You are on page 1of 11
BAB 2. PENGENALAN TENTANG UJI KOMPAKSI DILABORATORLUM 2.1. UMUM Kompaksi adalah proses memadatkan tanah dengan menge- luarkan udara dari dalam pori-pori tanah tersebut dengan cara mekanis ( dipukul , digilas dan sebagainya ) . Pemadatan/kompaksi dilakukan dengan tujuan untuk memperba- iki sifat-sifat teknis tanah yaitu memperoleh keadaan tanah yang paling padat ( keadaan padat maksimum ) , sehingga : - kekuatan tanah bertambah besar - pemampatan tanah akibat pembebanan yang bekerja pa- danya , berkurang besarnya ( memperkecil kompressi- bilitas tanah ) memperkecil pengaruh air pada tanah Pemadatan/kompaksi dilakukan dengan menambahkan atau mengi- rangi jumlah air yang ada didalam tanah sedemikian sehingga pukulan atau gilasan yang tertentu besarnya dapat menghasil- kan keadaan padat yang paling maksimum dari tanah itu . Un- tuk mengetahui kadar air yang tepat dimana keadaan padat yang maksimum yang dihasilkan dengan besar enersi mekanis tertentu , harus dilakukan uji kompaksi laboratorium Besar kadar air dimana kepadatan tanah maksimum tersebut di- sebut kadar air optimum dan keadaan padat maksimum yang ter- jadi dinyatakan dalam berat isi kering maksimum (%, maks.), Hasil uji laboratorium itu dinyatakan dalam bentuk gambar " kurva/Lengkung kompaksi " seperti Gbr. 2.1. ‘Tanah: Lempung berlanau, coklat, mediuen ESE ae any Gbr. 2.1. Kurva/Lengkung Kompaksi : Hubungan Berat Isi Ke - ring dengan kadar air (4%, dengan w ) Kurva kompaksi menunjukkan hubungan antara berat isi kering tanah yang dipadatkan dengan kadar air tanah tersebut , hu- bungan ini dinyatakan dalam rumus - b> G7 Tew Dari kurva kompaksi inilah dapat ditentukan besar kadar air optimum ( OMC ) , kadar air dimana terjadi kepadatan. tanah maksimum .maks UNtuk suatu besar enersi mekanis tertentu Berpedoman pada hasil uji kompaksi laboratorium inilah pemadatan tanah dilapangan dilakukan . 2.2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHIL KOMPAKSI Ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi hasil kom- paksi , yaitu 1. kadar air 2. enersi kompaksi 3. jenis tanah yang dikompaksi 4. cara pemadatannya 2.2.1. Kadar Air Seperti telah diketahui bahwa tanah merupakan bahan bu- tiran , air yang ada diantaranya berfungsi sebagai pengikat . Apabila jumlah air dalam tanah itu tidak terlalu besar , air itu seakan-akan berfungsi sebagai "pelumas" yang memudahkan butir-butir tanah itu bergerak diantara satu dengan lainnya , sehingga bila padanya diberikan enersi mekanis yang besarnya tertentu maka butir-butir itu akan berubah susunannya dari keadaan yang agak berjauhan ( lepas ) menjadi keadaan yang makin berdekatan yang lazimnya disebut "memadat" . Selain berfungsi seakan-akan sebagai pelumas , air yang di - tambahkan padanya akan " mengusir " udara , sehingga didapat keadaan yang relatip lebih padat dibanding sebelum sejumlah air tersebut ditambahkan Tetapi , jika jumlah air yang ada / yang ditambahkan terlalu banyak , maka bila padanya diberikan beban/enersi mekanis terjadilah keadaan yang tidak menguntungkan karena timbulnya tekanan air pori lebih dan tekanan hidrostatis yang membuat susunan butir