You are on page 1of 4

Tambahan materi

2.2.4 Proses Pembentukan Posyandu Lansia


Langkah- langkah yang ditempuh dalam pembinaan kesehatan lansia adalah
Diseminasi informasi pembinaan kesehatan lansia kepada staf puskesmas
Membuat kesepakatan diantara staf puskesmas tentang pelaksanaan
pembinaan kesehatan lansia.
Melakukan bimbingan dan pelatihan pembinaan kesehatan lansia kepada staf
puskesmas Membuat rencana kegiatan pembinaan kesehatan lansia dan
mengintegrasikanya dalam perencanaan tahunan puskesmas: (a) pengumpulan
data dasar, (b) membuat peta lokasi lansia dan masalah yang dihadapi, (c)
membuat rencana kegiatan bedasarkan masalah yang ada.
Melakukan pendekatan lintas sektoral tingkat kecamatan dan desa/ kelurahan
termasuk lembaga swadaya masyarakat untuk menginformasikan dan
menjelaskan peranannya dalam pembinaan kesehatan lansia
Melakukan survei mawas diri bersama tenaga kecamatan dan desa setempat
untuk mengenal masalah yang berkaitan dengan kesehatan lansia
Melakukan musyawarah masyarakat desa untuk mencapai kesepakatan tentang
upaya yang dilaksanakan.
Membentuk kelompok kerja dalam pembinaan kesehatan lansia
Menjelaskan teknis upaya kesehatan lansia yang diselenggarakan bersama
sektor dan lembaga swadaya masyarakat terkait
Mendorong pembentukan dan pengembangan pembinaan kesehatan lansia
dimasyarakat secara mandiri.

1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi


Petugas Kesehatan. Jakarta: Depkes RI. 2005.

Berbagai produk hukum dan perundang-undangan yang


langsung mengenai Lanjut Usia atau yang tidak langsung terkait
dengan kesejahteraan Lanjut Usia telah diterbitkan sejak 1965.
Beberapa di antaranya adalah :
1 Undang-undang nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian bantuan
bagi Orang Jompo (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun
1965 nomor 32 dan tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia nomor 2747).
2 Undang-undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok
Mengenai Tenaga Kerja.
3 Undang-undang Nomor 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial.
4 Undang-undang Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan
Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
Terhadap Wanita.
5 Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
nasional.
6 Undang-undang Nomor 2 tahun 1982 tentang Usaha
Perasuransian.
7 Undang-undang Nomor 3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja.
8 Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan
Pemukiman.
9 Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang PErkembangan
Kependudukan dan Pembangunan keluarga Sejahtera.]
10 Undang-undang Nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun.
11 Undang-undang Nomor 23 tentang Kesehatan.
12 Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1994 tentang
Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.
13 Peraturan Pemerintah Nomor 27 ahun 1994 tentang
Pengelolaan Perkembangan Kependudukan.
Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia (Tambahan lembaran Negara nomor 3796), sebagai
pengganti undang-Undang nomor 4 tahun 1965 tentang
Pemberian bantuan bagi Orang jompo

Aspek kesehatan pada lansia ditandai dengan adanya perubahan faali akibat proses
menua meliputi: (Pedoman Pembinaan Kesehatan Usila, Depkes, 2005)
1. Gangguan penglihatan, yang biasanya disebabkan oleh degenerasi makular senilis,
katarak dan glaukoma. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut: a. Degenerasi
makular senilis

Penyebab penyakit ini belum diketahui namun dapat dicetuskan oleh ransangan
cahaya berlebihan. Kelainan ini mengakibatkan distorsi visual, penglihatan menjadi
kabur serta menjadi kabur serta dapat timbul distorsi persepsi visual.
b. Katarak

Katarak pada lansia dapat diakibatkan oleh pengobatan steroid yang lama, trauma
maupun radiasi. Bila tidak ditemukan penyebabnya, biasanya disebut idiopatik akibat
proses menua.
c. Glaukoma

Peningkatan tekanan dalam bola mata dapat terjadi secara akut maupun mendadak.
Gejalanya adalah kabur penglihatan disertai nyeri, pusing, muntah dan kemerahan
pada mata.

