You are on page 1of 16

BAB III

RUMPUT KEMBAR SEBAGAI BAHAN OBAT UNTUK

MENINGKATKAN KESUBURAN PRIA DITINJAU DARI ISLAM

III.1. Rumput Kembar Menurut Islam

Alam ciptaan Allah sudah dilengkapi dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan

dalam bentuk pepohonan, rerumputan, dan sayur-sayuran yang disebut juga dengan

alam nabati. Tumbuh-tumbuhan pada umumnya mempunyai manfaat bagi manusia

dan berkhasiat untuk penyembuhan berbagai penyakit. Banyak ayat-ayat yang

menjelaskan terkait dengan jenis-jenis tumbuhan, sebagaimana disebutkan dalam

firman Allah:




Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu. Anggur dan sayur-sayuran.
Zaitun dan pohon kurma. Kebun-kebun yang lebat. Dan buah-buahan serta
rumput-rumputan. Untuk kesenangan dan binatang-binatang ternakmu.(Q.S.
Abasa (80): 27-32 )

Dan juga dalam Al-Quran Allah berfirman:

...Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman :


zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya yang
pada demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah ) bagi kaum yang
memikirkan.
(Q.S. An-Nahl (16): 11 )

Dalam ayat lain Allah berfirman:

29



Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuhan dan biji buah-buahan.
Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati
dari hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa
kamu masih berpaling ? (Q.S. Al-Anam (6): 95 )

Dari ayat-ayat Al-Quran diatas, dapat disimpulkan bahwa Allah menciptakan

tumbuh-tumbuhan untuk kepentingan manusia, selain sebagi bahan makanan Allah

juga menjadikannya memiliki kasiat yang dapat dipergunakan sebagai obat. Hal ini

merupakan suatu rahmat dari Allah yang harus disyukuri.

III.2. Kesehatan dan Kesuburan Pria Menurut Islam

Tubuh yang sehat secara lahir dan batin merupakan dambaan setiap manusia,

karena dengan kesehatan yang prima, manusia dapat melakukan pekerjaan dan

beribadah seoptimal mungkin. Oleh sebab itu ajaran Islam sangat menekankan agar

manusia menjaga kesehatannya juga menjaga setiap penyebab yang dapat

menyebabkannya sakit. Menjaga agar tidak terkena penyakit adalah lebih baik

daripada mengobati sebagaimana kaidah ushuliyyat dinyatakan:

Menolak lebih mudah daripada menghilangkan

Manusia harus selalu bersyukur dengan tubuh yang sehat, berusaha untuk

menjaga kesehatan tubuh, karena salah satu prinsip penting yang disampaikan dalam

ajaran Islam bahwa tubuh itu mempuyai hak yang perlu dipenuhi oleh setiap muslim

seperti hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari:

30
Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak yang harus kamu penuhi.
(HR. Al-Bukhari)

Di samping berusaha menjaga kesehatan juga senantiasa memohon kepada Allah

agar diberikan kesehatan sebagaimana dinyatakan dalam hadits Nabi:

)

(

Nabi bersabda: Mohonlah kepada Allah kesehatan, sebab tidak ada sesuatu
pun yang dianuguerahkan kepada hamba-Nya yang lebih utama dari
kesehatan (HR Ahmad, al-Turmudzi, dan Ibn Mjah)

Doa yang sebaik-baiknya bagi seorang muslim, adalah sebagaimana berikut:

"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka" (QS.Al-Baqarah (2):201).

Sehat berdasarkan rumusan WHO adalah suatu keadaan jasmaniah, rohaniah

dan sosial yang baik, tidak hanya tidak berpenyakit atau cacat ( Health is a state of

complete physical, mental and social-being, not merely the absence of disease on

infirmity). Dadang Hawari melaporkan, bahwa sejak tahun 1984 WHO telah

menyempurnakan definisi di atas dengan menambah satu unsur lagi, yaitu sehat

spiritual agama sehingga menjadi sehat bila seseorang memiliki tubuh jasmani yang

tidak berpenyakit, mental yang baik, sosial yang baik dan spiritual atau iman yang

baik dan benar (Zuhroni dkk, 2003).

Sedangkan menurut ajaran Islam, dimensi kesehatan bukan hanya kesehatan

fisik, mental dan sosial saja tetapi Islam melihat dimensi kesehatan meliputi sehat

fisik, mental, sosial dan sehat spiritual (Zulkifli, 1994).

