penatalaksanaan
e. Menjelaskan manfaat aturan pengobatan, minum obat dan
rencana kontrol setelah pulang dari rumah sakit saat ada
keluhan atau sesuai jadwal kontrol.
f. Cara minum obat, perawatan di rumah, dll.
LEMBAR PERSETUJUAN
DILAKUKAN DISCHARGE PLANNING

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : L/P *)
Umur :
Alamat :

Adalah istri / anak / orang tua *) dari pasien :


Nama :
Umur :
Alamat :
Ruang :
No. Reg. :

Menyatakan setuju/tidak setuju *) untuk dilakukan Discharge


Planning, setelah mendapatkan penjelasan tentang Discharge Planning yaitu
pengaturan perencanaan pulang yang diatur atau dikoordinir oleh perawaat
sesuai ketentuan discharge planning yang diberikan dokter.
Discharge planning ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
Pasien/ keluarga mengisi surat persetujuan untuk kerja sama dalam
discharge planning.
Menyampaikan pendidikan kesehatan, dan menjelaskan tentang: a.
definisi, b. etiologi, c.tanda
dan gejala, d. pencegahan dan penatalaksanaan.
Menjelaskan aturan pengobatan, dan rencana kontrol setelah pulang
dari Rumah Sakit saat ada
keluhan atau sesuai jadwal kontrol. Cara minum obat, perawatan di
rumah.
Demikian persetujuan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk
digunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 29 Agustus
2016
Yang membuat
persetujuan

Pasien/Keluarga Ketua TIM

(..) (..
)

Contoh Lampiran : FORMAT DISCHARGE PLANNING


No.
Reg. : ...............................
......
Nama : ........................
DISCHARGE PLANNING
.............
Jenis
Kelamin : .................................
....
Tanggal Tanggal
MRS : ..................................... MRS : .....................................
Bagian : ........................ Bagian : ........................
............. .............
Dipulangkan dari RSY dengan keadaan :
Sembuh Pulang paksa
Meneruskan dengan obat jalan Lari
Pindah ke RS lain Meninggal
A. Kontrol
Waktu :
Tempat :
B. Lanjutan perawatan di rumah (luka operasi, pemasangan gift,
pengobatan, dan lain-lain)

C. Aturan diet / nutrisi

D. Obat-obat yang masih diminum dan jumlahnya :

E. Aktivitas dan istirahat :

F. Yang dibawa pulang (Hasil Lab, Foto, ECG, obat, dan lain-
lain) :

G. Lain-lain :

Malang, 29 Agustus 2016


Pasien/Keluarga
Perawat

( ) (
)

ROLE PLAY Prosedur MAKP


1. Tahap Persiapan
Disuatu ruangan, beberapa perawat dan kepala ruangan
berkumpul untuk membicarakan prosedur MAKP dengan cara
membagi perawat dalam 2 tim.

Kepala Ruangan : Selamat pagi saudara-saudara sekalian


Perawat : Selamat pagi pak
Kepala Ruangan : Hari ini saya sebagai kepala ruangan
mengagendakan agar semua perawat yang
bertugas di ruangan X RS UMM untuk dilakukan
pembagian tugas shift. Hal ini bertujuan untuk
mengaplikasikan Model Asuhan Keperawatan
Profesional. Saat pembagian ini, saya akan
memfasilitasi untuk membagi kelompok
berdasarkan proporsi perawat pelaksana dan
advokasi dengan jumlah pasien yang berada di
ruangan rawat X sesuai tingkat ketergantungan
pasien. Apakah semua perawat ruangan sudah
berada disini semua?
Perawat : Sudah Pak
Kepala Ruangan : Baiklah, saya akan mulai melakukan pembagian
tugas. Pertama-tama dalm ruangan ini, pasein
dengan tingkat ketergantungan rendah ada 5
orang, dan ketergantungan sedang ada 2 orang.
Karena jumlah total perawat ruangan kita hanya
ada 6 orang, maka akan saya bagi menjadi 2 Tim.
Tim pertama untuk shift pagi dan Tim kedua
untuk shift Sore. Apakah semuanya setuju?
Perawat : Setuju pak.
Kepala Ruangan : Untuk Tim pagi, ketua timnya adalah Perawat
Dewi, kemudian perawat bagus dan devita
sebagai perawat asosiet. Untuk Tim Sore ketua
timnya adalah Perawat Bayu, kemudian perawat
Ovalia dan Triya sebagai perawat asosiet. Mari
kita lihat dulu bagaimana kondisi pasien di
ruangan ini.

Semua perawat mengobservasi pasien yang ada diruangan


tersebut.

