You are on page 1of 12

Peningkatan Keterampilan Konseling ...

(Adinuringtyas Herfi Rahmawati) 1

PENINGKATAN KETERAMPILAN KONSELING KONSELOR SEBAYA PUSAT


INFORMASI DAN KONSELING REMAJA MAN YOGYAKARTA 1
COUNSELING SKILLS ENHANCEMENT OF PEER COUNSELORS IN MAN YOGYAKARTA 1

Oleh: Adinuringtyas Herfi Rahmawati, NIM 11104241034 Prodi Bimbingan dan Konseling
adinuringtyasherfi@ymail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan konseling pada konselor sebaya Pusat Informasi
dan Konseling Remaja di MAN Yogyakarta 1 melalui pelatihan keterampilan dasar konseling berbasis modul.
Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis penelitian tindakan (action research). Model penelitian
mengacu model Kemmis dan McTaggart. Subjek penelitian ini berjumlah 14 siswa. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi dan
pedoman wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa keterampilan konseling dapat ditingkatkan melalui tindakan yang dilakukan dengan
kegiatan membaca, kegiatan berdiskusi kelompok, dan kegiatan mempraktikkan. Peningkatan dari hasil observasi
yaitu hasil pra tindakan rata-rata persentase 34,42%, setelah diberi tindakan pada siklus I menjadi 73,85% dan pada
siklus II meningkat menjadi 89,85%. Peningkatan lain juga didukung dari hasil wawancara yaitu subjek merasa ada
perubahan perasaan dan perubahan minat setelah melakukan konseling teman sebaya.

Kata kunci: modul pelatihan, keterampilan dasar konseling

Abstract
This research aims to enhance counseling skill on peer counselors Adolescent of the Information and
Counseling Center in MAN Yogyakarta 1 through basic skills of counseling training based on module. The
approach used is qualitative with kind of research action research. The research model refers to model of Kemmis
and McTaggart. Subject of this research are 14 student. Data collection methods used were observation and
interviews. The instrument used was observation and intervew guides. Technical analysis of the data used is
quantitative and qualitative analysis. The result of research showed that the counseling skills can be enhanced
through the actions performed by reading activities, group discussion activities, and practice activities. An
increase from the observation is a result of the pre-action result which is in average percentage of 34,42%, after
being given the action on the first cycle become 73,85% and the second cycle increased to 89,85%. Another
improvement was also supported by the result in the from interview. The subject felt has feeling changes and
changes in interest after doing peer counseling.

Key words: training module, basic skills of counseling

PENDAHULUAN SMP/SMA/SMK dan Madrasah untuk


Remaja membutuhkan sahabat yang mengadakan ekstrakurikuler (ekskul) konselor
mampu menemani tugas perkembangannya sebaya. Konselor sebaya adalah ajang untuk
dengan baik dan dapat menyelesaikan masalah saling berkeluh kesah, mencurahkan isi hati,
yang dialaminya secara bersama-sama melalui saling menguatkan dan saling memotivasi antara
teman sebaya. Program fasilitator teman sebaya sesama siswa. Humas Dinas Pendidikan Surabaya
yang menjadi suatu kebutuhan para remaja dalam Eko Prasetyaningsih mengatakan jika
memiliki sahabat yang baik ini, direspon baik pemberlakuan ekskul konselor sebaya ini untuk
oleh dinas pendidikan, salah satunya di Surabaya. memberikan pemahaman siswa tentang
Musahadah mengatakan bahwa di Surabaya, bermacam masalah yang melibatkan anak serta
mulai tahun ajaran 2014/2015 ini Dinas aturan-aturannya seperti undang-undang
Pendidikan Surabaya mewajibkan semua
2 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 4 Tahun ke-5 2016

perlindungan anak penyelenggara PIK R terbaik di Kota Yogyakarta.


