You are on page 1of 11

BAB I

BERBAGAI BUDAYA LOKAL, PENGARUH BUDAYA ASING DAN HUBUNGAN


ANTAR BUDAYA

A. Pengertian Budaya dan Budaya Lokal


Budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa
Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.
Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang
dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit diantaranya
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Kebudayaan erat hubungannya dengan masyarakat. Menurut Ki Hajar Dewantara, Kebudayaan adalah
hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Menurut Kluckhon, kebudayaan adalah pola perilaku eksplisit dan
implisit yang dipelajari dan diwariskan melalui simbol yang merupakan prestasi khas manusia termasuk
perwujudannya dalam bentuk budaya. Jadi, kebudayaan adalah segala sesuatu yang mencakup sistem, ide
atau gagasan sebagai hasil cipta, rasa dan karsa manusia, yang dipelajari oleh manusia dalam kehidupan
bermasyarakat. Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas,
dan artefak.
Gagasan (Wujud ideal) : ide, gagasan, nilai, norma, peraturan yang sifatnya abstrak
Aktivitas (tindakan) : aktivitas manusia saat berinteraksi, kontak, bergaul berdasarkan tatanan
perilaku dalam sistem sosial yang sifatnya kongkret
Artefak (karya) : wujud fisik hasil karya manusia
berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling
konkret di antara ketiga wujud kebudayaan.
Budaya lokal merupakan adat istiadat, kebudayaan yang sudah berkembang (maju) yang menjadi
sesuatu kebiasaan yang sukar diubah dan terdapat disuatu daerah tertentu. Budaya lokal umumnya bersifat
tradisional yang masih dipertahankan dan dapat berupa seni, tradisi, pola pikir atau hukum adat. Budaya
lokal sering disebut juga sebagai kebudayaan daerah.

B. Unsur-unsur Budaya
Kluckhon dalam bukunya yang berjudul Universal Categories of Culture membagi sistem kebudayaan
menjadi tujuh unsur kebudayaan universal atau disebut dengan kultural universal. Menurut Koentjaraningrat,
istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di
dalam kebudayaan semua bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Ketujuh unsur kebudayaan
tersebut adalah :
1. Sistem Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau
berhubungan dengan sesamanya. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya,
menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya
kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi
yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.
Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan maupun
tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh
suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku
bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia
pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah
penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat
yang sangat intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering
terjadi.
2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi
karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat
luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam
kehidupannya
Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian tradisional yang
disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek moyang untuk menjalankan
aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranatamangsa dalam masyarakat Jawa sudah digunakan sejak
lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat
curah hujan dengan kemarau. Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah
tanah, saat menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan
pada siklus peristiwa alam. Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan
menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut untuk menentukan saat
yang baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang kondisi laut tersebut diperoleh melalui tanda-
tanda atau letak gugusan bintang di langit

1
Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti
pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat
alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciriciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat
alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-
tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya. Menurut Koentjaraningrat, setiap suku
bangsa di dunia memiliki pengetahuan mengenai, antara lain:
a. alam sekitarnya;
b. tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya;
c. binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya;
d zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;
e. tubuh manusia;
f. sifat-sifat dan tingkah laku manusia;
g. ruang dan waktu.
3. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial merupakan usaha antropologi untuk
memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut
Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan
mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari.
Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat
yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk
membentuk organisasi social dalam kehidupannya.
Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat karena
perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi sosial.
4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat
peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia
berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai
peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang
unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.
5. Sistem Ekonomi/ Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi.
Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu
kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem
ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain
a. berburu dan meramu;
b. beternak;
c. bercocok tanam di ladang;
d. menangkap ikan;
e. bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi.
Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang berbasiskan
pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di daerah pedesaan yang relatif belum
terpengaruh oleh arus modernisasi.
Pada saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama dalam mencari
nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup manusia untuk tidak mengandalkan
mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil produksi pertaniannya. Di dalam masyarakat industri,
seseorang mengandalkan pendidikan dan keterampilannya dalam mencari pekerjaan.
6. Sistem Religi
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah
adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang
dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk
berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.
Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula
religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari
bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan
mereka masih primitif.
7. Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian
suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-
benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal
tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda
seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari,
dan seni drama dalam suatu masyarakat.
Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias.
Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain
itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun
penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern
adalah film, lagu, dan koreografi.

