You are on page 1of 12

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No.

3, Oktober 2012

EFEKTIFITAS PEMBERIAN NUTRISI ENTERAL METODE


INTERMITTENT FEEDING DAN GRAVITY DRIP TERHADAP
VOLUME RESIDU LAMBUNG PADA PASIEN KRITIS
DI RUANG ICU RSUD KEBUMEN

Sri Wisnu Munawaroh1, Handoyo2, Diah Astutiningrum3


1,3Jurusan Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong
2Prodi Keperawatan Purwokerto, Poltekkes Kemenkes Semarang

ABSTRACT
Intermittent feeding method is enteral nutrition support that using
electrical pump. Meanwhile, gravity drip method is enteral nutrition
support using gravitation. Currently, there are two methods used in
giving nutrition to the patients who are admitted at intensive care unit.
However, currently there are no studies performed to evaluate the
effectiveness of both feeding methods for critical patients who are
admitted at hospital. The objective of the research was to find out
effectiveness of enteral nutrition support by intermittent feeding and
gravity drip methods to gastric residuals volume in critical patients. The
design use in the research was a Quasi Experimental design, with post
test only control group design. The samples were 60 subjects and divided
into two groups. Respondents were taken by accidental sampling
method. From the result of statistical independent t-test, show that there
are mean value at intermittent feeding method amount of 2,46 ml and
Mean value at gravity drip method amount of 6,93 ml, t = -2,073 and p =
0,045. Based on statistical analysis show that there were significant
differences of giving nutrition to critical patients by intermittent
feeding and gravity drip methods. Intermittent feeding method more
effective than gravity method in giving nutritional support for critical
patients at RSUD Kebumen

Keywords : intermittent feeding, gravity drip, gastric residuals volume,


critical patients

PENDAHULUAN pemberian nutrisi harus


Nutrisi memegang merupakan suatu pendekatan
peranan penting pada perawatan yang berjalan sejajar dengan
pasien sakit berat, karena sering penanganan masalah primernya.
dijumpai gangguan nutrisi Masalah primer dari keadaan
sehubungan dengan sakit pasien akan memburuk
meningkatnya metabolisme dan bila pemberian nutrisinya
katabolisme. Gangguan nutrisi kurang adekuat, pasien akan
ini akan mempengaruhi sistem sulit sembuh dan kemungkinan
imunitas, kardiovaskuler dan akan menderita berbagai
respirasi, sehingga risiko infeksi komplikasi yang akan
meningkat, penyembuhan luka merupakan lingkaran setan yang
melambat dan lama rawat sulit diputus (Lestari, 2008).
memanjang. Karena itu

141
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012

Tingginya angka secara enteral akan


prevalensi malnutrisi di rumah mempertahankan fungsi
sakit menyebabkan perhatian pencernaan dan penyerapan
terhadap tatalaksana nutrisipun saluran makanan dan juga
semakin besar. Dengan mempertahankan penghalang
perbaikan tatalaksana nutrisi, imunologik yang ada pada usus,
terbukti jumlah penderita mencegah organisme dalam usus
malnutrisi menurun menjadi menyerang tubuh.
38% pada tahun 1988. Namun Walaupun banyak
demikian, perkembangan ini keuntungan dari nutrisi enteral,
berjalan lambat, hasil penelitian pemberian nutrisi nasogastrik
pada tahun 1995 menunjukkan bukan tanpa resiko khususnya
50% pasien rawat inap pada pasien sakit kritis atau
mengalami malnutrisi dengan pasien cedera. Kemungkinan
derajat bervariasi dan sebanyak komplikasi akibat
25-30% penderita mengalami ketidaktepatan dalam pemberian
malnutrisi yang semakin berat nutrisi enteral diantaranya
selama dalam perawatan retensi lambung, aspirasi paru,
(Fatimah, 2002). Angka nausea, muntah. Kemungkinan
malnutrisi di ICU dilaporkan penyebabnya adalah karena
setinggi 40% dan hal ini penundaan pengosongan
berhubungan dengan lambung, posisi berbaring pasien
meningkatnya morbiditas dan selama pemberian nutrisi,
mortalitas dari penderita peningkatan kecepatan, volume
(Setijanto, 2006). dan konsentrasi (AsDI, 2005).
Pemenuhan nutrisi Penatalaksanaan
dengan mengkonsumsi makanan dukungan nutrisi yang tepat
secara normal merupakan cara akan memberikan beberapa
ideal untuk pemenuhan asupan manfaat. Pertama adalah
pasien. Namun pada mempertahankan status nutrisi
kenyataannya sering dijumpai agar tidak makin menurun.
pasien tidak mampu atau tidak Kedua mencegah atau
mau makan secara normal, mengurangi kemungkinan
sehingga pemenuhan kebutuhan timbulnya komplikasi metabolik
nutrisi tidak tercapai. Anoreksia, maupun infeksi, komplikasi
gangguan menelan atau penyakit mekanik serta interaksi obat dan
usus dapat membatasi asupan bahan gizi yang pada akhirnya
peroral, pada kasus ini diharapkan mampu
pemberian nutrisi enteral menurunkan angka morbiditas
melalui selang merupakan dan mortalitas. Manfaat lain
pilihan berikutnya. Menurut yang tidak kalah pentingnya
Simadibrata (2004), beberapa adalah biaya perawatan yang
penelitian melaporkan peranan menjadi lebih rendah akibat
nutrisi enteral sebagai nutrisi masa inap yang lebih pendek
pokok atau suplemen dalam (Dinarto, 2002).
memperbaiki status nutrisi Intensive Care Unit adalah
pasien yang dirawat di bidang ruang rawat rumah sakit dengan
ilmu penyakit dalam atau staf dan perlengkapan khusus
perawatan intensif. Pemberian ditujukan untuk mengelola