(www.surabaya.tribunnews.com). Konselor sebaya PIK R yang terpilih merupakan
Pusat Informasi dan Konseling Remaja siswa-siswa yang mampu memberikan
(PIK R) sebagai sebuah ekstrakurikuler atau keteladanan, mampu memberikan hal-hal positif
organisasi siswa yang di dalamnya memiliki di sekolah, telah lolos seleksi dan mendapatkan
siswa-siswa yang menjadi konselor sebaya pelatihan dari BKKBN. Prestasi yang pernah
dipandang mampu membantu pelaksanaan tugas diraih oleh PIK R EXALTA MAN Yogyakarta 1
layanan bimbingan dan konseling di sekolah yaitu berhasil lolos seleksi ketua PIK R terbaik
terhadap layanan bimbingan teman sebaya. tingkat DIY 2013/2014 dan menjadi Duta PIK R
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2013:157) tingkat nasional dalam ajang lomba PIK R tingkat
lingkungan pergaulan antar teman besar nasional bahkan merebut juara 1 dalam ajang
pengaruhnya dan guru tidak lagi menjadi satu- tingkat nasional tersebut, juara 1 PIK R Kota
satunya ukuran meskipun guru itu disegani. Pusat Yogyakarta tingkat tumbuh dalam lomba
Informasi dan Konseling Remaja (BKKBN, kelompok PIK R Unggulan tahun 2015, juara 3
2014:10) adalah suatu wadah kegiatan program PIK R Provinsi DIY tingkat tumbuh tahun 2015,
GenRe dalam rangka penyiapan kehidupan juara 2 Duta PIK R Tingkat DIY tahun 2015, dan
berkeluarga bagi remaja yang dikelola dari, oleh, PIK R MAN Yogyakarta 1 pernah mendapatkan
dan untuk remaja guna memberikan pelayanan kunjungan dari perwakilan tujuh negara
informasi dan konseling tentang perencanaan (Pakistan, Filipina, Thailand, Papua Nugini,
kehidupan berkeluarga bagi remaja serta Nepal, India dan Irak) di tahun 2015 untuk belajar
kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. pelaksanaan PIK R MAN Yogyakarta 1 yaitu
Ekstrakurikuler ataupun organisasi siswa Colombo Plan. Pusat Informasi dan Konseling
semacam Pusat Informasi dan Konseling Remaja Remaja yang ada di MAN Yogyakarta 1 sudah
baru sedikit di Indonesia yang dibentuk oleh ada dan berdiri sejak tahun 2013 serta menjadi
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana program tahunan bimbingan dan konseling di
Nasional (BKKBN) dalam rangka meningkatkan MAN Yogyakarta 1. Ekstrakurikuler ini berada di
kualitas remaja di Indonesia dalam pelayanan bawah pembinaan dari guru bimbingan dan
akses informasi, pendidikan, konseling, dan konseling. Bimbingan dan konseling yang ada di
pelayanan tentang kehidupan berkeluarga. sekolah hanya menjadi fasilitator
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti terselenggaranya PIK R di sekolah. Pelatihan,
lakukan pada tanggal 31 Januari 2015 dengan alat-alat, seragam, laptop, keuangan maupun hal-
guru bimbingan dan konseling (BK) yang hal yang menunjang dalam PIK R sudah
diberikan tugas membina pelaksanaan PIK R di diberikan dari BKKBN. Sekolah juga
MAN Yogyakarta 1, bahwa PIK R di MAN memberikan fasilitas berupa sarana prasarana
Yogyakarta 1 ditunjuk oleh BKKBN menjadi yaitu ruang khusus PIK R di sekolah sehingga
pilot project terselenggaranya PIK R di sekolah. para peserta didik yang menjadi pengurus mampu
MAN Yogyakarta 1 merupakan sekolah memaksimalkan kegiatannya di ruangan tersebut.
Peningkatan Keterampilan Konseling ... (Adinuringtyas Herfi Rahmawati) 3

Peneliti menemukan permasalahan terkait diantara sesama konselor. Apapun model


layanan konseling di MAN Yogyakarta 1. Hasil pelatihannya, yang terpenting adalah
obervasi menunjukkan bahwa adanya termanfaatkannya umpan balik (feed back) guna
keterbatasan ruang konseling sehingga guru meningkatkan performance penguasaan
bimbingan dan konseling membutuhkan konselor keterampilan-keterampilan tersebut. Dari
sebaya ekstrakurikuler PIK R di sekolah dalam pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan
melakukan layanan konseling, konselor sebaya keterampilan konseling adalah sebuah kecakapan
yang dibutuhkan oleh guru dalam membantu guru untuk menyelesaikan proses yang dapat dikuasai
bimbingan dan konseling melaksanakan layanan melalui berbagai pelatihan, baik pelatihan
konseling belum menguasai setiap keterampilan mandiri, terbimbing, maupun pelatihan dengan
dasar konseling secara terampil (keterampilan memanfaatkan peer di antara sesama konselor; di
attending, berempati, merangkum, bertanya, mana konselor membantu konseli membuat
berperilaku genuin, berperilaku asertif, interpretasi terhadap kenyataan-kenyataan yang
konfrontasi dan pemecahan masalah), serta berkaitan dengan pilihan, rencana, atau
pelaksanaan pelatihan keterampilan dasar penyesuaian yang konseli perlukan sebagai
konseling tidak rutin di sekolah. jembatan menuju terbangunnya hubungan
Permasalahan yang terjadi di sekolah interpersonal efektif dan diharapkan berujung
dapat disimpulkan bahwa konselor sebaya yang pada terfasilitasinya perkembangan konseli ke
dibutuhkan oleh guru dalam membantu layanan arah perkembangan yang optimal. Hal tersebut
konseling di sekolah belum memiliki akan berdampak pada layanan konseling yang
keterampilan dasar konseling dengan baik. diberikan kepada teman sebayanya. Seperti yang
Keterampilan dasar konseling sebaiknya dimiliki dikemukakan Suwarjo (2008: 3) keterampilan
oleh konselor sebaya dalam memberikan konseling merupakan salah satu aspek penting
konseling ke teman sebayanya. Menurut Suwarjo yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
(2008:3) keterampilan konseling merupakan salah proses konseling yang dibangun oleh konselor.
satu aspek penting yang sangat berpengaruh Dari observasi yang dilakukan oleh
terhadap keberhasilan proses konseling yang peneliti, maka perlunya diadakan pelatihan
dibangun oleh konselor. Dengan demikian, keterampilan dasar konseling untuk para
penguasaan konselor terhadap keterampilan- pengurus PIK R EXALTA yang berbasis modul
keterampilan tersebut merupakan jembatan melalui kegiatan membaca, kegiatan berdiskusi,
menuju terbangunnya hubungan interpersonal dan kegiatan mempraktikkan agar para pengurus
efektif yang diharapkan berujung pada PIK R dapat mempunyai pengetahuan dan
terfasilitasinya perkembangan konseli ke arah wawasan tentang pelaksanaan konseling sebagai
perkembangan yang optimal. Keterampilan upaya pemecahan masalah dan dapat membantu
konseling dapat dikuasai melalui berbagai pelaksanaan tugas guru BK dalam layanan
pelatihan, baik pelatihan mandiri, terbimbing, hubungan teman sebaya. Modul yang digunakan
maupun pelatihan dengan memanfaatkan peer dalam pelatihan adalah modul sudah memuat
4 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 4 Tahun ke-5 2016

