You are on page 1of 10

Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion

Edisi 2, Volume 2, Tahun 2014


TINJAUAN KRIMINOLOGI MENGENAI MALPRAKTIK MEDIK
YANG DILAKUKAN OLEH PERAWAT

ABDUL AZIZ. A.H / D 101 08 418

ABSTRAK
Malpraktik adalah kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dalam melaksanakan profesinya yang tidak sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional, akibat kesalahan atau kelalaian
tersebut pasien menderita luka berat, cacat bahkan meninggal dunia.
Permasalahan yang dihadapi adalah faktor-faktor apakah yang menyebabkan
terjadinya malpraktik medik yang yang dilakukan perawat dan upaya apa yang
dapat dilakukan untu mencegah terjadinya malpraktik medik oleh perawat.
Metode penelitian yang digunakan yaitu yuridis normatif,dengan mengkaji
atau menganalisis data yang berupa data primer dan data
sekunder.Berdasarkan permasalahan yang diangkat dapat di simpulkan bahwa
malpraktik medik yang dilakukan oleh perawat di Indonesia masih sangat
tinggi olehnya itu di perlukan peran serta masyarakat untuk membantu aparat
beserta pemerintah dalam menaggulangi malpraktik medik yang dilakukan
oleh perawat.

Kata Kunci : Malpraktik Medik Yang Dilakukan Oleh Perawat

I. PENDAHULUAN tersebut adalah bahwa dokter harus


A. Latar Belakang mengambil alternatif untuk menunjuk dokter
Berdasarkan undang-undang Republik dan atau saran kesehatan lainnya manakala ia
Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang merasa tidak mampu untuk melanjutkan upaya
praktik kedokteran, pembangunan kesehatan pengobatan dan perawatan pasien tersebut.
ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, Dalam pemberian pelayanan kesehatan
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi oleh rumah sakit, dokter dan perawat
setiap orang dalam rangka mewujudkan merupakan tenaga kesehatan yang memegang
derajat kesehatan yang optimal sebagai salah peranan penting. Dokter berwenang
satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana melakukan tindakan medis tertentu
dimaksud dalam Pembukaan undang-Undang berdasarkan ilmu kedokteran, sedangkan
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun perawat adalah orang yang di didik menjadi
1945. tenaga paramedis untuk menyelenggarakan
Berdasarkan pasal 50 sampai dengan perawatan terhadap pasien atau secara khusus
pasal 53 undang-undang tersebut menjelaskan untuk mendalami bidang perawatan tertentu,
mengenai adanya persetujuan medis antara seperti ahli anestesi dan ahli perawatan ruang
dokter dan pasien yang melahirkan hak dan gawat darurat.
kewajiban bagi kedua belah pihak. Dalam Tindakan medis tertentu yang yang
perjanjian ini dokter harus berusaha dengan dilakukan oleh dokter bertujuan untuk
segala ikhtiar dan usahanya, mengerahkan kesembuhan pasien yang dilakukan dengan
segenap kemampuan, keterampilan dan ilmu cara pengobatan ataupun tindakan operasi,
pengetahuannya untuk menyembuhkan pasien. sedangkan tindakan keperawatan bertujuan
Dokter juga harus memberikan perawatan untuk meningkatkan atau mempertahankan
dengan hati-hati dan penuh perhatian sesuai kesehatan optimal pasien.
dengan standar pelayanan medis.sebab Perawat dalam melaksanakan tugasnya
penyimpangan dari standar berarti haruslah selalu di bawah pengawasan dokter,
pelanggaran perjanjian. Makna dari perjanjian sebab dalam praktik keperawatan terdapat