142
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012

pasien dengan penyakit trauma lambung yang lebih banyak,


atau komplikasi yang karena lambatnya pengosongan
mengancam jiwa. Perawat lambung. Refleks pengosongan
merupakan salah satu bagian lambung dihambat oleh isi yang
dari team ICU, yang mempunyai penuh, kadar lemak yang tinggi
ruang lingkup luas, karakteristik dan reaksi asam pada awal usus
unik serta peran yang penting halus.
dalam pemberian asuhan Sedangkan metode
keperawatan kritis di ICU. Pada pemberian intermittent feeding
setiap pemberian dukungan adalah sebuah cara pemberian
nutrisi memerlukan nutrisi enteral menggunakan
pengetahuan dan keahlian pompa elektronik dengan aturan
khusus dalam bidang nutrisi, pemberian yang telah
penatalaksanaan pemberian ditetapkan, dengan mengatur
nutrisi enteral merupakan tetesan cairan/jam dan
peranan perawat (Dinarto, 2002). diberikan sesuai dengan dosis
Dari studi pendahuluan atau jangka waktu tertentu.
yang telah dilakukan, Ruang ICU Misalnya pemberian sebanyak
RSUD Kebumen yang terletak 250-500 ml dalam waktu
dalam satu ruangan dengan sampai 2 jam dengan frekuensi
Ruang ICCU merupakan jenis 3-4 kali sehari (AsDI, 2005).
ICU primer, mempunyai Keuntungan metode ini adalah
kapasitas 8 bed yaitu 4 bed kesiapan lambung dalam
untuk Ruang ICU dan 4 bed menerima nutrisi enteral karena
untuk Ruang ICCU. Jumlah diberikan secara bertahap,
pasien yang terpasang selang lambung yang tidak terisi penuh
nasogastrik dan mendapatkan akan lebih dapat mencerna
nutrisi enteral pada tahun 2008 makanan dan pengosongan
adalah 149 pasien. Berdasarkan lambung akan lebih cepat
pengamatan penulis selama sehingga mengurangi resiko
bertugas di Ruang ICU RSUD terjadinya aspirasi. Hal ini tentu
Kebumen pemberian nutrisi akan lebih berpengaruh pada
enteral pada pasien kritis pasien kritis yang baru teratasi
diberikan secara gravity drip fase kritisnya dan sejalan
adalah sebuah cara pemberian dengan salah satu tujuan
nutrisi enteral sesuai dengan pemberian nutrisi pada pasien
pemberian yang ditetapkan kritis yaitu mencegah komplikasi
dengan bantuan gravitasi, yang timbul sehubungan dengan
dilakukan diatas ketinggian ketidaktepatan dalam pemberian
lambung dan kecepatan nutrisi enteral.
pemberian ditentukan oleh
gravitasi (Brunner & Suddarth, METODE PENELITIAN
2003). Pemberian tersebut dapat Jenis penelitian ini adalah
lebih beresiko terhadap kejadian Quasi Experiment dengan
regurgitasi/muntah, aspirasi pendekatan postest only control
paru ataupun aspirasi group design untuk mengetahui
pneumonia. Hal ini dihubungkan volume residu lambung pada
dengan kapasitas lambung yang pemberian nutrisi enteral metode
terbatas dan volume residu intermittent feeding dan gravity

143
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012

drip. Uji statistik yang nasogastrik dan mendapatkan


digunakan adalah Independent t- program nutrisi enteral selama
test. Populasi penelitian ini penelitian berlangsung. Metode
adalah semua pasien kritis yang pengambilan sampel pada
dirawat di Ruang ICU RSUD penelitian ini menggunakan
Kebumen yang terpasang selang tehnik accidental sampling.

