You are on page 1of 10

1

UJI BEBERAPA ZAT PENGATUR TUMBUH ALAMI TERHADAP


PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg) STUM
MATA TIDUR
TEST SOME OF NATURAL PLANT GROWTH REGULATORS (PGR)
ON THE GROWTH OF BUDDED STUMP RUBBER PLANT
(Hevea brasiliensis Muell Arg)

Muhammad Arif1, Murniati2, Ardian2


Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Riau

Muhammada016@gmail.com/081365023541
ABSTRACT
Rubber plant (Hevea brasiliensis Muell Arg) was one of important
plantation commodity as second source of foreign exchange after palm oil. The
main result of rubber tree is latex as raw material for manufacture of transport
equipment, medical and household appliances. This study aimed to determine the
effect of the use some natural plant growth regulators on the growth of budded
stump and get the best of natural plant growth regulators for budded stump rubber
plant. This research has been carried out in technical services unit of Agriculture
Faculty, Riau University. This research was conducted with completely
randomized design (CDR) consisting of 4 treatment namely : without giving PGR,
giving coconut water, green bean extract, and young bamboo extract. Each
treatment was repeated 4 times with each unit consisting of 3 seedling experiment
and total number of seedling was prepare 48 seedling. The data were analyzed
used analysis of variance (ANOVA) and continued by least significant difference
(LSD) at 5%. The parameters measured were : buds appear time, shoot length,
number of petiole, shoot diameter and leaf area. The result showed that provision
of coconut water with 750 cc/l concentration showed the best growth of budded
stump rubber plant at parameters buds appear time, shoot length, number of
petiole and shoot diameter.

Keyword : rubber plant, budded stump, plant growth regulators

PENDAHULUAN tanaman karet adalah getah (lateks)


yang digunakan sebagai bahan baku
Tanaman karet (Hevea untuk pembuatan peralatan
brasilliensis Muell Arg) adalah transportasi, medis dan alat-alat
komoditas perkebunan yang rumah tangga.
memiliki peran penting sebagai Propinsi Riau merupakan
sumber devisa kedua setelah kelapa salah satu propinsi yang mempunyai
sawit. Karet juga mampu mendorong perkebunan karet cukup luas. Luas
pertumbuhan sentra-sentra ekonomi perkebunan karet di Propinsi Riau
baru di wilayah-wilayah tahun 2012 yaitu 500.851 ha
pengembangannya). Hasil utama dengan produktivitas per tahun

1. Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau


2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016
0,699 ton/ha, secara nasional luasnya Okulasi merupakan
3.484.073 ha, dengan produktivitas penempelan mata tunas antara
per tahun 0,872 ton/ha (Dinas batang atas dan batang bawah yang
Perkebunan Provinsi Riau, 2013). keduanya berasal dari bibit karet
Berdasarkan kondisi tersebut unggul, salah satu hasil okulasi bibit
produktivitas di Riau masih karet adalah stum mata tidur.
tergolong rendah dibandingkan Okulasi bibit karet yang berasal dari
dengan produktivitas nasional stum mata tidur memiliki
Rendahnya produktivitas keunggulan yakni bibit dapat
karet di Riau disebabkan oleh tumbuh seragam dan sifatnya identik
beberapa hal, diantaranya dengan tanaman induk. Kendala
kecenderungan masyarakat masih yang sering dihadapi para pekebun
banyak menggunakan bibit karet jika menggunakan bibit karet yang
yang bukan berasal dari klon unggul, berasal dari stum mata tidur ialah
selain itu juga akibat tanaman yang terhambatnya pertumbuhan akar dan
tidak produktif karena umur tanaman tunas sehingga terjadi kematian
lebih dari 20 tahun, sehingga perlu stum, oleh karena itu perlu
peremajaan. dilakukan upaya untuk mencegah
Untuk peremajaan memerlukan hal tersebut.
bibit unggul yang berkualitas baik Usaha untuk mendapatkan
sehingga akan didapatkan keberhasilan tumbuh stum mata tidur
produktivitas yang tinggi. yang tinggi yaitu mengupayakan
Penggunaan bahan tanaman yang lingkungan yang cocok sehingga
berasal dari klon unggul lebih baik dapat mendukung pertumbuhan bibit
dan menguntungkan, dibandingkan karet. Pertumbuhan okulasi stum
dengan bibit semaian. Hal ini mata tidur yang baik diperoleh bila
disebabkan karena tanaman lebih medium yang digunakan mempunyai
seragam, produksi pada tahun sadap kualitas yang baik dari segi fisik,
pertama lebih banyak, produktivitas kimia dan biologi dan untuk
lebih tinggi dan memiliki sifat mempercepat pertumbuhan akar dan
skunder yang diinginkan seperti tunas dapat diberi zat pengatur
tahan terhadap penyakit tertentu, tumbuh (ZPT).
batang tegap, respon terhadap pupuk Zat pengatur tumbuh adalah
serta volume kayu per pohon tinggi. senyawa organik bukan nutrisi pada
Jenis klon unggul karet yang konsentrasi yang rendah dapat
dianjurkan di daerah Sumatera dan mendorong, menghambat atau secara
Kalimantan salah satunya adalah kualitatif merubah pertumbuhan dan
klon PB 260. Klon ini merupakan perkembangan tanaman. Zat
klon yang mempunyai tingkat pengatur tumbuh yang diaplikasikan
produktivitas lateks yang tinggi, ke tanaman ada yang alami dan ada
pertumbuhan cepat, resisten yang sintetis. Zat pengatur tumbuh
terhadap Corynospora colletotricum alami didapat dari jaringan muda
dan Oidium, produksi lateks 1,5 tanaman diantaranya air kelapa
- 2,5 ton/ha/tahun (Badan Litbang muda, ekstrak kecambah kacang
Pertanian, 2010). Penggunaan bibit hijau (touge) dan lain-lain. Air
yang berasal dari klon unggul kelapa muda dapat di manfaatkan
dihasilkan dari okulasi. untuk meningkatkan pertumbuhan
tanaman. Hasil penelitian Simtalia

Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016


(2013), menunjukkan bahwa bambu betung dengan dosis
pemberian air kelapa 750 cc/l air 50 ml/bibit menunjukkan hasil yang
dapat mempercepat pertumbuhan tertinggi untuk pertumbuhan bibit
tunas stum mata tidur bibit karet. semai sengon dibandingkan dengan
Morel (1974), menyatakan bahwa air kontrol.
kelapa muda mengandung asam Berdasarkan uraian di atas,
amino, asam nukleat, purin, maka penulis telah melakukan
karbohidrat, sedikit lemak, gula, penelitian yang berjudul Uji
alkohol, vitamin C dan B, mineral Beberapa Zat Pengatur Tumbuh
dan hormon seperti sitokinin Alami Terhadap Pertumbuhan Bibit
5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg)
sedikit giberelin yang dapat Stum Mata Tidur. Penelitian ini
menstimulasi pertumbuhan. bertujuan untuk mendapatkan ZPT
Sitokinin merupakan salah satu alami yang terbaik terhadap
ZPT yang berfungsi memacu pertumbuhan bibit karet yang berasal
pembelahan sel dan pembentukan dari stum mata tidur.
organ, mencegah kerusakan klorofil,
serta perkembangan tunas. Auksin BAHAN DAN METODE
berperan terhadap pertumbuhan dan Penelitian telah dilaksanakan
perkembangan tanaman. Peran di Kebun Percobaan Fakultas
fisiologis auksin adalah mendorong Pertanian Universitas Riau. Kampus
perpanjangan sel, pembelahan sel, Bina Widya Km 12,5 Kelurahan
diferensiasi jaringan xylem dan Simpang Baru, Kecamatan Tampan
floem, pembentukan akar, dominan Pekanbaru. Penelitian dilaksanakan
apikal, respon tropisme serta selama empat bulan yaitu pada bulan
menghambat pengguguran daun. April Juli 2015. Bahan yang
Auksin juga terkandung dalam digunakan dalam penelitian adalah
kecambah kacang hijau (touge). bibit karet yang berasal dari stum
Hasil penelitian Amilah dan Astuti mata tidur klon PB 260, air kelapa
(2006), menunjukkan bahwa muda, kecambah kacang hijau
penggunaan ekstrak touge 150 g/l (touge), rebung, polybag berukuran
memberikan hasil yang tertinggi 35 x 40 cm, aquades, tanah lapisan
pada tanaman anggrek bulan. atas, Pupuk kandang, pupuk NPK,
Zat pengatur tumbuh giberelin Fungisida Dithane M-45 dan
juga berperan terhadap pertumbuhan insektisida Sevin 85 S. Alat yang
dan perkembangan tanaman. digunakan dalam penilitian adalah
Giberelin dalam rebung. Giberelin blender, pisau, timbangan digital,
berfungsi memacu pertumbuhan parang, gelas ukur, tali rapia,
tanaman, karena dapat memacu cangkul, kayu, polynet, label,
pembelahan dan pertumbuhan sel gembor, ayakan, alat tulis, meteran,
mengarah kepada pemanjangan saringan dan kamera digital.
batang dan perkembangan daunnya Penelitian dilakukan secara
berlangsung lebih cepat, sehingga eksperimen terdiri dari 4 perlakuan
laju fotosintesis meningkat dan disusun menggunakan Rancangan
meningkatkan keseluruhan Acak Lengkap (RAL). Setiap
pertumbuhan, termasuk akar. Hasil perlakuan diulang sebanyak 4 kali
penelitian Dea (2009), menunjukkan sehingga diperoleh 16 unit
bahwa pemberian ekstrak rebung percobaan. Setiap unit percobaan

Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016


terdiri dari 3 bibit, dua diantaranya HASIL DAN PEMBAHASAN
diambil untuk sampel. Perlakuan
yang diberikan adalah jenis ZPT Waktu Tumbuh Mata Tunas,
alami yang terdiri dari : Panjang Tunas, Jumlah Tangkai
Z0 = Tanpa ZPT, Z1 = air kelapa Daun dan Diameter Tunas
750 cc/l air, Z2 = ekstrak kecambah Hasil sidik ragam untuk
(touge) 150 g/l air, Z3 = ekstrak parameter waktu tumbuh mata tunas,
rebung 150 g/l air. Data yang panjang tunas, jumlah tangkai daun
diperoleh dianalisis dengan sidik dan diameter tunas berpengaruh
ragam. Bila F hitung menunjukkan nyata dan rata-ratanya dapat dilihat
pengaruh nyata dilanjutkan dengan pada Tabel 1.
uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada
taraf 5%.

Tabel 1. Rerata waktu tumbuh mata tunas, panjang tunas, jumlah tangkai daun
dan diameter tunas bibit karet stum mata tidur setelah diperlakukan
dengan ZPT alami
Jenis zat Waktu tumbuh Panjang tunas Jumlah tangkai Diameter tunas
pengatur mata tunas (cm) daun (tangkai) (cm)
tumbuh (HST)
Tanpa ZPT 22,00 d 17,78 b 12,62 b 0,55 c
Air kelapa 17,25 a 30,87 a 17,12 a 0,88 a
Ekstrak kecambah 20,16 c 29,75 a 14,75 b 0,75 ab
Ekstrak rebung 18,66 b 28,21 a 14,62 b 0,69 b
Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama, berbeda nyata menurut uji
lanjut BNT pada taraf 5%.

35 30,87 29,75
30 28,21 26,93 28,21
Panjang Tunas (cm)

25 22,7
Tanpa ZPT
19,56 18,81
20 16,25 14,53
17,78
Air kelapa
15 12,56
Ekstrak kecambah
10 Ekstrak rebung
5
0
12 minggu 14 minggu 16 minggu

Gambar 1. Rerata panjang tunas (cm) bibit karet stum mata tidur setelah
diperlakukan dengan ZPT alami pada umur 12, 14 dan 16 minggu.

Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016


Jumlah Tangkai Daun
20 17,12
14,75
14,62
15 12,62
10,87 10,62 Tanpa ZPT
10 7,37 7,37 7,62
8,62
Air kelapa
6,75
5,37
Ekstrak kecambah
5
Ekstrak rebung
0
12 14 16
minggu minggu minggu

Gambar 2. Rerata jumlah tangkai daun (tangkai) bibit karet stum mata tidur
setelah diperlakukan dengan ZPT alami pada umur 12, 14 dan 16
minggu.