1
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 2, Tahun 2014
fungsi depeden, dimana dalam fungsi ini dahulu harus dibuktikan melalui pendekatan
perawat bertindak membantu dokter dalam medis.
memberikan pelayanan medis. Perawat Hal ini disebabkan karena
membantu dokter memberikan pelayanan pertanggungjawaban seorang dokter dalam
dalam hal pengobatan dan tindakan khusus hukum pidana sangat erat kaitannya dengan
yang menjadi wewenang dokter dan usaha yang dilakukan oleh dokter, yaitu
seharusnya dilakukan oleh dokter, seperti berupa langkah-langkah atau tindakan
pemasangan infus, pemberian obat dan terapeutik dan diagnostik yang di ikat oleh
melakukan suntikan. lafal sumpah jabatan dan kode etik profesi.1
Oleh karena itu, setiap kegagalan Oleh karena tinjauan hukum yang
tindakan medis menjadi tanggung jawab penulis gunakan dari sudut pandang hukum
dokter. Setiap tindakan perawat yang pidana, maka yang menjadi pokok
berdasarkan perintah dokter dengan tidak pembahasan adalah masalah pidananya, dan
mengabaikan hak pasien, tidak termasuk dalam hubungannya dengan Undang-Undang
dalam tanggung jawab perawat. tentang Kesehatan, Praktek Kedokteran dan
Dalam beberapa pelayanan kesehatan hukum keperawatan, dalam hal kesalahan dan
yang diberikan oleh rumah sakit terdapat kelalaian yang dilakukan oleh dokter dan
beberapa kesalahan medis dan atau tindakan perawat.
malpraktik dikarenakan kesalahan dan Berdasarkan apa yang telah diuraikan
kelalaian yang dilakukan oleh tenaga dalam latarbelakang tersebut di atas maka
kesehatan. Kesalahan dan kelalaian itu penulis mengambilnya sebagai objek
biasanya terjadi dikarenakan perawat sebagai penelitian dalam suatu tulisan karya ilmiah
bawahan dokter, yang bertugas mengurus dengan judul: Tinjauan Yuridis Tentang
pasien, lalai dalam mengdiagnosa pasien atau Pembuktian Malpraktik Medik Yang
salah menetapkan dosis obat. Dilakukan Perawat
Sayangnya hanya sebagian kecil pasien B. Rumusan Masalah
yang dirugikan melaporkan peristiwa yang Berdasarkan latar belakang yang telah
mereka derita akibat dari kelalaian perawat diuraikan diatas, maka untuk menghindari
tersebut, kalaupun ada pasien yang pembahasan yang tidak sistematis, penulis
melaporkan kasusnya tidak akan sampai di mengidentifikasikan rumusan masalah sebagai
pengadilan, sebab adanya berbagai jalan berikut :
damai yang ditawarkan oleh pihak rumah 1. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan
sakit. terjadinya Malpraktik medik yang
Untuk dapat memahami ada atau dilakukan perawat?
tidaknya kesalahan dan kelalaian tersebut, 2. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk
terlebih dahulu kesalahan dan kelalaian dalam mencegah terjadinya Malpraktik medik
pelaksanaan profesi harus diletakkan oleh perawat?
berhadapan dengan kewajiban profesi. Di
samping itu, harus pula di perhatikan aspek II. PEMBAHASAN
hukum yang mendasari terjadinya hubungan A. Pengertian Kriminologi
hukum antara dokter dengan pasien yang Soedjono D,2 mengemukakan bahwa
bersumber pada transaksi terapeutik. kriminologi adalah ilmu yang mempelajari
Di lihat dari segi hukum pidana, kejahatan-kejahatan sebagai masalah manusia.
persoalan pokok dalam hukum kesehatan Bonger, W. A,3 memberikan definisi
dengan hukum pidana ialah adanya kesalahan. kriminologi yaitu : ilmu pengetahuan yang
Sejauh mana kesalahan itu terjadi, apakah
benar peristiwa yang terjadi pada pasien
merupakan akibat dari suatu kesalahan yang 1
Ann Helm. Malpraktik Keperawatan. Buku
dilakukan oleh dokter. Untuk menentukan ada Kedikteran Egc. Jakarta. 2006
2
atau tidaknya kesalahan tersebut, terlebih Dirdjosisworo Soedjono. Sinopsis Kriminologi
Indonesia. Bandung : Cv.Mandar Maju 1985, Hal 1

