Professional Documents
Culture Documents
MATERI EPIDEMIOLOGI
TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian epidemiologi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang sejarah perkembangan
epidemiologi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengukuran epidemiologi
TINJAUAN PUSTAKA :
PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI
1
Generasi Pertama
Epidemiologi Klasik
Epidemiologi Modern
2
PERKEMBANGAN EPIDEMIOLOGI
1. Crude Rate
Crude Rate didasarkan pada jumlah pengalaman atau peristiwa
yang terjadi dalam populasi pada periode waktu tertentu. Dua crude
rate yang sangat penting dalam metode epidimiologi adalah :
3
a. Angka kematian kasar, Crude Death Rate/CDR dan
b. Angka kelahiran kasar, Crude Birth Rate /CBR. 2. Adjusted Rate
2. Specific Rate
Specific Rate memberikan informasi rinci dalam menentukan rate
menurut, agama, ras, jenis kelamin, dll. Penyebut untuk specific rate
menggunakan populasi sekelompok spesifik untuk area geografis
tertentu dan juga periode tertentu.
Rumus :
P = (d/n)k
Dimana :
P = Estimasi-incidence-rate
d = Jumlah incidence-(kasus-baru)
4
i. Angka abortus ( abortus rate)
j. Angka kematian ibu (maternal mortality rate)
k. Angka kematian yang disesuaikan (adjusted mortality rate)
l. Rasio kematian terstandardisasikan (standardized mortality ratio )
m. Angka kematian spesifik (usia)(spesifik death rate [age])
n. Angka kematian proporsional-angka fatalitas kasus (proportionate
mortality rate-case fatality rae)
o. Mortality crossofer-mortality time trend
B. Pengertian Morbiditas
Morbiditas merupakan derajad sakit, cidera, atau gangguan pada
suatu populasi. Morbiditas juga merupakan suatu penyimpangan dari
status sehat, sejahtera, atau keberadaan suatu kondisi sakit, yang biasanya
dinyatakan dalam angka prevalensi atau insidensi yang umum atau
spesifik. (Thomas C. Timmreck.2005.127) Ukuran atau angka morbiditas
adalah jumlah penderita yang dicatat selam 1 tahun per 1000 jumlah
penduduk pertengahan tahun. Angka ini dapat digunakan untuk
menggambarkan keadaan kesehatan secara umum, mengetahui
keberhasilan program-program pemberantasan penyakit, dan sanitasi
lingkungan serta memperoleh gambaran pengetahuan penduduk terhadap
pelayanan kesehatan.
Angka Morbiditas
1. ANGKA INSIDENSI
5
resiko terkena penyakit pada saat itu meningkat, misalnya angka
influernza paling tinggi pada saat musim dingin.
4) Tempat. Jika angka insidensi secara konsisten lebih tinggi
diantara mereka yang tinggal di suatu tempat tertentu, resiko
seseorang untuk terkena penyakit meningkat jika ia tinggal di
tempat itu.
5) Orang- jika angka insidensi secara konsisten lebih tinggi
diantara mereka yang memiliki faktor-faktor gaya hidup
tertentu, resiko terkena penyakit akan meningkat dikalangan
kelompok itu.
6) Insidensi yang tinggi menyiratkan bahwa jumlah kasus yang
baru juga banyak sehingga resiko meningkat.
7) Jika angka insidensi penyakit terbukti memang tinggi,
keberadaan suatu epidemic atau kemungkinan terjadinya suatu
epidemic dapat diketahui dan diperkirakan.
a. Risiko Morbiditas
Risiko adalah probabilitas terjadinya suatu penyakit, cidera,
kondisi, kematian atau kejadian terkait lainnya yang mungkin
menimbulkan hasil yang merugikan dan yang dapat
mempengaruhi status kesehatan suatu populasi yang memiliki
kebiasaan negatif.
Risk Ratio =
Atau
b. Relative risk
Merupakan ukuran tradisional yang digunakan untuk
mengkaji asosiasi diantara karakteristik kelompok dan penyakit,
yaitu rasio dari angka insidensi penyakit di antara mereka yang
terpajan suatu penyakit dibandingkan dengan angka (rate) mereka
yang tidak terpajan penyakit itu.
6
Relative Risk =
c. Attributable Risk
Merupakan angka penyakit pada orang yang terpajan yang
dapat secara langsung dihubungkan dengan pajanan dari penyakit
tersebut, dihitung dengan cara mengurangi angka insidensi (atau
angka kematian) penyakit pada individu yang tidak terpajan dari
individu yang terpajan.
Attributable Risk =
Keterangan :
P = proporsi (populasi total yang memperlihatkan karakteristik
penyakit)
r = Relative risk
d. Faktor resiko dalam promosi kesehatan
Faktor resiko adalah perilaku atau pajanan yang berhubungan
dengan peningkatan dengan resiko terhadap penyakit, cidera,
kondisi, atau ketidakmampuan yang dapat dialami kemudian hari.
Suatu hal yang berkaitan dengan faktor resiko adalah Risk Marker,
yaitu perilaku aktifitas atau perbuatan kunci yang sudah dibuktikan
dengan baik dan jelas berkaitan dengan peningkatan peluang
mendapatkan penyakit.
e. Insiden Angka Serangan
Angka serangan adalah angka insidensi kumulatif dan dipakai
dalam epidemic. Angka serangan menunjukkan insidensi orang
sakit yang menampakkan tanda tanda gejala penyakit dan juga
mencakup kasus infeksi yang tidak tampak. Ada 3 rumus angka
serangan :
1. Angka serangan kasar
7
3. Angka serangan menurut jenis makanan
2. PREVALENSI
Prevalensi merupakan pendamping insidensi. Prevalensi adalah
jumlah kasus penyakit, orang yang terinfeksi atau kondisi yang ada
pada waktu tertentu, dihubungkan dengan besar populasi darimana
kasus itu berasal. Misalnya jumlah kasus campak dalam sebuah
populasi pada awal juli.
a. Angka Prevalensi
Angka prevalensi sebanding dengan angka insidensi
dikalikan dengan rata-rata durasi penyakit.