HASIL PENELITIAN
1. Volume Residu Lambung Pada Pemberian Nutrisi Enteral Metode
Intermittent Feeding

Tabel 4.2 Tabel hasil volume residu lambung sesudah pemberian


nutrisi enteral metode intermittent feeding, pada pasien kritis di
Ruang ICU RSUD Kebumen (n = 30)
Volume Residu Lambung Post Intermittent
No. Hasil
Feeding
1. Rerata Volume Residu Lambung SD 2,47 4,87
2. Modus 0
3. Volume Residu Lambung Minimum 0
4. Volume Residu Lambung Maximum 16

Hasil penelitian pada tabel 4.2 terjadi hampir pasti tiga kali per
menunjukkan bahwa volume menit, menjadi sangat kuat
residu lambung subyek sesudah dekat insisura angularis, dan
pemberian nutrisi enteral metode berjalan ke antrum, kemudian
intermittent feeding adalah ke pilorus (Jayarasti, 2009).
berkisar antara 0 sampai dengan Intermittent feeding
16 ml dengan rerata 2,47 4,87 adalah sebuah cara pemberian
ml dan modusnya adalah 0 ml. nutrisi enteral menggunakan
Pada pemberian nutrisi enteral pompa elektronik dengan aturan
metode intermittet feeding, cara pemberian yang telah
pemberiannya adalah secara ditetapkan, dengan mengatur
bertahap sesuai dengan waktu tetesan cairan/jam dan
jam makan. Pemberian secara diberikan sesuai dengan dosis
bertahap ini akan lebih atau jangka waktu tertentu.
memaksimalkan motilitas Misalnya pemberian sebanyak
lambung sehingga pengosongan 250-500 ml melalui
lambung lebih cepat. kantong/botol secara drip dalam
Pengosongan lambung waktu sampai 2 jam dengan
dipermudah oleh gelombang frekuensi 3-4 kali sehari (AsDI,
peristaltik pada antrum lambung 2005). Intermittent feeding
dan kecepatan pengosongan menyerupai pola makan yang
lambung pada dasarnya normal. Cara ini memungkinkan
ditentukan oleh derajat aktivitas waktu flat-in-bed dan lebih
gelombang peristaltik antrum. banyak kebebasan bergerak
Gelombang peristaltik pada (Budiyantini, 2004). Sedangkan
antrum, bila aktif, secara khas penggunaan pompa infus pada

144
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012

metode ini dimaksudkan agar mendeteksi tetesan dari botol


pemberian nutrisi enteral dapat infus dan mengirim sinyal
diberikan dengan tepat, yaitu kembali ke motor drive. Kondisi
volume nutrisi enteral sesuai tersebut akan berulang terus
yang diprogramkan dan dapat sehingga cairan infus akan
diberikan sesuai waktu yang menetes sesuai dengan setting
diprogramkan. Infusion pump flow rate. Dalam kondisi
(pompa infus) adalah peralatan operasional infusion pump
medik yang digunakan untuk mempunyai atmosheric pressure
mengontrol pemberian cairan sebesar 70-106 kPa. Dalam
infus ataupun zat-zat makanan pemberian nutrisi enteral metode
yang diperlukan oleh tubuh intermittent feeding digunakan
secara elektronik. Dengan nutrisi enteral sebanyak 250 ml
menggunakan peralatan ini dan habis dalam 2 jam. Pada
semua kontrol dilakukan secara infusion pump diatur flow rate
otomatis sehingga akan sebanyak 125 cc/jam dan pada
memperkecil terjadinya volume diatur volume yang ada
kesalahan. Infus secara otomatis pada selang makan yaitu
pada intinya adalah pengaturan sebanyak 250 ml. Artinya
laju alirannya. Setting yang infusion pump tersebut akan
diberikan pada peralatan mengatur laju aliran/kecepatan
infusion pump meliputi: Flow tetesan nutrisi enteral sesuai
(ml/hr) yaitu kecepatan aliran yang diseting yaitu sebanyak
dan volume (ml) yaitu jumlah 125 cc/jam, sehingga dalam 2
volume pada botol cairan infus. jam nutrisi enteral sebanyak 250
Setelah seluruh setting telah cc akan habis.
diberikan, infusion pump siap
untuk distart. Sensor akan