2
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 2, Tahun 2014
bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas- standar pelayanan medis (standar profesi
luasnya. (kriminologi teoritis atau murni). dan standar prosedur operasional).5
J. Constant4 (Kartini Kartono, 2002 Menurut M.jusuf Hanafiah dan Amri
:122) menyatakan bahwa, kriminologi adalah Amir (1999:89), unsur-unsur malpraktik yaitu:
pengetahuan empiris (berdasarkan 1. Adanya unsur kesalahan/kelalaian yang
pengalaman), menentukan faktor penyebab dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam
terjadinya kejahatan dan penjahat, dengan menjalankan profesinya;
memperhatikan faktor-faktor sosiologis, 2. Adanya perbuatan yang tidak sesuai dengan
ekonomi dan individual. standar prosedur operasional;
Melihat perumusan-perumusan diatas, 3. Adanya luka berat atau mati, yang
ternyata tidak ada persamaan pendapat. mengakibatkan pasien cacat atau meninggal
Namun dapat disimpulkan, bahwa kriminologi dunia;
adalah ilmu pengetahuan yang ditunjang oleh 4. Adanya hubungan kausal, dimana luka
berbagai ilmu lainnya yang mempelajari berat yang dialami pasien merupakan
kejahatan dan penjahat, penampilannya, sebab akibat dari perbuatan dokter yang tidak
dan akibatnya, sebagain: ilmu teoritis, sesuai dengan standar pelayanan medis.
sekaligus juga mengadakan usaha-usaha Contoh-contoh malpraktik adalah
pencegahan serta ketika seorang dokter atau tenaga kesehatan:
penanggulangan/pemberantasannya. 1. Meninggalkan kain kasa di dalam rahim
B. Pengertian dan Unsur-unsur Malpraktik pasien;
Malpraktik adalah kesalahan atau 2. Melupakan keteter di dalam perut pasien;
kelalaian yang dilakukan oleh tenaga 3. Menunda persalinan sehingga janin
kesehatan dalam melaksanakan profesinya meninggal di dalam kandungan ibunya;
yang tidak sesuai dengan standar profesi dan 4. Menjahit luka operasi dengan asal-asalan
standar prosedur operasional, akibat kesalahan sehingga pasien terkena infeksi berat;
atau kelalaian tersebut pasien menderita luka 5. Tidak mengikuti standar profesi dan
berat, cacat bahkan meninggal dunia. standar prosedur operasional.
Menurut M.jusuf Hanafiah dan Amri C. Tanggung Jawab Perawat dalam Upaya
Amir (1999:87), Malpraktik adalah : Pelayanan Kesehatan
Kelalaian seorang dokter untuk Aspek hukum pidana dalam upaya
mempergunakan tingkat keterampilan dan pelayanan kesehatan oleh perawat berkaitan
ilmu yang lazim dipergunakan dalam dengan tanggung jawab perawat dalam upaya
mengobati pasien atau orang yang terluka pelayanan kesehatan di rumah sakit.
menurut ukuran di lingkungan yang sama. Kemampuan bertanggung jawab berkaiatan
Yang dimaksud kelalaian disini adalah erat dengan perbuatan pidana. Perbuatan
sikap kurang hati-hati, yaitu tidak pidana adalah perbuatan manusia yang
melakukan apa yang seseorang dengan termasuk dalam lingkungan delik, bersifat
sikap hati-hati melakukannya dengan melawan hukum dan dapat dicela. Dari alasan
wajar, tapi sebaliknya melakukan apa yang tersebut terdapat tiga unsur perbuatan pidana,
seseorang dengan sikap hati-hati tidak yaitu :
akan melakukannya dalam situasi tersebut. 1. Perbuatan manusia yang termasuk dalam
Kelalaian diartikan pula dengan lingkungan delik,
melakukan tindakan kedokteran dibawah 2. Bersifat melawan hukum, dan
3. Dapat dicela.
Berdasarkan KUHP seseorang
3 dipandang mampu bertanggung jawab atas
Santoso Topo Dan Eva Achjani
Ulfa.Kriminologi. Cetakan Ketiga. Pt.Grafindo Persada. perbuatan yang dilakukan apabila :
Jakarta.2003,Hal 9
4 5
Kartono Kartini, Patologi Sosial Dan Hanafiah M.Jusuf Dan Amri Amir. Etika
Kenakalan Remaja, Pt Grafindo Persada, Jakarta, 2002. Kedokteran Dan Hukum Kesehatan. Buku Kedokteran.
Hal 122 Jakarta. 1999, Hal 89

