Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Penguji:
RSUD DR M DJAMIL
PADANG
2016
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEJANG DEMAM
1. Defenisi Kejang Demam
Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari
38,4 C tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada
anak berusia di atas 1 bulan dan tidak ditemukan riwayat kejang sebelumnya. Kejang
lanjutan, atau merupakan gejala awal dari penyakit berat, atau cenderung menjadi
status epileptikus.1
Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermitten
dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan atau
otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron
otak.2,3
Kejang demam dibagi menjadi dua kelompok, yakni:4
Kejang demam terjadi pada 2%-4% dari populasi anak usia 6 bulan hingga 5
tahun. Kejang demam tersering adalah kejang demam sederhana yaitu 80%,
2
sedangkan kejang demam kompleks terjadi 20%. Episode kejang demam pertama
tersering pada usia 17-23 bulan. Laki-laki lebih sering mengalami kejang demam
dibandingkan perempuan.
Jika kejang demam sederhana terjadi pertama kali pada usia dibawah 12 bulan,
maka risiko kejang demam kedua sebanyak 50% dan jika terjadi diatas usia 12 bulan
maka risiko turun menjadi 30%. Sebanyak 2-4% anak dengan kejang demam akan
umum.5
saluran nafas atas, infeksi tenggorok, roseola dan infeksi saluran kencing
b. efek toksin dari mikroorganisme,
c. respon alergik atau keadaan imun yang abnormal akibat infeksi,
d. perubahan keseimbangan caira dan elektrolit (Dewanto dkk,2009) .
berulang;
d. lamanya demam.
3
KEJANG
5. Gejala Klinis Kejang Demam
Manifestasi yang terjadi pada kejang demam adalah: sebagian besar kejang
demam terjadi dalam 24 jam pertama sakit, sering sewaktu suhu tubuh meningkat
cepat, tetapi pada sebagian anak, tanda pertama penyakit mungkin kejang dan
pada yang lain, kejang terjadi saat demam menurun. Derjat demam bukan merupakan
faktor kunci yang memicu kejang. Selama suatu penyakit, setelah demam turun
dan naik kembali sebagian anak tidak kembali kejang walaupun tercapai tingkatan
suhu yang sama, dan sebagian anak yang lain tidak lagi mengalami kejang pada
Kesadaran tidak terganggu dapat mencangkup satu atau lebih hal berikut ini:
1. Tanda-tanda motoris: kedutan pada wajah, tangan, atau salah satu sisi tubuh
2. Tanda atau gejala otonomik : muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
3. Gejala somatosensorik atau sensorik khusus: merasa akan jatu dari udara, atau
parestesia
4
b. Kejang demam kompleks
tangan, dan gerakan tangan lainya. Dapat tanpa otomatisme tatapan terpaku.6
dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan yang bisa dikerjakan adalah darah perifer,
secara klinis maka pungsi lumbal tidak perlu dilakukan. Pemeriksaan punngsi lumbal
diindikasikan pada:
Misalnya pada kejang demam kompleks anak usia >6 tahun atau kejang demam
fokal.
d. Pencitraan
Rontgen kepala dan CT Scan atau MRI jarang sekali dkerjakan, hanya
dikerjakan jika:
5
Manajemen umum ketika kejang:
a. Kendorkan pakaian terutama sekitar leher
b. Jika tidak sadar, posisikan supine dengan kepala dimiringkan
c. Bersihkan muntahan atau lendir yang keluar dari mulut dan hidung
d. Jangan masukkan apapun kedalam mulut
e. Ukur suhu, observasi dan catat lama serta bentuk kejang
f. Beri diazepam rektal, namun jangan diberi jika kejang telah berhenti
Kejang demam+
6
Pengobatan untuk demam yang dialami anak :
Per rektal 0,5-
a. Antipiretik diazepam
0,75 mg/kgbb
1. Paracetamol 10-15 mg/kgbb/kali sampai 4 kali perhari
Dapat
2. Ibuprofen 5-10 diberikan sampai 4 kali sehari
mg/kgbb/kali
2 kali dengan
Hindari penggunaan salisilat:
interval 5 menitsindrom reye
Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgbb
b. Antikonvulsan dengan kecepatan 1-2
1. Diazepam oral 0,3 mg/kgbb
Kejang 3 kali sehari
mg/menit atau dalam 3-5
2. Diazepam rektal(+)
-0,5 mg/kgbb 3 kali sehariDosis maksimal 20 mg
menit.
Kejang
Diazepam digunakan untuk mencegah berulangnya kejang. Efek samping penggunaan
(+)
diazepam adalah ataksia, irtabel dan sedasi berat. IV 10-20
Fenitoin
mg/kgbb/kali kecepatan 1
c. Asam valproat atau fenobarbital mg/kgbb/menit atau <50
1. Asam valproat 15-40 mg/kgbb/hari 2mg/menit
sampai 3 kali sehari dose)
(loading
2. Fenobarbital 3-4 mg/kgbb/hari 1 sampai 2 kali sehari
B. TONSILOFARINGITIS AKUT
1. Definisi
Infeksi pada daerah faring dan sekitarnya yang ditandai dengan keluhan nyeri
tenggorok8.
