Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anemia ( bahasa Yunani) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal.Sel darah
merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut
oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh . keadaan ini sering menyebabkan energi dalam
tubuh menjadi menurun sehingga terjadi 5L atau lemah, lesu, lemas, lunglai, dan letih. Dalam hal ini
orang yang terkena anemia adalah orang yang menderita kekurangan zat besi. Seseorang yang
menderita anemia akan sering mengalami keadaan pusing yang sedang hingga berat dikarenakan
Meningkatnya penghancuran sel darah merah, Pembesaran limpa, Kerusakan mekanik pada sel darah
merah, Reaksi autoimun terhadap sel darah merah : Hemoglobinuria nokturnal paroksismal,
Sferositosis herediter, Elliptositosis herediter. Seseorang yang sering mengalami anemia di sebabkan
karena pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan
kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa
menyebabkan stroke atau serangan jantung.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu anemia?
2. Mengapa sesorang bisa terkena anemia?
3. Apa yang menyebabkan seseorang terkena anemia?
4. Bagaimana tanda serta gejala dari anemia?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan serta diagnosa keperawatan yang tepat pada kasus anemia?
C. TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penyakit anemia.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk menjelaskan apa itu Anemia
2. Untuk menjelaskan penyebab penyakit Anemia, tanda dan gejala serta patofisiologinya dalam
tubuh.
3. Untuk mengetahui tindak lanjut intervensi keperawatan pada klien Anemia.
4. Untuk menjelaskan peran perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan utamanya
terhadap penderita Pneumoia
D. MANFAAT PENULISAN
1. Menambah wawasan, pengetahuan penulis dan pembaca di bidang kesehatan khususnya anemia
2. Memberikan informasi mengenai masalah keperawatan pada pasien dengan anemia dan
penatalaksanaan masalah keperawatan
1
3. Dengan makalah ini diharapkan supaya para pembaca bisa lebih mengenal terhadap tanda dan
gejala yang berhubungan dengan Anemia.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II : TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Anemia
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Pathway Anemia
E. Manifestasi Klinis
F. Pemeriksaan Penunjang
G. Pencegahan
H. Penatalaksanaan dan Pengobatan
BAB III : KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Kasus (Skenario Kasus di ketik ulang)
B. Pembahasan Kasus (Analisis kasus berdasarkan tujuan pembelajaran/LO
(Learning Outcome) yang mau dicapai oleh mahasiswa )
C. Asuhan Keperawatan
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pengertian Anemia menurut WHO - Anemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan
jumlah sel darah merah. Menurut WHO, anemia didefinisikan sebagai Hb (hemoglobin) kurang 13 g/dl untuk laki-
laki dan kurang 12 g/dl untuk wanita. Definisi anemia sangat tergantung pada usia dan jenis kelamin. Definisi
yang paling sering dipakai adalah definisi anemia menurut WHO dan CDC (Centers for Disease Control and
Preventio
2
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal.
Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1mm3 darah atau berkurangnya
volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah. (Ngastiyah, 1997)
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi sangat penting dalam tubuh
yaitu transportasi. Darah mempunyai dua komponen yaitu komponen padat dan komponen cair. Fungsi
transportasi darah adalah membawa dan mengantarkan nutrisi dan oksigen dari usus dan paru-paru kepada sel
diseluruh tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme ke ogan-organ pembuangan. Darah juga membawa dan
menghantar hormon-hormon dari kelenjar endokrin ke organ sasarannya. Ia mengangkut enzim, zat buffer,
elektrolit, dan berbagai zat kimia untuk didistribusikan ke seluruh tubuh.
Peran penting dilakukan juga oleh sel darah, yaitu pengaturan suhu tubuh karena dengan cara
konduksi ia membawa panas tubuh dari pusat-pusat produksi panas untuk didistribusikan ke seluruh tubuh dan
ke permukaan tubuh yang pada akhirnya diatur pelepasannya dalam upaya homeostatis suhu (termoregulasi).
Jumlah darah manusia bervariasi tergantung berat badan seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah 70cc/kgBB.