3
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 2, Tahun 2014
1. Pada waktu melakukan perbuatan telah Terkait dengan fungsi perawat, maka
berumur 18 tahun (UU No.3 Tahun 1997 perawat mempunyai kemampuan bertanggung
Tentang Peradilan Anak); jawab dalam menjalankan fungsi yang mandiri
2. Tidak terganggu/cacat jiwanya (Pasal 44 dalam asuhan keperawatan, sementara dalam
KUHP); fungsi kolaborasi tanggung jawab pada ketua
3. Tidak terpengaruh daya paksa (overmacht) tim kesehatan dan dalam fungsi dependen
(Pasal 48 KUHP); tanggung jawab berada pada dokter yang
4. Bukan karena melakukan pembelaan berwenang melakukan tindakan medis tertentu
terpaksa (Pasal 49 KUHP); pada pasien.
5. Tidak untuk melaksanakan ketentuan D. Teori-Teori Penyebab Terjadinya
undang-undang (Pasal 50 KUHP); Kejahatan
6. Tidak karena perintah jabatan (Pasal 51 Didalam kriminologi, dikenal adanya
KUHP). beberapa teori menurut Topo Santoso dan E.
Apabila ketentuan tersebut diberlakukan A. Zulfa (2003 : 57 58), yaitu :
pada perawat yang bekerja dirumah sakit, Teori-teori dari prespektif biologis dan
ketentuan usia 18 tahuntentulah terpenuhi psikologis yang dapat dipergunakan untuk
karena perawat dengan pendidikan SPK pada menganalisis permasalahan-permasalahan
umumnya sewaktu kelulusannya berusia 18 yang berkaitan dengan kejahatan. Teori-
tahun dengan asumsi masuk SD pada usia 16 teori biologis memiliki asumsi bahwa
tahun. tingkah laku kriminal disebabkan oleh
Di dalam Kode Etik Keperawatan, beberapa kondisi fisik dan mental yang
meskipun perawat telah memberikan asuhan memisahkan penjahat dan bukan penjahat.
keperawatan dengan baik, yang sesuai dengan Teori tersebut menjelajah kepada kasus-
standar profesi dan standar asuhan kasus individu, tetapi tidak menjelaskan
keperawatan, tetapi apabila pasien merasa mengapa angka kejahatan berbeda antara
tidak puas dan atau dirugikan atas pelayanan satu kelompok dengan kelompok lain,
keperawatan yang diterimanya, perawat didalam satu wilayah yang luas, atau di
berdasar Kode Etik Keperawatan masih dalam kelompok-kelompok individual.
berkewajiban untuk menanggungnya. Wajib Berbeda dengan teori biologis, teori
bagi perawat untuk memikul tanggung jawab sosiologis mencari alasan-alasan dalam hal
karena Kode Etik Keperawatan menentukan perbedaan angka kejahatan di dalam
demikian. lingkungan sosial. Teori ini dapat
Faktor-faktor yang menentukan dikelompokkan menjadi (Topo Santoso 2003 :
kemampuan pertanggung jawaban tersebut 57 58)6 tiga kategori umum, yaitu :
menjadi tolak ukur atas perbuatan seseorang. Strain, cultural deviance (penyimpangan
Ketidakmampuan bertanggung jawab budaya), dan social control (kontrol sosial).
seseorang merupakan alasan penghapus Teori-teori strain dan penyimpangan
kesalahan atau alasan pemaaf, artinya budaya memusatkan perhatian pada
meskipun perbuatan pidana telah dilakukan, kekuatan-kekuatan sosial (social forces)
tetapi perbuatan dilakukan oleh seseorang yang menyebabkan orang melakukan
yang dalam dirinya terkandung salah satu dari kriminal. Sebaliknya, teori kontrol sosial
enam hal yang menentukan kemampuan mempunyai pendekatan berbeda, teori ini
bertanggung jawab seseorang, sebagaimana berdasarkan satu asumsi bahwa motivasi
ditentukan dalam buku 1 Bab III KUHP, maka melakukan kejahatan merupakan bagian
berlaku perbuatan pidana tidak dipidana. dari umat manusia. Dari teori-teori tersebut
Perbuatan pidana dan tanggung jawab diatas pada hakekatnya berusaha untuk
merupakan unsur yang harus dipenuhio agar mengkaji dan menjelaskan hal-hal yang
terhadap seseorang yang melakukan kesalahan
yang berupa kesengajaan atau kelalaian dapat
6
dikenakan sanksi pidana. Santoso Topo, Kriminologi, Cetakan Ketiga,
Pt.Grafindo Persada, Jakarta, 2003, Hal 57-58