tanah menjadi lebih " lepas " , meru- sak kepadatan tanah . Jadi jumlah air yang ada didalam tanah memegang peranan yang penting , jumlah air yang tepat akan menghasilkan kepadatan tanah yang maksimum untuk suatu enersi mekanis tertentu , sedang terlalu banyak air akan merusak kepadatan yang sudah ada ( mengurangi derajat kepadatan tanah ) 2.2.2. Enersi Kompaksi Enersi mekanis untuk keperluan uji kompaksi dilaborato- rium maupun untuk pemadatan tanah dilapangan diberikan dalam jumlah yang tertentu , yang tetap besarnyadalam suatu pro- ses pemadatan . Makin besar enersi yang diberikan dalam su atu proses pemadatan , makin tinggi tingkat kepadatan yang terjadi dan makin sedikit kadar air yang dibutuhkan untuk mencapai kepadatan maksimum . Tetapi ada batas maksimum e- nersi kompaksi yang dapat diberikan , lebih besar dari itu tidak akan menambah derajat kepadatan tanah yang dikompaksi itu , berarti tidak efisien lagi . Lihat Gbr. 2.2. Besar enersi kompaksi ini bertalian dengan jenis alat pemadat dan cara pemadatannya . 2.2.3. Jenis Tanah Jenis dan keadaan tanah sangat berpengaruh pada hasil pemadatan yang dapat dicapai . Makin halus butir tanah , makin besar kadar air yang diperlukan untuk mencapai kepa- datan maksimum , makin baik gradasi butir tanah ,makin tinggi derajat kepadatan yang bisa dicapai dibanding dengn jenis tanah yang sama tetapi bergradasi lebih jelek . Bentuk kurva kompaksi tanah kohesip umumnya seperti yang dilukiskan pada Gbr.2.1., dimana ditunjukkan bahwa ke dar air sangat berpengaruh pada derajat kepadatan yang ter jadi . Lain halnya dengan jenis tanah nonkohesip , kadar air tidak begitu besar pengaruhnya dalam proses pemadatan . Untuk jenis tanah non kohesip , bentuk kurva kompaksi umm nya seperti yang dilukiskan pada Gbr.2.3. (Tanah No. 8 ) Penambahan sedikit tanah lanau atau lempung pada tanah non kohesip seringkali menambah besar derajat kepadatannya. Pengaruh jenis tanah pada uji kompaksi dilukiskan dalam Gbr.2.3. garis hubung OMC. kurva kompaksi enersi_kompaksi_besar garis 2AVC Berat isi kering (gr/cc) larva kompaksi enersi_rendah kadar air ( % ) Gbr.2.2. Pengaruh Enersi Kompaksi . No. Tanah Deskrips! “Te Pasir berlempung bergradasi baik 16 NP Lempung berpasir bergradasi baik 16 NP Lempung berpasir bergradasisedang 22 4 Lempung berpasir berlanau, kurus 289 Berat isi kering(gr/cc) Lempung berlanay, kurus 1s Lanau tus 2 Lempung berat 40 Kadar aie w, % Pasir bergradasi buruk — NP Gbr.2.3. Uji Kompaksi pada berbagai jenis tanah seperti ers di- cantumkan ditabel dikanan gambar tersebut . * 1) 10 2.2.4. Cara Pemadatan Cara pemberian enersi pada proses pemadatan dilapangan sangat bermacam-macam , tergantung dari derajat kepadatan yang diinginkan dan jenis tanah yang ada . Enersi mekanis itu dapat diberikan dalam bentuk pukulan , gilasan atau "pijatan" ( kneading ) atau kombinasi dari cara-cara itu . Uji laboratorium sebaiknya disesuaikan dengan cara yang nanti akan diterapkan dilapangan , tetapi umumnya di Indonesia digunakan cara uji kompaksi dengan enersi meka- nis dalam bentuk pukulan palu yang dijatuhkan dari suatu ketinggian tertentu . 