2
C. Macam-macam Budaya Lokal di Indonesia
Menurut Parsudi Suparlan ada 3 macam kebudayaan dalam Indonesia yang majemuk, yaitu :
Kebudayaan nasional Indonesia yang berlandasan Pancasila dan UUD 1945.
Kebudayaan suku bangsa, terwujud pada kebudayaan suku bangsa dan menjadi unsur pendukung bagi
lestarinya kebudayaan suku bangsa tersebut.
Kebudayaan umum lokal yang berfungsi dalam pergaulan umum (ekonomi, politik, social, dan
emosional) yang berlaku dalam local-local di daerah.
a. Kebudayaan Jawa
Propinsi Jawa Tengah terletak di Pulau Jawa dan beribu kota di Semarang. Terbagi menjadi 35
kabupaten dan kota. Jawa Tengah memiliki adat istiadat dan budaya yang unik. Jawa Tengah dikenal sebagai
jantung budaya Jawa.
Rumah adat di Indonesia bermacam-macam bentuknya dan mempunyai nilai seni masing-masing.
Karena rumah merupakan suatu yang sangat penting, selain sebagai tempat tinggal rumah berfungsi untuk
melindungi dari tantangan alam dan lingkungannya. Kita juga dapat melakukan aktivitas penting
didalamnya, tidak hanya diluar rumah saja. Coba kita lihat salah satu dari rumah adat yang ada di Indonesia,
yaitu rumah adat Jawa.
Rumah Jawa lebih dari sekedar tempat tinggal. Masyarakat Jawa lebih mengutamakan moral
kemasyarakatan dan kebutuhan dalam mengatur warga semakin menyatu dalam satu kesatuan. Contohnya
saja kita lihat rumah adat dari Provinsi Jawa Tengah yaitu rumah joglo.
1) Rumah Adat Joglo Provinsi Jawa Tengah
Joglo merupakan rumah adat Jawa Tengah yang terbuat dari kayu. Rumah bentuk ini mempunyai nilai
seni yg cukup tinggi dan hanya dimiliki orang yang mampu. Pada masa lampau masyarakat jawa yang
mempunyai rumah joglo hanya kaum bangsawan seperti sang pangeran dan kaum orang yang terpandang,
karena rumah ini butuh bahan bngunan yang lebih banyak dan mahal dari pada rumah bentuk lain. Di zaman
yang semakin maju ini rumah joglo digunakan oleh segenap lapisan masyarakat dan juga untuk berbagai
fungsi lain, seperti gedung pertemuan dan kantor-kantor. Pada dasarnya, rumah bentuk joglo berdenah bujur
sangkar. Pada mulanya bentuk ini mempunyai empat pokok tiang di tengah yang di sebut saka guru, dan
digunakan blandar bersusun yang di sebut tumpangsari. Blandar tumpangsari ini bersusun ke atas, makin ke
atas makin melebar. Jadi awalnya hanya berupa bagian tengah dari rumah bentuk joglo zaman sekarang.
Perkembangan selanjutnya, diberikan tambahan-tambahan pada bagian-bagian samping, sehingga tiang di
tambah menurut kebutuhan. Selain itu bentuk denah juga mengalami perubahan menurut penambahannya.
Perubahan-perubahan tadi ada yang hanya bersifat sekedar tambahan biasa, tetapi ada juga yang bersifat
perubahan konstruksi.
Sirkulasi keluar masuknya udara pada rumah joglo sangat baik karena penghawaan pada rumah joglo
ini dirancang dengan menyesuaikan dengan lingkungan sekitar. rumah joglo, yang biasanya mempunyai
bentuk atap yang bertingkat-tingkat, semakin ke tengah, jarak antara lantai dengan atap yang semakin tinggi
dirancang bukan tanpa maksud, tetapi tiap-tiap ketinggian atap tersebut menjadi suatu hubungan tahap-tahap
dalam pergerakan manusia menuju ke rumah joglo dengan udara yang dirasakan oleh manusia itu sendiri.
Ciri khas atap joglo, dapat dilihat dari bentuk atapnya yang merupakan perpaduan antara dua buah
bidang atap segi tiga dengan dua buah bidang atap trapesium, yang masing-masing mempunyai sudut
kemiringan yang berbeda dan tidak sama besar. Atap joglo selalu terletak di tengah-tengah dan selalu lebih
tinggi serta diapit oleh atap serambi. Bentuk gabungan antara atap ini ada dua macam, yaitu: Atap Joglo
Lambang Sari dan Atap Joglo Lambang Gantung. Atap Joglo Lambang Sari mempunyai ciri dimana
gabungan atap Joglo dengan atap Serambi disambung secara menerus, sementara atap Lambang Gantung
terdapat lubang angin dan cahaya. Rumah adat joglo yang merupakan rumah peninggalan adat kuno dengan
karya seninya yang bermutu memiliki nilai arsitektur tinggi sebagai wujud dan kebudayaan daerah yang
sekaligus merupakan salah satu wujud seni bangunan atau gaya seni,bahan bangunanya pun terdiri dari
bahan-bahan yang berkualitas dan cukup mahal harganya, bangunanya pun sangat kokoh dengan pondasi
yang sangat kuat oleh karena itu rumah ini sangat istimewa bagi adat jawa dan sangat dijaga kelestariannya
sampai saat ini. Oleh karena itu rumah joglo adalah salah satu rumah yang berpengaruh bagi kelestarian adat
daerah yang ada di Indonesia meskipun adat-adat daerah lain banyak juga yang mempunyai rumah adat yang
mempunyai seni tersendiri.