2. Etiologi
Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis akut terutama pada anak
berusia 3 tahun. Virus penyebab penyakit respiratori seperti adenovirus, rhinovirus, dan
adalah bakteri terbanyak penyebab penyakit faringitis atau tonsilofaringitis akut. Bakteri
tersebut mencakup 15-30% pada anak sedangkan pada dewasa hanya sekitar 5-10%
7
kasus.mikroorganisme seperti klamidia dan mikoplasma dilaporkan dapat menyebabkan
faring, seperti rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alcohol, inhalasi
uap dan debu, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,
kelelahan fisik, dan pengobatan tonsillitis akut sebelumnya yang tidak adekuat.2
3. Patogenesis
Nasofaring dan orofaring adalah tempat untuk organisme ini, kontak langsung
dengan mukosa nasofaring dan orofaring yang terinfeksi atau dengan benda yang
terkontaminasi, serta melalui makanan merupakan cara penularan yang kurang berperan.
Penyebaran SBGA memerlukan penjamu yang rentan dan difasilitasi dengan kontak yang
erat.8,10
Bakteri maupun virus dapat secara langsung menginvasi mukosa faring yang
melibatkan nasofaring, uvula, dan palatum mole. Perjalanan penyakitnya ialah terjadi
inokulasi dari agen infeksius di faring yang menyebabkan peradangan lokal sehingga
ekstraseluler dan protease. Transmisi dari virus dan SBHGA lebih banyak terjadi akibat
kontak tangan dengan sekret hidung atau droplet dibandingkan kontak oral. Gejala akan
4. Manifestasi Klinik
Gejala faringitis yang khas akibat bakteri streptococcus berupa nyeri tenggorokan
dengan awitan mendadak, disfagia, dan demam. Urutan gejala yang biasanya dikeluhkan
oleh anak berusia di atas 2 tahun adalah nyeri kepala, nyeri perut, dan muntah. Selain itu
8
juga didapatkan demam tinggi dan nyeri tenggorok. Gejala seperti rhinorrea, suara serak,
batuk, konjungtivitis, dan diare biasanya disebabkan oleh virus. Kontak dengan pasien
menunjukkan tanda infeksi streptococcus yaitu eritem pada tonsil dan faring yang
disertai pembesaran tonsil. Faringitis streptococcus sangat mungkin jika dijumpai gejala
seperti awitan akut disertai mual muntah, faring hiperemis, demam, nyeri tenggorokan,
tonsil bengkak dengan eksudasi, kelenjar getah bening leher anterior bengkak dan nyeri,
uvula bengkak dan merah, ekskoriasi hidung disertai impetigo sekunder, ruam skarlatina,
Tanda khas faringitis difteri adalah membrane asimetris, mudah berdarah, dan
berwarna kelabu pada faring. Pada faringitis akibat virus dapat ditemukan ulkus di
palatum mole, dan dinding faring serta eksudat di palatum dan tonsil. Gejala yang timbul
dapat menghilang dalam 24 jam berlangsung 4-10 hari dengan prognosis baik.8
5. Diagnosis
pemeriksaan laboratorium. Baku emas penegakan diagnosis faringitis bakteri atau virus
adalah melalui pemeriksaan kultur dari apusan tenggorok. Pada saat ini terdapat metode
cepat mendeteksi antigen streptococcus grup A dengan sensitivitas dan spesivitas yang
cukup tinggi.8,11
6. Tatalaksana
Tujuan dari pemberian terapi ini adalah untuk mengurangi gejala dan mencegah
memiliki indikasi kuat dan aturan khusus dalam penggunaan antibiotik. Istirahat cukup
dan pemberian cairan yang sesuai merupakan terapi suportif yang dapat diberikan.
9
Pemberian obat kumur dan obat hisap pada anak cukup besar dapat mengurangi gejala
nyeri tenggorok. Apabila terdapat nyeri berlebih atau demam dapat diberikan
a. Penisislin V oral 15-30 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis selama 10 hari atau benzatin
penisilin G IM dosis tunggal dengan dosis 600.000 IU (BB<30 kg) dan 1.200.000
IU (BB>30 kg).
anak yang lebih kecil karena selain efeknya sama amoksisilin memiliki rasa yang
Pembedahan elektif adenoid dan tonsil telah digunakan secara luas untuk
a. Tujuh atau lebih episode infeksi tenggorokan yang diterapi dengan antibiotik
b. Lima atau lebih episode infeksi tenggorok yang diterapi antibiotik setiap tahun
c. Tiga atau lebih episode infeksi tenggorok yang diterapi dengan antibiotik selama
3 tahun sebelumnya.
