Professional Documents
Culture Documents
Peran Penting Pendapatan Asli Daerah Dalam Membelanjai Daerah Pemerintah Kota Bandung
Peran Penting Pendapatan Asli Daerah Dalam Membelanjai Daerah Pemerintah Kota Bandung
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3
1. Latar Belakang................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
2.3 Peran Penting Pendapatan Asli Daerah Dalam Membelanjai Daerah Pemerintah
Kota Bandung.........................................................................................................................8
Kota Bandung...................................................................................................................10
LAMPIRAN.............................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sejak terjadinya reformasi pada tahun 1998, kondisi perusahaan cenderung dinamis.
yang berkaitan dengan pola hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sebelumnya
pemerintah daerah hanya memiliki kewenangan yang terbatas karena pola yang dianut pada
saat itu adalah sentralisasi, maka semenjak diberlakukannya UU No. 22 tahun 1999 yang
kemudian sekarang telah direvisi menjadi UU No. 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah,
pola hubungan yang cenderung sentralisasi ini berubah menjadi pola desentralisasi yang
pemerintahan daerahnya.
Kebijakan ini lahir karena melihat perkembangan kondisi yang terjadi di dalam negeri yang
menunjukan keinginan dari rakyat akan keterbukaan informasi publik dan kemandirian
23 tahun 2014, setiap daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya
sendiri dengan sedikit mungkin adanya campur tangan dari pemerintah pusat. UU No. 23
tahun 2014 menjelaskan pula bahwa pemberian otonomi luas kepada pemerintah daerah
pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Dengan kata lain, tujuan dari otonomi
daerah adalah untuk menciptakan kemandirian daerah dalam meningkatkan kesejahteraan dan
pelayanan publik, pengembangan kehidupan berdemokrasi, keadilan, pemerataan, dan
pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah.
pembangunan ekonomi dengan mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola
kemitraan dengan masyarakat untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru yang akan
Dengan otonomi daerah, pemerintah daerah lebih berhak dalam membuat kebijakan-
kebijakan yang dapat disesuaikan dengan kondisi daerahnya. Peningkatan hak dalam
pengelolaan roda pemerintahan daerah ini tentunya haru diimbangi dengan peningkatan
tanggung jawab disini diantaranya adalah upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan
Karena memang peningkatan daerah tersebut diharapkan dapat diraih melalui otonomi daerah
yang pada akhirnya akan mendorong pembangunan daerah yang semakin baik.
karena tentunya pemerintah pusat menyadari bahwa yang paling mengetahui kondisi daerah
adalah daerah itu sendiri, baik dari segi permasalahan yang ada sampai dengan sumber-
sumber pendapatan yang bisa dikelola oleh pemerintah daerah tersebut. Keberhasilan
kemampuan daerah dalam membiayai kebutuhan belanja daerah. Selain pendapatan asli
daerah, komponen pendapatan daerah bukan hanya dari pendapatan asli daerah itu sendiri,
namun ada juga pendapatan transfer dari pemerintah pusat yang bersumber dari APBN yang
Belanja daerah yang merupakan semua pengeluaran pemerintah daerah dalam satu
tahun anggaran ini berisikan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah daerah dalam
melaksanakan program kerja pemerintahan. Komposisi belanja daerah ini juga harus
diperhatikan sebaik mungkin dalam menunjang kebutuhan fasilitas publik agar dapat
pelayanan publik ini alokasi belanja daerah pun harus mengalami perubahan, bila sebelumnya
lebih banyak digunakan dalam pos belanja aparatur, maka jika ingin meningkatkan pelayanan
publik haruslah memprioritaskan alokasi belanja modal. Perubahan alokasi belanja ini juga
bertujuan agar adanya peningkatan fasilitas yang dapat menggairahkan peningkatan aktifitas
PEMBAHASAN
Pendapatan daerah yang terdapat dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah
terdiri dari beberapa sumber pendapatan, salah satunya adalah pendapatan asli daerah.