4
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 2, Tahun 2014
berkaitan dengan penjahat dengan merupakan kejahatan masalah yang tidak
kejahatan, namun dalam menjelaskan hal dapat diatasi semata-mata dengan penal
tersebut sudah tentu terdapat hal-hal yang (hukum pidana). Disinilah keterbatasan jalur
berbeda antara satu teori dengan teori penal dan oleh karena itu harus ditunjang oleh
lainnya. jalur non-penal (bukan/diluar hukum pidana)
Dalam bukunya The Criminal untuk mengatasi masalah-masalah sosial lewat
Personality (Kepribadian Kriminal) jalur kebijakan sosial. Kebijakan sosial pada
Yochelson (Topo Santoso, 2003 : 49), seorang dasarnya adalah kebijakan atau upaya-upaya
psikiater dan samenow seorang psikologis rasional untuk mencapai kesejahteraan
menolak klaim para psikoanalis bahwa masyarakat. Jadi identik dengan kebijakan
kejahatan disebabkan oleh konflik internal. atau perencanaan pembangunan nasional yang
Tetapi para penjahat itu sama-sama memiliki meliputi berbagai aspek yang cukup luas dari
pola berfikir yang abnormal yang membawa pembangunan.
mereka memutuskan untuk melakukan Menurut A.S. Alam (1992:79)8
kejahatan. penanggulangan kejahatan empirik terdiri atas
E. Upaya Penanggulangan Kejahatan tiga bagian pokok, yaitu :
Upaya penanggulangan terus dilakukan 1. Pre-Emtif
oleh pemerintah maupun masyarakat. Yang dimaksud dengan upaya pre-
Berbagai program dan kegiatan telah emtif di sini adalah upaya-upaya awal yang
dilakukan sambil terus-menerus mencari cara dilakukan oleh pihak kepolisian untuk
yang paling tepat dan efektif untuk mengatasi mencegah terjadinya tindak pidana. Usaha-
masalah tersebut. usaha yang dilakukan dalam
Upaya yang dilakukan harus bertumpu menanggulangi kejahatan secara per-entif
pada upaya merubah sikap manusia disamping adalah menanamkan nilai-nilai/norma-
terus merubah pula lingkungan dimana norma yang baik sehingga norma-norma
manusia tersebut hidup dari bermasyarakat tersebut terinternalisasi dalam diri
denagan manusia lainnya. Hal ini disebabkan seseorang. Meskipun ada kesempatan untuk
karena kultur dan respon dari masyarakat pada melakukan pelanggaran/kejahatan tapi
dasarnya adalah adaptasi dari lingkungannya, tidak ada niatnya untuk melakukan hal
sehingga dapat dirasakan bahwa perbuatan tersebut maka tidak akan terjadi kejahatan.
kriminal dapat berakibat terganggunya Jadi dalam usaha pre-emtif faktor niat
keamanan dan ketertiban masyarakat adalah menjadi hilang meskipun ada kesempatan.
suatau perilaku yang beradaptasi pada hasil Cara pencegahan ini berasal dari teori
kondisi dari lingkungan tertentu. NKK, yaitu, Niat+kesempatan terjadi
Menurut Barda Nawawi Arief (2007 : kejahatan.
77)7 bahwa: 2. Preventif
Upaya atau kebijakan untuk melakukan Upaya-upaya preventif ini adalah
pencegahan dan penanggulangan kejahatan merupakan tindak lanjut dari upaya pre-
termasuk kebijakan bidang kriminal. emtif yang masih dalam tataran pencegahan
Kebijakan kriminal inipun tidak terlepas sebelum terjadinya kejahatan. Dalam upaya
dari kebijakan yang lebih luas, yaitu preventif yang ditekankan adalah
kebijakan sosial yang terdiri dari kebijakan menghilangkan kesempatan untuk
kesejahteraan sosial dan kebijakan untuk dilakukannya kesempatan.
perlindungan masyarakat.
Beberapa masalah dan kondisi sosial 3. Represif
yang dapat merupakan faktor kondusif Upaya ini dilakukan pada saat telah
penyebab timbulnya kejahatan jelas terjadi tindak pidana/kejahatan yang
7
Arief Barda Nawawi, Masalah Penegakan
8
Hukum Dan Kebijakan Penegakan Penanggulangan Alam A.S, Bahan Kuliah Kriminologi. Fakulta
Kejahatan, Kencana, Jakarta, 2007, Hal 77 Hukum Unhas, Ujung Pandang. 1992, Hal 79