31
Kebahagiaan yang tertinggi disamping kesehatan adalah mendapatkan ridha

Allah. Kebahagiaan itu hanya tercapai bagi mereka yang konsekuen dalam

menjalankan perintah Allah. Agar seorang muslim dapat menjalankan perintah-Nya,

maka harus sehat jasmani dan rohani. Keseimbangan kedua unsur ini harus dijaga

sebaik-baiknya, karena masing-masing saling mempengaruhi. Jika salah-satunya

terganggu maka yang lainnya akan terpengaruh. Salah satu usaha penting untuk

memelihara kesehatan jasmani adalah memakan makanan. Seperti firman Allah:

Dan tidaklah kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan


makanan dan tidak (pula) mereka itu adalah orang-orang yang kekal.
(QS Al-Anbiyaa (21): 8)

Makanan dan minuman mempunyai peranan penting dalam kehidupan

manusia. Oleh karena itu manusia sangat perlu memperhatikan makanan dan

minumannya. Sebagaimana ditegaskan Allah dalam firman-Nya:


maka hendaklah manusia memperhatikan makan dan minumnya.
(QS Abasaa (80): 24)

Pada ayat lain, Allah berfirman:



Hai para Rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah
amal saleh. Sesungguhnya aku mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS Al-muminun (23): 51)

Dalam ayat diatas Allah memberikan tuntunan agar manusia menyelidiki

makanan dan minumannya, yang terbagi dalam beberapa aspek, diantaranya : Asal

zatnya, sifatnya, cara mendapatkannya, tujuannya (manfaatnya), dan akibatnya

(mudharatnya). Seperti yang tertera dalam firman Allah:

32



Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: Pada


keduanya itu terdapat dosa besar dan manfaat bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfaatnya. (QS Al-Baqarah (2): 219)

Selain beberapa aspek diatas, dalam Al-Quran terdapat syarat untuk

menetapkan perkara makanan, yang tertera dalam firman Allah:

Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Allah
rizkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya (QS Al-Maidah (5): 88).

Juga dalam firman Allah:





Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
di bumi. (QS AL-Baqarah (2):168).

Berdasarkan keterangan ayat diatas, Allah menetapkan makanan kedalam dua

syarat, yaitu:

1. Halal, yang dimaksud disini halal dalam zat itu sendiri, dan dalam hal

mendapatkannya. Misalnya yang diperoleh dari riba, pungutan liar, curian dan

sebagainya.

2. Thayyib, yang diartikan baik, mengandung gizi, lezat, bersih, atau suci,

tidak keji atau tidak membahayakan.

Makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh setiap mukmin disamping

halalan dan thayyiban dan juga tidak berlebihan atau proporsional, artinya sesuai

33
dengan kebutuhan pemakan, tidak berlebihan dan tidak kurang. sebagaimana firman

Allah

........ Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya


Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan (QS. Al-Araf(7):31)

Ketentuan makan dan minum bagi seorang Mukmin dalam Al-Quran banyak

terdapat ayat-ayat yang menekankan sifat makanan dan minuman yang akan

dikonsumsi yaitu halal, baik dan tidak berlebihan dalam pengertian seimbang.

Ungkapan makan dan minum tidak berlebihan, merupakan ungkapan yang tidak

perlu diragukan lagi, karena seseorang yang mengkonsumsi makanan dan minuman

dengan seimbang, kesehatannya akan terjamin dan terhindar dari penyakit. (Sayyid,

2004)

Sebagai manusia yang sehat dan normal membutuhkan pasangan hidup yang

terikat dalam suatu pernikahan. Karena Allah pun telah menegaskan dalam firman-

Nya bahwa manusia itu dijadikan berpasang-pasangan sebagai firman Allah :

Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan


wanita (Q.s. al-Najm (53): 45)

Setiap pernikahan pasangan suami isteri mendambakan kehadiran seorang bayi,

yang nanti akan tumbuh dan berkembang menjadi anak dan dewasa. Pasangan pria

dan wanita dalam satu pernikahan akan melahirkan pasangan-pasangan lainnya.

Sebagaiman berfirman:

34
Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan (Q.s.
al-Qiymat (75): 39).

Kehamilan seorang wanita sangat terkait dengan kesuburan pria. Kesuburan

pria diantaranya sangat tergantung dari keseimbangan gizi makanan yang

dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan tubuh. Tetapi kadangkala terlihat secara lahir

pria yang sehat tetapi mengalami infertilitas, yaitu bila tidak terjadi kehamilan

setelah satu tahun melakukan senggama tanpa proteksi (kontrasepsi) (Patrick dkk,

1995)

Disinggung juga dalam Al-Quran bahwa di antara pasangan suami-isteri yang

diberi anugerah anak laki-laki dan wanita, dan ada juga yang mandul, sebagaimana

firman Allah:



Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada
siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa (Q.s. al-
Syr (42): 50).

