Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The role of the cadre with the utilization of props in counseling which should be carried out
by the cadres had not yet done independently and much depends on health workers, in a
neighborhood health center because there are only 2 people only, while cadres according to
the actual minimum number for each posyandu is 5 people. This study aims to determine
relationship participation cadres with the utilization of props in counseling efforts to increase
toddler nutrition status in Posyandu Work Area Public Health Center of Pasayangan
Martapura in 2013. This research uses the analytical method with cross-sectional design.
This research was carried out on 51 volunteers active in the IHC Public Health Center
Pasayangan Martapura with simple random sampling technique. Data were collected by
questionnaire and analyzed using test correlation spearman rho. The results obtained by the
participation as many as 20 cadres of both (39.2%), most do not take advantage of cadres
props means as many as 28 volunteers (54.9%), There was a significant correlation between
the role and utilization of cadres with props in outreach efforts to improve the nutritional
status of children in IHC Working Area Health Center Pasayangan Martapura year 2013 (p =
0.007). Conclusion participation posyandu most of the role and its cadres are good and most
of the cadres not to utilize the facilities props so that there is a relationship role of the cadre
with the utilization of visual aids in extension efforts to improve the nutritional status of
children in the IHC.
Keywords: cadre participation, utilization means props, nutritional status, health education
38
Jurkessia, Vol. IV, No. 3, Juli 2014 Akhmad Mahyuni, dkk.
sebanyak 5,1 juta, kemudian pada tahun bentuk upaya kesehatan bersumberdaya
2005 turun menjadi 4,42 jiwa. Tahun 2006 masyarakat dengan sasaran kegiatannya
turun menjadi 4,2 juta (944.246 di adalah KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan
antaranya kasus gizi buruk) dan menurut penanggulangan Diare, sedangkan bentuk
data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta kegiatannya berupa penimbangan balita,
balita Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu di penyuluhan kesehatan, pemberian
antaranya mengalami gizi buruk. makanan tambahan, tablet Vitamin A dosis
Sementara yang mendapatkan program tinggi dengan bantuan petugas kesehatan
makanan tambahan hanya 39 ribu anak (2). (1).
Status Gizi Balita Pada Tahun 2010 di Kader merupakan tenaga masyarakat
Kalimantan Selatan dari 321.405 balita yang dianggap paling dekat dengan
yang ada, 144.373 balita diantaranya di masyarakat. Departemen kesehatan
timbang berat badannya dengan hasil membuat kebijakan mengenai pelatihan
penimbangan 104.751 balita mengalami untuk kader yang dimaksudkan untuk
kenaikan atau 72,56% dari balita yang ada meningkatkan pengetahuan, menurunkan
total balita yang ditimbang 1,72% berada di angka kematian ibu dan angka kematian
bawah garis merah (BGM) (3). bayi. Para kader kesehatan masyarakat itu
Menurut data di wilayah kerja memiliki latar belakang pendidikan yang
Puskesmas Pasayangan Martapura cukup sehingga memungkinkan mereka
Kabupaten Banjar yang terdiri dari 11 desa, untuk membaca, menulis dan menghitung
terdapat Posyandu sejumlah 21 buah, secara sederhana. Kader kesehatan
jumlah kader kesehatan 58 orang dan balita masyarakat bertanggung jawab terhadap
berjumlah 1.254 balita, di dapatkan status masyarakat setempat serta pimpinan-
gizi kurang menurut Tinggi Badan atau pimpinan yang ditunjuk oleh pusat-pusat
Berat Badan maka balita sebesar (23,33%) pelayanan kesehatan diharapkan mereka
sedangkan balita dengan status gizi buruk dapat melaksanakan petunjuk yang
(60%) dan balita dengan status gizi baik diberikan oleh para pembimbing dalam
sebesar (70,22%) (4). jalinan kerja dari sebuah tim kesehatan (6).