materi delapan keterampilan dasar konseling. Hal terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 5 siswa
ini sesuai dengan Suwarjo (2008:24-25) yang perempuan. Rentang usia siswa PIK R EXALTA
mengatakan bahwa untuk dapat menguasai MAN Yogyakarta 1 adalah 15-16 tahun.
berbagai kemampuan yang dipersyaratkan
Prosedur
sebagai konselor teman sebaya, materi
pelatihan perlu didesain secara baik. Materi Penelitian tindakan ini dilakukan

dikemas dalam modul-modul yang disajikan berdasarkan prosedur penelitian melalui tahap

secara berurutan dimulai dengan attending, perencanaan, tindakan dan pengamatan, dan

empathizing, sampai dengan problem solving. refleksi.

Pelatihan yang berbasis modul ini diharapkan Tahap perencanaan meliputi kegiatan

dapat meningkatkan keterampilan dasar konseling yang dilakukan oleh peneliti yaitu menetapkan

konselor sebaya PIK R MAN Yogyakarta 1. kegiatan pelatihan berbasis modul (kegiatan
membaca, kegiatan berdiskusi kelompok,

METODE PENELITIAN kegiatan mempraktikkan), melakukan koordinasi


dengan guru BK MAN Yogyakarta 1 selaku
Pendekatan dan Jenis Penelitian
pembina kegiatan PIK R di sekolah dan guru BK
Penelitian ini menggunakan pendekatan
MAN Yogyakarta 1 selaku pelatih kegiatan PIK
kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah
R terkait rencana tindakan yang akan dilakukan,
penelitian tindakan (action research). Peneliti
menyusun pedoman observasi daftar cek dan
melaksanakan penelitian tindakan yang terdiri
catatan lapangan, menyusun pedoman wawancara
dari rangkaian kegiatan berupa perencanaan,
untuk mengumpulkan data, mempersiapkan
tindakan dan pengamatan serta refleksi.
skenario tindakan peningkatan keterampilan dasar
Pendekatan penelitian tindakan mengacu pada
konseling dengan pelatihan berbasis modul yang
model Kemmis dan Mc Taggart (dalam Suwarsih
akan dilakukan dalam bentuk rencana jadwal
Madya, 2007: 67).
kegiatan, menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan dalam kegiatan yaitu 1) untuk
Waktu dan Tempat Penelitian
membaca adalah modul pelatihan konseling
Penelitian ini dilaksanakan di MAN
teman sebaya keterampilan dasar konseling, 2)
Yogyakarta 1 yang terletak di jalan C.
untuk diskusi kelompok adalah modul pelatihan
Simanjuntak No. 60 Yogyakarta pada Semester
konseling teman sebaya keterampilan dasar
Gasal tahun ajaran 2015/2016.
konseling, kertas HVS, pena, 3) untuk
mempraktikkan adalah video konseling teman
Subjek Penelitian
sebaya, menyusun jadwal pelaksanaan tindakan.
Subjek yang diteliti adalah pengurus Pusat Pelaksana tindakan dan observasi adalah
Informasi dan Konseling Remaja (PIK R) MAN guru BK pelatih PIK R. Rencana jadwal kegiatan
Yogyakarta 1 dengan nama PIK R EXALTA di sebelumnya didiskusikan dengan guru BK
tahun ajaran 2015/2016 sejumlah 14 siswa yang pembina PIK R dan guru BK pelatih PIK R di
Peningkatan Keterampilan Konseling ... (Adinuringtyas Herfi Rahmawati) 5

sekolah. Tahap pelaksanaan terdiri dari Wawancara ini dilakukan oleh peneliti
perkenalan dan pemanasan, aktivitas pelatihan kepada pengurus dan guru pelatih PIK R MAN
berbasis modul, ceramah dan mengakhiri sesi. Yogyakarta 1. Wawancara dilakukan setelah
Sebelum diadakannya kegiatan membaca, terjadinya tindakan. Wawancara dilakukan untuk
kegiatan berdiskusi, dan kegiatan mempraktikkan mengetahui perasaan siswa saat memberi layanan
diberikan bimbingan tentang cara menjadi konseling pada teman lainnya dan minatnya
sahabat yang baik untuk membangun rapport membantu teman setelah melakukan tindakan
sebagai pengantar program konseling teman konseling teman sebaya.
sebaya.
Refleksi merupakan tahap peneliti Teknik Analisis Data
melakukan kajian keberhasilan dan kegagalan Data yang diperoleh dalam penelitian ini
atas tindakan yang dilakukan. Peneliti dan terdiri dari data kuantitatif sebagai data utama
pembimbing melakukan diskusi dan evaluasi dari yang diperoleh dari data daftar cek dan data
tindakan yang telah dilakukan yaitu pelatihan kualitatif sebagai data pendukung yang diperoleh
berbasis modul untuk meningkatkan keterampilan dari data catatan lapangan. Analisis data
dasar konseling. Hasil observasi dijadikan kuantitatif dalam penelitian ini adalah analisis
sebagai kajian untuk mengetahui tingkat deskriptif persentase hasil daftar cek. Analisis ini
keberhasilan dan penyempurnaan tindakan dilakukan dengan cara membandingkan
apabila dibutuhkan siklus selanjutnya. Hal yang persentase keterampilan dasar konseling sebelum
dilakukan pada tahap ini adalah menentukan dan sesudah tindakan dilakukan berdasarkan hasil
peningkatan yang terjadi berdasarkan hasil observasi daftar cek. Persentase ini diperoleh dari
observasi dan memperbaiki tindakan apabila rumus (dalam Acep Yoni, 2010: 177):
dibutuhkan siklus selanjutnya.

Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan


Data
Hasil analisis berdasarkan rumus tersebut
Data yang dikumpulkan dalam penelitian
kemudian diinterpretasikan dalam lima tingkatan
ini diperoleh menggunakan teknik observasi dan
kriteria menurut Suharsimi Arikunto, Suhardjono,
wawancara. Instrumen penelitian yang digunakan
dan Supardi (2010:269) seperti pada tabel 1
adalah pedoman observasi dan pedoman
sebagai berikut:
wawancara.
Observasi dilakukan oleh peneliti yang
Tabel 1. Tingkat Kriteria Penilaian
berkolaborasi dengan guru bimbingan dan
No Persentase (%) Kriteria
konseling pelatih PIK R MAN Yogyakarta 1 1 0-20 Sangat Kurang
2 21-40 Kurang
untuk mengamati keterampilan yang teramati di 3 41-60 Cukup
masing-masing akhir pelatihan. Observasi 4 61-80 Baik
5 81-100 Baik Sekali
dilakukan saat berlangsungnya tindakan.
6 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 4 Tahun ke-5 2016

Kriteria Keberhasilan Tindakan melakukan tindakan berupa pelatihan


Kriteria keberhasilan tindakan dalam keterampilan dasar konseling berbasis modul
penelitian ini adalah adanya peningkatan pada konselor sebaya PIK R EXALTA di MAN
keterampilan dasar konseling konselor teman Yogyakarta 1. Hasil pelatihan keterampilan
sebaya PIK R MAN Yogyakarta 1. Penelitian konseling berbasis modul dapat meningkatkan
dianggap berhasil menurut Tindall dan Gray keterampilan dasar konseling konselor sebaya
(1985:8), siswa telah dapat melakukan PIK R MAN Yogyakarta 1 yang dilihat dari rata-
keterampilan dasar konseling dengan baik, yaitu rata persentase dengan merata-rata hasil
melalui hasil daftar cek minimal 80% jumlah persentase setiap siswa dengan seluruh siswa
siswa telah memenuhi persentase 75% kriteria yang berjumlah 14 siswa, dari sebesar 34,42%
penilaian baik dalam memiliki kemampuan dengan kriteria penilaian Kurang pada pra
keterampilan dasar konseling dilihat dari aspek tindakan menjadi 73,85% pada siklus I dengan
keterampilan attending, berempati, merangkum, kriteria penilaian Baik, maka ada peningkatan
bertanya, berperilaku genuin, berperilaku asertif, sebesar 39,43% dan meningkat lagi menjadi
konfrontasi, pemecahan masalah. 89,85% pada siklus II dengan kriteria penilaian
Baik Sekali, maka adanya peningkatan 16%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa
Pada pra tindakan, konselor sebaya di PIK peningkatan pada siklus I lebih tinggi 23,43%
R EXALTA MAN Yogyakarta 1 belum mampu dibandingkan siklus II, karena kemungkinan
menunjukkan 8 jenis keterampilan dasar siklus II merupakan perbaikan yang diulang dari
konseling, yaitu meliputi keterampilan attending, siklus I. Peningkatan pada hasil daftar cek
keterampilan berempati, keterampilan menunjukkan keterampilan dasar konseling sudah
merangkum, keterampilan bertanya, keterampilan ditunjukkan dengan terampil mencapai persentase
berperilaku genuin, keterampilan berperilaku minimal 75%, serta diperkuat dengan hasil
asertif, keterampilan konfrontasi, dan wawancara yang telah menunjukkan bahwa siswa
keterampilan pemecahan masalah secara terampil. mampu menunjukkan perasaan dan minatnya
Hal ini berdasar pada hasil observasi yang dalam melakukan layanan konseling teman
menunjukkan rata-rata keterampilan dasar sebaya kepada teman lainnya.
konseling konselor sebaya PIK R MAN Hasil pelatihan keterampilan konseling
Yogyakarta 1 pada kriteria penilaian Kurang berbasis modul dapat meningkatkan keterampilan
yaitu sebesar 34,42%. Menurut hasil wawancara dasar konseling konselor sebaya PIK R MAN
hanya terdapat 9 siswa dari 14 siswa yang tanpa Yogyakarta 1 yang dilihat pada tabel berikut:
ragu mengatakan Ya dan Berminat dalam
Tabel 2. Peningkatan Keterampilan Dasar
minatnya membantu teman setelah melakukan
Konseling pada Siklus I
tindakan konseling teman sebaya. Berdasarkan
kebermanfaatan pentingnya layanan konseling
teman sebaya di sekolah, maka peneliti
Peningkatan Keterampilan Konseling ... (Adinuringtyas Herfi Rahmawati) 7