Infertilitas yang dialami oleh pria yang tertimpa ujian dari Allah, maka hendaklah

bersabar dan berusaha untuk mencari solusi melalui pengobatan yang dihalalkan oleh

ajaran Islam.

III. 3. SAKIT DAN BEROBAT DALAM ISLAM

Sakit adalah tidak adanya keseimbangan antara kesehatan jasmani, rohani,

sosial dan iman. Umumnya penyakit fisik dapat disebabkan oleh pola makan dan

minuman yang salah atau berhubungan dengan mental dan spiritual. Gangguan pada

mental dan spitual akan mempengaruhi fisik. Kejelasannya sebagai berikut:

1. Sakit Fisik

Penyakit fisik merupakan penyakit yang lansung mengenai tubuh,

diantaranya penyakit mata, batuk, jantung, dan lain-lain. Penyakit kadang kala

35
dapat mengakibatkan cacat fisik seperti buta, dan pincang, misalnya penyakit

mata yang dapat mengakibatkan kebutaan. Bagi seorang mukmin yang tertimpa

musibah kebutaan ataupun cacat yang disebabkan sakit, tetaplah bersama mereka

karena penyakit tersebut tidak menular. Allah berfirman dalam bertingkah laku

dengan penderita cacat:

Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak pula bagi orang pincang,
tidak pula bagi dirimu sendiri makan bersama mereka dirumah kamu
sendiri... ( Q.S. An-Nuur (24): 61 )

2. Sakit Mental

Sakit mental ialah penyakit yang berhubungan dengan jiwa dan qalbu

sesorang.

a). Sakit Jiwa

Sakit jiwa merupakan gangguan dalam perilaku maupun psikis seseorang yang

secara nyata khusus berkaitan dengan gejala penderita distres di dalam satu

atau lebih fungsi manusia yang dapat disebabkan oleh permasalahan sosial

yang mengakibatkan malas dan putus asa. Malas dan putus asa merupakan

gangguan kejiwaan yang berakibat stres. Setiap muslim diperintahkan oleh

Allah untuk tidak berputus asa, sebagaimana firman Allah:

Sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum


yang kafir. (Q.S. Yusuf (12): 87)

b). Sakit Qalbu

36
Sakit qalbu ialah hati yang sedang mengalami sakit. Qolbu orang yang sehat

adalah ibarat cermin yang bila setiap cermin itu kotor selalu dibersihkan

sehingga selalu bersih, sedangkan qalbu yang sakit adalah ibarat cermin yang

bila cerminnya kotor tidak pernah dibersihkan, sehingga akan menjadi sakit dan

susah untuk disembuhkan. Obat untuk orang yang sakit qolbu adalah dengan

selalu mengingat Allah, sebagaimana firman Allah:

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram


dengan mengingat Allah, Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah
hati menjadi tentram (Q.S. Ar-Rad (13): 28 )

3. Sakit Sosial

Sakit sosial adalah bila kebutuhan sandang, pangan, dan papan tidak dapat

tercukupi untuk menopang kehidupan. Kekurangan harta untuk memenuhi

kebutuhan hidup bagi setiap muslim harus menyakini hal tersebut merupakan ujian

dari Allah, sebagaimana diterangkan dalam Al-Quran:



Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan,
dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar (Q.S. Al-
Baqarah (2): 155).

4. Sakit Spiritual atau Iman

Seseorang dikatakan sakit spriritual atau iman, bila orang tersebut mengaku

bahwa dirinya beriman, tetapi tidak melaksanakan dan selalu melanggar perintah-

Nya. Dalam firman Allah:

37


Tetapi mereka berpaling, maka kami datangkan kepada mereka banjir


yang besar dan kami ganti kedua kebun mereka itu dengan dua kebun
yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon cemara dan
sedikit dari pohon bidara (Q.S. Saba (34): 16)

Obat bagi penyakit iman adalah mengabdikan hidupnya hanya untuk

mendapat ridho Allah semata, sebagaimana firman Allah :

Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk


Allah, Tuhan semesta alam (Q.S. Al- Anam (6) : 162 )

berdasarkan keterangan diatas penyakit bukan hanya fisik, tetapi juga mental,

sosial dan spiritual. Allah telah menurunkan berbagai penyakit dimuka bumi dan

untuk penyembuhannya Allah pula yang menyediakan obatnya. Penyakit akan

sembuh apabila tepat obatnya dan dengan seizin Allah,seperti dalam firmannya:

Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku (Q.S. Syuara (26)
80)

Pada hadits dari Jabir Radhiyallahu Anhu, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda :

Setiap penyakit ada obatnya. Jika suatu obat didapati untuk suatu penyakit,
maka penyakit akan sembuh dengan seizin Allah Azza wa jalla. (H.R.
Muslim).