Prevalensi dipengaruhi oleh dua elemen :
1. Jumlah individu yang terkena penyakit di masa lalu
2. Lama atau durasu penyakit.
Ada 2 konsep tambahan pada prevalensi
8
2. Prevalensi tahunan (annual prevalence) yaitu jumlah total
individu yang mengalami suatu kondisi, masalah dan
penyakit dalam suatu waktu dan dalam tahun tertentu.
Angka prevalensi 1 :
Angka prevalensi 2 :
Prevalensi Period
b. Point Prevalence
Point prevalence adalah jumlah kasus individu yang
mengalami suatu penyakit, kondisi atau kesakitan pada satu titik
waktu yang spesifik, jumlah kasus yang ada pada satu titik
waktu. Point prevalence mengukur keberadaan suatu penyakit,
kondisi pada satu titik waktu yang singkat, secara teoritis
mengehntikan waktu semenit, sejam atau sehari dan menghitung
kasus penyakit yang ada.
Rumus Point Prevalence
Point Prevalence =
Pada
Satu
Titik
EVALUASI Waktu
1. Jelaskan pengertian epidemiologi ? X
2. Jelaskan secara singkat sejarah perkembangan epidemiologi ?
3. Jelaskan cara pengukuran epidemiologi?
9
TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi epidemiologi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tujuan epidemiologi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang ruang lingkup epidemiologi
TINJAUAN PUSTAKA :
DEFINISI EPIDEMIOLOGI
TUJUAN EPIDEMIOLOGI
10
untuk menentukan kebutuhan akan program-program pengendalian penyakit,
untuk mengembangkan program pencegahan dan kegiatan perencanaan
layanan kesehatan, serta untuk menetapkan pola penyakit endemik, epidemik,
dan pandemik.
11
mengancam kehidupan, hanya diperlukan sedikit kasus (seperti pada rabies)
untuk menyebabkan epidemi.
1. Subjek dan objeknya adalah masalah kesehatan. Awalnya subjek dan objek
maslah kesehatan hanya penyakit infeksi dan menular. Sesuai
perkemangan zaman, penyakit degeneratif ulai marak dipelajari dan
sekarang banyak digunakan pada masalah-masalah kesehatan yang bukan
penyakit, sehingga dikenal dengan epidemiologi penyakit menular dan
epidemiologi penyakit tidak menular.
2. Masalah kesehatan yang dimaksud adalah masalah kesehatan yang
ditemukan pada sekelompok populasi/manusia, sehingga terbagi menjadi
epidemiologi komunitas (kependudukan, lingkungan, gizi, masyarakat, dll)
dan epidemiologi klinis (pengelolaan layanan kesehatan, kesehatan jiwa
dll).
3. Dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehtan
dimanfaatkan datatentang frekuensi dan penyebaran masalah tersebut.
EVALUASI
1. Sebutkan tujuan epidemiologi ?
2. Apa saja ruang lingkup epidemiologi ?
TUJUAN PEMBELAJARAN :
12
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang host
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang agent
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang environment
TINJAUAN PUSTAKA :
13
Konsep penyebab tunggal ini sempat berlangsung lama sampai orang
mulai menyadari bahwa berkembangnya payakit tidak dapat dijelaskan hanya
dengan mengenali jenis penyebabnya saja yang spesifik.
14
(lingkungan). Untuk memprediksi pola penyakit, model ini menekankan
perlunya analisis dan pemahaman masing-masing komponen. Perubahan
pada suatu komponen akan mengubah keseimbangan komponen lainnya.
FAKTOR AGEN
Agen adalah substansi yang ada atau tidaknya, bila diikuti kontak yang
efektif pada manusia rentan akan menjadi rangsangan bagi terjadinya
penyakit. Tokoh yang paling berperan dalam model ini adalah Robert
Koch yang berhasil menemukan hasil Tuberculisis sebagai penyebab
penyakit tuberkulosa sehingga terkenal dengan Postulat Henle Koch.
Postulate ini menyatakan bahwa suatu Agent (bibit penyakit) dapat
menyebabkan penyakit apabila memenuhi 4 syarat
1. Kuman harus ada pada setiap kasus dan buktikan melalui kultur
(faktor yang diperlukan)
2. Kuman tersebut tidak ditemukan pada kasus-kasus yang disebabkan
oleh peyakut lain (sufficient factor)
3. Kuman harus dapat enimbulkan penyakit yang sama pada binatang
percobaan, atau dari binatang percobaan dapat ditemukan kuman
yang dimaksud (spesifitas efek)
4. Adanya faktor yang berkontribusi dan berperan dalam timbulnya
penyakit, misalnya konsisi umum, daya tahan dan lain lain (faktor
contributor)
KARAKTERISTIK AGEN
Sifat bibit penyakit yang dapat menularkan penyakit infeksi (menular dan
tidak menular) dikenali ada empat macam, yaitu : infektivitas,
patogenitas, virulensi, antigenisitis.
KLASIFIKASI AGEN
1. Agen Biologis terdiri dari :
Mikroorganisme (virus, bakteri, dan riketsia), Non-mikroorganisme
(protozoa, metazoan/cacing), Tumbuhan (fungi atau jamur)
2. Agen Kimia
3. Agen Nutrisi
4. Agen Mekanik
5. Agen Fisik
15
Masuknya agent (bibit penyakit dapat menimbulkan penyakit pada
host (manusia) melalui beberapa macam jalur penularan sebagai
berikut.
a. Inhalasi : masuknya agent dengan perantara udara (air borne
transmission) misalnya : terhirup zat-zat kimia berupa gas, uap, debu,
mineral, partikel (golongan a-biotik) atau kontak dengan penderita TB
(golongan biotic)
b. Ditelan : masuknya agent melalui saluran pencernaan dengan cara
emakan atau tertelan. Misalnya : minuman keras, obat-obatan,
keracunan logam berat
c. Melalui kulit : masuknya agent melalui kontak langsung dengan kulit
misalnya : keracunan oleh bahan kosmetika, tumbuh-tumbuhan dan
binatang
FAKTOR PENJAMU (HOST)
Adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat
mempengaruhi timbulnya serta perjalanan suatu
penyakit/manusia/organisme yang rentan oleh pengaruh agen.