Bagian padat darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Bagian padat darah merupakan 45% dari seluruh
volume darah, 55% adalah plasma yang merupakan komponen cair darah.
a. Sel darah merah atau eritrosit
Bentuknya bulat pipih dengan cekungan di tengahnya. Sel darah merah normal tidak mempunyai inti
sel, diameternya 7 mikron yang bersifat kenyal sehingga bisa berubah bentuk menyesuaikan pembuluh darah
yabg dilaluinya.
Sel darah merah dibuat di dalam sumsum tulang. Rata-rata umur hidup sel darah merah sekitar 105-
120 hari. Kemudian sel menjadi usang dan dihancurkan dalam system retikuloendoteal. Terutama di limfa dan
hati. Globin dan globulin diubah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan dan zat
besi dalam hem dari hemoglobin diubah menjadi glirubin dan bili verdin yang berwarna kehijau-hijauan. Jumlah
hemoglobin pada laki-laki 14-16% dan pada wanita 12-14%.
b. Sel darah putih atau leukosit
Fungsi utama sel darah putih adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara menghancurkan antigen
(kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5 jenis leukosit :
1. Neutrofil (65%-75%)
2. Eosinofil (2%-5%)
3. Basofil (0,5%-1%)
4. Limfosit (20%-25%)
5. Monosit (3%-8%)
Leukosit berwarna kuning dan bentuknya lebih besar dari sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil.
Leukosit sebagai bala tentara pertahanan dikerahkan ke tempat-tempat terjadi infeksi dan jumlahnya pu dapat
dilipatgandakan dalam keadaan infeksi. Leukosit bersama-sama dengan system makrofag jaringan yaitu
3
hepar,limfa, sumsum tulang, alveoli paru serta kelenjar getah melakukan fagositosis terhadap kuman atau virus
yang masuk. Jumlah leukosit adalah 5000-9000/mm3 darah. Bila jumlah leukosit berkurang disebut leukopenia.
Sedangkan bila tubuh tidak membuat leukosit sama sekali disebut Agranulositosis.
c.Trombosit atau keping-keping darah
Trombosit berbentuk keeping-keping yang merupakan bagian-bagian kecil dari sel yang besar yang
membuatnya yaitu megakaryosit. Trombosit dibuat di sumsum tulang, paru-paru dan limfa. Ukurannya kecil
sekitar 2-4 mikron. Umur peredarannya hanya berkisar 10 hari.
Trombosit mempunyai kemampuan untuk melakukan :
1. Daya aglutinasi (membeku atau menggumpal)
2. Daya adesi (saling melekat)
3. Daya agregasi (berkelompok)
4. Jumlah trombosit di dalam tubuh antara 150.000-350.000 keping/mm3 darah.
Fungsi trombosit yaitu :
a. Hemostasis (penghentian aliran darah/ perdarahan)
b. Pembekuan darah
Bila ada kerusakan pembuluh darah, trombosit akan berkumpul di daerah tersebut dan menutup lubang
bocoran dengan cara saling melekat, berkelompok dan menggumpalyang kemudian dilanjutkan dengan proses
pembekuan darah.
Trombosit mempunyai dua zat, prostaglandin dan tromboxan yang akan keluar bila ada kerusakan
pembuluh darah. Zat ini juga dapat menimbulkan efek vasokontriksi sehingga aliran darah berkuang dan
membantu proses pembekuan darah.
d. Plasma
Plasma terdiri dari 91-92% air yang berperan sebagai medium transfor dan 7-9% terdiri dari zat padat
(protein seperti albumin, globulin, fibrinogen, juga ada unsure natrium, kalium, kalsium, fosfor, bese, asam
amino, kolesterol, glukosa, dan enzim). Albumin yang dibentuk di hati merupakan 53% dari seluruh protein
serum, berperan dalam mempertahankan volume darah dengan menjaga tekanan osmotic koloid,pH dan
keseimbangan elektrolit.
2.3 Etiologi
1. Perdarahan
2. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan asam folat. (Barbara C. Long, 1996 )
3. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll.