5
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 2, Tahun 2014
tindakannya berupa penegakan hukum (law kesalahan dalam membaca/pesan/order,
enforcemenet) dengan menjatuhkan hukuman. mengidentifikasi pasien belum dilakukan
F. Faktor-faktor yang menyebabkan tindakan/prosedur, memberikan obat dan
terjadinya malpraktik medik yang terapi pembatasan (restrictivetherapy). Dari
dilakukan perawat. seluruh kegiatan ini, yang paling berbahaya
Banyak kemungkinan yang dapat adalah pemberian obat secara tidak tepat.
memicu perawat melakukan malpraktik. Oleh karena itu, harus ada komunikasi yang
Caffee (1991) dalam Vestal, K,W, (1995) baik antara anggota tim kesehatan maupun
mengidentifikasi 3 area yang memungkinkan terhadap pasien dan keluarganya.9
perawat beresiko melakukan kesalahan, yaitu Dalam kaitannya dengan faktor-faktor
meliputi tahap pengkajian keperawatan yang mempengaruhi perawat melakukan
(assessmenterrors), perencanaan keperwatan malpraktik, penulis melakukan wawancara
(planning errors), dan tindakan intervensi dengan beberapa perawat pada Rumah Sakit
keperawatan (intervention errors). Untuk lebih Undata. (Wawancara, tanggal 23 Januari
jelasnya dapat diuraikan berikut : (Emi 2013) dengan Niriawati, perawat tersebut
Suhaeni. 2004:56) mengatakan bahwa:
1. Assessment Errors, yaitu kegagalan Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
mengumpulkan data atau informasi tentang perawat sehingga melakukan malpraktik,
pasien secara adekuat atau kegagalan diantaranya adalah tingkat pengetahuan
mengidentifikasi informasi yang perawat yang masih sangat minim sehingga
diperlukan, seperti data hasil pemeriksaan dalam mengambil tindakan atau menangani
laboratorium, tanda-tanda vital, atau pasien perawat harus berkonsultasi dengan
keluhan pasien yang membutuhkan dokter terlebih dahulu, dan akan memakan
tindakan segera. Kegagalan dalam waktu yang lama. Sehingga pasien yang
pengumpulan data akan berdampak pada membutuhkan tindakan segera/cepat harus
ketidaktepatan diagnosis keperawatan dan menunggu terlebih dahulu, apalagi jika
lebih lanjut akan mengakibatkan kesalahan kamar tempat pasien dirawat berjauhan
atau ketidaktepatan dalam tindakan. dengan ruangan dokter.
2. Planning Erorrs, terbagi atas beberapa hal Hal ini dapat berdampak pada kondisi
yaitu : pasien, bahkan dapat menyebabkan kematian,
a. Kegagalan mencatat masalah pasien dan jika perawat mengambil tindakan karena
kelalaian menuliskan dalam rencana menganggap pasien harus segera ditolong,
keperawatan. sementara tindakan yang diambil oleh perawat
b. Kegagalan mengkomunikasikan secara itu ternyata salah. Yang menyebabkan hal ini
efektif rencana keperawatan yang telah terjadi dikarenakan pada saat menjalani
di buat, misalnya menggunakan bahasa pendidikan keperawatan, seorang calon
dalam rencana keperawatan yang tidak perawat jarang diberikan pengalaman praktik.
dipahami perawat lain dengan pasti. Sehingga ketika sudah menjadi perawat
c. Kegagalan memberikan asuhan mereka baru menemukan hal2 yang seperti
keperawatan secara berkelanjutan yang ini.
disebabkan kurangnya informasi yang Kemudian dalam waktu yang sama
diperoleh dari rencana keperawatan. penulis juga melakukan wawancara dengan
d. Kegagalan memberikan instruksi yang Dokter Nasrun selaku Dokter Umum pada
dapat dimengerti oleh pasien. Rumah sakit Undata (wawancara, 23 januari
3. Intervention Errors, yaitu kegagalan 2013). Beliau menyatakan bahwa:
menginterpretasikan dan melaksanakan Banyak kemungkinan yang dapat memicu
tindakan kolaborasi, kegagalan perawat melakukan malpraktik, diantaranya
mengikuti/mencatat order/pesan dari
9
dokter. Termasuk kesalahan pada tindakan Mimin Emi Husaeni. Etika Keperawatan,
keperawatan yang sering terjadi adalah Aplikasi Pada Praktik. Buku Kedokteran Egc. Jakarta.
2004, Hal 56