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam proses kejadian penyakit
pada pejamu adalah :
16
FAKTOR LINGKUNGAN (ENVIRONMENT)
Environtment (lingkungan ) adalah segala sesuatu yang berada di sekitar
manusia yang memengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia.
Adalah kondisi atau faktor berpengaruh yang bukan bagian dari agen
atau penjamu, tetapi mampu mempromosikan paparan agen dan
interaksinya dengan penjamu. Secara umum lingkungan dibagi tiga
macam :
1. Lingkungan Fisik
2. Lingkungan Biologi
3. Lingkungan Sosial-ekonomi (pekerjaan, urbanisasi, perkembangan
ekonomi, dan bencana alam)
Model Roda
Model roda menggambarkan hubungan manusia dengan
lingkungannya sebagai roda. roda tersebut terdiri atas manusia dengan
substansi genetic pada bagian intinya dan faktor lingkungan biologi,
sosial, fisik yang mengelilingi host (manusia). Ukuran komponen roda
bersifat relative, bergantung pada problem spesifik dari penyakitnya.
RESERVOIR
17
Mikroorganisme pathogen membutuhkan tempat bersarang dan
berkembang biak untuk dapat menularkan penyakit. Pada pejamu, tempat
tersebut dinamakan reservoir. Jadi, reservoir adalah tempat hidup dan
berkembang biaknya agen penyebab penyakit.
Yang dapat bertindak sebagai reservoir adalah:
1. Manusia
2. Hewan
3. Artropoda, dan lain-lain
Mekanisme penularan penyakit memiliki suatu siklus yang dikenal sebagai
siklus penularan. Siklus penularan penyakit dengan manusia sebagai
reservoir dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung.
4 Konsep medan kesehatan yang dapat digunakan untuk menganalisis
interaksi penyebab status kesehatan masyarakat.
1. Gaya hidup dewasa ini merupakan factor resiko yang paling dominan
dalam proses kejadian penyakit dan sangat menentukan derajat
kesehatan suatu kelompok populasi tertentu.
2. Lingkungan yang meliputi :
a. Dimensi fisik dari lingkungan, baik yang bersifat pencemaran
udara, bunyi serta pencemaran tanah dan air.
b. Dimensi social dan psikologis termasuk kepadatan penduduk,
isolasi social, interaksi social dan lain-lain.
3. Biologi manusia
Elemen ini lebih mengarah ke biologi dasar manusia yang memiliki
cirri individual . Hal ini sangat erat hubungannya dengan factor genetis
dalam biologi molekuler yang mempengaruhi mutasi genetis pathogen,
cacat bawaan serta pertumbuhan yang terhambat.
Perjalanan Penyakit
Perjalanan penyakit yang terjadi pada manusia dapat digolongkan
menjadi 5 tahap, yaitu :
1. Tahap pre-patogenesis
Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit
penyakit, tetapi interaksi ini terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti
bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan dalam masuk ke dalam
tubuh.
18
2. Tahap inkubasi
Tahap inkubasi adalah masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh
penjamu, tetapi gejala-gejala penyakit belum nampak. Tiap-tiap
penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda, ada yang bersifat
influenza, penyakit kolera masa inkubasinya hanya 1-2 hari saja, tetapi
ada juga yang bersifat menahun misalnya kanker paru-paru, AIDS dan
sebagainya.
3. Tahap penyakit dini
Tahap penyakit dini dihitung mulai dari munculnya gejala-gejala
penyakit, pada tahap ini penjamu sudah jatuh sakit tetapi masih dalam
yang ringan. Dan penjamu masih dapat menjalankan aktifitas sehari-
hari.
4. Tahap penyakit lanjut
Apabila penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak diobati atau
pengobatannya tidak teratur dan tidak memperhatikan anjuran-anjuran
yang diberikan pada tahap penyakit dini, maka penyakit masuk ke
dalam tahap penyakit lanjut.
5. Tahap akhir penyakit
Tahap akhir suatu penyakit dibagi dalam 5 keadaan, sebagai berikut :
a. Sembuh sempurna : artinya bentuk dan fungsi tubuh penjamu
kembali berfungsi seperti keadaan sebelumnya. Dengan kata lain
penjamu bebas dari penyakit.
b. Sembuh tetapi cacat : penyakit penjamu berakhir dan bebas dari
penyakit, tetapi ke sembuh penjamu tidak sempurna, karena terjadi
cacat. Cacat pada penjamu dapat berupa cacact fisik, cacat mental,
maupun cacact sosial dan sangat tergantung dari serangan penyakit
terhadap organ-oirgan tubuh penjamu.
c. Karier : pada karier perjalanan penyakit seolah-olah terhenti ,
karena gejala-gejala penyakit tidak Nampak lagi, tetapi dalam
tubuh penjamu masih terdapat bibit bibit penyakit yang pada satu
19
saat apabila daya tahan tubuh penjamu menurun akan dapat
kambuh kembali.
d. Kronis : pada keadaan ini perjalanan penyakit nampak berhenti,
tetapi gejala-gejala penyakit tidak berubah. Dengan kata lain tidak
bertambah berat ataupun bertambah ringan. Keadaan ini penjamu
masih tetap berada dalam keadaan sakit
e. Meninggal : apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak
dapat diobati lagi, sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena
penjamu meninggal dunia. Keadaan ini bukanlah keadaan yang
diinginkan.
MASA TUNAS (PERIODE INKUBASI)
Mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh manusia tidak segera
menimbulkan gejala tetapi membutuhkan tenggang waktu tertentu yang
berbeda bagi setiap mikroorganisme.
MANFAAT MASA TUNAS
Pengetahuan tentang berbagai masa tunas sangat bermanfaat untuk
mebantu mendeteksi peyebab kejadian luar biasa sumber umum, misalnya
keracunan makanan dengan cara berikut.
1. Menentukan waktu terpajan dan timbulnya gejala
2. Membuat kurva epidemic atau kurva masa tunas
3. Menghitung median masa tunas
4. Mencari penyebab penyakit yang mempunyai tunas yang sama dengan
median hasil perhitungan
EVALUASI
1. bagaimana hubungan host, agent dan environtment saat terjadinya
penyakit?
TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentangmacam-macam faktor risiko
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengukuran risiko
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang risiko atribut
20
ALAT YANG DIBUTUHKAN :
1. Proyektor
2. LCD
TINJAUAN PUSTAKA :
KONSEP DASAR
Besarnya risiko atau probabilitas seseorang yang akan menjadi sakit
akibat terpajan oleh sesuatu faktor penyebab penyakit. Besarnya risiko
untuk terkena suatu penyakit dapat dihitung dan dibandibgkan dengan cara
menghitung besarnya insidensi suatu penyakit antara orang-orang yang
terpajan oleh faktpor penyebab penyakit tersebut denga orang-orang yang
tidak terpajan.
KARAKTERISTIK FAKTOR RISIKO
Ada juga karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit
yang diderita pada individu dan ditemukan juga secara tidak stabil pada
individu-individu yang lain dalam suatu kelompok masyarakat yaitu :
1. Faktor risiko yang dicurigai yaitu faktor-faktor yang belum
mendapatkan dukungan sepenuhnya dari hasil-hasil penelitian sebagai
faktor risiko, misalnya merokok sebagai penyebab kanker rahim.
2. Faktor risiko yang telah ditegakkan yaitu faktor risiko yang telah
mantap mendpat dukungan ilmiah atau penelitian dalam perannya
sebagai faktor yang berperan dalam kejadian suatu penyakit.
Misalnya, merokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru.
MACAM-MACAM FAKTOR RISIKO
A. RISIKO RELATIF
Bila angka insidensi kelompok terpajan dengan angka insidensi
kelompok tidak terpajan dibandingkan dengan cara menghitung rasio
antara kedua kelompok tersebut dinamakan risiko relatif atau risk ratio.
Secara skematis dapat dituliskan sebagai berikut.
B. RISIKO ATRIBUT
21
Attribuatable risk adalah angka penyakit pada orang yang terpajan yang
dapat secara langsung dihubungkan dengan pajanan dari penyakit tersebut.
Attribuatable risk dihitung dengan cara mengurangi angka insidensi ( atau
angka kematian ) penyakit pada individu yang tidak terpajan dari individu
yang terpajan. Diasumsikan bahwa penyebab penyakit memiliki peluang
yang sama untuk mengakibatkan KLB penyakit atau kesakitan baik pada
individu yang terpajan maupun individu yang tidak terpajan. Attribuatable
risk adalah risiko perorangan atau sellisih / perbedaan risiko.
C. RISK MARKER
Perilaku, aktivitas, atau perbuatan kunci yang sudah dibuktikan dengan
baik dan jelas berkaitan dengan peningkatan peluang mendapatkan
penyakit. Risk marker adalah suatu faktor risiko yang dapat digunakan
sebagai indicator peningkatan risiko yang diamati dan dimodifikasi di
dalam kelompok yang rentan atau dalam keseluruhan kelompok populasi.
Faktor risiko mirip dengan indicator status kesehatan, tetapi lebih spesifik
pada satu penyakit atau kondisi dan dapat diubah atau dikurangi. Berikut
beberapa faktor risiko yang kemudian berubah menjadi risk marker yang
dapat berdampak pada keseluruhan status kesehatan
D. RISIKO PADA MORBIDITAS
Risiko adalah probabilitas terjadinya suatu penyakit, cedera ,
kondisi, kematian atau kejadian terkait lainnya yang mungkin
menimbulkan hasil yang merugikan dan dapat mempengaruhi status
kesehatan suatu populasi yang memiliki kebiasaan negative.
E. POPULASI BERISIKO
Populasi yang berisiko adalah kelompok populasi yang digunakan
sebagai penyebut dan harus dibatasi hanya pada mereka yang dapat
terpajan atau mengalami penyakit , kondisi cedera, ketidakmampuan
atau pun kematian. Focus utama ahli epidemiologi adalah populasi yang
berisiko. Penetapan populasi semacam ini dapat dilakukan secara
langsung. Akan tetapi, kompleksitas yang sesederhana apapun dari
kelompok populasi ini tidak boleh diabaikan begitu pula dengan setiap
22
aspek yang tidak boleh dipandang sekilas saja karena semua aspek yang
berkaitan dengan kejadian penyakit mungkin penting untuk investigasi
wabah.
PENGUKURAN RISIKO
INTERAKSI
Risiko timbulnya suatu penyakit tidak hanya disebabkan adanya satu
faktor, tetapi dapat terdiri dari dua atau lebih yang secara bersama sama
mempengaruhi timbulnya penyakit. Proses interaksi terjadi bila dua atau
lebih faktor risiko secara bersama sama mempengaruhi timbulnya penyakit
atau bila angka insidensi suatu penyakit ditimbulkan oleh dua faktor atau
lebih yang besarnya risiko berbeda dengan risiko gabungan masing masing
faktor ( Mac Mahon).
Untuk menghitung besarnya interaksi telah dikembangkan oleh dua model
yaitu :
1. Model penjumlahan
2. Model perkalian
MODEL PENJUMLAHAN
Model penjumlahan ialah menghitung perbedaan antara risiko yang
diakibatkan oleh gabungan dua faktor atau lebih dengan jumlah dari risiko
masing masing faktor.
23
P01 -P00 = merupakan efek dari faktor y tanpa faktor x
P11-P00 = merupakan efek dari faktor x dan faktor y
MODEL PERKALIAN
Model ini menyatakan jumlah pertambahan risiko awal yabg
disebabkan adanya satu beberapa faktor penyebab timbulnya penyakit.
Misalnya, risiko timbulnya suatu penyakit tanpa adanya faktor x dan y
adalah 3 per 1000. Dengab adanya faktor x, risiko tersebut meningkat
sebesar 3 kali dan berarti menjadi 9 per 1000.