4. Kelainan darah
4
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada pasien anemia antara lain : pucat, lemah, cepat lelah,
keringat dingin, takikardi, hypotensi, palpitasi. (Barbara C. Long, 1996). Takipnea (saat latihan fisik), perubahan
kulit dan mukosa (pada anemia defisiensi Fe). Anorexia, diare, ikterik sering dijumpai pada pasien anemia
pernisiosa (Arif Mansjoer, 2001)
2.5. Patofisiologi
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain
penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia
(badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi
abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah
mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan
seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata
bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika
anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara
berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial,
terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin
plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka
hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah
atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar:
1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang
terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia
5
viskositas darah menurun
resistensi aliran darah perifer
penurunan transport O2 ke jaringan
hipoksia, pucat, lemah
beban jantung meningkata
kerja jantung meningkat
payah jantung
2.6 Klasifikasi
Untuk membuat sel darah merah diperlukan zat besi (Fe). Kebutuhan Fe sekitar 20 mg/hari,
dan hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2-4 mg, kira-kira 50 mg/kg
BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada wanita. Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik.
Di Indonesia banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis), inipun tidak akan
menyebabkan anemia bila tidak disertai malnutrisi. Anemia jenis ini dapat pula disebabkan karena :
6
5. Hemoglobinuria
Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelial siderosis.
Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi seperti infeksi ginjal, paru ( abses,
empiema, dll ).
2. Anemia makrositik
a. Anemia Pernisiosa
Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik karena gangguan
absorsi yang merupakan penyakit herediter autoimun maupun faktor ekstrinsik karena kekurangan
asupan vitamin B12.
Anemia ini umumnya berhubungan dengan malnutrisi, namun penurunan absorpsi asam folat
jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Asam folat terdapat dalam daging,
susu, dan daun daun yang hijau.
a. Perdarahan akut
Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan penurunan kadar
Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.
b. Perdarahan kronik
Pengeluaran darah biasanya sedikit sedikit sehingga tidak diketahui pasien. Penyebab yang
sering antara lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan saluran cerna, dan epistaksis.
4. Anemia hemolitik
Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah ( normal 120 hari ), baik sementara atau
terus menerus. Anemia ini disebabkan karena kelainan membran, kelainan glikolisis, kelainan enzim, ganguan
sistem imun, infeksi, hipersplenisme, dan luka bakar. Biasanya pasien ikterus dan splenomegali.
7
5. Anemia aplastik
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah. Penyebabnya bisa
kongenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi, toksin, dll.
5. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak ( pada anemia aplastik )
2.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujiukan untuk mencari penyebab dan pengganti darah yang hilang.
Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya yaitu:
1. anemia aplastik
dengan transplantasi sumsung tulang dan terapi imunosupresif dengan anti tymocyte (ATG)
yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum
tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet.
Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat kalau tersedia,
dapat diberikan eritropoetin rekombinan.
Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan tidak memperlukan penanganan untuk
anemianya.
8
Dengan pemberian makanan yang adekuat, pada defisiensi besi diberikan sulfas ferosus 3x10
mg/hari. Transfusi darah diberikan apabila kadar Hb kurang dari 5 gr%.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin b12 ditangani dengan pemerian vitamin b12. Bila defisiensi disebabkan oleh
defek absorsi atau tidak terjadinya faktor intrinsik, dapat diberikan vitamin b12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kambuhan anemia, terapi vitamin b12 harus diteruskan selama hidup pasien
yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorsi yang tidak dapat dikoreksi.
c. Pada anemia defisiensi asam folat, diberikan asam folat 3x5/ hari.
d. Anemia defisiensi asam folat pada pasien pasien dengan gangguan absorsi, penanganannya
dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari secara IM
Dengan memberikan transfusi darah dalam plasma dalam keadaan darurat diberikan cairan
intavena dengan cairan infus apa saja yang tersedia
7. Anemia hemolitik
2.9. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan
mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran
napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu
hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan
berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu
perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).
Pendarahan saluran cerna, Defisiensi besi, vit b12, asam folat Overaktif RES, produksi SDM
Uterus, hidung, luka Depresi sumsum tulang abnormal
eritropoetin
9
Kehilangan sel darah merah (SDM) Penghancuran SDM
Produksi SDM
kardiomegali
2.10.3diagnosa keperawatan
10
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d sindrom hipoventilasi, penurunan transfer oksigen ke paru.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen
berkurang.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang kurang, anoreksia.
