You are on page 1of 2

Depresiasi dan amortisasi memiliki efek mengurangi nilai aset.

Namun, ini tidak


meniadakan perbedaan antara kedua konsep tersebut.

Aset dapat memiliki bentuk fisik, atau mereka mungkin tidak berwujud. Pabrik dan mesin, tanah,
uang tunai dan piutang, persediaan, hak paten, dan merek dagang, adalah contoh aset. Piutang
usaha, surat berharga, dan persediaan dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu kurang dari satu
tahun, dan dikenal sebagai aktiva lancar. Aset tetap, di sisi lain, mengacu pada properti, dan
pabrik serta peralatan yang digunakan dalam kegiatan usaha tersebut. Mereka tidak dijual untuk
uang tunai karena mereka membantu proses produksi.

Depresiasi terjadi pada saat aset terus digunakan dan dapat rusak, mengakibatkan
perusahaan harus mengganti dengan yang sama setelah mereka mencapai akhir masa pakainya.
Aset juga dapat menjadi usang karena perubahan teknologi, dan akibatnya kehilangan nilai
mereka. Nilai aset yang berkurang tersebut dinamai depresiasi. Depresiasi merupakan biaya
akuntansi non-tunai, karena tidak ada arus kas yang sebenarnya sebagai akibat dari pengurangan
nilai aset.

Amortisasi mengacu pada penyebaran biaya aset tidak berwujud selama masa pakainya.
Misalnya, biaya pembuatan produk yang dipatenkan ditentukan masa manfaatnya selama 20
tahun. Tujuan pencatatan amortisasi adalah untuk mengukur nilai konsumsi aset tidak berwujud.
Biaya yang terkait dengan pendapatan hak cipta untuk produk tertentu, yang diharapkan dapat
terjual untuk 17 tahun ke depan atau lebih, dapat terhapus dari waktu ke waktu, atau diamortisasi
sepanjang waktu.

CaraMenghitung
Depresiasi dapat dihitung dengan menggunakan rumusan berikut:
Depresiasi Tahunan = (Harga Pembelian Aset - Perkiraan Penurunan Nilai) / Taksiran Masa
Manfaat Aset

Karena depresiasi adalah beban operasional non-tunai, maka harus ditambahkan kembali ke laba
bersih sementara memperkirakan arus kas operasi.
Untuk menghitung amortisasi, mencakup pembagian biaya pengembangan atau pengadaan aset
tidak berwujud. Misalnya, jika biaya paten adalah Rp. 45 juta dan akan jatuh tempo pada 15
tahun, amortisasi tahunan adalah Rp. 3 juta. Ini juga merupakan beban operasional non-tunai,
sehingga perlu ditambahkan kembali ke laba bersih untuk memperkirakan arus kas operasi.
***int (Sumber: Buzzle)

You might also like