38
Dan jika seorang muslim terkena suatu penyakit, maka Allah akan memberikan

jalan keluar atau penyembuhan, sesuai dengan firman Allah:


.Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan
menjadikannya jalan keluar baginya (Q.S. Ath-Thalaq (65) : 2)

Jadi berobat merupakan suatu keharusan seperti pada hadits nabi :

Amar bin Dinar meriwayatkan dari Hilal bin Yasaf bahwa Rasulullah SAW
mengunjungi orang sakit, lalu bersabda: Bawalah ke dokter, maka
berkatalah seseorang dari yang hadir, engkau berkata demikian ya
Rasulullah? Beliau menjawab, Benar, karena Allah Azza wa jalla tidak
menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia juga menurunkan pula obatnya
(H.R Al Bukhari dan Muslim).

Dalam ajaran Islam telah ditetapkan bahwa dianjurkan bagi orang yang sakit

untuk berobat dan meminta nasehat kepada ahlinya, kemudian mengerjakan nasehat

dengan kesanggupannya, sesuai dengan firman Allah:



..Maka bertanyalah kamu kepada orang yang ahli jika kamu tidak
mengetahuinya. (Q.S. An-Nahl (16): 43)

Apabila seorang muslim itu tidak berobat kepada ahlinya, maka bukanlah

kesembuhan yang ia dapatkan melainkan timbulnya penyakit dan permasalahan lain

sebagaimana hadist Rasulullah SAW:

39
Abu Hurairah berkata: Sabda Rasulullah SAW: Apabila suatu urusan
diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat keruntuhannya.
(H.R. Al-Bukhari)

Dari berbagai keterangan diatas menunjukkan bahwa selaku muslim jika

terkena penyakit dianjurkan untuk berobat dengan bertanya kepada ahlinya dan

menjalankan segala nasehatnya serta berdoa, karena yang menyembuhkan

sebenarnya adalah Allah.

Dalam ajaran Islam tidak hanya ditetapkan tentang kewajiban berobat, tetapi

juga ditegaskan bahwa berobat tidak boleh dengan sesuatu yang diharamkan

sebagaimana firman Allah :

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging


hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul,
yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang
sempat kamu sembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah,
(mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini
orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut pada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari yang
telah kusempurnakan untuk agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang
siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Maidah (5): 3)

Berdasarkan Hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (Zuhroni dkk, 2003).







( )

40
Abu Darda berkata bahwa Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah telah
menurunkan penyakit dan obat, dan menjadikan setiap penyakit ada obatnya,
maka berobatlah dan janganlah berobat dengan sesuatu yang haram. (H.R.
Abu Dawud).

Dari ayat dan hadist diatas dijelaskan bahwa apabila barang yang halal

diperoleh dengan cara yang tidak dibolehkan, maka haram hukumnya, dicantumkan

dalam ayat yaitu bangkai, darah, daging babi, dan penyembelihan yang tidak dengan

nama Allah. Penggunaan bahan haram diperbolehkan seperti yang terdapat dalam

firman Allah:





Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging
babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi
barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Q.S. Al-Baqarah (2): 173)

Disamping penegasan yang terkandung dalam ayat Al-Quran tersebut diatas.

Menurut Zuhroni dkk, (2003) dalam buku Islam untuk Disiplin Ilmu Kesehatan dan

Kedokteran 2 menyatakan bahwa tentang berobat dengan bahan yang haram,

menurut Fiqih dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Menurut Madzhab Hanafi dan Syafii dinyatakan haram

mempergunakan kalau ada obat lain yang suci. Diperbolehkannya itu dengan

syarat dalam keadaan darurat dan berdasarkan dokter Muslim yang ahli dan

terpercaya, baik dalam masalah agama maupun ilmunya, dan tidak ada obat lain

dari yang diharamkan atau cara lain yang dapat menggantikannya.

41
2. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Qoyyim, bahwa Nabi SAW pernah

ditanya tentang khamr yang digunakan dalam obat-obatan. Maka beliau

bersabda : Sesungguhnya khamr adalah penyakit bukan obat.