Rata-rata persentase keterampilan % Keterangan: 1: Attending, 2: Berempati,3: Merangkum, 4: Bertanya, 5:


dasar konseling (%) Skor Berperilaku genuin, 6: Berperilaku asertif, 7: Konfrontasi, 8: Pemecahan
1 2 3 4 5 6 7 8 Total masalah
Pra Tindakan 0 2 1 0 0 0 0 0 34,42
Siklus 1 9 11 5 10 11 11 9 7 73,85
Pada siklus I ke siklus II terjadi
Jumlah
9 9 4 10 11 11 9 7 39,43
Peningkatan peningkatan. Pada siklus II keterampilan dasar
Rata-rata % per
77 75 64,3 82 82,1 71,4 66,7 67,3
keterampilan konseling telah ditunjukkan secara terampil dan
Keterangan: 1: Attending, 2: Berempati, 3: Merangkum, 4: Bertanya, 5:
Berperilaku genuin, 6: Berperilaku asertif, 7: Konfrontasi, 8: Pemecahan
mencapai minimal 75%, yaitu keterampilan
masalah attending telah ditunjukkan oleh 14 siswa,

Pada siklus I keterampilan dasar konseling keterampilan berempati telah ditunjukkan oleh 13

telah ditunjukkan secara terampil dan mencapai siswa, keterampilan merangkum telah

minimal 75%, yaitu keterampilan attending telah ditunjukkan oleh 13 siswa, keterampilan bertanya

ditunjukkan oleh 9 siswa, keterampilan berempati telah ditunjukkan oleh 14 siswa, keterampilan

telah ditunjukkan oleh 11 siswa, keterampilan berperilaku genuin telah ditunjukkan oleh 13

merangkum telah ditunjukkan oleh 5 siswa, siswa, keterampilan berperilaku asertif telah

keterampilan bertanya telah ditunjukkan oleh 10 ditunjukkan oleh 12 siswa, keterampilan

siswa, keterampilan berperilaku genuin telah konfrontasi telah ditunjukkan oleh 12 siswa,

ditunjukkan oleh 11 siswa, keterampilan keterampilan pemecahan masalah telah

berperilaku asertif telah ditunjukkan oleh 11 ditunjukkan oleh 13 siswa. Pada setiap aspek

siswa, keterampilan konfrontasi telah ditunjukkan keterampilan dasar konseling telah mencapai rata-

oleh 9 siswa, keterampilan pemecahan masalah rata persentase minimal 75%. Persentase skor

telah ditunjukkan oleh 7 siswa. Per keterampilan total bukan acuan subjek sudah menguasai proses

dasar konseling yang telah mencapai rata-rata konseling secara keseluruhan.

persentase minimal 75% adalah keterampilan Peningkatan keterampilan dasar konseling

attending, keterampilan berempati, keterampilan setiap siswa tidak selalu meningkat secara terus

bertanya, keterampilan berperilaku genuin. menerus pada setiap aspek keterampilan dasar

Persentase skor total bukan acuan subjek sudah konseling. Seluruh siswa mengalami naik

menguasai proses konseling secara keseluruhan. turunnya pada setiap aspek keterampilan dasar

Tabel 3. Peningkatan Keterampilan Dasar konseling. Berikut ini diidentifikasi jumlah siswa

Konseling pada Siklus I yang telah terampil pada setiap aspek


Rata-rata persentase keterampilan dasar konseling dan peningkatannya
% Skor
keterampilan dasar konseling (%)
1 2 3 4 5 6 7 8
Total
pada setiap siklus sebagai berikut:
Siklus I 9 11 5 10 11 11 9 7 73,85
Siklus II 14 13 13 14 13 12 12 13 89,85
Jumlah
Pening- 5 2 8 4 2 1 3 6 16
katan
Tabel 4. Perbedaan Peningkatan Keterampilan
Rata- Dasar Konseling
rata %
per 90 85,71 89 94 91,1 87,5 88 91

keteram
-pilan
8 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 4 Tahun ke-5 2016