2. Volume Residu Lambung Pada Pemberian Nutrisi Enteral Metode


Gravity Drip

Tabel 4.3 Tabel hasil volume residu lambung pada pemberian


nutrisi enteral metode gravity drip, pada pasien kritis di
Ruang ICU RSUD Kebumen (n = 30)

No. Volume Residu Lambung Post Gravity Drip Hasil


6,93
1. Rerata Volume Residu Lambung SD
10,75
2. Modus 0
3. Volume Residu Lambung Minimum 0
4. Volume Residu Lambung Maximum 35

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa adalah berkisar antara 0 sampai


volume residu lambung subyek dengan 35 ml dengan rerata 6,93
sesudah pemberian nutrisi 10,75 ml dan modusnya
enteral metode gravity drip adalah 0 ml. Pemberian nutrisi

145
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012

enteral metode gravity drip yaitu lambat, isi lambung semakin


sebuah cara pemberian nutrisi asam yang akan mempengaruhi
enteral menggunakan tabung pembukaan sfingter pilorus, juga
nutrisi enteral (corong/spuit) menyebabkan distensi lambung
sesuai dengan pemberian yang yang menyebabkan reflek
ditetapkan dengan bantuan enterogastrik, sehingga
gravitasi bumi. Pemberian pengosongan lambung menjadi
makan sesuai gravitasi lebih lambat. Refleks pengosong-
dilakukan di atas ketinggian an lambung akan dihambat oleh
lambung dan kecepatan isi yang penuh, kadar lemak
pemberian ditentukan oleh yang tinggi dan reaksi asam
gravitasi (Brunner & Suddarth, pada awal usus halus. Pada
2003). Pada pemberian nutrisi umumnya, kecepatan
enteral metode gravity drip, pengosongan makanan dari
nutrisi enteral secara cepat lambung kira-kira sebanding
masuk dalam lambung (5-10 dengan akar kuadrat volume
menit). Volume yang banyak makanan yang tertinggal dalam
dalam lambung mengakibatkan lambung pada waktu tertentu
motilitas lambung menjadi (Jayarasti, 2009).

3. Efektifitas Pemberian Nutrisi Enteral Metode Intermittent Feeding dan


Gravity Drip Terhadap Volume Residu Lambung.

Tabel 4.4 Tabel efektifitas pemberian nutrisi enteral metode intermittent


feeding dan gravity drip terhadap volume residu lambung pada pasien
kritis di Ruang ICU RSUD Kebumen (n = 60)

Variabel n M T P
Volume residu lambung 30 2,4667
metode intermittent feeding
-2,073 0,045
Volume residu lambung 30 6,9333
metode gravity drip

Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji 0,045. Perbedaan secara statistik


statistik independent t-test yaitu bermakna bila p < 0,05. Dari
bahwa volume residu lambung nilai signifikasi tersebut, dapat
sesudah pemberian nutrisi disimpulkan bahwa Ho ditolak
enteral metode intermittent dan menerima Ha, artinya ada
feeding, n = 30 dan metode perbedaan yang signifikan pada
gravity drip, n = 30 orang, volume residu lambung antara
didapat nilai Mean pada pemberian nutrisi enteral metode
pemberian nutrisi enteral metode intermittent feeding dan gravity
intermittent feeding sebesar 2,47 drip. Nilai t hitung didapat
ml dan nilai Mean pada sebesar -2,073. Nilai t negatif
pemberian nutrisi enteral metode menunjukkan harga kelompok
gravity drip sebesar 6,93 ml perlakuan lebih kecil
dengan nilai signifikasi sebesar dibandingkan dengan harga