10
Adenoidektomi sering direkomendasikan sebagai terapi tambahan pada otitis
media kronis dan berulang. Indikasi tonsiloadenektomi yang lain adalah bila terjadi
7. Komplikasi
kasus dapat berlanjut menjadi otitis media purulen bakteri. Pada faringitis bakteri dan
virus dapat ditemukan komplikasi ulkus kronik yang luas. Komplikasi faringitis bakteri
terjadi akibat perluasan langsung atau secara hematogen. Akibat perluasan langsung
dapat terjadi rinosinusitis, otitis media, mastoiditis, adenitis servikal, abses retrofaringeal
11
BAB 2
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Umur : 8 tahun
Alamat : Padang
Telah dirawat seorang pasien perempuan berumur 8 tahun masuk melalui IGD RSUD
Keluhan Utama
- Riwayat trauma kepala 2 minggu yang lalu, anak terjatuh dari sepeda dan kepala
terbentur ke aspal.
- Demam sejak 1 minggu yang lalu, tinggi, hilang timbul, tidak mengggil tidak
berkeringat tidak kejang. Demam semakin tinggi sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit
- Batuk sejak 1 minggu yang lalu, tidak berdahak. Pilek tidak ada
- Nyeri kepala sejak 3 hari yang lalu
- Kebiruan ada, tidak berkurang dengan pemberian oksigen
- Muntah tidak ada
- Sesak nafas tidak ada
Anak telah dikenal menderita penyakit jantung bawaan sejak usia 1 tahun, telah
dilakukan pemeriksaan echocardiography dengan hasil ss. TOF pada tahun 2012. Telah
dianjurkan untuk tindakan operasi namun keluarga menolak dan tidak pernah melakukan
kontrol.
12
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung bawaan seperti ini
- Anak ke 3 dari 4 bersaudara, lahir spontan, cukup bulan, berat badan lahir 3100
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum:
Suhu : 38,5C
Berat badan : 16 kg
BB/U : 61,54%
TB/U : 88,28%
Sianosis : ada
Pemeriksaan khusus
13
KGB : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Pupil isokor, diameter
Tenggorokan : tonsil T1-T1 hiperemis, kripti tidak melebar, destritus tidak ada.
Faring hiperemis
Mulut : mukosa mulut dan bibir basah, tampak sianosis pada mukosa mulut
Paru :
Perkusi : sonor
Jantung :
Perkusi : batas jantung atas RIC 2, kanan LSD, kiri 1 jari medial LMCS
RIC5
Abdomen :
14
Inspeksi : distensi tidak ada
Perkusi : timpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, refleks fisiologis +/+ normal, refleks
Pemeriksaan laboratorium
Hb : 16,2 gr/dl
Ht : 48%
Leukosit : 14580/mm3
Trombosit : 314000/mm3
Diagnosis Kerja
Tindakan Pengobatan
- O2 1L/nasal
- IVFD 2A 4 tetes/i makro
- MC 8x150cc
- Ampicilin 6x800 mg iv
- Khloramfenikol 4x375 mg iv
- Dexametasone 8 mg dilanjutkan 3x2,5 mg iv
- Metronidazol 3x250 mg iv
Follow Up
15
TANGGAL PERJALANAN PENYAKIT TATALAKSANA
26 januari ML 1000 kkal
Pasien masuk rawat inap akut anak:
2016 Paracetamol 4x150 mg
s/ Lumnal 75 mg IM , lanjut
- demam sejak 4 hari yang lalu, tinggi, tidak 2x50 mg po
menggigil dan tidak berkeringat Amoksisilin 3x50 mg po
-kejang jam yang lalu, fr 2 kali, lama sekitar 5
menit, kejang seluruh tubuh
- muntah tidak ada,
- BAB dan BAK tidak ada keluhan
o/
sakit sedang, sadar
nadi 110x/i
nafas 28x/i
suhu 38,5 c
mata : sklera tidak ikteris konjungtiva tidak anemis
tenggorok: tonsil T2-T2 hiperemis, faring hiperemis
thorak: cor dan pulmo tidak ditemmukan kelainan
abdomen: distensi tidak ada, bising usus (+) normal
eksreitas: akral hangat, CRT <2 detik
a/
- Kejang demam kompleks
- Tonsilofaringitis akut
16
BAB 3
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki berusia 8 tahun datang ke IGD RSUP M
Djamil dengan diagnosis suspek abses serebri, penyakit jantung bawaan sianotik (TOF) dan
Dari anamnesis didapatkan anak mengalami sakit kepala 3 hari sebelum masuk
rumah sakit. 2 minggu sebelumnya anak mengalami trauma kepala karena jatuh dari sepeda
Anak juga mengalami demam sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, demam
yang hilang timbul namun meninggi sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan suhu badan tinggi (38,5 c), dan setelah dilakukan
pemeriksaan tenggorok didapatkan pembesaran tonsil T1-T1 hiperemis dan faring hiperemis.
Terdapat sianosis pada mukosa mulut dan bibir serta pada kedua ujung eksremitas
atas dan bawah. Sianosis tidak berkurang dengan pemberian oksigen. Juga ditemukan
Diagnosis yang paling mungkin adalah suspek abses serebri dengan penyakit jantung
bawaan sianotik (TOF) dan tonsilofaringitis akut sebagai penyebab demam yang paling
mungkin.
17
DAFTAR PUSTAKA
Januari 2016
18