4. Nyeri akut b.d perubahan frekuensi jantung.
5. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik.
6. Resiko infeksi b.d penurunan hemoglobin.
7. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, proses metabolisme
yang terganggu.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1 KASUS
Klien ny .T berusia 50 tahun dirawat diruang dahlia RS kuningan , pada saat pengkajian klien
mengeluh lemah dan letih, kepala pusing dan susah tidur serta kadang juga merasa bergetar . pasien
mengatakan sudah lebih dari satu minggu yang lalau merasa badanya lemas mudah cape dan sering
pusing. Namun pasien mengggap itu penyakit biasa. Bahkan pasien tak pernah mengeluh dengan
keadan nya yang sakit, pasien masih melakukan aktifitas nya sehari hari sebagai petani.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah : 150 /90 mmhg, nadi : 80 X
/menit suhu : 36,8 C respirasi rate : 24 X /menit tinggi badan 165 cm berat badan 55 kg pemeriksaan
fisik yang ditemukan data data sebagai berikut : keadaan umum pasien lemah pucat dan kesadaran
compos mentis E4V5M6 mata simetris pupil isokor konjungtiva anemis sclera ikterik pergerakan paru
simetris tarikam intercosta tak tampak taktil premitus teraba sama perkusi bunyi bunyi resonan dan
auskultasi vesikuler tidak terdengar ronchy dan whezing jantung inspeksi iktus kordis tampak palpasi
denyut apikal teraba dan auskultasi terdengar S1 dan S2 reguler
Hasil pemeriksaan laboratorium hemetologi ditemukan hasil WBC : 5.10 3/ul, RBC : 4.106/ul ,
HGB :4,2 g/dl , HCT : 5,8 % MCV : 60,6 KI, MCH : 16,2, MCHC :30,2 g/dl dari hasil laboratorium urine
nya glukosa : normal , Protein : Negatif, Bilirubin : Negatif , Urobilin : Normal , PH : 8,5 keton :
11
Negatif ,Nitrit : Negatifdan Leukosit : Negatif . klien mendapat therapy infus ,NaCl 20 tpm dan rencana
dilakukan transfusi darah. Keluarga pasien tampak kebingungan mencari darah untuk transfusi darah
klien (golongan darah klien AB ) perawat tidak memberikan informasi secara detail terkait tindakan
transfusi yang akan dilakukan.
3.2 Pembahasan Kasus
1.1.1 Kata kunci : Anemia
1.1.2 Kata yang tidak dimengerti
1. Mata simetris : keadaan dimana otot mata menutup dan membuka sama anta kiri dan
kanan
2. Pupil isokor : pergerakan bentuk pupil sama antara yag kiri dan yang kanan
3. Konjungtiva Anemis : Suatau kondisi dimana konjungtiva ( selaput lendeir yang melapisi
permukaan dalam kelopak mata dan permukaan luar bola mata ) bewarna putih dan kelihatan
pucat.
4. Sclera Iterik : sakit kuning pada permukaan kuku dan bagian putih dari mata ( sclera )
5. Ictus cordik : adanya denyutan dinding torak yang disebabkan dari pukulan dari ventrikel
kiri tepatnya di linea kalau normal mediocla vikularis kiri selebar 1 cm saja
6. denyut optikal : Bunyi akibat tertutupnya katup triksuspidalis dan mitral , dan tertutupnya
katup plimonaris dan atrial
7. WBC : white blood cell (Leukosit ) merupakan komponen komponen yang
berfungsi dalam memerangi infeksi yang di sebabkan oleh virus , bakteri , ataupun proses metabolic
toksik.