146
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012

kelompok kontrol. Didapatkan bertanggung jawab pada hampir


hasil bahwa volume residu semua pencampuran yang
lambung pada pemberian nutrisi terjadi di perut. Disaat
enteral metode intermittent bersamaan, kehadiran makanan
feeding lebih sedikit daripada terutama yang mengandung
volume residu lambung pada protein merangsang
pemberian nutrisi enteral metode diproduksinya hormon gastrin.
gravity drip. Dari hasil tersebut Dengan dikeluarkannya hormon
menunjukkan bahwa pemberian gastrin, merangsang esophageal
nutrisi enteral metode sphincter bawah untuk
intermittent feeding lebih efektif berkontraksi, motilitas lambung
di bandingkan dengan meningkat, dan pyloric sphincter
pemberian nutrisi enteral metode berelaksasi. Efek dari
gravity drip. serangkaian aktivitas tersebut
Hal diatas menunjukkan adalah pengosongan lambung
bahwa pengosongan lambung (Jayarasti, 2009). Volume
pada pemberian nutrisi enteral makanan, kandungan lemak,
metode intermittent feeding lebih tekanan onkotik, dan susunan
cepat daripada pengosongan fisik makanan mempengaruhi
lambung pada pemberian nutrisi motilitas lambung (Potter, 2006).
enteral metode gravity drip, Pada pemberian nutrisi
karena pemberian nutrisi enteral enteral metode gravity drip,
metode intermittent feeding pemberian dilakukan diatas
diberikan secara bertahap. ketinggian lambung, kecepatan
Pemberian secara bertahap ini pemberian ditentukan oleh
akan lebih memaksimalkan gravitasi bumi sehingga dalam
motilitas lambung sehingga pemberian tersebut nutrisi
pengosongan lambung akan enteral secara cepat masuk
lebih cepat. Pengosongan dalam lambung (5-10 menit).
lambung terjadi oleh peristaltik Volume makanan yang banyak
yang kuat pada antrum lambung. dalam lambung disamping
Kontraksi antrum akan diikuti memperlambat motilitas
oleh kontraksi pilorus yang lambung juga akan
berlangsung sedikit lebih lama menyebabkan isi lambung
dari kontraksi duodenum. semakin asam, sehingga akan
Apabila gelombang peristaltik mempengaruhi pembukaan
kuat sampai di antrum maka sfingter pilorus. Apabila volume
tekanan isi antrum naik, meningkat (semakin asam) maka
kontraksi diikuti oleh kontraksi pengosongan akan lambat sebab
pilorus sehingga mendorong kontak usus dengan asam
kembali isi antrum yang masih lambung akan terjadi reflek
bersifat padat ke korpus inhibisi gerak lambung,
lambung (Syaifuddin, 2002). komponen ingesta usus (asam
Gelombang berikutnya dan lemak) dalam ingesta
mendorong terus dan menekan meningkat maka pengosongan
sedikit lagi menuju duodenum. lambung berjalan lambat. Fungsi
Pergerakan ke depan atau pengosongan lambung diatur
belakang (maju/mundur) dari oleh pembukaan sfingter pilorus
kandungan lambung yang dipengaruhi oleh viskositas,

147
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012

volume, keasaman, aktifitas gangguan atau keterlambatan


osmotik, keadaan fisik serta dalam pengosongan lambung
emosi, obat-obatan dan olah dengan keluhan/gejala berupa
raga (Lindseth, 2006). rasa penuh atau kembung pada
Volume lambung yang perut setelah makan, tidak nafsu
banyak juga akan makan dan perasaan cepat
menggelembungkan atau kenyang, rasa tidak enak di ulu
menyebabkan distensi lambung hati, mual, muntah dan lain-
sehingga menimbulkan reflek lain. Berbagai penyebab
enterogastrik dari duodenum melemahnya gerakan lambung
pada pilorus yang akan yang sering didapati pada lansia
memperlambat pengosongan adalah gangguan pada otot dan
lambung. Faktor lain yang saraf, gangguan aliran darah ke
menghambat pengosongan lambung, dan obat-obatan
lambung antara lain refleks (Siburian, 2007).
enterogastrik dari duodenum Penatalaksanaan
pada pylorus. Jenis-jenis faktor penderita dengan keluhan-
yang secara terus menerus keluhan seperti di atas selain
ditemukan dalam duodenum memerlukan obat-obatan juga
dan kemudian dapat diperlukan tindakan-tindakan
menimbulkan refleks khusus, antara lain dengan
enterogastrik adalah derajat pemberian makanan sedikit
peregangan lambung, adanya demi sedikit atau dengan
iritasi pada mukosa duodenum, merubah komposisi makanan,
derajat keasaman chyme misalnya dengan meningkatkan
duodenum, derajat osmolaritas asupan cairan sehingga
duodenum dan adanya hasil- mengurangi terjadinya
hasil pemecahan tertentu dalam keterlambatan dalam
chyme, khususnya hasil pengosongan lambung (Siburian,
pemecahan protein dan dalam 2007). Lansia memerlukan
arti yang lebih sempit lemak kecepatan lebih lambat
(Jayarasti, 2009). pemberian formula makanan per
Selain hal-hal tersebut di selang. Kecepatan formula lebih
atas terdapat faktor-faktor yang lambat dapat membantu
mempengaruhi pengosongan menurunkan resiko diare akibat
lambung antara lain lansia. komplikasi pemberian makan
Sebagian besar subyek per selang nasogastrik pada
penelitian ini yaitu masing- kelompok umur ini (Perry, 2005).
masing sebanyak 60% adalah Selain faktor lansia, faktor
subyek yang berumur antara 60- osmolalitas dari nutrisi enteral
90 tahun atau lansia. Lansia juga mempengaruhi
mengalami proses menua pengosongan lambung. Seluruh
sehingga fungsi lambung telah subyek dalam penelitian ini
mengalami gangguan. Proses menggunakan formula nutrisi
menua pada saraf-saraf yang enteral yang dibuat oleh rumah
mensarafi saluran cerna dapat sakit (hospital made) berupa
menyebabkan gangguan gerakan sonde lengkap. Makanan sonde
pada lambung. Melemahnya yang di buat sendiri di rumah
gerakan lambung menyebabkan sakit dengan kandungan nutrien