2. Tahap Pelaksanaan
Kepala Ruangan : Untuk semua perawat yang bertugas, harap
selalu mengamati perlengkapan dan fasilitas yang
menunjang dalam perawatan pasien. Untuk ketua
Tim, saya beri tugas untuk melakukan pengkajian
pasien secara lengkap, kemudian mengikuti
pertukaran shift dengan tim 2, serta melakukan
ronde keperawatan apa bila di perlukan.
Demikian juga dengan ketua tim 2. Ada yang
ingin di tanyakan?
Katim 2 : Sebagai ketua tim, berarti saya harus
berkolaborasi dengan perawat asosiet dalam
meningkatkan derajat kesehatan pasien. Di
tambah lagi pendokumentasian yang lengkap dari
perawat asosiet untuk melakukan asuhan
keperawatan yang lengkap. Setelah itu
mengidentifikasi berbagai keluhan serta cara
penanganan yang benar ya pak.
Kepala ruangan : Benar sekali, untuk itu, diharapkan setiap ketua
tim memberikan tugas kepada masing-masing
perawat asosiet yang ada sebagai anggota tim.
Sesuai pembagian tugas di waktu shift pagi
maupun shift sore ya. Kemudian, saat melakukan
pertukaran shift, saya juga akan ikut serta untuk
mengetahui perkembangan pasien.
Perawat : Baik pak.
Kepala Ruangan : baiklah, sekarang sudah waktunya untuk
melakukan pemeriksaan kepada pasien. Selamat
melaksanakan tugas, dan selamat pagi.
Perawat : Selamat pagi . . .

Semua perawat bekerja sesuai shift yang diterima.


ROLE PLAY PENERIMAAN PASIEN BARU

1. Tahap persiapan
KARU mendapatkan telepon dari UGD bahwa akan ada pasien baru
Perawat UGD : assalamualaikum, mohon izin nanti akan ada
pasien yang akan masuk pada jam 09.00
KARU : Siap mbak. Terima kasih
Karu memberitahu Katim jika ada pasien baru
KARU : assalamualaikum. Hari ini aka nada pasien baru `dari
UGD tolong disiapkan perlengkapan untuk penerimaan pasien baru
KATIM : Baik pak
KATIM menyiapkan hal-hal yang perlu untuk penerimaan
pasien baru
KATIM meminta tolong PA untuk mempersiapkan tempat
tidur untuk pasien baru
Katim : mbak devita, minta tolong disiapkan tempat tidur untuk
pasien baru nanti jam 09.00
Devita : baik mbak
KARU menanyakan kembali kepada KATIM tentang
kelengkapan penerimaan pasien baru
Karu : mbak dewi, sudah siap semua kelengkapanya ? (sambil
memeriksa dokumen yang telah disiapkan).
Katim : sudsah mbak
Katim menyebutkan perlengkapan utnutk penerimaan
pasien baru: Hal-hal yang sudah disiapkan yaitu lembar pasien
masuk RS, lembar pengkajian, lembar informed consent, status
pasien, nursing kit, lembar tata tertib pasien, dan lembar
kepuasan
Karu : oke

2. Tahap pelaksanaan
Pasien datang dengan diantar perawat UGD
Perawat UGD : selamat pagi bu saya asti dari UGD ingin
mengantarkan pasien saya dari UGD (sambil menyerahkan rekam
medis)
KARU, KATIM, PA menyambut Px dan Keluarga
Karu : oh iya silahkan mbak.. selamat pagi bu perkenalkan saya
perawat alfan
Katim : saya perawat dewi
PA : saya perawat devita
PA mengantar pasien ketempat tidur sementara itu katim
dan perawat UGD melaksanakan serah terima pasien dan
mengisi lembar serah terima. Perawat UGD menyerahkan
rekam medis dan obat-obatan pasien
Perawat UGD : terima kasih (meninggalkan ruangan)
Katim menuju ke bed pasien baru
katim : assalamualaikum..Nn Triya sekarang anda ada diruang XX
kamar 3X disini kamar mandinya, kalau mau mengambil baskom
dan air hangat ada dibelakang dapur. Ada juga tempaat menjemur
dibelakang. Bila Nn memerlukan sesuatu bisa menghubungi kami
di rung perawat atau memencet bel
keluarga : suster untuk jam berkunjung dan penunggu pasien
bagaimana..?
katim : jam berkungjung pagi mulai jam 09.00-12.00 untuk jam
berkunjung sore jam 19.00-21.00 yang menunggu pasien hanya
diperbolehkan 1 orang saja. Ini kartu pengunjungnya. Nanti kalau
pulang silahkan dikembalikan
katim danPA melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik
meliputi
a. Keluhan utama
b. Riwayat penyakit dahulu
c. Riwayat penyakit keluarga
d. Alergi obat/ makanan
e. Dll
Katim : apakah ada yang ibu tanyakan..?
Katim dan keluarga menandatangani lembar penerimaan
pasien baru. Katim dan PA kembali ke ruang perawat
3. Tahap Penutup
Karu memberikan reward pada Katim dan PA
Karu : terimakasih ya mbak dewi dan mbak devita
Katim dan PA: iya sama.sama pak..
Katim merencanakan intervensi selanjutnya
ROLE PLAY DISCHARGE PLANNING PADA PASIEN X DENGAN
DIAGNOSA MEDIS THYPOID