EVALUASI :
2. Sebutkan macam-macam faktor risiko?
3. Bagaimana pengukuran risiko?
4. Bagaiamana risiko atribut itu?
5. STUDI EPIDEMIOLOGI
TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi studi epidemiologi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang ruang lingkup studi epidemiologi
TINJAUAN PUSTAKA :
STUDI EPIDEMIOLOGI
Studi epidemiologi juga dapat diklasifikasikan sebagai studi
deskriptif dan analitis. Studi deskriptif digunakan jika pengetahuan tentang
suatu penyakit hanya sedikit. Studi analitis digunakan jika tersedia
pengetahuan atau informasi mengenai berbagai aspek penyakit. Studi
deskriptif memberikan pengetahuan, data dan informasi tentang perjalanan
atau pola penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan, dan kematian dalam
kelompok atau populasi. Informasi biasanya berasal dari data yang
dikumpulkan secara rutin berdasarkan karakteristik demografi yang biasa
24
seperti usia, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pendidikan, kelas social
ekonomi, pekerjaan, wilayah demografis, dan kurun waktu.
Studi Epidemiologi terbagi menjadi 2 macam yaitu Studi epidemiologi
deskriptif dan analitik.
CASE REPORT
Adalah Studi kasus yang menggambarkan pengalaman kasus / pasien,
sehingga rancangan case report ini disebut rancangan kuno dan jarang
digunakan lagi.
Studi kasus dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan
melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal disini dapat
berarti satu orang, sekelompok penduduk yang terkena suatu masalah,
misalnya keracunan, atau sekelompok masyarakat di suatu daerah. Unit
yang menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi
yang berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang
mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan
dengan kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan
atau pemaparan tertentu.
Kegunaan Penelitian Case Report
a. Dapat sebagai petunjuk pertama dalam mengidentifikasi suatu penyakit.
b. Dapat untuk memformulasikan suatu hipotesa.
Kelemahan Penelitian Case Report :
a. Tidak dapat digunakan untuk mengetes hipotesa karena tidak ada
kelompok pembanding.
b. Terdiri dari satu kasus dan tidak ada kelompok pembanding sehingga tidak
dapat untuk mengetes suatu hubungan asosiasi secara statistic.
CASE SERIES
Adalah Suatu rancangan penelitian yang menggambarkan sekelompok
kasus dengan diagnosa yang sama. Rancangan penelitian ini juga
tergolong rancangan yang kuno sehingga jarang digunakan lagi.
Kegunaan Penelitian Case Series :
a. Sebagai petunjuk pertama dalam mengidentifikasi suatu penyakit baru.
b. Untuk memformulasikan suatu hipotesa atau dugaan.
Kelemahan Penelitian Case Series :
a. Studi ini tidak dapat digunakan untuk mengetes hipotesa karena tidak ada
kelompok pembanding.
25
b. Ada Case Series terdiri lebih dari satu kasus akan tetapi tidak ada
kelompok pembanding sehingga tidak dapat untuk mengetes suatu
hubungan asosiasi yang valid secara statistik.
CROSS SECTIONAL
Adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
factor-faktor resiko dengan efek, dengan carapendekatan observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat ( poin time approach ).
Keuntungan penelitian Cross Sectional :
Mudah dilaksanakan, sederhana, ekonomis dalam hal waktu, dan hasil dapat
diperoleh dengan cepat dan dalam waktu bersamaan dapat dikumpulkan
variabel yang banyak, baik variabel resiko maupun variabel efek.
Keterbatasan penelitian Cross Sectional :
i. Diperlukan subjek penelitian yang besar
ii. Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara
akurat
iii. Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan
iv. Kesimpulan korelasi faktor resiko dengan faktor efek paling
lemah bila dibandingkan dengan dua rancangan epidemiologi
yang lain.
1. Epidemiologi Analitik
Studi Epidemiologi analitik adalah studi epidemiologi yang
menekankan pada pencarian jawaban terhadap penyebab terjadinya
masalah kesehatan (determinan), besarnya masalah/kejadian
(frekuensi), dan penyebaran serta munculnya masalah kesehatan
(distribusi) dengan tujuan menentukan hubungan sebab akibat antara
factor dan penyakit.
a) Studi Observasi
Studi Observasi adalah studi yang membiarkan alam melakukan
aktifitasnya, sedangkan investigator berhak untuk mengukur tetapi
tak mencampuri aktifitas alam tersebut.
Studi Deskriptif
Studi deskriptif adalah riset epidemiologi yang bertujuan
menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinan
penyakit menurut populasi, letak geografik, dan waktu. Studi
deskriptif memberikan beberapa manfaat :
26
1. memberikan masukan masukan tentang pengalokasian
sumber daya dalam rangka perencanaan yang efisien,
kepada para perencana kesehatan, administrator
kesehatan, dan pemberi pelayanan kesehatan.
2. memberikan petunjuk awal untuk merumuskan
hipotesis bahwa suatu variabel adalah faktor resiko
penyakit. Hipotesis tersebut kelak diuji lebih lanjut pada
studi analitik.
i. Studi ekologikal
Studi ekologikal atau studi korelasi populasi adalah studi
epidemiologi dengan populasi sebagai unit analisis, yang bertujuan
mendeskripsikan hubungan korelatif antara penyakit dan faktor-
faktor yang diminati penelitian.
Kekuatan pada studi ekologikal adalah dapat menggunkan
data insidensi, prevalensi maupun mortalitas.
Kelemahan pada studi ini adalah studi ekologi tak dapat
dipakai untuk menganalisis hubungan sebab akibat karena dua
alasan.
Studi potong lintang (cross sectional)
Studi potong lintang adalah rancangan studi epidemiologi
yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor
penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit
serentak pada individu-individu dari populasi tunggal pada satu
saat atau satu periode.
Kekuatan studi potong lintang ialah kemudahannya untuk
dilakukan dan murah, sebab tidak memerlukan follow-up.
Kelemahan studi potong-lintang adalah tidak tepat
digunakan untuk menganalisis hubungan kausal paparan dan
penyakit.
ii. Studi Kasus Kontrol (studi retrospektif)/case reference/case
control
Studi kasus kontrol merupakan salah satu rancangan riset
epidemiologi yang paling popular belakangan ini karena kekuatan
yang dimilikinya. Kekuatan studi kasus kontrol anatara lain, relatif
27
murah, relatif cepat, hanya membutuhkan perbandingan subjek
yang sedikit, tak menciptakan subjek yang berisiko, cocok untuk
studi dari penyakit yang aneh ataupun penyakit yang memiliki
periode laten lama, dan sebagainya.