pada pra tindakan belum ada yang mencapai


75%, pada siklus 1 ada yang telah mencapai
Indikator Perilaku Rata-rata persentase keterampilan dasar
No. Keterampilan Dasar konseling (%)
Konseling Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2 persentase minimal 75% (attending, berempati,
1 Keterampilan attending 42 77 90
2 Keterampilan berempati 45 75 85,71 bertanya, berperilaku genuin), pada siklus 2 telah
Keterampilan
3 37 64,3 89
merangkum mencapai persentase minimal 75% pada setiap
4 Keterampilan bertanya 29 82 94
Keterampilan
5
berperilaku genuin
35,71 82,1 91,1 keterampilan dasar konseling.
Keterampilan
6 25 71,4 87,5 Untuk meningkatkan keterampilan dasar
berperilaku asertif
Keterampilan
7 14 66,7 88
konfrontasi konseling konselor sebaya PIK R EXALTA
Keterampilan
8 29 67,3 91
pemecahan masalah
MAN Yogyakarta 1 diberikan pelatihan
keterampilan dasar konseling berbasis modul.
Perbedaan peningkatan keterampilan dasar
Modul yang digunakan dalam pelatihan
konseling pada setiap siklus adalah rata-rata
keterampilan dasar konseling memuat materi
persentase keterampilan dasar konseling pada pra
delapan keterampilan dasar konseling yang sesuai
tindakan keterampilan attending mencapai 42%
untuk diberikan kepada siswa (remaja) dalam
lalu pada siklus 1 meningkat mencapai 77% dan
meningkatkan keterampilan dasar konseling
pada siklus 2 meningkat menjadi 90%,
siswa yang menjadi konselor sebaya PIK R MAN
keterampilan berempati mencapai 45% lalu pada
Yogyakarta 1. Hal ini sesuai dengan pendapat
siklus 1 meningkat mencapai 75% dan pada
Suwarjo (2008:3) yang menyatakan bahwa modul
siklus 2 meningkat menjadi 85,71%, keterampilan
sebagai salah satu alat bantu pelatihan berupa
merangkum mencapai 37% lalu pada siklus 1
bahan tertulis yang berisi materi dan tugas-tugas
meningkat mencapai 64,3% dan pada siklus 2
pelatihan. Materi-materi pelatihan tersebut
menjadi 89%, keterampilan bertanya mencapai
diharapkan dapat mengembangkan kemampuan
29% lalu pada siklus 1 meningkat mencapai 82%
komunikasi interpersonal konselor yang
dan pada siklus 2 meningkat menjadi 94%,
mendukung pemberian bantuan kepada konseli.
keterampilan berperilaku genuin mencapai
Modul dapat memberikan manfaat bagi upaya
35,71% lalu pada siklus 1 meningkat mencapai
peningkatan kualitas layanan konselor di sekolah
82,1% dan pada siklus 2 meningkat menjadi
yang akan berujung pada pencapaian
91,1%, keterampilan berperilaku asertif mencapai
perkembangan konseli secara optimal. Hal ini
25% lalu pada siklus 1 meningkat mencapai
dikuatkan dengan adanya hubungan dengan
71,4% dan pada siklus 2 meningkat menjadi
penelitian yaitu penelitian dari Fadly Dwi
87,5%, keterampilan konfrontasi mencapai 14%
Abdillah (2013:43-44) mengatakan bahwa
lalu pada siklus 1 meningkat mencapai 66,7% dan
penggunaan modul dapat meningkatkan hasil
pada siklus 2 meningkat menjadi 88%,
belajar. Guru berfungsi membantu pembelajaran
keterampilan pemecahan masalah mencapai 29%
siswa. Proses pembelajaran terjadi tergantung
lalu pada siklus 1 meningkat mencapai 67,3% dan
dari pribadi siswa itu sendiri, karena modul sudah
pada siklus 2 meningkat menjadi 91%. Rata-rata
menyajikan sejumlah pengetahuan yang harus
persentase setiap keterampilan dasar konseling
dipelajari oleh siswa. Apabila siswa yang
Peningkatan Keterampilan Konseling ... (Adinuringtyas Herfi Rahmawati) 9

mempunyai kecepatan belajar yang tinggi, maka dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Laila
pembelajaran itu dapat diselesaikan dengan cepat Husnawati Shidiq (2012:112) mengatakan bahwa
tanpa harus menunggu siswa yang belajarnya diskusi kelompok efektif untuk meningkatkan
lambat, begitupun yang lambat tidak akan merasa pemahaman kesehatan reproduksi remaja pada
terseret-seret oleh siswa yang cepat belajarnya, siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I
sehingga diharapkan proses pembelajaran Sleman. Materi diskusi kelompok kesehatan
tersebut diminati oleh siswa dan siswa tidak reproduksi remaja berisi tentang organ
merasa bosan. reproduksi, kehamilan dan konsepsi, kesehatan
Pelatihan berbasis modul ini dilakukan reproduksi yang bertanggung jawab dan perilaku
melalui 3 kegiatan yaitu kegiatan membaca, seksual berisiko yang disampaikan melalui
kegiatan berdiskusi kelompok, dan kegiatan diskusi kelompok kecil. Setiap kelompok duduk
mempraktikkan. Siswa terlihat bersemangat secara berhadapan sehingga mempermudah siswa
ketika mendapatkan modul dan senang untuk dalam bertukar informasi dan pandangan dari
membaca keterampilan dasar konseling, karena setiap anggota kelompok atau individu, sehingga
mereka belum mendapatkan pengetahuan dan dapat mengambil kesimpulan dan mampu
pengalaman untuk melakukan keterampilan dasar memecahkan permasalahan secara bersama.
konseling. Hal ini dikuatkan dengan adanya Kegiatan mempraktikkan, siswa percaya
hubungan dengan penelitian yaitu penelitian dari diri dalam melakukan praktik konseling kepada
Fatimah (2013:66) menyatakan bahwa strategi teman sebayanya dalam menguasai keterampilan
kegiatan membaca terarah berguna dan pengetahuan serta wawasan untuk
membangkitkan semangat dalam membaca. menghadapi masalah yang sesungguhnya. Hal
Semua siswa menghubungkan latar belakang tersebut ada hubungannya dengan penelitian yang
pengetahuan atau pengalaman yang telah mereka dilakukan oleh Herlambang Rasyidi (2013:63)
miliki sesuai dengan topik yang sedang dibahas. mengatakan bahwa kegiatan praktik kerja industri
Sesuatu yang dikaitkan dengan pengalaman siswa akan memberikan keterampilan dan pengetahuan
secara pribadi akan lebih mudah dipahami. serta wawasan dalam dunia kerja sesungguhnya.
Penerapan strategi kegiatan membaca terarah Siswa yang pernah melaksanakan kegiatan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama praktik kerja industri dan memiliki sikap percaya
membaca pemahaman. diri akan lebih mudah untuk bisa mempersiapkan
Kegiatan berdiskusi kelompok, siswa dirinya untuk bekerja.
saling memberikan informasi yang didapat dari Pelatihan keterampilan dasar konseling
kegiatan membaca kepada siswa lainnya, lalu berbasis modul tidak dapat memberikan pengaruh
setiap anggota diskusi mengambil kesimpulan yang sama pada setiap keterampilan dasar
dari setiap aspek keterampilan dasar konseling konseling, karena adanya faktor yang
dan memecahkan masalah secara bersama-sama mempengaruhi belajar siswa dalam kegiatan
dari hal yang belum mereka ketahui tentang membaca, kegiatan berdiskusi kelompok, dan
keterampilan dasar konseling. Hal ini dikuatkan kegiatan mempraktikkan. Hal ini sesuai dengan
10 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 4 Tahun ke-5 2016