6
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 2, Tahun 2014
adalah salah melakukan perencanaan diskusikan bersama dengan tim
terhadap perawatan pasien. Kejadian ini keperawatan guna memberikan masukkan
adalah hal yang sangat sering terjadi dalam yang diperlukan bagi tim kesehatan
proses perawatan pasien. Kesalahan dalam lainnya.
mendiagnosa pasien sehingga obat yang 4. Tanyakan saran/pesan yang diberikan oleh
diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan dokter jika perintah tidak jelas, mengenai
pasien. Hal yang juga sering terjadi adalah tindakan yang meragukan atau tidak tepat
kurangnya tenaga perawat sehingga untuk sehubungan dengan perubahan pada
melakukan kontrol terhadap kondisi pasien kondisi kesehatan pasien.
terkadang tidak tepat pada waktunya. 5. Tingkatan pengetahuan perawat secara
Kemudian juga dalam hal pemberian terus-menerus, sehingga pengetahuan dan
makanan, perawat juga terkadang tidak kemampuan perawat yang dimiliki
tepat pada waktunya. Sehingga akan senantiasa up to date.
menggangu perencanaan kesembuhan 6. Jangan melakukan tindakan yang belum
pasien. dikuasai oleh perawat.
Berdasarkan hasil wawancara yang 7. Laksanakan asuhan keperawatan
dilakukan oleh penulis di atas, maka penulis berdasarkan model proses keperawatan.
berkesimpulan bahwa hal-hal yang Hindari kekurang hati-hatian dalam
mempengaruhi perawat sehingga melakukan memberikan asuhan keperawatan.
malpraktik adalah; 8. Mencatat rencana keperawatan dan respons
1. Kurangnya tingkat pengetahuan perawat; pasien selama dalam asuhan keperawatan.
2. Kurannya mendapatkan pengalaman Nyatakan secara jelas dan lengkap. Catat
praktik pada saat menjalani pendidikan sesegera mungkin fakta yang di observasi
keperawatan; secara jelas.
3. Kurangnya komunikasi antara perawat 9. Lakukan konsultasi dengan anggota tim
dengan dokter. lainnya, biasakan bekerja berdasarkan
G. Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk kebijakan organisasi atau rumah sakit dan
Mencegah Terjadinya Malpraktik prosedur tindakan yang berlaku.
Medik Oleh Perawat. 10. Pelimpahan tugas secara bijaksana dan
Vestal, (Prihardjo Robert. 1995:65)10 mengetahui lingkup tugas masing-masing.
memberikan pedoman guna mencegah Perawat disarankan tidak menerima atau
terjadinya malpraktik. Pedoman-pedoman itu meminta orang lain menerima tanggung
adalah sebagai berikut ; jawab yang tidak dapat ditanganinya. 11
1. Memberikan kasih sayang kepada pasien
dan keluarganya dengan jujur dan penuh III. PENUTUP
rasa hormat. A. Kesimpulan
2. Menggunakan pengetahuan keperawatan Berdasarkan hasil dari pembahasan dari
untuk menetapkan diagnosa keperawatan bab-bab terdahulu, maka dapat di ambil
yang tepat dan laksanakan intervensi kesimpulan sebagai berikut :
keperawatan yang diperlukan. Perawat 1. Hal-hal yang mempengaruhi perawat
mempunyai kewajiban untuk menyusun sehingga melakukan malpraktik adalah :
pengkajian dan melaksanakannya dengan a. Kurangnya tingkat pengetahuan
benar. perawat.
3. Utamakan kepentingan-kepentingan pasien. b. Kurangnya mendapatkan pengalaman
Jika tim kesehatan lainnya ragu-ragu praktik pada saat menjalani pendidikan
terhadap tindakan yang akan dilakukan atau keperawatan, dan
kurang merespon perubahan kondisi pasien,