148
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012

yang seimbang umumnya gangguan menelan serta


memiliki osmolalitas sekitar 600 gangguan mekanisme batuk
mOsm/kg air. Serum normal mempunyai resiko terjadi
memiliki osmolalitas sekitar 300 aspirasi (Howard, 2007).
mOsm/kg air. Formula enteral Penggunaan metode
dengan osmolalitas yang tinggi intermittent feeding pada
dan diberikan dengan cepat pemberian nutrisi enteral dalam
akan menarik cairan ke dalam penelitian ini berdasarkan
usus dan mengakibatkan gejala pertimbangan bahwa teknik
kram, nausea, vomitus atau pemberian secara intermittent
diare. Osmolalitas bukan feeding dapat menjadi alternatif
masalah jika formula enteral yang aman dalam pemberian
diberikan secara perlahan-lahan nutrisi enteral dari pada
atau dengan cara tetesan yang pemberian secara gravitasi
konstan (model infus). Semakin karena pemberiannya dengan
rendah osmolalitas, semakin aturan pemberian yang telah
cepat formula enteral dapat ditetapkan, dengan mengatur
diberikan (Hartono, 2000). tetesan cairan per-jam dan
Derajat toleransi pasien diberikan sesuai dengan dosis
terhadap efek osmolalitas atau jangka waktu tertentu
bervariasi. Biasanya pasien (Nurhayati, 2002). Perkiraan
lemah lebih sensitif terhadap volume residu gastric (VR) yang
gangguan ini. Karenanya sering pada pasien yang
perawat harus mengetahui mendapatkan nutrisi enteral
tentang formula osmolalitas dan diasumsikan untuk mengurangi
harus mengobservasi serta resiko aspirasi. Pada prinsipnya
secara aktif mencegah gangguan semakin tinggi residual volume,
ini (Brunner and Suddarth, semakin besar resiko aspirasi
2003). yang berhubungan dengan
Penelitian ini bertujuan pulmonal dan akan merupakan
untuk mengetahui efektifitas komplikasi terberat dalam
pemberian nutrisi enteral metode pemberian nutrisi melalui selang
intermittent feeding dan gravity (Clave & Snider, 2000).
drip terhadap volume residu Komplikasi nutrisi enteral lebih
lambung pada pasien kritis. sering terjadi pada pasien yang
Pasien kritis adalah merupakan membutuhkan perawatan
pasien yang secara fisiologis intensif dibandingkan pada
tidak stabil (Rupii, 2000). pasien yang sakitnya lebih
Respon hipermetabolik komplek ringan.
terhadap trauma akan Suhu dan volume
mengubah metabolisme tubuh, pemberian makan, kecepatan
hormonal, imunologis dan aliran dan masukan cairan
homeostasis nutrisi (Wiryana, adekuat, sangat penting dalam
2007). Antibiotika yang memberikan makan per selang.
digunakan juga dapat Penentuan jadwal, kuantitas dan
mempengaruhi mukosa saluran frekuensi pemberian makanan
cerna dan hepatosit. Pasien yang dipertahankan. Perawat harus
lemah dengan pengosongan cermat memantau kecepatan
lambung yang buruk dan tetesan dan menghindari