8. MCHC : konsentrasi hemoglobin di dalam eritrosit (Indeks Eritrosit)
9. RBC : Erirosit atau sel darah merah merupakan komponen darah yang [aling
banyak dan berfungsi sebagai pengangkut / pembawa oksigen dari paru paru untuk di edarkan
keseluruh tubuh
10. HGB : Hemoglobin adalah moleekul protein pada sel darah merah yang berfungsi
sebagai transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh
11. HTC : Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sl
darah meah dalam 1000 ml darah yang dinyatakan dalam present (%)
12. MCV : Mean corpuscular volume atau volume rata rata sebuah eritrosit yang
dinyatakan dengan femtoliter (FL)
13. MCH : Mean corpuscular Hemoglobin atau hemoglobin Eritrosit rata rata yaitu
banyak nya Hemoglobin per Eritrositdi sebut dengan pikogram
14. MCHC : Mean corpuscular hemoglobin concentrasion atau konsentrasi Hemoglobin
Eritrosit rata rata, yaitu kadar Hemoglobin yang terdapat per Eritrosit dinyatakan dalam persent
(%)dan satuan tang lebih tepatnya (gr / dl )
1.1.3 Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan bilirubin ?
2. Kenepa penderita anemia lemah dan letih ?
3. Kenapa ada rencana tranfusi darah ?
4. Kenapa pasien sussah tidur dan gemetar ?
5. Apa perbedaan anemia dan thalasemia ?
6. Pemeriksaan apa yang dilakukan untuk memeriksa anemia ?
7. Kenapa pasien diberikan cairan infuse NaCl ?
1.1.4 Jawaban
12
1. Bilirirubin adalah pigmen bewarna kuning yang merupakan produk utama dari
hasilperombakan heme dari hemoglobin yang terjadi akbat perombakan sel darah merah oleh
retikuoendotel,bilirubin merupakan hasil dari reaksi katabolisme enzimetik biliverdin oleh biliverdin
reduktase, bilirubin sering dikelompokan pada antioksidan , salah satu manfaat nya adalah mencegah
dan menghentikan penyakit autoimun seperti skrerosis multiple.
2. dikarenakan eritrosit (sel darah merah ) dan hemoglobin dalam darah kurang dari kebutuhan
tubuh , sedangkan eritrosit berpungsi sebagai pengikat oksigen sehingga tidak ada oksigen yang di
butuhkan jaringan dalam darah mengakibatkan tubuh lemah dan letih
3. Tranfusi darah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan darah dalam mengikat oksigen
(Tranfusi darah dapat meningkatkan hb dalam darah yang berfungsi mengkat oksigen.,memperbaiki
volume darah
4. kekurangan zat besi sehingga menggangu pembentukan sel darah merah dampaknya
menggangu metabolisme
5. Anemia merupakan kondisi dimana jumlah sel darah merah atau Hemoglobin ( protein
pembawa oksigen ) dalam sel darah jumlah nya dibawah normal penyebabnya akibat kekurangana
asupan zat besi , genetic, kekurangan vit B12, asam folat sedangan Thalesemia merupakan penyakit
bawaan / turunan dari orangtuanya ,thalesemia terjadi karena ada kelainan perubahan pada gen globin
alfa dan beta yang mengatur rantai alfa dan beta keadaan ini menyababkan produksi Hemoglobin
terganggu dan umur eritrosit memendek dalam keadaan normal keadaan normal umur eritrosit 120 hari,
jadi
6. Pemeriksaan darah lengkap kadar hemoglobin dalam darah ,pemeriksaan konjungtiva pucat
atau tidak tunggor kulit untuk melihat sianosis atau tidak
7. perlu dilakukan karena
3.3 Pencegahan
3.3.1 Pencegahan Primer
Dilakukan dengna memberikan promosi kesehartan untuk mencegah atau menunda
terjadinya kasus baru penyakit dan modifikasi faktor resiko atau mencegah berkembangnya
faktor resiko. Contoh menjaga pola istirahat dan menjaga asupan nutrisi yang baik
3.3.2 Pencegahan Sekunder
Dilakukan pada saat terjadi timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan, seperti
pemeriksaan hemoglobin untuk mendeteksi apakah pasien anemia atau tidak.
13
atau cidera. Pada kasus diatas perawat yang tidak memberikan informasi dapat menimbulkan kerugian atau
cedera pada pasien
14
3. Untuk mengetahui hubungan anemia terhadap BBLR
digunakan statistik chiSquare banyak adalah 2300 gram,
dengan standar deviasi 122 gram.
Untuk mengetahui hubungan anemia pada ibu hamil dengan
7. Tijuan Penelitian
kejadian BBLR di RSUD Djojonegoro Kabupaten Temanggung.