3. Berkata Ibnu Masud sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari,

Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan kamu pada barang yang

diharamkan-Nya atas kamu.

4. Disebutkan dalam kitab Zadul Maad bahwa Rasulullah SAW

bersabda, Barang siapa yang berobat dengan khamr, maka Allah tidak akan

menyembuhkannya. Hadist Nabi tentang hukum berobat dengan racun.

Rasulullah SAW melarang menggunakan obat yang al khabits, yakni yang


meracuni. (H.R. Ahmad, Muslim, Ibnu Majah, dan al-Turmudzi)

Al-Mawardi dan lainnya menyatakan, spesifikasi racun ada 4: Pertama, jika

kadar sedikit dan banyaknya dapat mematikannya, hukum mengkonsumsinya haram.

Kedua, jika kadar banyak mematikan tetapi jika sedikit tidak, maka

mengkonsumsinya dalam dosis yang banyak hukumnya haram. Ketiga, jika dengan

mengkonsumsi sedikit saja akan bermanfaat dalam pengobatan, hukumnya

diperbolehkan. Keempat, jika biasanya mematikan maka tidak boleh, dan jika

biasanya tidak mematikan diperbolehkan.

III.4. RUMPUT KEMBAR SEBAGAI BAHAN OBAT UNTUK

MENINGKATKAN KESUBURAN PRIA DITINJAU DARI ISLAM

Allah menciptakan bumi yang kaya dengan berbagai jenis kekayaan alam yang

dapat di manfaatkan oleh manusia untuk kelangsungan hidupnya, di antaranya

rumput kebar. Rumput kebar secara tegas tidak dicantumkan namanya dalam Al-

42
Quran ataupun hadist, seperti yang telah diterangkan diatas, namun rumput kebar

merupakan tanaman yang memberi manfaat bagi pengobatan untuk meningkatkan

kesuburan pria.

Menurut ajaran Islam, Apabila seorang muslim sakit maka berobatlah kepada

ahlinya. Obat yang dipakai di usahakan mengandung bahan yang halal dan tidak

diperbolehkan berobat dengan bahan yang haram kecuali dalam keadaan darurat atau

terpaksa.

Rumput kebar ciptaan Allah, dan salah satu di antara tanaman pada dasarnya

dapat dikonsumsi karena tergolong sebagai alam nabati yang tidak beracun.

Ketentuan ini sesuai dengan kaidah hukum Islam, yaitu:








Pada dasarnya segala sesuatu dan perbuatan adalah mubah kecuali ada dalil
yang menunjukkan keharamannya. ( Rasyid, 1998 )

Kehalalan rumput kebar jelas sesuai dengan ketentuan yang diperbolehkan oleh

Allah untuk dikonsumsi sebagaimana kaidah hukum. tersebut diatas. Tetapi apabila

bagi seseorang mengkonsumsi rumput kebar yang halal tetapi tidak baik baginya dan

terjadi perkembangan bahwa rumput kebar banyak menimbulkan kemudharatan

daripada manfaatnya seperti pada wanita dapat menimbulkan gangguan menstruasi,

atau hirsutisme, atau pada penderita penyakit hati, maka penggunaan rumput kebar

tidak diperbolehkan. Hal ini sesuai dalam kaidah hukum Islam:





Hukum-hukum itu bisa berubah sesuai dengan ada tidaknya sebab

43
Menurut pandangan Islam berdasarkan kaedah tersebut diatas. Pada dasarnya

rumput kebar dapat digunakan sebagai bahan obat untuk meningkatkan kesuburan

pria Tetapi apabila mendatangkan kemudharatan maka tidak boleh digunakan.

Islam menganjurkan untuk memperhatikan makanan, bagi yang menggunakan

rumput kebar sebagai obat perlu memperhatikan terlebih dahulu apakah rumput

kebar halal dan baik untuk dirinya, apabila kehalalannya sudah jelas tetapi apakah

juga baik, baik dalam pengertian mempunyai manfaat dan tidak mendatangkan

mudharat, dalam hal penggunaan rumput kebar dapat diteruskan, tetapi kalau

sebaliknya halal tetapi tidak baik, menimbulkan mudharat setelah menggunakannya,

maka tidak dibolehkan menggunakannya sebagai obat. Oleh sebab itu untuk

menggunakan rumput kebar sebaiknya bertanya kepada ahlinya, dan gunakan sesuai

dengan ketentuan.

44

You might also like