Kelemahan studi kasus kontrol pertama adalah studi kasus
kontrol memiliki metodologi kausal yang bertentangan dengan
logika eksperimen klasik. Studi kasus kontrol melakukan hal yang
sebalikanya : melihat akibatnya dulu, baru menyelidiki apa
penyebabnya.
iii. Studi Kohor
Studi kohor,juga biasa disebut follow up atau studi insidens,
bermula dari sejumlah kelompok orang (kohor) yang bebas dari
penyakit, yang diklasifikasikan ke dalam subgrup berdasarkan
tingkat pajanan kepada kejadian potemsial penyakit atau outcome.
Ciri-ciri lainnya dari studi kohor adalah dimungkinkannya
penghitungan laju insidensi (ID) dari masing-masing kelompok
studi.
Ada beberapa kekuatan dalam studi kohor :
1. studi kohor dilakukan sesuai dengan logika eksperimental
dalam membuat inferensi kausal.
2. peneliti dapat menghitung laju insidensi.
3. studi kohor sesuai untuk meneliti paparan yang langka.
4. studi kohor memungkinkan peneliti mempelajari sejumlah
efek serentak dari sebuah paparan.
5. pada studi kohor prospektif, kemungkinan terjadi bias
dalam menyeleksi subjek dan menentukan status paparan
adalah kecil,sebab penyakit yang diteliti belum terjadi.
6. karena bersifat observasional, maka tidak ada subjek yang
sengaja dirugikan karena tidak mendapatkan terapi yang
bermanfaat.
Studi kohor juga memiliki berbagai kelemahan. Kelemahan
utama, rancangan studi kohor prospektif lebih mahal dan
membutuhkan waktu yang lebih lama daripada studi kasus kontrol
atau studi kohor retrospektif. Kedua, tidak efisien dan tidak praktis
untuk mempelajari penyakit yang langka, kecuali jika ukuran besar
28
atau prevalensi penyakit pada kelompok terpapar cukup tinggi.
Ketiga, subjek dapat saja hilang atau pergi selama penelitian.
b) Studi Eksperimental
1. Randomized Control Trial
Randomized control trial (atau randomized clinical trial)
adalah sebuah eksperimen eoidemiologi yang mempelajari sebuah
pencegahan atau cara hidup yang dapat mengobati. Jika perawatan
menghasilkan outcome yang lebih baik, kita dapat berharap untuk
mendapatkan outcome yang lebih baik pada subjek dengan
perawatan baru dibandingkan subjek dengan perawatan yang telah
ada.
Field Trial (Eksperimen lapangan)
Ekperimen lapangan adalah jenis eksperimen yang
dilakukan di lapangan dengan individu-individu yang belum sakit
sebgai subyek. Mirip dengan studi kohor prospektif,rancangan ini
diawali dengan memilih subyek-subyek yang belum sakit.
Subyek yang terjangkit dan tidak terjangkit penyakit antara
kedua kelompok studi kemudian dibandingkan, untuk menilai
pengaruh perlakuan. Jika laju kejadian penyakit dalam populasi
rendah, maka eksperimen lapangan membutuhkan jumlah subjek
yang sangat besar pula.
Community Trial (Intervensi Komunitas)
Intervensi komunitas adalah studi di mana intervensi
dialokasikan kepada komunitas, bukan kepada individu-individu.
Intervensi komunitas dipilih karena alokasi intervensi tidak
mungkin atau tidak praktis dilakukan kepada individu..
Ruang Lingkup Studi Epidemiologi
Kegiatan epidemiologi meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat,
baik yang berhubungan dengan bidang kesehatan maupun diluar bidang
kesehatan. Ruang lingkup epidemiologi adalah sebagai berikut :
1. Subjek dan objeknya adalah masalah kesehatan.
29
2. Masalah kesehatan yang dimaksud adalah masalah kesehatan yang
ditemukan pada sekelompok populasi/manusia, sehingga terbagi
menjadi epidemiologi komunitas (kependudukan, lingkungan, gizi
masyarakat) dan epidemiologi klinis (pengelolaan layanan kesehatan ,
kesehatan jiwa dll).
3. Dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan
dimanfaatkan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah tersebut.
EVALUASI :
1. Apa yang di maksud definisi epidemiologi ?
2. Apa saja ruang lingkup studi epidemiologi?
TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang strategi pemeriksaan
kebenaran informasi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang mahasiswa mampu
menjelaskan tentang strategi analisa studi tahap awal
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pertemuan pelayanan
kesehatan
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengorganisasian pekerjaan
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengaturan pemeriksaan
laboratorium
ALAT YANG DIBUTUHKAN :
3. Proyektor
4. LCD
TINJAUAN PUSTAKA :
A. DASAR PEMIKIRAN
Pada dasarnya setiap peristiwa/ kejadian selalu mempunyai
kecenderungan diikuti oleh peristiwa/kejadian berikutnya yang secara
alamiah akan membentuk suatu rantai peristiwa secara berkesinambungan.
Dengan demikian beberapa pemikiran dasar dalam penelitian kesehatan
disimpulkan sebagai berikut:
a. Setiap peristiwa/kejadian merupakan rantai hubungan sebab akibat
yang sifatnya berkesinambungan.
30
b. Penelitian epidemiologi pada dasarnya bertujuan untuk mencari
hubungan sebab akibat berdasarkan faktor penyebab ataupun dengan
melihat faktor risiko dan akibatnya.
c. Harus ditentukan sifat karakteristik dari objek yang diteliti, jenis
penyebab dan faktor resiko yang dicurigai, proses kejadian yang
dipikirkan, sifat akibat yang mungkin muncul pada penelitian,
pengaruh penyebab/risiko secara kuantitas pada periode waktu
tertentu.
TUJUAN PENELITIAN EPIDEMIOLOGI
Tujuan penelitian epidemiologi dapat diarahkan pada dua sasaran
utama yakni: pertama, mencari faktor penyebab dan/ atau faktor risiko
terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan tertentu; kedua, menentukan
status kesehatan dan situasi penyakit masyarakat dalam masyarakat yang
meliputi pola penyakit di suatu tempat, menggambarkan riwayat alamiah
penyakit serta untuk memperoleh informasi dalam penyusunan upaya-
upaya bidang kesehatan.