Berdasarkan hasil penelitian di atas diharapkan petugas
kesehatan atau bidan lebih meningkatkan deteksi dini anemia
pada ibu hamil dan memberikan pencegahan dan
penanggulangan anemia secara optimal sehingga dapat
mengurangi angka kejadian BBLR serta dapat menurunkan
angka kematian yang disebabkan oleh BBLR. Diharapkan pula
data-data hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
8. Manfaat Penelitian
tambahan informasi tentang keterkaitan hubungan yang
signifikan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR
meskipun ada beberapa hasil penelitian lain yang
menyebutkan hasil berbeda, hal ini dapat dijadikan acuan untuk
melakukan penelitian lanjutan yang lebih detail untuk
mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian
bayi berat lahir rendah.
9. Hasil Penelitian Hasil pengumpulan data selama kurun waktu satu bulan,
yang dilakukan di Ruang Rekam Medik RSU Djojonegoro
Kabupaten Temanggung, didapatkan bahwa pada periode 1
Januari 2005 31 Desember 2005 ditemukan sebesar 108
kelahiran hidup non rujukan dengan BBLR. Setelah melalui
proses rekapitulasi keseluruhan populasi, rekam medik yang
masuk kriteria inklusi adalah sebesar 59 rekam medik yang
mencatat kejadian BBLR. Untuk selanjutnya, sebagai kontrol
diambil pula sampel sebesar 59 rekam medik yang mencatat
kejadian kelahiran dengan bayi berat lahir normal (BBLN). Pada
penelitian ini diperoleh data bahwa berat badan bayi dari
keseluruhan sampel kasus bayi berat lahir rendah (BBLR)
berada pada rentang antara paling rendah 1250 gram dan
paling berat 2450 gram, dengan rerata 2250 gram.
Modus berat badan bayi paling banyak adalah 2300 gram,
dengan standar deviasi 122 gram. Pada data yang mencatat
15
kadar haemoglobin ibu hamil yang melahirkan BBLR dalam
sampel yang memenuhi kriteria, bervariasi
antara kadar haemoglobin 8,7 gram% sampai 12 gram% dengan
rata-rata kadar haemoglobin 10,9 gram% sedangkan modus
terbanyak adalah kadar haemoglobin 10,4 gram% dan standar
deviasi 0,73 gram%. Sedangkan kadar haemoglobin ibu hamil
yang melahirkan bayi berat lahir normal (BBLN) yaitu antara
kadar haemoglobin 10,1 gram%
sampai 14,2 gram% dengan rata-rata 11,7 gram%, dan modus
terbanyak 11,8 gram% serta standar deviasi 1,05 gram%.
Uapaya tersebut bisa melalui pencegahan dan penanggulangan
anemia antara lain dengan meningkatkan
konsumsi zat besi dari makanan seperti sayuran hijau dan
buah-buahan ditambah dengan kacang-kacangan dan padi-
padian yang cukup banyak mengandung zat besi dan vitamin-
vitamin lain, terutama vitamin C yang diperlukan untuk
meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh.
Angka kejadian bayi beratlahir rendah (BBLR) di
Indonesiatergolong tinggi, data yang menunjukkan hal tersebut
diperoleh berdasarkan analisis lanjut Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (1994) yaitu angka kejadian BBLR
sebesar 7,1%. Sedangkan dari Profil Kesehatan Indonesia bayi
berat lahir rendah di Indonesia adalah 14%. Beberapa peneliti
melaporkan angka kejadian BBLR di Indonesia diantaranya
penelitian kohort di Sukabumi memperoleh insiden BBLR
10
Pembahasan Penelitian 10,7%, penelitian di Ujung Berung mendapatkan angka kejadian
.
BBLR sebesar 14,7%. Penelitian di Ciawi Kabupaten Bogor
mendapatkan kejadian BBLR 16,1% (Rahman, 2000).