149
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012

pemberian cairan terlalu cepat kritis sangat penting untuk


(Brunner & Suddarth, 2003). memperkirakan keadaan klinis
Pemilihan jalur yang tepat untuk pasien (Aspen, 2006).
memberikan nutrisi pada pasien

SIMPULAN DAN SARAN Enteral, Jakarta: Jaya


Volume residu lambung sesudah Pratama.
pemberian nutrisi pada Brunner & Suddarth (2003)
pemberian nutrisi enteral metode Buku Ajar Keperawatan
intermittent feeding lebih sedikit Medikal Bedah, Edisi 8
daripada volume residu lambung Volume 2, Jakarta: EGC.
pada pemberian nutrisi enteral Budiyantini, W. (2004) Peran
metode gravity drip sehingga Perawat Dalam
pemberian nutrisi enteral metode Penatalaksanaan Nutrisi
intermittent feeding lebih efektif Pasien Kritis di Instalasi
daripada metode gravity drip Rawat Intensif RS Dr
dengan nilai p sebesar 0,045. Sardjito Yogyakarta, UGM
Pemberian nutrisi enteral metode Skripsi.
intermittent feeding terbukti lebih Canaby A., et al (2002) Nursing
efektif daripada metode gravity Care of Patients with
drip sehingga pemberian nutrisi Nasogastric Feeding Tube,
enteral metode intermittent British Journal of Nursing
feeding dapat menjadi pilihan 11 (6); dalam: Suwarno
dalam pemberian nutrisi enteral (2009) Tindakan
pada pasien kritis, khususnya di Pemasangan Nasogastric
Ruang ICU RSUD Kebumen. Tube http://e-learning-
keperawatan-blogspot.com
DAFTAR PUSTAKA accessed l7 Apr 2009.
Alimul (2003) Riset Keperawatan Clave, S.A., Snider H.L. (2000)
dan Teknik Penelitian Clinical Use of Gastric
Ilmiah, Jakarta: Salemba Residual Volumes as a
Medika. Monitor for Patients on
Al Ummah, M.B. (2008) Enteral Tube Feeding, J. P.
Metodologi Penelitian E. Nutrition, 26:43.
Kesehatan, Lembaga Dinarto, MS. (2002) Tim Nutrisi,
Penelitian Pengabdian Buletin Gizi Medik Vol 1
Masyarakat, STIKES No.1, Bagian Ilmu Gizi
Muhammadiyah Gombong. FKUI, Jakarta.
Anonim, Nasogastric Tube Edward, S.J., Metheny, N.A.
http://www.medterms.com (2000) Measurement of
accessed 18 Apr 2009. Gastric Residual Volume:
Arikunto, S. (2006) Prosedur State of Science, Medical
Penelitian: Suatu Surgical Nursing, 9(3), 125-
Pendekatan Praktik, 128.
Jakarta: PT Rineka Cipta. Fatimah, N. (2002) Malnutrisi di
Asosiasi Dietisien Indonesia Rumah sakit, Buletin Gizi
Cabang Bandung (2005) Medik Vol 1 No.1, Bagian
Panduan Pemberian Nutrisi Ilmu Gizi FKUI, Jakarta.