2.3. BEBERAPA UJI KOMPAKSI YANG TELAH DILAKUKAN Sampai saat ini sudah ada beberapa cara uji kompaksi dilaboratorium untuk menentukan parameter tanah kompaksi , antara lain adalah sebagai berikut : 1. Cara Standar Proctor ( Standard Proctor Compaction Test ) 2. Cara "Modified" Proctor 3. "Harvard Miniature Compaction Test" 4. " Abbot Compaction Test 5. " Jodhpur Mini Compactor Test " Pengujian-pengujian tersebut diatas dilakukan melalui sa- lah satu cara atau kombinasi dari cara-cara dibawah ini - Pukulan atau dinamik dengan memakai palu - Pijatan/remasan ("kneading") - Penekanan Statis , perlahan dan terus menerus - Digetarkan dengan alat penggetar il 2.3.1. Cara Uji Standar Proctor Cara uji ini untuk pertamakali diperkenalkan oleh Proctor pada tahun 1930 , digunakan sebagai pedoman pelak- sanaan pembuatan dam di Los Angeles-Amerika . Enersi kom- paksi diberikan dalam bentuk pukulan palu seberat 5,5 lb., dijatuhkan dari ketinggian jatuh 12 inci pada tanah yang tersimpan dalam cetakan kompaksi ( Mold ) yang diametemya 4 inci dan tingginya 4,6 inci Tanah didalam cetakan dibagi menjadi 3 lapisan yang sama tebalnya , setiap lapis diberi 25 kali pukulan/tumbukan , ini berarti enersi kompaksi yang diberikan pada uji ini a dalah sebesar 12375 £t.lb£/ft’ atau 6,05 kg.cm/cm’ . Untuk mendapatkan satu kurva kompaksi dibutuhkan mi- nimal sebanyak 5 kali uji pada cetakan yang sama , hasil kompaksi digambarkan dalam bentuk seperti Gbr.2.1 dan ha- sil ini digunakan untuk menetapkan besar kadar air opti - mum ( OMC ) untuk mencapai berat kering yang maksimum . Contoh tanah yang diperlukan beratnya kira-kira 15 kg. un- tuk satu set pengujian . 2.3.2. Cara " Modified " Proctor Cara pengujian sama dengan cara uji Standar Proctor , perbedaannya adalah didalam peralatan uji yang dipakai , lebih besar dari yang digunakan didalam uji standar , be- rat palu penumbuk 10 lbs ( 4,5 kg.) , ketinggian jatuh pa- lu 18 inci (45,8 cm.) ; dan tanah didalam cetakan dibagi menjadi 5 lapis , tiap lapis ditumbuk sebanyak 25 kali ja- di enersi kompaksi yang diberikan sebesar 27.260 kg.cm/cm’ 12 Enersi tersebut kira-kira 4,5 kali enersi kompaksi Standar dan karenanya kurva kompaksi yang terjadi akan seperti da- lam Gbr.2.2 , dimana enersi rendah adalah enersi kompaksi Standar dan enersi kompaksi besar menyatakan enersi kompak- si cara '" Modified " , kurva seakan-akan begeser keatas ke- kiri , derajat kepadatan yang terjadi akan lebih besar dan kadar air yang diperlukan untuk mencapai kepadatan maksimum menjadi lebih kecil . Ukuran cetakan sama dengan cara Standar . Uji ini dipergunakan bila diperlukan standar kekuatan yang tinggi , misalnya untuk tanah lapisan pondasi jalan raya , lapangan terbang . 2.3.3. " Harvard Miniature Compaction Test " Pada uji kompaksi ini , tanah dikompaksi didalam cetak- an yang lebih kecil dari cetakan Standar , kapasitas cetak- an pada uji ini adalah 1/454 cu.ft (62.4 ml.) , dimana dia- meter dalam cetakan 3,334 cm. dan tinggi effektipnya 7,153 cm. . Cara memadatkannya adalah dengan " meremas/memijat " tanah didalam cetakan , alat yang digunakan untuk meremas i- tu berbentuk seperti plat datar yang diameternya 0,5 inci , yang bergerak teratur sampai suatu harga yang telah ditetap- kan terlebih dahulu , gerakan ini diatur dengan menggunakan pegas . Jumlah lapisan , jumlah pijatan yang akan diberikan per lapis dan besar gaya pijat berubah-ubah besarnya , ter- gantung dari jenis tanah dan derajat kepadatan yang disyara- ratkan . 