Upaya dalam mengatasi agar gizi Peran dan fungsi kader sebagai
buruk tidak bertambah maka perlu adanya pelaku penggerakan masyarakat ialah
upaya nyata yang harus dilakukan dan perilaku hidup bersih dan sehat,
didukung oleh seluruh komponen bangsa pengamatan terhadap masalah kesehatan
melalui pemberdayaan keluarga dengan di desa, upaya penyehatan lingkungan,
revitalisasi Upaya Perbaikan Gizi Keluarga peningkatan kesehatan ibu, bayi dan anak
(UPGK) dalam bentuk peningkatan balita serta permasyarakatan keluarga
pengetahuan keluarga tentang keluarga sadar gizi (6). Bentuk upaya agar
sadar gizi, peningkatan deteksi dini kelainan permasyarakatan keluarga sadar gizi
gizi, peningkatan dan pemanfaatan dipengaruhi oleh pendidikan dan
pendapatan, peningkatan pemanfaatan pengetahuan orang tua yang masih rendah,
pekarangan dan lahan sekitarnya, khususnya pengetahuan tentang gizi
peningkatan penganekaragaman menu balitanya. Hal yang perlu dilakukan dalam
keluarga, serta pemberdayaan masyarakat mengatasi masalah tersebut orang tua
dengan revitalisasi Posyandu dalam bentuk harus mempunyai pengetahuan yang
peningkatan peran serta tokoh masyarakat, cukup. Pengetahuan orang tua dapat
peningkatan pemberdayaan kader, diperoleh melalui kegiatan Posyandu,
peningkatan konseling atau penyuluhan, karena Posyandu merupakan salah satu
peningkatan pelayanan 5 meja di kegiatan masyarakat. Peran kader
Posyandu, pencatatan dan pelaporan serta Posyandu dalam memberikan penyuluhan
rujukan kasus lengkap dengan sarana kepada para orang tua dan masyarakat
pendukungnya (5). sangat diperlukan karena kader adalah
Peran serta masyarakat semakin motor dari Posyandu itu sendiri dan berjalan
menonjol dalam upaya penyelenggaraan tidaknya kegiatan Posyandu sangat
kesehatan seperti dalam pelaksanaan tergantung dari keaktifan kader, maka perlu
Posyandu yang dilakukan di setiap desa dilakukan penelitian tentang kegiatan kader
diseluruh Indonesia sebagai salah satu khususnya penyuluhan tersebut.
39
Jurkessia, Vol. IV, No. 3, Juli 2014 Akhmad Mahyuni, dkk.
40
Jurkessia, Vol. IV, No. 3, Juli 2014 Akhmad Mahyuni, dkk.
41
Jurkessia, Vol. IV, No. 3, Juli 2014 Akhmad Mahyuni, dkk.
Hubungan Peran Serta Kader Dengan dalam upaya peningkatan status gizi balita
Pemanfaatan Sarana Alat Peraga Dalam melalui penyuluhan kesehatan adalah
Penyuluhan Upaya Peningkatan Status paling banyak berperan serta kader baik
Gizi Balita yaitu 20 kader (39,2%). Hal ini dikarenakan
Hubungan peran serta kader dengan sebagian besar kader telah sadar akan
pemanfaatan sarana alat peraga dalam penting peran sertanya di Posyandu dalam
penyuluhan upaya peningkatan status gizi memberikan penyuluhan sehingga setiap
balita dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini: permasalahan yang ada dapat segera
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Hubungan Peran teratasi. Kondisi ini sejalan faktor yang
Serta Kader Dengan Pemanfaatan mendasari terbentuknya peran serta baik
Sarana Alat Peraga Dalam yang terdapat di masyarakat maupun faktor
Penyuluhan Upaya Peningkatan pendorong dipihak petugas kesehatan
Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja
disamping pengetahuan dan sikap kader
Puskesmas Pasayangan Martapura
Tahun 2013 terhadap peran yang diemban. peran serta
No Peran Pemanfaatan Sarana N dapat terwujud karena adanya kesempatan
Serta Alat Peraga dan motivasi yang kuat (Depkes RI, 2006).
Kader Ya Tidak
Sedangkan kader yang peran sertanya
n % n % n %
1. Baik 13 25,5 7 13,7 20 39,2 kurang ada 12 kader (23,5%) dikarenakan
2. Cukup 8 15,7 11 21,6 19 37,3 masih terdapat kader yang belum
3. Kurang 2 3,9 10 19,6 12 23,5 mendapatkan pembinaan dan belum
Jumlah 23 45,1 28 54,9 51 100
r= 0,373 p = 0,007 = 0,05 melakukan kegiatan sesuai 5 meja,
sehingga tidak semua kader ikut berperan
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan serta melakukan penyuluhan saat
bahwa dari 51 kader sebagian besar Posyandu berlangsung. Peran serta kader
ditemukan kader yang berperan serta baik adalah suatu pembentukan organisasi dari
dengan memanfaatkan sarana alat peraga masyarakat yaitu kader dalam melakukan
sebanyak 13 kader (25,5%) sedangkan kegiatan untuk menangani masalah-
yang tidak memanfaatkan sarana alat masalah kesehatan individu, keluarga
peraga berjumlah 7 kader (13,7%) dan maupun masyarakat umum ikut serta
sebagian besar ditemukan kader yang bertanggung jawab terhadap kesehatan diri,
berperan serta kurang yang memanfaatkan keluarga, ataupun kesehatan masyarakat
sarana alat peraga berjumlah 2 kader lingkungannya (6). Hal ini sesuai dengan
(3,9%) sedangkan yang tidak penelitian Siswanto (9) bahwa peran serta
memanfaatkan sarana alat peraga dalam upaya peningkatan status gizi balita
sebanyak 10 kader (19,6%). melalui penyuluhan kesehatan dengan hasil
Hasil Uji Kolerasi Spearman Rho penelitian yaitu katagori tinggi sebanyak
diperoleh nilai p = 0,007, sehingga (70%).