PENGORGANISASIAN
Kepala ruangan : Alfan
PP1 : Dewi
PP2 : Bayu
PA1 : Bagus
PA2 : Devita
PA3 : Ovalia
PA4 : Triya
Dokter : Asti
Farmasis : Intan
Gizi : Kodir
Pasien :-
Keluarga :-

Tahap Persiapan
Pada suatu hari di rumah sakit UMM, di ruang melati terdapat
pasien yang bernama Tn. X, dengan diagnosa medis Thypoid. Pasien X
telah dirawat selama 1 minggu dan telah dinyatakan sembuh oleh dokter.
Disaat pagi hari seorang perawat di ruangan sedang mempersiapkan
berkas-berkas, lalu datang Karu
Karu : selamat pagi...
Katim 1 : iya selamat pagi pak...
Karu : bagaimana keadaan pasiennya?
Katim 1 : pasien dan keluarganya sudah siap untuk di pulangkan,
karena pasien sudah
sembuh.
Karu : baiklah pagi hari ini kita akan melakukan melakukan
Discharge Planning pada
tuan x Bagaimana persiapan katim/PP dari pasien x?
Katim 1 : baik, untuk persiapan discharge planning pada pasien x
sudah siap. Status pasien
dan format discharge planning sudah dipersiapkan. Untuk masalah pada
pasien saat ini adalah pasien masih masih memerlukan terapi pengganti
cairan. Tekanan darah sudah normal 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu
36.5oC, RR 24. Sehingga perlu diinformasikan kepada pasien dan
keluraga mengenai diet, lingkungan, edukasi tentang peran keluarga,
obat-obatan, tempat kontrol, dan tanda-tanda terjadi kekambuhan dan
kegawatan pada pasien.
Karu : baik, terima kasih untuk katim. Untuk coba berkas-
berkasnya saya periksa dulu
PP : baik pak ini berkas-berkasnya beserta format discharge
planningnya

Setelah Karu memeriksa kelengkapan berkas, Karu beserta TIM ke


ruangan pasien untuk melakukan discharge planning.

Tahap pelaksanaan

Karu : selamat pagi pak Bahri, bagaimana kabar bapak hari


ini?
Pasien : selamat pagi pak. Alhamdulillah semakin baik
Karu : alhamdulilah, hari ini ada kabar gembira untuk bapak.
Jadi hari ini bapak diperbolehkan untuk pulang. Namun
sebelum pulang keluarga harus mengurus administrasi.
Pasien : mohon maaf Pak untuk administrasinya sudah diurus
semua, ini berkas-berkasnya.
Karu : o.. baik, bagus sekali kalau begitu. Namun ada satu hal
lagi yang perlu dilakukan terkait dengan kepulangan
Bapak. Ini nanti perawat Bagus dan Devita akan
menyampaikan hal-hal yang terkait dengan perawatan
bapak dirumah, bagaimana apakah bapak bersedia?
Pasien : iya pak, bolehkah saya meminta keluarga untuk
mendampingi.
Karu : tentu, silahkan.
PP : baik pak disini sya akan menyampaikan beberapa hal,
yaitu yang pertama :
1. Bapak harus mematuhui diet yang sudah ditetapkan
yaitu tinggi protein dan rendah karbohidrat seperti
sayur-sayuran, buah, susu, lemak tidak jenuh
(kacang-kacangan). Dihindari makanan yang
berlemak jenuh seperti jeroan, minuman yang
mengandung kafein dan bersoda dan kurangi
konsumsi yang mengandung garam.
2. Masa inkubasi penyakit ini antara satu sampai dua
minggu dan lamanya penyakit dapat mencapai enam
minggu. Beberapa gejala yang dialami pasien antara
lain: Sakit kepala yang luar biasa, Penurunan nafsu
makan, Nyeri pada seluruh tubuh, Demam, Lemah,
dan Diare.
3. Peran keluarga adalah keluarga bisa membantu
bapak untuk melatih cara berjalan, nanti saya akan
ajarkan kepada keluarga bapak. Keluarga bisa
memfasilitasi untuk memberikan makan yang rendah
serat, obat penurun panas dan minum air yang
cukup.
4. Bapak nanti jangan lupa obat nya tetap di minum
secara rutin ya, sesuai dengan resep dokter. Dan jika
obat nya hampir habis segera konsultasi lagi ke
dokter.
5. Bapak jangan mudah emosi ya kalo bisa bapak jangan
sampe stress jika butuh refresing bisa meminta
keluarga untuk menemani berkreasi atau sekedar
berjalan-jalan, bapak jangan berkecil hati terhadap
penyakit bapak tapi bapak harus optimis untuk
sembuh.
PP : bagaimana ada yang ditanyakan pak?
Pasien : tidak ada sus
PA : ibu betul keluarga bapak?
Keluarga : iya, saya istri nya.
PA : baik ibu, bapak hari ini sudah bisa pulang kami harap
ibu dan keluarga bisa membatu bapak dalam proses
penyembuhan. Selain itu, saya akan mengajarkan ibu
untuk mempersiapkan porsi diet yang cocok untuk
bapak. Apakah ibu bersedia?
Keluarga : iya sus saya mau