pendapat Sugihartono, Kartika Nur Fathiyah, belajar, dan tugas rumah. Faktor masyarakat
Farida Agus Setiawati, Farida Harahap, dan Siti dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat,
Rohmah Nurhayati (2007:65) mengatakan bahwa teman bergaul, bentuk kehidupan dalam
salah satu tujuan pengajaran modul adalah masyarakat, dan media massa.
membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar Berdasarkan pendapat tersebut dan hasil
menurut kecepatan masing-masing. Pengajaran observasi selama pelatihan keterampilan dasar
modul juga memberi kesempatan bagi siswa konseling berbasis modul ada siswa yang
untuk belajar menurut cara masing-masing, oleh terpengaruh dua faktor yang mempengaruhi
sebab mereka menggunakan teknik yang berbeda- belajar mereka. Ada siswa yang terlihat kelelahan
beda untuk memecahkan masalah tertentu saat mengikuti pelatihan keterampilan dasar
berdasarkan latar belakang pengetahuan dan konseling, yaitu Dff yang mengikuti kegiatan
kebiasaan masing-masing. pramuka dan Rf yang mengikuti kegiatan tonti.
Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi Kedua siswa ini juga cenderung malu untuk
belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal bertanya ketika ada kesulitan dalam kegiatan
(Sugihartono, Kartika Nur Fathiyah, Farida Agus pelatihan keterampilan dasar konseling berbasis
Setiawati, Farida Harahap, dan Siti Rohmah modul kepada guru, sedangkan teman-teman
Nurhayati, 2007:76). Faktor pertama adalah lainnya aktif dalam berkomunikasi dua arah
faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang dengan guru. Oleh karena itu, kedua siswa ini
ada di dalam diri individu yang sedang belajar. belum mampu mendapatkan hasil yang seimbang
Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan dengan siswa-siswa lainnya, di mana siswa lain
faktor psikologis. Faktor jasmaniah meliputi telah 75% mampu menguasai setiap aspek
faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan keterampilan dasar konseling.
faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, Berdasarkan penjelasan tersebut,
minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan. pelatihan keterampilan dasar konseling berbasis
Faktor kedua adalah faktor eksternal. Faktor modul ini sesuai dengan pengajaran modul
eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. dengan adanya kegiatan membaca, kegiatan
Faktor esktern yang berpengaruh dalam belajar berdiskusi kelompok, kegiatan mempraktikkan.
meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan Masih perlu adanya penelitian tersendiri untuk
faktor masyarakat. Faktor keluarga dapat meliputi mengukur faktor internal dan faktor eksternal
cara orang tua mendidik, relasi antar anggota siswa dalam kegiatan pelatihan.
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orangtua, dan latar belakang Keterbatasan Penelitian
kebudayaan. Faktor sekolah yang mempengaruhi Penelitian tindakan yang dilakukan untuk
belajar meliputi metode mengajar, kurikulum, meningkatkan keterampilan dasar konseling
relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, melalui kegiatan pelatihan berbasis modul di PIK
disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, R EXALTA MAN Yogyakarta 1 telah diusahakan
standar pelajaran, keadaan gedung, metode untuk memperoleh hasil yang maksimal, namun
Peningkatan Keterampilan Konseling ... (Adinuringtyas Herfi Rahmawati) 11

masih terdapat keterbatasan yang ditemukan, di pelatihan berbasis modul, ceramah dan
antaranya: mengakhiri sesi.
1. Keterampilan dasar konseling yang teramati Pelatihan keterampilan dasar konseling
pada penelitian ini masih sebatas situasi berbasis modul dapat meningkatkan keterampilan
simulasi, yang tidak seluruhnya sama seperti dasar konseling pada konselor sebaya dari sebesar
pada konseling yang sesungguhnya, yang 34,42% dengan kriteria penilaian Kurang pada
terjadi pada konseling sesungguhnya bisa pra tindakan menjadi 73,85% dengan kriteria
terjadi bias. penilaian Baik pada siklus I, maka ada
2. Penelitian ini tidak mengukur faktor-faktor peningkatan sebesar 39,43% dan meningkat lagi
lain yang mempengaruhi peningkatan menjadi 89,85% pada siklus II dengan kriteria
keterampilan dasar konseling seperti gaya penilaian Baik Sekali, maka adanya
belajar siswa, pemahaman materi siswa, peningkatan 16%. Hasil tersebut didukung dari
partisipasi siswa, keaktifan siswa, hasil observasi daftar cek dan wawancara yang
pengalaman siswa dalam menghadapi suatu menunjukkan siswa dapat melakukan konseling
permasalahan ataupun budaya sekolah teman sebaya kepada teman lainnya.
maupun masyarakat setempat.

