Professional Documents
Culture Documents
Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin termasuk kejahatan, yang
dikenal dengan istilah Abortus Provocatus Criminalis
Pasal 229
Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa akan melahirkan
anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan
pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang turut serta melakukan,
sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun
melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka
pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
http://www.aborsi.org/hukum-aborsi.htm
Berikut ini adalah gambaran mengenai apa yang terjadi didalam suatu proses aborsi:
Anak dalam kandungan itu diraih dengan menggunakan tang tersebut, dengan cara menusuk bagian manapun
yang bisa tercapai. Bisa lambung, pinggang, bahu atau leher. Kemudian setelah ditusuk, dihancurkan bagian-
bagian tubuhnya. Tulang-tulangnya di remukkan dan seluruh bagian tubuhnya disobek-sobek menjadi bagian
kecil-kecil agar mudah dikeluarkan dari kandungan.
Dalam klinik aborsi, bisa dilihat potongan-potongan bayi yang dihancurkan ini. Ada potongan tangan, potongan
kaki, potongan kepala dan bagian-bagian tubuh lain yang mungil. Anak tak berdosa yang masih sedemikian kecil
telah dibunuh dengan cara yang paling mengerikan.
Aborsi dilakukan dengan terlebih dahulu membunuh bayi ini sebelum dikeluarkan. Pertama, diberikan suntikan
maut (saline) yang langsung dimasukkan kedalam ketuban bayi. Cairan ini akan membakar kulit bayi tersebut
secara perlahan-lahan, menyesakkan pernafasannya dan akhirnya setelah menderita selama berjam-jam sampai
satu hari bayi itu akhirnya meninggal.
Selama proses ini dilakukan, bayi akan berontak, mencoba berteriak dan jantungnya berdetak keras. Aborsi bukan
saja merupakan pembunuhan, tetapi pembunuhan secara amat keji. Setiap wanita harus sadar mengenai hal ini.
Untuk kasus seperti ini, proses aborsi dilakukan dengan cara mengeluarkan bayi tersebut hidup-hidup, kemudian
dibunuh.
Cara membunuhnya mudah saja, biasanya langsung dilemparkan ke tempat sampah, ditenggelamkan kedalam air
atau dipukul kepalanya hingga pecah. Sehingga tangisannya berhenti dan pekerjaan aborsi itu selesai. Selesai
dengan tuntas hanya saja darah bayi itu yang akan mengingatkan orang-orang yang terlibat didalam aborsi ini
bahwa pembunuhan keji telah terjadi.
Semua proses ini seringkali tidak disadari oleh para wanita calon ibu yang melakukan aborsi. Mereka merasa
bahwa aborsi itu cepat dan tidak sakit, mereka tidak sadar karena dibawah pengaruh obat bius. Mereka bisa segera
pulang tidak lama setelah aborsi dilakukan.
Benar, bagi sang wanita, proses aborsi cepat dan tidak sakit. Tapi bagi bayi, itu adalah proses yang sangat
mengerikan, menyakitkan, dan benar-benar tidak manusiawi.
Kematian bayi yang tidak berdosa itu tidak disaksikan oleh sang calon ibu. Seorang wanita yang kelak menjadi ibu
yang seharusnya memeluk dan menggendong bayinya, telah menjadi algojo bagi anaknya sendiri.
FAKULTAS KEDOKTERAN
SURAKARTA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anamnesa
Merupakan Tanya jawab antara dokter dan pasien yang bertujuan menggali informasi dari
pasien sehingga dapat mengetahui kondisi pasien agar dokter dapat mendiagnosa
penyakit yang diderita pasien hingga mendekati kebenaran.
2. Abortus
Adalah pengeluaran hasil konsepsi secara prematur dari uterus dimana embrio tidak dapat
tumbuh di luar kandungan.Abortus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
3. Aspek Hukum
KUHP pasal 299, 346, 347, 348, 349 tentang larangan pengguguran kandungan.
Bunyi lafal sumpah dokter : Saya akan menghormati setiap hidup insane mulai dari
pembuahan.
Pasal 10 KODEKI : Dokter wajib mengingat akan kewajibannya melindungi hidup tiap
insani.
1. Aspek agama
"Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang
mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi, maka seakan-
akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara
keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara
keselamatan nyawa manusia semuanya." (QS Al-Maidah:32)
"Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan. Kami akan
memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu." (QS Al An'aam : 151)
BAB III
Sesuai dengan hukum yang ada di Indonesia tindakan aborsi yang dilakukan oleh
siapapun bukan karena alasan medis merupakan tindak pidana. Sehingga dalam scenario
ini dokter yang melakukan aborsi kepada gadis tersebut telah melakukan tindakan yang
melanggar undang-undang serta peraturan yang ada. Oleh sebab itu dokter keluarga yang
mengetahui hal tersebut diwajibkan untuk melaporkan kepada pihak yang berwajib agar
tidak terjadi praktek serupa serta korban yang bertambah
2. Aspek Agama
1. Islam
Majelis Ulama Indonesia memfatwakan bahwa :
2. Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat ataupun
hajat.
2. Kristen
Secara singkat di dalam Al Kitab dapat disimpulkan bahwa aborsi dalam bentuk dan
alasan apapun dilarang karena :
3. Apabila ada sperma dan ovum telah bertwmu maka unsure kehidupan
telah ada.
8. Katolik
Hampir sama dengan pernyataan agama Kristen, dalam agama katolik aborsi
juga dilarang.
9. Hindu
Aborsi dalam Teologi Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut "Himsa karma"
yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh, meyakiti, dan
menyiksa. Oleh karena itulah perbuatan aborsi disetarakan dengan menghilangkan
nyawa, maka aborsi dalam Agama Hindu tidak dikenal dan tidak dibenarkan.
10. Budha
Dalam agama budha perlakuan aborsi tidak dibenarkan karena suatu karma harus
diselesaikan dengan cara yang baik, jika tidak maka akan timbul karma yang lebih buruk
lagi.
Jika dilihat dalam etika kedokteran maka dokter yang melakukan aborsi tersebut telah
melanggar kode etik kedokteran yang berlaku di Indonesia karena dalam Kode Etik jelas
termuat bahwa seorang dokter dilarang melakukan aborsi kecuali untuk alasan medis.
Sehingga dokter tersebut seharusnya dilaporkan kepada MKEK agar mendapat tindakan
dari majelis tersebut sehingga ke depannya tidak akan terjadi lagi
BAB IV
KESIMPULAN
Dalam scenario ini dokter keluarga harus segera menangani atau memberikan tindakan
medis karena kondisi pasien kritis (NonMaleficence). Setelah kondisi pasien membaik
dokter keluarga harus dapat membujuk agar masalah ini diberitahukan kepada orang tua
gadis tersebut. Dokter keluarga tidak boleh lepas tangan dari permasalahan ini karena
sebagai dokter keluarga semestinya telah mempunyai ikatan emosional sehingga selain
bereran sebagai dokter juga sebagai problem solver. Selain itu dokter keluarga itu juga
seharusnya melaporkan dokter pelaksana aborsi ke MKEK IDI setempat karena dokter
tersebut telah melanggar kode etik serta melakukan tindak pidana. Diharapkan dengan
laporan tersebut dapat mencegah terjadinya praktek aborsi serta tidak ada lagi korban
aborsi illegal.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
4. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor : 4 Tahun 2005 tentang Aborsi. 2007.
http://www.mui.or.id/mui_in/fatwa.php?id=101
5. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia. 2002. Kode Etik
Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran
Indonesia. Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.