Menurut Halim (2007 : 96) menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD)
merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah,
Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu pajak daerah,
retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah
terdiri atas :
Setiap daerah diberikan kewenangan dan tanggung jawab untuk mengelola dan
menjadi sangat penting dalam era otonomi daerah, karena kemandirian keuangan daerah
Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah. Menurut
Mardiasmo (2002:1) mengemukakan bahwa Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal yang
Berdasarkan pengertian diatas, pajak ini bersifat memaksa sesuai ketentuan undang-
undang dan juga pembayara pajak tidak dapat mendapatkan timbal balik secara langsung atas
Sumber pendapatan lainnya yang dapat dimasukan dalam pos pendapatan asli daerah
adalah retribusi daerah. Bila pajak tidak memiliki hubungan timbal balik secara langsung
terhadap pembayar pajak, maka retribusi daerah ini memiliki timbal balik langsung kepada
pembayarnya.
pemerintah kepada masyarakat dan juga tingkat kualitas pelayanan pemerintah kepada
masyarakat. Karena semakin banyak pelayanan yang diberikan, akan semakin banyak
Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan meliputi : bagian laba perusahaan milik daerah, bagian laba lembaga keuangan
bank, bagian laba keuangan non bank, bagian laba atas penyetoran modal/investasi kepada
pihak ketiga.
2.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah meliputi : hasil penjualan aset daerah yang
tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro, penerimaan dinas pertanian tanaman pangan,
Belanja daerah yang merupakan semua pengeluaran pemerintah daerah dalam satu
tahun anggaran ini berisikan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah daerah dalam
melaksanakan program kerja pemerintahan. Menurut UU No.23 tahun 2014 pasal 298
Wajib yang terkait Pelayanan Dasar yang ditetapkan dengan standar pelayanan minimal.
Komposisi belanja daerah ini juga harus diperhatikan sebaik mungkin dalam
menunjang kebutuhan fasilitas publik agar dapat meningkatkan kepercayaan publik atas
kinerja pemerintahan daerah. Apabila kepercayaan publik ini meningkat, maka tentunya dapat
meningkatkan kontribusi masyarakat dalam membayar pajak daerah yang merupakan salah
satu sumber pendapatan asli daerah. Sehingga untuk meningkatkan pelayanan publik ini
alokasi belanja daerah pun harus mengalami perubahan, bila sebelumnya lebih banyak
digunakan dalam pos belanja aparatur, maka jika ingin meningkatkan pelayanan publik
Bandung.
Pendapatan asli daerah yang merupakan sumber penerimaan daerah yang berasal dari
dalam daerah yang bersangkutan harus ditingkatkan seoptimal mungkin dalam rangka
mewujudkan kemandirian lokal yang menjadi bagian dari tujuan program desentralisasi.
Kemandirian fiskal ini diartikan sebagai semangat dalam membangun daerah dengan
mengoptimalkan potensi penerimaan asli daerah dan mengurangi ketergantungan dari dana
pihak luar. Data pendapatan asli daerah diperoleh dari Laporan Realisasi Anggaran
Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran 2012 dan 2013 adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1
Pendapatan Asli Daerah dan Rasio Kemandirian Pemerintah Kota Bandung Tahun
Anggaran 2012-2013
Tahun Pendapatan Asli Daerah (Rp) Total Pendapatan Daerah (Rp) Rasio Kemandirian
2012 1.005.583.424.429 3.666.693.409.600 27.42%
2013 1.442.775.238.323 4.332.088.946.776 33.30%
Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Bandung Tahun 2012-2013
Berdasarkan data diatas, nilai pendapatan asli daerah dari tahun 2012-2013
mengalami peningkatan dari total pendapatan asli daerah pada tahun 2012 senilai Rp
1.005.583.424.429 menjadi Rp 1.442.775.238.323 pada tahun 2013. Hal ini sejalan dengan
kenaikan rasio PAD terhadap total pendapatan daerah. Pada tahun 2013 meningkat menjadi
33.30% dari 27.42% pada tahun sebelumnya. Untuk mengetahui secara detail terkait dengan
pada pos belanja dalam APBD. Belanja daerah merupakan semua pengeluaran pemerintah
daerah dalam satu tahun anggaran ini berisikan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah
daerah dalam melaksanakan program kerja pemerintahan. Belanja ini terdiri dari belanja
operasi, belanja modal dan belanja tak terduga. Salah satu pos yang menjadi sorotan adalah
belanja modal, karena belanja modal ini berkaitan dengan peningkatan fasilitas publik dan
infrastuktur dan juga hal lainnya yang memiliki manfaat lebih dari satu tahun. Nilai belanja
daerah pemerintah Kota Bandung pada periode 2012 2013 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2
Belanja Daerah Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran 2012-2013
Tahu Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tak Total Belanja Daerah
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa alokasi belanja modal selalu lebih kecil
dari pada alokasi belanja operasi, padahal jika ingin meningkatkan fasilitas publik,
seharusnya alokasi belanja modal lebih besar dari pada alokasi belanja operasi. Namun jika
dilihat kembali data tersebut, alokasi belanja modal mengalami kenaikan dari Rp
806.665.039.823 pada tahun 2012 menjadi Rp 1.064.845.440.308 pada tahun 2013. Kondisi
belanja modal yang memang harus menjadi prioritas dalam upaya pembangunan daerah.