Sedangkan pada penelitian
ini, angka kejadian BBLR di RSUD Djojonegoro Kabupaten
Temanggung periode 1 Januari 2005-31 Desember 2005
sebesar 14,09%. Hal ini berarti angka kejadian dalam penelitian
ini menunjukkan prosentase yang
mendekati sama dengan hasil penelitian di daerah lain. Angka
kejadian yang mendekati sama
16
Pendarahan saluran cerna, Defisiensi besi, vit b12, asam folat Overaktif RES, produksi SDM
Uterus, hidung, luka Depresi sumsum tulang abnormal
eritropoetin
Kehilangan sel darah merah (SDM) Penghancuran SDM
Produksi SDM
kardiomegali
17
Tanggal Pengkajian :-
Alamat :-
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama :-
Umur :-
Jenis Kelamin :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Hub. Dgn pasien :-
Alamat :-
c. Keluhan utama : Pasien mengeluh lemah dan letih
d. Riwayat keperawatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengeluh lemah, letih, kepala pusin, susah tidur, dan kadang merasa
gemetar.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan sudah satu minggu yang lalu pasien merasa badannya lemas,
mudah capek, dan sering pusing.
3) Riwayat kesehatan keluarga
e. Keadaan umum
1) Penampilan Umum : pasien lemah dan pucat
2) Tingkat Kesadaran : compos mentis
GCS : E4 V5 M6 =15.
3) Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah (TD) : 150/90 mmHg
Nadi (P) : 80x/menit
Pernafasan (RR) : 24x/menit (tarkipneu)
Suhu : 36,80 C
4) Berat Badan dan Tinggi Badan
Berat Badan : 55 Kg
Tinggi badan : 165 cm
f. Aspek bio-psiko-sosio-spiritual
g. Aktivitas sehari-hari
h. Pemeriksaan penunjang
a. Hasil pemeriksaan radiologi
b. Hasil Laboratorium
1. WBC 5.103/UL
2. RBC 4.106/UL
3. HGB 4.2 g/dl
4. HCT 5.8 %
5. MCV 60,6 kl
6. MCH 16.2
7. MCHC 30.2 g/dl
c. Hasil Lab Urin
1. Glukosa normal
2. Protein (-)
3. Bilirubin (-)
4. Urobilin normal
5. PH 8,5
6. Keton (-)
7. Nitrit (-)
8. Leukosit (-)
i. Terapi obat
18
Pemasangan infus NaCl 20 TPM
DS DO
1. Pasien mengeluh lemah dan letih a. TTP
2. Pasien mengatakan kepalanya pusing. TD : 150/90 mmHg
3. Pasien mengatakan susah tidur RR : 24x/menit (takipneu)
4. Pasien mengatakan terkadang merasa gemetar Suhu : 36,8C
Nadi : 80x/menit
b. Pasien tampak lemah
c. Pasien tampak pucat
d. Konjungtiva anemis
e. Sklera ikterik
f. Jantung infeksi iktus kordis
g. Palpasi denyut apikal
19
Masalah kolaborasi NOC NIC
1.Kedidakefektifan Respiratory status : Airway Management Untuk
pola napas b/d Posisikan pasien untuk
ventilation mengontrol
penurunan transfer Respiratory status : memaksimalkan ventilasi. pernafasan
Auskultasi suara nafas, catat
O2 paru ke HB Airway patenc klien
Vital sign status adanya suara tambahan Untuk
darah Atur intake untuk cairan
DS : Tupan menguranngi
mengoptimalkan
Pasien mengeluh Setelah dilakukan tindakan sesak nafas
keseimbangan .
lemah dan letih keperawatan selama 2x24 jam Pertahankan jalan napas yang klien
DO : Supaya
pasien menunjukan paten
RR : 24x/menit pasien tidak
keefektifan pola nafas Vital sign monitoring
(takipneu) Monitor TD, Nadi , Suhu RR merasa
dibuktikan dengan kriteria
Catat adanya fluktuasi TD
lemas
hasil : Monitor TD, Nadi, RR sebelum
Pasien sudah tidak selama dan setelah aktivitas
merasa letih dan lemah Monitor frekuensi dan irama
pasien menunjukan
keefektifan jalan nafas
dibuktikan dengan kriteria
hasil :
Sesak berkurang
TTV mulai normal
20
TD normal
Tupen
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x8 jam
pasien menunjukkan
keefektifan pola nafas,
dibuktikan dengan kriteria
hasil:
Mulai mendekati batas normal
Tupen
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x8 jam
pasien menunjukkan :
Suhu tubuh dalam batas
normal dengan kreiteria hasil:
Jumlah jam tidur pasien
mulai mendekati batas
21
normal
Konjungtiva mulai
mendekati batas normal
Sklera mulai mendekati
batas normal
7.1.6 Implementasi
Diagnosa
NO Tanggal/ jam Implementasi Respon
Keperawatan
1. Kedidakefektifan Airway Management Didapatkan jalan
pola napas b/d Memposisikan pasien untuk
nafas efektif
22
penurunan transfer memaksimalkan ventilasi. Menunjukkan
Mengauskultasi suara nafas,
O2 paru ke HB darah jalan nafas yang
DS : catat adanya suara
paten
Pasien mengeluh tambahan
Mengatur intake untuk cairan
lemah dan letih
DO : mengoptimalkan
RR : 24x/menit keseimbangan .