Langkah-Langkah Surveilans Epidemiologi
1. Data mortaliatas
2. Data morbiditas
31
3. Data pemeriksaan laboratorium
4. Laporan penyakit
5. Penyelidikan peristiwa penyakit
6. Laporan wabah
7. Laporan penyelidikan wabah
8. Survey penyakit, vector dan reservoir
9. Pengunaan obat, vaksin dan serum
10. Demografi dan lingkungan
o Metode Pengumpulan Data
Dalam surveilans, data dikumpul melalui sistem pelaporan yang ada.
Berdasarkan keperluannya, pengumpulan data untuk surveilans
dibedakan menurut sumber data yaitu primer dan sekunder. Data primer
dikumpulkan secara langsung dari penderita di lokasi dan sarana
kejadian penyakit.
Sistem surveilans rutin di kabupaten menggunakan cara ini melalui
laporan sarana kesehatan (Puskesmas) yang menjangkau seluruh
wilayah kabupaten. Dalam survei khusus, cara ini jarang dilakukan
karena mahal dan membutuhkan waktu lama. Besar sampel ditentukan
oleh populasi penduduk yang akan diwakilidan perkiraan besarnya
prevalensi dari penyakit yang dipantau. Kemudian unitsampel dipilih
sesuai jumlah yang ditentukan, yang bisa dilakukan secara acak
(random), sistematik (pilihan berselang seling) atau kombinasi
caratersebut. Cara ini memberikan sampel yang dapat mewakili semua
populasi yang diamati.
o Alat pengumpulan Data
Pengumpulan data pada Surveilans Epidemilogi Terpadu pada unit
surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyimpulkan data
dari :
1. Laporan bulanan Puskesmas (form 4, STP.Plus)
2. Laporan bulanan rumah sakit (form 5a dan 5b, STP.RS)
32
3.Laporan bulanan laboratorium (form 6a. STP.Lab 1 dan form
6b.STP.Lab 2)
4. Laporan mingguan PWS-KLB (form 3. PWS-KLB)
Pada Puskesmas dan rumah sakit sentinel melaporkan laporan bulanan
dari pelayanan kesehatan swasta. Praktik pengumpulan data dari
laporan puskesmas, meringkas dalam bentuk tabel.
o Waktu Pengumpulan Data
Waktu pengumpulan data pada sistem surveilans meliputi :
1. Rutin bulanan. Laporan yang berkaitan dengan perencanaan dan
evaluasi program dari sumber data yang dilakukan oleh Puskesmas
yaitu SP2TP(Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas)
2. Rutin harian dan mingguan. Laporan tersebut berkaitan dengan
Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dari kejadian Luar Biasa (KLB)
3. Insidensitil adalah laporan sewaktu-waktu seperti laporan W1
untuk Kejadian Luar Biasa (KLB)
4. Laporan berdasarkan hasil survei.
Pengolahan Data Surveilans Epidemiologi
Pengolahan data merupakan bagian yang amat penting dalam
metodeilmiah, karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi
arti dan maknayang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.
Data mentah yang telah dikumpulkan perlu dipecah-pecahkan dalam
kelompok-kelompok, diadakan kategorisasi, dilakukan manipulasi serta
diperas sedemikian rupa sehingga data tersebut mempunyai makna untuk
menjawab masalah dan bermanfaat untuk menguji hipotesa atau
pertanyaan penelitian.
1. Jenis Data
a. Data kualitatif
Data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik
berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata.
b. Data kuantitatif
33
Data kuantitaif merupakan data yang dihasilkan dari
pengukuran,dapat berupa bilangan bulat atau desimal. Berbeda dengan
data kualitatif, data kuantitatif hasilnya dinyatakan dalam kuantitas
numerik terhadap ciri tertentu yang disebut variabel, misalnya jumlah
bakteri yang terdapat dalam sampel air.
2. Pengolahan Data
a. Penyusunan data
Data yang sudah ada perlu dikumpulkan semua agar mudah untuk
mengecek apakah semua data yang dibutuhkan sudah terekapsemua.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian.
Penyusunan data harus dipilih data yang ada hubungannya
dengan penelitian, dan benar-benar otentik. Adapun data yang diambil
melalui wawancara harus dipisahkan antara pendapat responden
dan pendapat interviwer.
b. Klasifikasi data
Klasifikasi data merupakan usaha menggolongkan,
mengelompokkan,dan memilah data berdasarkan pada klasifikasi tertentu
yang telah dibuat dan ditentukan oleh peneliti. Keuntungan klasifikasi
data iniadalah untuk memudahkan pengujian hipotesis.
c. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan. Jenis data akan menentukan apakah peneliti akan
menggunakan teknik kualitatif atau kuantitatif. Data kualitatif diolah
dengan menggunakan teknikstatistika baik statistika non parametrik
maupun statistika parametrik.
d. Interpretasi hasil pengolahan data
Tahap ini menerangkan setelah peneliti menyelesaikan
analisisdatanya dengan cermat. Kemudian langkah selanjutnya peneliti
menginterpretasikan hasil analisis akhirnya peneliti menarik suatu
kesimpulan yang berisikan intisari dari seluruh rangkaian
kegiatan penelitian dan membuat rekomendasinya.
34
3. Pengolahan Data Penelitian Secara Kualitatif dan Kuantitatif
a. Pengolahan Data Kualitatif
Pengolahan data kualitatif dalam penelitian akan melalui tiga
kegiatan analisis yakni sebagai berikut.
i. Reduksi Data Reduksi
Data dapat diartikan sebagai suatu proses pemilihan data,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan data, pengabstrakan data,
dan transformasi dat kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di
lapangan.
ii. Penyajian Data
Penyajian data dapat dijadikan sebagai kumpulan informasi yang
tersusun sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian yang sering digunakan
adalah dalam bentuk naratif, bentuk matriks, grafik, dan bagan.
b. Pengolahan Data Kuantitatif
i. Mengelompokkan Data
Ada dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif tidak memerlukan perhitungan matematis. Sebaliknya, data
kuantitatif memerlukan adanya perhitungan secara matematis. Oleh sebab
itu, data kuantitatif perlu diolah dan dianalisis antara lain dengan statistik.
