You are on page 1of 2

Menurut Sarlito (2007) jalan keluar yang sebaiknya ditempuh untuk mengatasi kekerasan dalam

dunia pendidikan jika menggunakan teori Durkheim adalah dengan cara mengembalikan
semuanya pada norma. Para penegak norma harus berfungsi semaksimal mungkin.
Sarlito, 2007, Remaja menyalahi norma, Ilmu
semesta, Jakarta.

Kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan bullying
di sekolah :
1. Harus dibangun kesadaran dan pemahaman tentang bullying dan dampaknya kepada semua
stakeholder sekolah, mulai dari guru, murid, kepala sekolah, orang tua.
2. Dibangun sistem atau mekanisme untuk mencegah dan menangani kasus bullying di sekolah.
Perlu diakomodir bagaimana seorang anak yang menjadi korban bullying bisa melaporkan
kejadian yang menimpa tanpa rasa takut dan malu.
3. Menghentikan praktek kekerasan di sekolah, dengan pola pendidikan yang ramah tamah,
penerapan disiplin yang positif.
4. Membangun kapasitas anak dalam melindungi diri dari perilaku bullying dan tidak menjadi
pelaku.

Nandiyah Abdullah,(2013) Meminimalisasi Bullying di sekolah

Penelitian ini dilakukan pada 3 sekolah berbeda

Sekolah a

1. jika diketahui kasus membolos karena di bully maka akan yang pertama dilakukan oleh guru
BK, disebarkan AUM (alat ungkap masalah) dipanggil pelaku bullying untuk klarifikasi

2. memanggil korban bullying untuk mengklarifikasi dan mencari tahu kebenaran

3. meminta pelaku bullying untuk membuat pernyataan tidak akan membully lagi

4. jika korban masih merasa takut maka dapat dilakukan home visit jika perlu

Sekolah b : dengan pembinaan mental spiritual

Sekolah c : melihat tingkatan masalah terlebih dahulu

studi tentang penanganan korban bullying pada siswa smp se-kecamatan trawas
wahyu januarko dan denok setiawati., m.pd., kons (Jurnal BK UNESA. Volume 04 Nomor 02
Tahun 2013, 383 389)
the bully busters program : merubah sistem sosial sehingga kemunculan bullying dapat
dihindarkan, terdapat tiga prinsip utama pada program ini
1. bahwa merubah lingkungan lebih berdampak kuat daripada merubah individu per individu.
2. pencegahan lebih baik daripada intervensi
3. bahwa dalam merubah lingkungan dibutuhkan dukungan dan pemahaman dari berbagai pihak,
Bullying pada Anak: Analisis dan Alternatif Solusi, Nurul Hidayati, INSAN Vol. 14 No. 01, April
2012

Model Konseling Kognitif Perilaku (MKKP) yang efektif untuk menanggulangi bullying pada
siswa Sekolah Dasar. Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasannya dapat ditarik beberapa
kesimpulan penelitian sebagai berikut.
1. Model Konseling Kognitif Perilaku (MKKP) yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan
empati dan menurunkan agresi pelaku bullying.
2. Kemampuan asertivitas dan percaya diri korban bullying mengalami peningkatan setelah
memperoleh perlakuan melalui Model Konseling Kognitif Perilaku (MKKP).
3. Berdasarkan pola asuh orang tua authoritative, authoritarian, indulgent, maupun, Model
Konseling Kognitif Perilaku (MKKP) sama efektifnya untuk menurunkan agresi pelaku bullying.
4. Korban bullying baik yang berlatar belakang pola asuh orang tua authoritative, authoritarian,
indulgent maupun indifferent cenderung meningkat kemampuan asertivitas dan percaya dirinya
setelah memperoleh perlakuan melalui MKKP.
5. Keefektifan MKKP untuk meningkatkan empati dan menurunkan agresi pelaku bullying tidak
bergantung kepada latar belakang sekolah. MKKP sama efektifnya baik bagi pelaku dengan latar
belakang sekolah tinggi, sedang, maupun rendah.
6. Kemampuan asertivitas korban bullying yang berlatar belakang sekolah tinggi cenderung
paling tinggi peningkatannya dibandingkan dengan kemampuan asertivitas korban berlatar
belakang sekolah sedang maupun rendah.
model konseling kognitif perilaku untuk menanggulangi bullying siswa (studi pengembangan
model konseling pada siswa sekolah dasar di beberapa kabupaten dan kota di jawa barat
tahun ajaran 2008/2009) dr. ipah saripah, m.pd proceedings of the 4th international conference
on teacher education; join conference upi & upsi bandung, indonesia, 8-10 november 2010

You might also like