0,88
0,9
0,75 0,75
0,8
Diameter Tunas (cm)

0,69
0,7
0,55 0,55 0,55
0,56
0,6 Tanpa ZPT
0,5 0,43 0,46 0,44
0,35 Air kelapa
0,4
0,3 Ekstrak kecambah
0,2 Ekstrak rebung
0,1
0
12 14 16
minggu minggu minggu

Gambar 3. Rerata diameter tunas (cm) bibit karet stum mata tidur setelah
diperlakukan dengan ZPT alami pada umur 12, 14 dan 16 minggu.

Tabel 1 dan Gambar 1, 2 dan dengan semua perlakuan (tanpa ZPT,


3 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kecambah dan ekstrak
beberapa jenis ZPT alami pada bibit rebung) kecuali untuk panjang tunas
karet stum mata tidur dapat (yang diberi ZPT alami berbeda tidak
mempercepat waktu tumbuh mata nyata). Hal ini karena air kelapa
tunas, meningkatkan panjang tunas, mengandung hormon auksin,
jumlah tangkai daun dan diameter sitokinin dan giberelin.
tunas dibandingkan dengan tanpa Auksin berfungsi sebagai
ZPT. Perlakuan air kelapa pembentukan akar dan tunas,
menghasilkan tumbuh tunas lebih pembelahan dan pemanjangan sel
cepat, tunas lebih panjang, tangkai yang akan meningkatkan aktifitas
daun lebih banyak dan diameter tanaman sehingga mendorong tunas
tunas lebih besar dan berbeda nyata muncul lebih awal hal ini sesuai

Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016


dengan pernyataan Darnell et al sehingga pertumbuhan tunas lebih
(1986), menyatakan auksin cepat.
merupakan salah satu hormon Tunas merupakan hasil
tanaman yang dapat meregulasi perkembangan meristem apikal
banyak proses fisiologi, seperti sehingga tunas yang muncul akan
pertumbuhan, pembelahan dan berkembang membentuk suatu
diferensiasi sel serta sintesa protein. formasi daun. Fukazawa et al (2000),
Sitokinin berperan pada menyatakan bahwa giberelin mampu
pembelahan sel dan mempercepat mendorong orientasi mikrotubul ke
pertumbuhan tunas dan batang. arah sumbu pertumbuhan sel dan
Menurut Salisbury dan Ross (1985), terjadi penimbunan selulosa dan pada
bahwa sitokinin juga berperan di akhirnya sel membesar hanya ke
dalam pembentukan organ, aksis pertumbuhan sehingga tunas
merangsang pembentukan akar dan memanjang. Salisbury dan Ross
batang, memacu perkembangan (1995), juga menyatakan bahwa efek
kloroplas dan sintesis protein. giberelin dalam memacu peningkatan
Warner et al (2001), menyatakan panjang tunas ini disebabkan karena
bahwa sitokinin bila bekerja bersama giberelin memacu pemanjangan sel
dengan auksin memiliki peran di ujung tajuk, memacu pertumbuhan
penting pada pembelahan sel dan sel karena giberelin berperan dalam
diferensiasi jaringan tertentu dalam meningkatkan hidrolisis pati, dan
pembentukan tunas pucuk dan sukrosa menjadi glukosa dan
pertumbuhan akar. fruktosa serta mempengaruhi
Giberelin yang terkandung di peningkatan plastisitas dinding sel.
dalam air kelapa berfungsi Pemberian air kelapa, ekstrak
mengaktifkan tunas dan benih kecambah dan ekstrak rebung dapat
dorman. Giberelin memacu aktivitas meningkatkan kandungan giberelin
enzim-enzim hidrolitik khususnya dalam tanaman sehingga
amylase yang menghidrolisis pati mempercepat pemecahan mata tunas
menjadi senyawa glukosa. Glukosa dan tunas tumbuh lebih awal. Hal ini
merupakan bahan utama dalam sesuai pernyataan Prawitasari (2003)
proses respirasi. Proses ini sangat dalam Murniati et al (2007), bahwa
penting karena respirasi akan giberelin juga berperan terhadap
menghasilkan energi yang digunakan pertumbuhan dan perkembangan
untuk proses pembelahan sel dan tanaman, diantaranya mengaktifkan
pertumbuhan tunas. Hal ini sesuai tunas dan benih dorman, selanjutnya
dengan pernyataan Lakitan (1995), Purohit (1985), juga menyatakan
bahwa giberelin dapat memacu bahwa giberelin dapat mengaktifkan
pembelahan sel karena hormon ini pembelahan dan pembesaran sel,
dapat meningkatkan hidrolisis pati, sintesis RNA dan protein,
fruktan dan sukrosa menjadi glukosa pemanjangan tunas dan enzim
dan fruktosa yang digunakan untuk amylase. Wilkins (1989),
respirasi sel, sehingga energi tersedia menyatakan bahwa semua organ
untuk pertumbuhan. Kedua tanaman mengandung giberelin,
monosakarida ini menyebabkan tetapi konsentrasinya berbeda.
potensi air sel menjadi negatif, Menurut Anwaruddin et al (1996),
akibatnya air masuk lebih cepat dan penggunaan hormon tumbuh eksogen
menyebabkan pembesaran sel dapat berpengaruh terhadap

Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016


fisiologis tanaman jika kandungan Ekstrak kecambah minggu ke 14
hormon di dalam jaringan belum yaitu 10,62 tangkai daun, atau
mencukupi sehingga menjadi faktor meningkat 39,39% dan minggu ke
pembatas. 16 yaitu 14,75 tangkai daun, atau
Tabel 1 dan Gambar 1, 2, dan meningkat 16,87% dibandingkan
3 dapat dilihat waktu tumbuh mata dengan tanpa ZPT. Ekstrak rebung
tunas pada perlakuan air kelapa lebih minggu ke 14 yaitu 8,62 tangkai
cepat sehingga tunas memanjang. daun, atau meningkat 13,12% dan
Semakin panjang tunas bibit karet minggu ke 16 yaitu 14,62 tangkai
semakin banyak jumlah tangkai daun, atau meningkat 15,84%
daunnya dan diameter tunas dibandingkan dengan tanpa ZPT.
membesar. Jumlah tangkai daun Perlakuan tanpa ZPT menunjukkan
yang banyak akan menghasilkan rata-rata jumlah tangkai daun
jumlah daun yang banyak pula cenderung lebih sedikit dibandingkan
sehingga proses fotosintesis berjalan perlakuan lainnya pada pengamatan
dengan baik dan meningkatkan minggu ke 12, 14 dan 16.
fotosintat yang digunakan untuk Diameter tunas (Gambar 3)
pertumbuhan dan perkembangan pada bibit karet yang berasal dari
tanaman secara keseluruhan. Proses stum mata tidur dengan perlakuan air
metabolisme ini dipengaruhi oleh kelapa cenderung lebih besar pada
ZPT alami (auksin, sitokinin dan pengamatan minggu ke 12, 14 dan 16
giberelin) yang diberikan dan diikuti dengan perlakuan ekstrak
fitohormon yang mulai disintesis kecambah dan ekstrak rebung.
pada bibit karet. Perbedaan diameter tunas terlihat
Panjang tunas (Gambar 1) pada minggu ke 14 yaitu 0,75 cm,
pada bibit karet yang berasal dari atau meningkat 70% dan minggu ke
stum mata tidur dengan perlakuan air 16 yaitu 0,88 cm, atau meningkat
kelapa menunjukkan hasil tertinggi 60% dibandingkan dengan tanpa
yang diamati pada minggu ke 12, 14 ZPT, diikuti dengan perlakuan
dan 16 diikuti dengan perlakuan ekstrak kecambah dan ekstrak
ekstrak kecambah dan ekstrak rebung. Ekstrak kecambah minggu
rebung. Panjang tunas bibit yang ke 14 yaitu 0,55 cm, atau meningkat
tidak diberi ZPT menunjukkan 25% dan minggu ke 16 yaitu 0,75
panjang tunas terendah. cm, meningkat 36% dibandingkan
Jumlah tangkai daun dengan tanpa ZPT. Ekstrak rebung
(Gambar 2) pada bibit karet yang minggu ke 14 yaitu 0,56 cm, atau
berasal dari stum mata tidur dengan meningkat 27% dan minggu ke 16
perlakuan air kelapa jauh lebih yaitu 0,69 cm, atau meningkat 25%
banyak dibandingkan dengan dibandingkan dengan tanpa ZPT.
perlakuan ZPT lainnya. Peningkatan Perlakuan tanpa ZPT memiliki
jumlah tangkai daun terbanyak pada diameter yang kecil dibandingkan
minggu ke 14 yaitu 10,87 tangkai perlakuan lainnya pada pengamatan
daun, atau meningkat 42,65% dan minggu ke 12, 14 dan 16.
minggu ke 16 yaitu 17,12 tangkai
daun, atau meningkat 35,65% Luas Daun
dibandingkan dengan tanpa ZPT, Hasil sidik ragam untuk
diikuti dengan perlakuan ekstrak parameter luas daun berpengaruh
kecambah dan esktark rebung.

Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016


nyata dan rata-ratanya dapat dilihat
pada Tabel 2.

Tabel 2. Rerata luas daun bibit karet stum mata tidur setelah diperlakukan dengan
ZPT alami

Jenis Zat Pengatur Tumbuh Luas daun (cm2)


Tanpa ZPT 275,0 c
Air kelapa 1021,2 a
Ekstrak kecambah 1235,9 a
Ekstrak rebung 606,0 b
Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama, berbeda nyata menurut uji
lanjut BNT pada taraf 5%.

Tabel 2 menunjukkan bahwa fotosintat yang dihasilkan menjadi


pemberian beberapa jenis ZPT alami tinggi seperti yang dinyatakan oleh
pada bibit karet stum mata tidur Lukikariati (1996), bahwa fotosintat
menghasilkan luas daun yang yang dihasilkan akan mempercepat
berbeda. Perlakuan ekstrak pertumbuhan dan perkembangan
kecambah menunjukkan luas daun bagian tanaman.
yang lebar yaitu 1235,9 cm2 berbeda Pemberian ekstrak rebung
tidak nyata dengan air kelapa yaitu menunjukkan berbeda nyata dengan
1021,2 cm2 akan tetapi berbeda nyata perlakuan air kelapa dan ekstrak
dengan perlakuan ekstrak rebung kecambah. Hal ini disebabkan karena
yaitu 606,0 cm2 dan tanpa zat giberelin yang terkandung dalam
pengatur tumbuh yaitu 275,0 cm2. rebung mampu meningkatkan
Hal ini karena perlakuan ekstrak pertumbuhan ruas batang ke arah
kecambah dan air kelapa atas. Prawiranata et al (1981),
mengandung hormon auksin. Auksin menyatakan bahwa giberelin
yang terkandung di dalam zat berfungsi dalam memacu
pengatur tumbuh berperan dalam pertumbuhan batang dan
merangsang pertumbuhan jaringan meningkatkan pertumbuhan sel.
muda seperti daun. Pengaruh dari kegiatan fisiologis
Cambell (2003), menyatakan tanaman untuk pertumbuhan tetap
bahwa auksin tidak hanya memacu berjalan terutama terhadap tinggi dan
pemanjangan batang tetapi juga jumlah daun, tetapi terhadap
memacu pertumbuhan seluruh bagian perpanjangan atau penambahan lebar
tumbuhan termasuk akar dan daun. daun yang telah dewasa tidak akan
Menurut Marli (2005), pemberian terjadi lagi. Wilkins (1989),
auksin secara eksogen dapat menambahkan bahwa giberelin
mempengaruhi pertumbuhan berperan pada meristem sub apikal,
tanaman khususnya pada luas daun. induksi pengeluaran bunga pada
Sumarni dan Rosliani (2001), beberapa tanaman tertentu dan
menyatakan bahwa semakin luas mengendalikan pertumbuhan batang.
daun diharapkan efektivitas daun
dalam menyerap cahaya yang
semakin banyak pula untuk proses
fotosintesis sehingga akumulasi

Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016


KESIMPULAN DAN SARAN Campbell. 2003. Biologi. Erlangga.
Berdasarkan hasil penelitian Jakarta.
yang dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa : Darnell, J. dan H. Lodish. 1986.
Pemberian zat pengatur tumbuh Molecular cell biology.
alami air kelapa 750 cc/l air Scientific Amerika Books.
memberikan hasil yang terbaik untuk New York.
pertumbuhan bibit karet yang berasal
dari stum mata tidur (parameter Dea, T. 2009. Pengaruh dosis
waktu tumbuh mata tunas, panjang ekstrak rebung bambu
tunas, jumlah tangkai daun dan betung (Dendrocalamus
diameter tunas). asper) terhadap
Saran pertumbuhan semai sengon
Berdasarkan hasil penelitian ini (Paraserianthes falcataria).
disarankan untuk menggunakan zat Skripsi Fakultas Kehutanan
pengatur tumbuh alami air kelapa Institut Pertanian Bogor.
750 cc/l air untuk mendapatkan Bogor. (Tidak dipulikasikan).
pertumbuhan bibit karet yang baik,
yang berasal dari stum mata tidur. Dinas Perkebunan Provinsi Riau.
2013. Laporan Tahunan
DAFTAR PUSTAKA Dinas Perkebunan Riau.
Pekanbaru.
Amilah dan Y. Astuti. 2006.
Pengaruh Konsentrasi Fukazawa, J., Sakai, T., Ishida, S.,
Ekstrak Taoge dan Kacang Yamaguci, I., Kamijaya, Y.
Hijau Pada Media Vacin dan dan Takahashi, Y. 2000.
Went (VW) terhadap Respiration of shoot growth,
Pertumbuhan Kecambah abzip transcriptional
Anggrek Bulan (Phalaenopsis activator regulates cell
amabilis L.) Buletin Penelitian elongation by controlling the
No.09. level of gibberellins. Journal
Plant Cell, volume 12 (6): 901-
Anwarudin, M.J., N.L.P. Indriyani, 916.
S. Hadiati, dan E. Mansyah.
1996. Pengaruh konsentrasi Lakitan, B. 1995. Dasar-Dasar
giberelin dan lama Fisiologi Tumbuhan. Raja
perendaman terhadap Grafindo Persada. Jakarta.
perkecambahan dan
pertumbuhan biji manggis. Lukikariati, S.L.P. Indriyani, Susilo,
Jurnal Hortikultura, volume 6 A dan M.J.
(1): 1-5. Anwanruddiansyah. 1996.
Pengaruh konsentrasi indo
Badan Litbang Pertanian. 2010. butirat terhadap
Potensi Karet Klon Unggul pertumbuhan batang bawah
PB 260 dan IRR 39 di manggis. Balai Penelitian
Propinsi Jambi. Balai Tanaman Buah Solok, Solok
pengkajian Teknologi dalam Jurnal Hortikultura,
Pertanian Jambi. Jambi. Volume 6 (3) : 220-226.

Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016


Marlin. 2005. Regenerasi in vitro Sumarni, N dan R, Rosliana. 2001.
planlet jahe bebas penyakit Media tumbuh dan waktu
layu bakteri pada beberapa aplikasi larutan hara untuk
taraf konsentrasi BAP dan penanaman cabai secara
NAA. Jurnal Ilmu-Ilmu organik. Jurnal Hortikultura,
Pertanian Indonesia, Volume 7 Volume 11 (4) : 237-243.
(1):8-14.
Werner, T. Motyka., Strnad dan
Morel, GM. 1974. Cloral Schmulling. 2001.
multiplication of orchid. In Regulation of Plant
C.L. Withner (ed.). The Growth by Cytokinin.
Orchid Scientific Studies. USA.
Wiley- Interscience
Publication. John Wiley and Wilkins, M.B. 1989. Fisiologi
Sons, NewYork. 169-122. Tanaman. PT. Bina
Aksara. Jakarta.
Murniati, E. Elita dan F. Silvina.
2007. Aplikasi organ
tanaman sebagai sumber
giberelin untuk
mengaktifkan tunas
dorman batang nenas
bagian tengah. Jurnal
SAGU, volume 6 (1): 6-9.
Prawiranata, W.S. Haran dan P.
Tjondronegoro. 1981. Dasar-
Dasar Fisiologi Tumbuhan.
Botani IPB. Bogor.

Purohit, S.S. 1985. Hormonal


Regulation of plant growth
and development. The
Kluwer Academic Publisher
Group. Boston.

Salisbury, F.B dan C.W. Ross.1995.


Fisiologi Tumbuhan Jilid 3.
Institut Teknologi Bandung.
Bandung.

Simtalia, M. 2013. Pertumbuhan


bibit karet stum mata tidur
dengan pemberian air
kelapa dan ampas teh.
Skripsi Fakultas Pertanian
Universitas Riau, Pekanbaru.
(Tidak dipublikasikan).

Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016

You might also like