Untuk mengolah dan menganalisis data, ada dua macam statistik, yaitu
statistic deskriptif dan statistik inferensial.
ii. Kegiatan Awal dalam Mengelompokkan Data
Agar data dapat dikelompokkan secara baik, perlu dilakukan
kegiatan awal sebagai berikut :
Editing , yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar
pertanyaan, kartu atau buku register.
Coding , yaitu kegiatan memberikan kode pada setiap data yang terkumpul
di setiap instrumen penelitian. Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan
dalam penganalisisan dan penafsiran data.
35
Tabulating (penyusunan data), yaitu pengorganisasian data sedemikian
rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, dan ditata untuk
disajikan dan dianalisis. Proses tabulasi dapat dilakukan dengan berbagai
cara antara lain dengan metode Tally, menggunakan kartu, dan
menggunakan komputer.
c. Menarik Kesimpulan/Verifikasi
Sejak langkah awal dalam pengumpulan data, peneliti sudah
mulai mencari arti tentang segala hal yang telah dicatat atau disusun
menjadi suatu konfigurasi tertentu. Pengolahan data kualitatif tidak akan
menarik kesimpulan secara tergesa-gesa, tetapi secara bertahap dengan
tetap memperhatikan perkembangan perolehan data.
36
Pelaksanaan teknis pertemuan peleyanan kesehatan
merupakan serangkaian pelaksanakan di tingkat desa, di pos
kesehatan desa dan ditingkat puskesmas. (Rianti, Emi, 2010, Buku
Ajar Epidemiologi dalam Kebidanan edisi revisi,Jakarta: CV.Trans
Info Medika)
o Di Tingkat Desa
o Di Tingkat Puskesmas
37
c. Membangun kerjasama dengan program dan sektor terkait untuk
memecahkan masalah
d. Bersama tim gerak cepat puskesmas melakukan respon cepat jika
terjadi laporan
e. Melakukan pembinaan teknis kegiatan penyelidikan
f.Melaporkan kegiatan penyelidikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota secara berkala (minggu/bulanan/tahunan)
EVALUASI :
TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian penyakit tidak
menular
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang faktor risiko penyakit tidak
menular
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang macam-macam penyakit tidak
menular
38
TINJAUAN PUSTAKA :
Pengertian
Penyakit tidak menular yaitu penyakit yang tidak dapat ditularkan kepada
orang lain. Penakit tidak menular biasanya terjadi karena faktor keturunan
dan gaya hidup yang tidak sehat. Penyakit ini tidak akan menular meskipun
melakukan kontak body pada penderita.
1. Penyakit Kronik
2. Penyakit Non-Infeksi
3. New Communicable Disease
Faktor penyebab dalam Penyakit Tidak Menular dipakai istilah Faktor Risiko
(Risk Factor) untuk membedakan dengan istilah etiologi pada penyakit
menular atau diagnosis klinis. Macam-macam fakor resiko:
39
Karakteristik Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular terjadi akibat interaksi antara agent (Non living
agent) dengan host dalam hal ini manusia (faktor predisposisi, infeksi, dan
lain-lain) dan lingkungan sekitar (source and vehicle of agent).
1) Agent
a) Agent dapat berupa (non living agent), yakni kimawi, fisik, mekanik,
psikis.
b) Agent penyakit tidak menular sangat bervariasi, mulai dari yang paling
sederhana sampai yang kompleks (mulai molekul sampai zat-zat yang
kompleks ikatannya).
c) Suatu penjelasan tentang penyakit tidak menular tidak akan lengkap
tanpa mengetahui spesifikasi dari agent tersebut.
d) Suatu agent tidak menular dapat menimbulkan tingkat keparahan yang
berbeda-beda (dinyatakan dalam skala pathogenitas). Pathogenitas
Agent yaitu kemampuan/kapasitas agent penyakit untuk dapat
menyebabkan sakit pada host.
e) Karakteristik lain dari agent tidak menular yang perlu diperhatikan
antara lain :
(1) Kemampuan menginvasi/memasuki jaringan
(2) Kemampuan merusak jaringan : reversible dan irreversible
(3) Kemampuan menimbulkan reaksi hipersensitif
2) Reservoir
a) Dapat didefinisikan sebagai organisme hidup, benda mati (tanah,
udara, air, batu, dan lain-lain) dimana agent dapat hidup, berkembang
biak dan tumbuh dengan baik.
b) Pada umumnya untuk penyakit tidak menular, reservoir dari agent
adalah benda mati.
c) Pada penyakit tidak menular, orang yang terekspos/terpapar dengan
agent tidak berpotensi sebagai sumber/reservoir tidak ditularkan
3) Patogenitas
a) Fase Akumulasi pada jaringan
Apabila terpapar dalam waktu lama dan terus-menerus
b) Fase Subliknis
Pada fase subliknis gejala/sympton dan tanda/sign belum muncul.
c) Fase Klinis
40
Agent penyakit telah menimbulkan reaksi pada host dengan
menimbulkan manifestasi (gejala dan tanda).
4) Karakteristik penyakit tidak menular:
a) Tidak ditularkan
b) Etiologi sering tidak jelas
c) Bersifat multikausal
d) Agent penyebab non living agent
e) Durasi penyakit panjang (kronis)
f) Fase subliknis dan klinis panjang untuk penyakit kronis
g) Diagnosis sulit
h) Biaya tinggi
5) Rute dari Keterpaparan
Melalui sistem pernafasan, sistem digestive, sistem integument/kulit dan
sistem vaskuler.
Di Indonesia sendiri terdapat kurang lebih 30 jenis penyajit tidak menular yaitu:
41
RANCANGAN TUGAS KELOMPOK
b. Batasan Obyek
1) Pengertian
2) jenis
3) Keuntungan
4) Keterbatasan
5) Indikasi
6) Kontra indikasi
7) Hal-hal yang harus diperhatikan
3. KRITERIA PENILAIAN :
Organisasi (ketaatan pada aturan penugasan, referensi) : 50 %
Isi (kualitas isi, partisipasi pendengar, ) : 20 %
Gaya Presentasi (tampilan slide dan presenter) : 30 %
RUBRIK PENILAIAN DESKRIPTIF PRESENTASI MAKALAH