dibandingkan dengan = 0,05, sehingga p
< , maka H0 ditolak dan Ha diterima Pemanfaatan Sarana Alat Peraga Dalam
artinya ada hubungan yang bermakna Penyuluhan Upaya Peningkatkan Status
antara peran serta kader dengan Gizi Balita
pemanfaatan sarana alat peraga dalam Berdasarkan hasil penelitian yang
penyuluhan upaya peningkatan status gizi didapat bahwa pemanfaatan sarana alat
balita di Posyandu Wilayah Kerja peraga dalam penyuluhan upaya
Puskesmas Pasayangan Martapura Tahun peningkatan status gizi balita adalah paling
2013. Hasil kekuatan hubungan r =0,373 banyak kader tidak memanfaatkan sarana
yaitu menunjukkan bahwa kolerasi cukup. alat peraga yaitu 28 kader (54,9%). Hal ini
dikarenakan sebagian kader melakukan
Pembahasan penyuluhan tanpa menggunakan sarana
Peran Serta Kader Posyandu Dalam alat peraga hanya menggunakan
Upaya Peningkatan Status Gizi Balita penyuluhan secara lisan, disamping itu
Melalui Penyuluhan Kesehatan keterbatasannya sarana alat peraga yang
Berdasarkan hasil penelitian yang disediakan di Posyandu sehingga dalam
didapat bahwa peran serta kader Posyandu melakukan penyuluhan sering terjadi tidak
sesuai dengan keinginan seperti kurangnya
42
Jurkessia, Vol. IV, No. 3, Juli 2014 Akhmad Mahyuni, dkk.
alat peraga yang rumit yaitu seperti film, film kekuatan hubungan r = 0,373 yaitu
stripe slide, televisi serta video cassett menunjukkan bahwa kolerasi cukup maka
sedangkan sarana alat peraga yang hasil penelitian tersebut membuktikan
tersedia hanya alat peraga yang sederhana bahwa peran serta yang baik terwujud dari
seperti papan tulis, poster, buku KIA, kader yang menggunakan alat peraga untuk
mainan yang terbuat dari plastik dan kayu penyuluhan dan terbukti berhubungan
serta macam-macam bentuk sayuran, secara bermakna antara pemanfaatan
buah-buahan dan makanan lainnya yang sarana alat peraga dan peran serta kader.
terbuat dari lilin. Sedangkan menurut Hal ini terjadi karena alat peraga
Notoatmodjo (7) bahwa alat peraga atau merupakan alat bantu penyuluhan yang
alat bantu penyuluhan ini dimaksudkan berfungsi untuk menyebarkan topik yang
untuk mengerahkan indera sebanyak dibicarakan sehingga materi penyuluhan
mungkin kepada suatu objek sehingga mudah diterima oleh sasaran (10). Dengan
mempermudah persepsi. Secara terperinci alat peraga yang memadai merupakan
fungsi alat peraga adalah untuk faktor pendukung baik bagi kader maupun
menimbulkan minat sasaran, mencapai sasaran karena berbagai variasi yang bisa
sasaran yang lebih banyak, membantu meminimalkan kebosanan, situasi yang
mengatasi hambatan bahasa, merangsang menyenangkan (kondusif) selama
sasaran untuk melaksanakan pesan penyuluhan akan meningkatkan peran serta
kesehatan, membantu sasaran untuk baik bagi kader maupun sasaran. Sesuai
belajar lebih banyak dan tepat, merangsang dengan kekuatan hubungan dengan
sasaran untuk meneruskan pesan yang kategori cukup atau r =0,373 berarti
diterima kepada orang lain, mempermudah pemanfaatan sarana alat peraga dalam
memperoleh informasi oleh sasaran, penyuluhan upaya peningkatan status gizi
mendorong keinginan orang untuk balita tidak semata-mata hanya
mengetahui, kemudian lebih mendalami berhubungan dengan peran serta kader
dan akhirnya memberikan pengertian yang kemungkinan masih ada faktor lain yang
lebih baik dan membantu menegakkan berhubungan dengan pemanfaatan sarana
pengertian yang diperoleh. Hal ini tidak alat peraga. Hal ini sejalan dengan hasil
sesuai dengan hasil penelitian Siswanto (9) penelitian oleh (9) bahwa peran serta yang
bahwa kebanyakan kader memakai sarana tinggi terwujud dari kader yang
alat peraga dalam melaksanakan menggunakan alat peraga untuk
penyuluhan di Posyandu yaitu terdapat penyuluhan dan terbukti berhubungan
(85%). secara signifikan antara alat peraga dan
peran serta yaitu dengan hasil uji statistik (p
Hubungan Peran Serta Kader Dengan = 0,045).