Saran
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian
Simpulan
ini, peneliti menyarankan sebaiknya guru pelatih
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
perlu membuat bimbingan individual setelah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa pelatihan
diadakannya pelatihan keterampilan dasar
keterampilan dasar konseling berbasis modul
konseling untuk membimbing secara intensif
dapat meningkatkan keterampilan konseling
kepada setiap siswa, karena masih terdapat
konselor sebaya pada konselor sebaya di Pusat
beberapa siswa yang belum bisa dibimbing secara
Informasi dan Konseling Remaja MAN
berkelompok. Guru pelatih bisa mengembangkan
Yogyakarta 1. Kegiatan yang dilakukan adalah
pelatihan keterampilan dasar konseling berbasis
kegiatan membaca, kegiatan berdiskusi
modul dengan ditambah dengan permainan atau
kelompok, dan kegiatan mempraktikkan dalam 2
kegiatan lainnya yang mendukung sebagai
siklus, yang terdiri dari 8 pertemuan. Pelaksanaan
peningkatan keterampilan dasar konseling
kegiatan dilakukan dengan berkelompok, minimal
konselor sebaya.
ada 2-4 siswa. Guru pelatih mempunyai peran
Peneliti juga berharap kepada peneliti
untuk membimbing siswa agar dapat memahami
selanjutnya agar penelitian ini dapat dijadikan
keterampilan dasar konseling. Adanya rencana
pertimbangan, jika akan mengambil tema
kegiatan harian mempermudah guru dalam
keterampilan dasar konseling pada konselor
memberikan pelatihan keterampilan dasar
sebaya di PIK R. Peneliti selanjutnya diharapkan
konseling berbasis modul kepada siswa yang
melakukan observasi awal pada sekolah-sekolah
meliputi perkenalan dan pemanasan, aktivitas
12 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 4 Tahun ke-5 2016

yang memang telah memiliki ekstrakurikuler PIK Melalui Diskusi Kelompok pada Siswa Kelas
XI SMA Muhammadiyah I Sleman. Skripsi.
R yang telah terstruktur dan minimal telah
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
berjalan selama 1 tahun pembentukan organisasi. Yogyakarta.
Peneliti juga berharap bahwa program Sarlito Wirawan Sarwono. (2013). Psikologi
studi Bimbingan dan Konseling membuka Remaja Edisi Revisi. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
wawasan dan pengetahuan dalam layanan
berkolaborasi dengan berbagai pihak terkait yang Sugihartono, Kartika Nur Fathiyah, Farida Agus
Setiawati, Farida Harahap, dan Siti Rohmah
memfasilitasi perkembangan diri siswa di Nurhayati. (2007). Psikologi Pendidikan.
sekolah, yaitu salah satunya melalui kegiatan Yogyakarta: UNY Press.

ekstrakurikuler di sekolah. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi.


(2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.
DAFTAR PUSTAKA
Suwarjo. (2008). Modul Pelatihan Praktik
Acep Yoni. (2010). Menyusun Penelitian
Keterampilan Konseling Bahan Pelatihan
Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia.
bagi Guru Bimbingan dan Konseling
BKKBN. (2014). Pedoman Pengelolaan (Konselor) Pendidikan dan Latihan Profesi
Informasi dan Konseling Remaja dan Guru (PLPG) Bidang Bimbingan dan
Mahasiswa (PIK R/M) Seri Genre. Jakarta: Konseling. Yogyakarta: Departemen
Direktorat Bina Ketahanan Remaja. Pendidikan Nasional Universitas Negeri
Fadly Dwi Abdillah. (2013). Penggunaan Modul Yogyakarta.
sebagai Upaya Peningkatan Hasil Belajar
Siswa Dalam Mata Pelajaran TIK pada Materi Suwarjo. (2008). Pedoman Konseling Teman
Microsoft Word Kelas V di SDN Sarikarya Sebaya Untuk Pengembangan Resiliensi.
Kragilan Condongcatur Sleman Yogyakarta. Tidak diterbitkan.
Fakultas Teknik Universitas Negeri
Tindall, J.D. dan Gray, H.D. (1985). Peer
Yogyakarta.
Counseling: In-Depth Look At Training Peer
Fatimah. (2013). Peningkatan Kemampuan Helpers. Muncie: Accelerated Development
Membaca Pemahaman pada Siswa Kelas VII Inc.
B SMP PGRI Wonosobo dengan
Menggunakan Strategi Kegiatan Membaca
Terarah. Skripsi. Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta.

Herlambang Rasyidi. (2013). Pengaruh Kegiatan


Praktik Kerja Industri dan Sikap Percaya Diri
Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kompetensi
Keahlian Elektronika Industri di SMK
Muhammadiyah Prambanan. Skripsi. Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Musahadah.
(http://surabaya.tribunnews.com/2014/09/01/d
indik-wajibkan-ekskul-konselor-sebaya-di-
sekolah.htm).

Nur Laila Husnawati Shidiq. (2012). Peningkatan


Pemahaman Kesehatan Reproduksi Remaja

You might also like