PA : Diet demam thypoid adalah diet yang berfungsi untuk


memenuhi kebutuhan makan penderita thypoid dalam
bentuk makanan lunak rendah serat. Tujuan utama
diet demam thypoid adalah memenuhi kebutuhan
nutrisi penderita demam thypoid dan mencegah
kekambuhan. Penderita penyakit demam Tifoid selama
menjalani perawatan haruslah mengikuti petunjuk diet
yang dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara
lain: Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin &
protein, Tidak mengandung banyak serat, tidak
merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas dan
makanan lunak diberikan selama istirahat.
Makanan dengan rendah serat dan rendah sisa
bertujuan untuk memberikan makanan sesuai
kebutuhan gizi yang sedikit mungkin meninggalkan
sisa sehingga dapat membatasi volume feses, dan
tidak merangsang saluran cerna. Pemberian bubur
saring, juga ditujukan untuk menghindari terjadinya
komplikasi perdarahan saluran cerna atau perforasi
usus. Syarat-syarat diet sisa rendah adalah: Energi
cukup sesuai dengan umur, jenis kelamin dan aktivitas,
protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi
total, lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan
energi total, Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan
energi total, menghindari makanan berserat tinggi dan
sedang sehingga asupan serat, maksimal 8 gr/hari.
pembatasan ini disesuaikan dengan toleransi
perorangan, menghindari susu, produk susu, daging
berserat kasar (liat) sesuai dengan toleransi
perorangan, menghindari makanan yang terlalu
berlemak, terlalu manis, terlalu asam dan berbumbu
tajam, makanan dimasak hingga lunak dan
dihidangkan pada suhu tidak terlalu panas dan dingin
kemudian makanan sering diberikan dalam porsi kecil,
bila diberikan untuk jangka waktu lama atau dalam
keadaan khusus, diet perlu disertai suplemen vitamin
dan mineral, makanan formula, atau makanan
parenteral. (Perawat sambil memberikan keterangan
beserta gambar)

Pasien kelarga menyampaikan kembali materi yang telah diajarkan


dengan baik

PP : bagus sekali pak bahri, saya kira bapak cukup paham


dengan apa yang
disampaikan oleh perawat. Terima kasih atas
kerjasamanya.
Pasien : iya sus, sama-sama,
Karu : baik pak bahri, saya kira semua sudah disampaikan dan
bapak sudah paham. Sekarang bapak dan keluarga
diperbolehkan untuk bersiap-siap meninggalkan
ruangan ini. Dan kami mohon maaf apabila selama
perawatan bapak disini ada yang kurang. Semoga
bapak sehat selalu.
Pasien : iya bu, tidak apa-apa. Terima kasih banyak
Karu : iya pak sama-sama. selamat pagi pak
Pasien : selamat pagi

Kemudian Karu dan TIM kembali keruangan

Tahap penutup

Karu : Terima kasih atas kerjasama rekan-rekan semua, saya


kira untuk kegiatan discharge planning pada pagi hari
ini cukup bagus, namun saya harap untuk kedepannya
lebih ditingkatkan lagi untuk kenyamanan dan
kepuasan pasien dan kelurga
PP1/PA1 : baik pak.
Karu : baik selamat bertugas kembali, dan tetap jaga diri
dan semangat
PP1/PA1 : baik Pak

You might also like