150
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012

Ganong, F.W. (2003) Buku Ajar http://www.washington.me


Fisiologi Kedokteran, d. accessed 8 Apr 2003.
Jakarta: EGC. Mustafa, I., et al (2003) Standar
Hartono, A. (2000) Asuhan Pelayanan ICU, Direktorat
Nutrisi Rumah Sakit: Jenderal Pelayanan Medik,
diagnosis, konseling dan Departemen Kesehatan RI.
preskripsi, Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. (2005)
Hill, GL. (2000) Buku Ajar Metodologi Penelitian
Nutrisi Bedah, Jakarta: CV Kesehatan, Jakarta: Rineka
Liary Cipta Mandiri. Cipta.
Howard, L. (2007) Terapi Nutrisi Nurachmah, E. (2001) Nutrisi
Enteral dan Parenteral, Dalam Keperawatan,
Dalam: Isselbacher et al. Jakarta: Perpustakaan
Harrison, Prinsip-Prinsip Nasional RI.
Ilmu Penyakit Dalam, Ed Nurhayati, D. (2002) Kesesuaian
13. Vol 1. Terjemahan Kecukupan Zat Gizi Dengan
Asdie, A. H., et. al. Jakarta: Pemesanan, Distribusi dan
EGC. Konsumsi Pasien Therapi
Hudak, C.M., Gallo, B.M. (1996) Nutrisi Enteral di RS Dr
Keperawatan Kritis: Sardjito Yogyakarta: UGM
Pendekatan Holistik, Skripsi.
Jakarta: EGC. Perry, A.G. (2005) Buku Saku
Jayarasti (2009) Lambung, Ketrampilan dan Prosedur
http://jayarasti.blogspot.co Dasar, Jakarta: EGC.
m accessed 30 Apr 2009. Potter, P.A., Perry, A.G. (2006)
Kusyati, E. (2006) Ketrampilan Buku Ajar Fundamental
dan Prosedur Laboratorium Keperawatan: Konsep,
Keperawatan Dasar, Proses dan Praktik, Edisi 4
Jakarta: EGC. Volume 2, Jakarta: EGC.
Lestari, E. D. (2008) Nutrisi Purnomo, P. (2005) Gambaran
Enteral, pegangan bangsal Teknik Pemberian Nutrisi
RSUD Dr. Moewardi Enteral Pada Pasien Dewasa
Universitas Sebelas Maret, di RS. Dr Sardjito
Solo, http://my.opera.com Yogyakarta, UGM Skripsi.
accessed 3 Apr 2009. Razak, TA. (1998) Aspek Gizi
Lindseth, G. N. (2006) Gangguan Nutrisi Enteral,
Lambung dan Duodenum. Perhimpunan Nutrisi
Dalam: Price, S. A., Wilson, Enteral dan Parenteral
L. M. (2006) Indonesia, Jakarta.
PATOFISIOLOGI Konsep Riwidikdo, H. (2007) Statistik
Klinis Proses-Proses Kesehatan: Belajar Mudah
Penyakit. Edisi 6. Volume 1. Tehnik Analisis Data dalam
Terjemahan B. U. Pendit, Penelitian Kesehatan,
et.al. Jakarta: EGC. Yogyakarta: Mitra Cendekia
Maryam, et al (2008) Mengenal Press.
Usia Lanjut Dan Rupii (2000) Keseimbangan
Perawatannya, Jakarta: Cairan dan Elektrolit,
Salemba Medika. Simposium RS DR Sardjito
Murphy, L.M., Lipman, T.O. and Yogyakarta.
Bickford, V. (2003) Setijanto, E. (2006) Nutrisi
Guidelines for Enteral Enteral dan Parenteral Total
Nutrition: Pada Pasien Kritis, Materi

151
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012

Pelatihan Perawat ICU, RS Syaifuddin (2002) Fungsi Sistem


Dr Kariadi, Semarang. Tubuh Manusia, Jakarta:
Siburian, P. (2007) Mengapa Widya Medika.
Lansia Cepat Merasa Syaifuddin (2002) Struktur Dan
Kenyang? http://www. Komponen Tubuh Manusia,
waspada.co.id accessed 30 Jakarta: Widya Medika.
Apr 2009. Tanra, A. (1998) Dasar-Dasar
Simadibrata, M. (2004) Nutrisi Enteral,
Optimalisasi Nutrisi Enteral Perhimpunan Nutrisi
Pasien Rawat Inap, Bagian Enteral Parenteral
Ilmu Penyakit Dalam Indonesia, Jakarta.
FKUI/RSCM, Jakarta. Tidy, C. (2007) Nasogastric
Steevans, E.C., Poole, G.V. (Ryles) Tubes
(2002) Comparison of http://www.patient.com
Continues vs Intermittent accessed 19 Apr 2009.
Nasogastric Enteral Feeding Widodo, S. (2009); Madjid, A.
in Trauma Patients: (1987) Nutrisi Enteral Pada
Perception and Practice, Penderita Kritis: CDK No.
Nutrition in Crinical 42 http://www.kalbe.co.id,
Practice 17:118-122. accessed 19 Apr 2009.
Suharsimi, A. (2006) Prosedur Wiryana, M. (2007) Nutrisi Pada
Penelitian: Suatu Penderita Sakit Kritis,
Pendekatan Praktik, Jurnal Penyakit Dalam
Cetakan ketigabelas, Volume 8, No. 2 FK
Jakarta: PT Rineka Cipta. Unud/RSUP Sanglah
Sutanto, LB. (2009) Hipoperfusi Denpasar.
Saluran Cerna, Yuliana (2009) Nutrisi Enteral di
http://www.lucianasutanto. Intensive Care Unit (ICU),
com. accessed 28 Mar 2009. CDK 168/vol.36 No.2
http://www.kalbe.co.id.
accessed 10 Feb 2009.

152

You might also like