Mempertahankan jalan
(takipneu)
napas yang paten
Vital sign monitoring
Memonitor TD, Nadi , Suhu
RR
Mencatat adanya fluktuasi
TD
Memonitor TD, Nadi, RR
sebelum selama dan setelah
aktivitas
Memonitor frekuensi dan
irama pernafasan
Memonitor suara paru
Memonitor pola pernafasan
abnormal
Mengidentifikasi penyebab
dari perubahan vital sign
O2 berkurang
DS : -
DO :
TD 150/90
3 Gangguan pola tidur Sleep enhancement Agar pasien
b.d kurang kontrol Menjelaskan pentingnya tidur
mengetahui
tidur yang adekuat pentingnya tidur
Menciptakan lingkungan
DS : yang aderkuat
yang nyaman
Susah tidur Mengolaborasi pemberian Jumlah tidur
DO : obat tidur pasien dalam
23
Konjungtiva Mendiskusikan dengan batas normal 6-8
anemis pasien dan keluarga tentang jam /hari
Sklera ikterik bisa
teknik tidur pasien
Mengintruksikan untuk memenejemen
memonitor tidur pasien waktu makan,
Memonitor waktu makan dan minum dan tidur
minum dengan waktu tidur dengan baik
Memonitor atau catat
kebutuhan tidur pasien
setiap hari dan jam
4 Intoleransi aktivitas Activity Therapy Pasien mampu
b/d Membantu klien untuk mengidentifikasi
ketidakseimbangan mengidentifikasi aktivitas aktivitas yang
antara suplai dan yang mampu di lakukan mampu dilakukan
Membantu untuk memilih
kebutuhan O2, Pasien memilih
aktivitas konsisten yang
proses metabolisme aktivitas konsisten
sesuai dengan kemampuan
terganggu. yang sesuai
fisik, psikologi dan sosial
DS : dengan
Membantu mengidentifikasi
Letih
dan mendapatkan sumber kemampuan fisik,
Lemah
DO : yang diperlukan untuk psikologi dan
jantung inspeksi sosial.
aktivitas yang diinginkan
ictus kordis Memonitor respon
RR : 24x/menit
fisik,emosi, sosial dan
spiritual.
7.1.7 Evaluasi
24
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan Intervensi
4 Intoleransi aktivitas b/d S:
ketidakseimbangan antara O:
suplai dan kebutuhan O2, A: Masalah teratasi
proses metabolisme P: Pertahankan Intervensi
terganggu.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah (Anonim).anemia dapat
diketahuui dengan adanya pemerisaan darah lengkap laboratorium. Pemeriksaan darah lengkap adalah
pemeriksaan yang dilakukan pada darah manusia dengan menghitung seluruh komponen pembentuk darah.
Banyak cara penangan yang dilakukan untuk mengatasi penyakit ini salah satunya adalah pemberian fe,
dan lain-lain.
4.2 SARAN
1. Bagi Mahasiswa
25
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui perkembangan asuhan
keperawatan, sehingga dapat melakukan stimulasi dengan baik ketika dirumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien. EGC : Jakarta
Smeltzer Suzannec, Brenda Bare G.2002.Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah.Penerbit Buku
Kedokteran:Jakarta.
Kamus kedokteran dorland edisi 25
Nanda, NIC, NOC jamin hardhi, 2015 jilid 1
26