Pemanfaatan Sarana Alat Peraga Dalam
Penyuluhan Upaya Peningkatan Status Kesimpulan
Gizi Balita Berdasarkan hasil penelitian dan
Secara statistik penelitian ini pembahasan tentang Peran Serta Kader
menyatakan bahwa ada hubungan yang Dengan Pemanfaatan Sarana Alat Peraga
bermakna antara peran serta kader dengan Dalam Penyuluhan Upaya Peningkatan
pemanfaatan sarana alat peraga dalam Status Gizi Balita dapat disimpulkan bahwa
penyuluhan upaya peningkatan status gizi peran serta kader Posyandu dalam upaya
balita di wilayah Kerja Puskesmas peningkatan status gizi balita melalui
Pasayangan Martapura Tahun 2013 (p = penyuluhan kesehatan dari 51 kader
0,007). Di mana Hasil penelitian terdapat 20 kader (39,2%) sebagian besar
menunjukkan bahwa dari 51 kader mempunyai peran baik, Pemanfaatan
sebagian besar ditemukan kader yang sarana alat peraga dalam penyuluhan
berperan serta baik dengan memanfaatkan upaya peningkatan status gizi balita yaitu
sarana alat peraga sebanyak 13 kader dari 51 kader terdapat 28 kader (54,9%)
(25,5%) dan sebagian besar ditemukan sebagian besar tidak memanfaatkan sarana
kader yang berperan serta kurang tidak alat, Ada hubungan yang bermakna antara
memanfaatkan sarana alat peraga peran serta kader dengan pemanfaatan
sebanyak 10 kader (19,6%) dengan sarana alat peraga dalam penyuluhan
43
Jurkessia, Vol. IV, No. 3, Juli 2014 Akhmad Mahyuni, dkk.
Daftar Pustaka
1. Syafrudin. 2009. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media.
2. Marimbi, H. 2010. Tumbuh Kembang,
Status Gizi, dan Imunisasi Dasar pada
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.
3. Dispora Provinsi Kalimantan Selatan.
2011. Materi Status Gizi Balita.
Banjarmasin: Pemprov Kalimantan
Selatan.
4. SP2TP. 2012. Profil Puskesmas
Pasayangan Martapura. Banjarmasin:
Profil Puskesmas Pasayangan.
5. Tim Koordinasi Penanggulangan
masalah pangan dan gizi. 2004.
Gerakan Nasional penanggulangan
masalah pangan dan gizi di Indonesia.
Jakarta: Dapkes.
6. Meilani, N. 2009. Kebidanan
Komunitas. Yogyakarta : Firamaya.
7. Notoatmodjo. 2007. Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta :
Rineka Cipta.
8. Depkes RI. 2006. Promosi Posyandu,
Pedoman untuk LKMD, Kanwil Depkes
Propinsi Jawa Timur. Jakarta : Depkes
RI.
9. Siswanto. 2002. Peran Serta Kader
Posyandu dalam Upaya Peningkatan
Status Gizi Balita Melalui Penyuluhan
Kesehatan di Posyandu di Wilayah
Kerja Puskesmas. Karya Tulis Ilmiah.
Jawa Tengah: Universitas Airlangga.
10. Notoadmodjo. 2007. Petunjuk teknis
dan Modul Pelatihan Penyuluhan
Kesehatan masyarakat dan Rumah
Sakit. Jakarta: Rineka Cipta.
44