Untuk mengetahui secara detail terkait dengan belanja daerah Pemerintah Kota Bandung
2.3.3 Analisis Pendapatan Asli Daerah dalam Membelanjai Daerah Pemerintah Kota
Bandung
Tujuan dari otonomi daerah adalah untuk menciptakan kemandirian daerah dalam
asli daerah, komponen pendapatan daerah bukan hanya dari pendapatan asli daerah itu
sendiri, namun ada juga pendapatan transfer dari pemerintah pusat. Dengan adanya transfer
dana dari pemerintah pusat ini diharapkan pemerintah daerah bisa lebih mengalokasikan PAD
yang didapatnya untuk membiayai belanja modal didaerahnya. Namun, pada praktiknya,
transfer dana yang bersumber dari APBN merupakan sumber pendanaan utama pemerintah
daerah untuk membiayai operasi utamanya sehari-hari. Nilai pendapatan asli daerah dalam
membelanjai daerah Pemerintah Kota Bandung pada periode 2012 2013 adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.3
Rasio Pendapatan Asli Daerah dalam Membelanjai Daerah Pemerintah Kota Bandung
Tahun Anggaran 2012-2013
Tahun Pendapatan Asli Daerah (Rp) Belanja Daerah (Rp) Rasio PAD terhadap BD
2012 1.005.583.424.429 3.490.035.513.075 28.81%
2013 1.442.775.238.323 4.027.469.180.321 35.82%
Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Bandung Tahun 2012-2013
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat nilai pendapatan asli daerah yang membelanjai
daerah pemerintah kota bandung dari tahun 2012-2013 mengalami peningkatan. Pada tahun
2012 total realisasi belanja daerah Pemerintah Kota Bandung adalah senilai Rp
3.490.035.513.075 dari total tersebut, jumlah yang telah dibiayai oleh pendapatan asli
daerahnya adalah senilai Rp 1.005.583.424.429 atau senilai 28.81%. Hal ini mengalami
peningkatan pada tahun 2013, dimana total realisasi belanja daerah Pemerintah Kota
Bandung adalah senilai Rp 4.027.469.180.321 dari total tersebut, jumlah yang telah dibiayai
oleh pendapatan asli daerahnya adalah senilai Rp 1.442.775.238.323 atau meningkat menjadi
35.82%. Hal ini menunjukan sebagian besar belanja daerah Pemerintah Kota Bandung masih
dibiayai oleh pendapatan transfer yang bersumber dari APBN. Akan tetapi, dengan adanya
peningkatan pada rasio tersebut memperlihatkan bahwa Pemerintah Kota Bandung semakin
daerahnya dengan baik dan hal ini dalam upaya pembangunan daerah dan kemandirian
daerahnya.
BAB III
KESIMPULAN
sendiri dan membuat kebijakan-kebijakan yang dapat berpengaruh pada kemajuan daerahnya.
Namun kebebasan tersebut harus diimbangi dengan peningkatan tanggung jawab pemerintah
daerah tersebut diharapkan dapat diraih melalui otonomi daerah yang pada akhirnya akan
daerah bukan hanya dari pendapatan asli daerah itu sendiri, namun ada juga pendapatan
transfer dari pemerintah pusat. Dengan adanya transfer dana dari pemerintah pusat ini
diharapkan pemerintah daerah bisa lebih mengalokasikan PAD yang didapatnya untuk
membiayai belanja modal didaerahnya. Namun, pada praktiknya, transfer dana yang
bersumber dari APBN merupakan sumber pendanaan utama pemerintah daerah untuk
Kota Bandung, rasio pendapatan asli daerah yang digunakan untuk membelanjai daerah
Pemerintah Kota Bandung pada tahun 2012 senilai 28.81%. Hal ini mengalami peningkatan
pada tahun 2013 menjadi 35.82%. Hal ini menunjukan sebagian besar belanja daerah
Pemerintah Kota Bandung masih dibiayai oleh pendapatan transfer yang bersumber dari
APBN. Akan tetapi, dengan adanya peningkatan pada rasio tersebut memperlihatkan bahwa
Pemerintah Kota Bandung semakin memperhatikan pendapatan asli daerahnya dan mengelola
sumber-sumber pendapatan asli daerahnya dengan baik dan hal ini dalam upaya