13 2.3.4. " Abbot Compaction Test " Peralatan uji kompaksi cara uji ini terdiri dari si- linder logam yang diameter dalamnya 5,2 cm dan tinggi ef- fektipnya 40 cm yang dapat disatukan dengan alasnya dengan memakai baut . Cara pemberian enersi adalah dengan menumbuk contoh tanah uji dengan palu yang dimasukkan didalam silin- der logam itu , berat palu 2,5 kg , bentuknya bulat , dia- meternya 5 cm , tinggi jatuh 35 cm . Pada bagian atas batang pemegang palu itu terdapat skala pengukur dalam milimeter ( lihat Gbr.2.4 dibawah ini ) Gbr.2.4. Alat uji kompaksi " Abbot " Didalam uji ini , tanah dikering-udarakan dan dihan - curkan , lalu disaring dengan savingan 4,75 milimeter . Ka- dar air tanah ini dicari dengan memanaskammya dalam oven Disiapkan enam atau lebih contoh uji , ditimbang beratnya kurang lebih 200 gram , lalu disiapkan juga air yang akan ditambahkan pada contoh-contoh uji itu . Setelah contoh ta- 14 nah dicampur dengan masing-masing jumlah air yang telah di- siapkan itu , dimasukkan kedalam tabung silinder lalu ditun- buk sebanyak jumlah yang telah ditentukan . Setelah selesai dikompaksi , tinggi tanah diukur dengan perantaraan pemba- caan skala dibatang pemegang palu itu , lalu volume tanah dihitung . Berat tanah yang telah diketahui tadi ,dibagi dengan volumenya akan memberikan berat isi tanah basah , dengan memakai rumus kompaksi ( dibab 2.1 ) dapat ditentu- kan berat isi kering masing-masing contoh uji , lalu dilu- kiskanlah kurva kompaksinya , sehingga dapat ditentukan a- tas dasar kurva tersebut besar kepadatan kering maksimum dan besar kadar air optimumnya . Jumlah tumbukan yang akan diberikan ditentukan lebih dulu dengan uji kalibrasi , salah satu caranya dengan meng- kalibrasikannya dengan hasil uji Standar Proctor atau uji kompaksi lapangan pada contoh uji yang sama . 2.3.5. Yodhpur Mini Compactor Test" Alat kompaksi ini lebih kecil ukurannya dibanding de- ngan alat uji Standar Proctor . Alat ini terdiri dari sebu- ah cetakan berbentuk silinder , bagian penyambung cetakan (collar ) , alas cetakan dan alat penumbuk . Diameter cetakan sebelah dalam 79,8 mm ( luas penampang 50 cm? ) , tinggi effektip 60 mm dan kapasitsnya 0,3 liter . Alat penumbuk beratnya 2,5 kg , diameternya 40 mm , dija- tuhkan bebas dari ketinggian 25 cm . Alat uji itu dilukis- kan dalam Gbr. 2.5. 15 Gbr.2.5. Alat uji kompaksi " Jodhpur " Pada uji ini , contoh tanah yang disiapkan dicampur de- ngan beberapa kadar air yang berbeda , lalu dikompaksi dalam dua lapisan yang sama , dimana setiap lapis diberi 15 kali tumbukan . Enersi kompaksi yang diberikan dalam uji ini adalah 6,25 kg.cm/cm’ , ini didasarkan pada kali- brasi hasil ujinya terhadap uji Standar Proctor . Selama pengujian dilakukan , cetakan harus diletakkan diatas a- las yang keras dan padat misalnya lantai beton

You might also like