2. Gangguan pendengaran, gangguan ini meliputi presbiskusis dan gangguan


komunikasi.
a. Presbiskusis

Gangguan pendengaran pada lansia disebut presbiskusis. Laki-laki umumnya lebih


sering menderita presbiskusis daripada perempuan.
b. Gangguan komunikasi

Gangguan komunikasi dapat timbul akibat pembicaraan terjadi dalam interferensi


karena terganggu suara lain, sumber suara mengalami distorsi dan kondisi akustik
ruangan yang tidak sempurna seperti ruang pertemuan yang berbanding mudah
memantulkan suara.

erubahan komposisi tubuh


Dengan bertambahnya usia maka massa bebas lemak berkurang 6,3% berat badan per
dekade seiring dengan penambahan massa lemak 2% per dekade. Massa air
mengalami penurunan sebesar 2,5% per dekade.

4. Saluran cerna
Dengan bertambahnya usia maka jumlah jumlah gigi berangsur-angsur berkurang
karena tanggal atau ekstraksi atas indikasi tertentu. Ketidaklengkapan alat cerna
mekanik tertentu mengurangi kenyaman makan serta membatasi jenis makanan yang
dapat dimakan. Produksi air liur dengan berbagai enzim yang terkandung di dalamnya
juga mengalami penurunan. Selain mengurangi kenyamanan makan, kondisi mulut
yang kering juga mengurangi kelancaran saat makan.

5. Hepar
Hati mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada usia 80 tahun ke atas,
sehingga obat-obatan yang memerlukan proses metabolisme pada organ ini harus
ditentukan dosisnya secara saksama agar para lansia terhindar dari efek samping yang
tidak diinginkan.
6. Ginjal
Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui air seni.
Darah masuk ke ginjal kemudian disaring oleh unit terkecil ginjal yang disebut
nefron. Pada lansia terjadi penurunan jumlah nefron sebesar 5-7% per dekade mulai
usia 35 tahun. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan ginjal untuk
mengeluarkan sisa metabolisme melalui air seni termasuk sisa obat- obatan.

7. Perubahan kardiovaskular
Perubahan pada jantung dapat terlihat dari bertambahnya jaringan kolagen, ukuran
miokard bertambah, jumlah miokard berkurang, dan jumlah air jaringan berkurang.
Selain itu, akan terjadi pula penurunan jumlah sel-sel pacu jantung serta berkas His
dan Purkinje. Keadaan tersebut akan mengakibatkan menurunnya kekuatan dan
kecepatan kontraksi miokard disertai memanjangnya waktu pengisian diastolik. Hasil
akhirnya adalah berkurangnya fraksi ejeksi sampai 10- 20%.

8. Sistem pernafasan
Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring
dengan penambahan usia. Sendi-sendi tulang iga akan menjadi kaku. Keadaan-
keadaan tersebut mengakibatkan penurunan laju ekspirasi paksa satu detik sebesar
0,2 liter/dekade serta berkurangnya kapasitas vital. Sistem pertahanan yang terdiri
atas gerak bulu getar, leukosit, dan antibodi serta refleks batuk akan menurun. Hal
tersebut menyebabkan warga usia lebih rentan terhadap infeksi.

8. Sistem hormonal
Produksi testosterone dan sperma menurun mulai usia 45 tahun tetapi tidak mencapai
titik nadir. Pada usia 70 tahun, seorang laki-laki masih memiliki libido dan mampu
melakukan kopulasi. Pada wanita, karena jumlah ovum dan folikel yang sangat rendah
maka kadar estrogen akan sangat menurun setelah menopause. Keadaan ini
menyebabkan dinding rahim dan saluran kemih menjadi kering. Pada wanita yang
sering melahirkan keadaan di atas akan memperbesar kemungkinan terjadinya
inkontenensia.

10. Sistem muskuloskeletal


Dengan bertambahnya usia maka jelas terhadap sendi dan sistem muskuloskeletal
semakin banyak. Sebagai resporepreparatif maka dapat terjadi pembentukan tulang
baru, penebalan selaput sendi dan firosin. Ruang lingkup gerak sendi yang berkurang
dapat diperberat pula dengan tendon yang semakin kaku.

You might also like