10 11
Robert Prihardjo, Pengantar Etika Robert Prihardjo. Pengantar Etika
Keperawatan, Kanisius, Yogyakarta, 1995, Hal 65 Keperawatan. Kanisius. Yogyakarta. 1995, Hal 65

7
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 2, Tahun 2014
c. Kurangnya komunikasi antara perawat
dengan dokter.
2. Upaya-upaya yang dilakukan pihak rumah
sakit dalam menanggulangi terjadinya
malpraktik adalah :
a. Perawat harus melakukan komunikasi
intensif kepada dokter, dalam hal
memberikan tindakan medis kepada
pasien.
b. Tidak mengambil tindakan medis
mengenai hal-hal yang belum dikuasai
oleh perawat sebelum berkonsultasi
dengan dokter.
c. Perawat harus meningkatkan
pengetahuannya mengenai ilmu
keperawatan agar dapat memberikan
keperawatan yang tepat kepada pasien.
d. Memeriksa ulang hasil diagnosa pasien,
agar tidak salah dalam pemberian obat,
dan dapat merencanakan perawatan
pasien dengan tepat.
B. Saran
1. Meningkatkan pengetahuan perawat
mengenai bidang keilmuannya, baik
pada saat menjalani proses pendidikan
keperawatan, maupun pada saat telah
menjadi perawat, agar tidak dapat
melakukan kesalahan pada saat
memberikan pelayanan kepada pasien.
2. Diharapkan perawat tidak melakukan
tindakan medis kepada pasien yang tidak
diketahuinya dengan baik, serta tidak
menerima tanggung jawab perencanaan
perawatan pasien yang tidak dapat
ditanganinya.

8
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku
Ann Helm. Malpraktik Keperawatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006.
Alam A.S, Bahan Kuliah Kriminologi. Fakulta Hukum Unhas, Ujung pandang. 1992.
Arief Barda Nawawi. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penegakan
Penanggulangan Kejahatan. Kencana. Jakarta. 2007.
Dirdjosisworo Soedjono. Sinopsis Kriminologi indonesia. CV.Mandar Maju. Bandung.
1985.
Hanafiah M.Jusuf dan Amri Amir. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Buku
Kedokteran. Jakarta. 1999.
Kartono Kartini, patologi sosial dan kenakalan remaja, PT Grafindo Persada, Jakarta,
2002.
Mimin Emi Husaeni. Etika Keperawatan, Aplikasi Pada Praktik. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta. 2004.
Robert prihardjo, pengantar etika keperawatan, Kanisius, Yogyakarta, 1995.
Santoso Topo. Kriminologi. PT.Grafindo Persada. Jakarta. 2003.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Balai
Pustaka, Edisi Ketiga, Cetakan ke empat, 2005.

9
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014

BIODATA

ABDUL AZIZ. A.H, Lahir di .........., .............................. Alamat Rumah


Jalan ........................................, Nomor Telepon +62...................., Alamat
Email ........................................

10

You might also like