D. Dampak Masuknya Budaya Asing


Budaya asing menrupakan kebudayaan yang bekembang dalam suatu wilayah yang berada diluar
wilayah/negara indonesia. Budaya asing saat ini banyak mewarnai budaya Indonesia, masuknya budaya asing
dinilai sebagai salah satu penyebabnya. Contoh masuknya budaya asing terjadi pada:
1. Cara Berpakaian
Sekarang ini masyarakat Indonesia lebih menyukai berpakaian yang lebih terbuka seperti bangsa barat yang
sebenarnya tidak sesuai dengan adat ketimuran bangsa Indonesia yang dianggap berpakaian lebih sopan dan
tertutup.
2. Alat Musik
Perkembangan alat musik saat ini juga dibanjiri dengan masuknya budaya asing, kita dapat mengambil
contoh dari kebudayaan asli betawi di Jakarta, pada saat ini sudah tidak ada lagi terdengar alat musik
Tanjidor/tradisional musik khas dari tanah Betawi, saat ini yang sering kita dengar adalah alat-alat musik
modern yang biasanya menggunakan tenaga listrik.

3
3. Permainan Tradisional
Bahkan masuknya budaya asing juga mempengaruhi permainan tradisional, seperti permainan gangsing atau
mobil-mobilan yang terbuat dari kayu, pada saat ini sudah jarang kita temukan, yang saat ini kita temukan
adalah produk-produk permainan yang berasal dari Cina, seperti mainan mobil remote control yang berbahan
baku besi atau plastic Serta berbagai macam yang lainnya seperti tarian, rumah adat, makanan, adat-istiadat dan
kesenian atau hiburan telah didominasi budaya asing.
4. Kurangnya Kesadaran
Bangsa Indonesia harus memiliki jati diri dengan cara mempertahankan nilai-nilai budaya, saat ini
masyarakat kita tidak peduli budaya yang masuk itu dapat merusak atau tidak, namun pada kenyataannya
masyarakat sekarang lebih senang menerima budaya asing dibandingkan melestarikan budaya local atau
tradisional, yang sebenarnya dapat mengakibatkan hilangnya budaya Indonesia.
5. Kemajuan Teknologi dan Peralatan Hidup
Kemajuan teknologi juga sebagai pendorong hilangnya budaya Indonesia, contohnya adalah pada saat ini
banyak seseorang yang dituntut untuk dapat bekerja secara cepat dan efisien, maka seseorang akan lebih
memilih teknologi yang lebih maju untuk mendukung pekerjaannya dibandingkan dengan peralatan tradisional
yang labih lambat.
Masuknya budaya asing di Indonesia juga berdampak pada masyarakat. Berikut dampaknya bagi masyarakat
Indonesia:
Dampak Positif :
1. Dapat mempelajari kebiasaan, pola pikir dan perilaku bangsa2 yg maju sehingga mampu mendorong kita
untuk lebih baik lagi dan maju seperti mereka.
2. Adanya kemudahan untuk memperlihatkan dan memperkenalkan kebudayaan negeri kita sendiri ke luar
negeri
3. Terjadinya akulturasi budaya yg mungkin bisa menciptakan kebudayaan baru yg unik.
Dampak Negatif:
1. Dapat menghilangkan kebudayaan asli Indonesia,
2. Serta dapat terjadi proses perubahan social didaerah yang dapat mengakibatkan permusuhan antar suku
sehingga rasa persatuan dan kesatuan bangsa menjadi goyah.
3. Masuknya budaya asing yg lebih mudah diserap dan ditiru oleh masyarakat baik tua maupun muda dan
Meniru perilaku yang buruk.
4. Adanya globalisasi bisa memungkinkan hilangnya suatu kebudayaan karena adanya percampuran antara
kebudayaan lokal dengan kebudayaan dari luar, bisa juga karna memang tidak ada generasi penerus yang
melestarikan budaya tsb.
5. Mudah terpengaruh oleh hal yang berbau barat. Generasi muda lupa akan identitasnya sebagai bangsa
Indonesia karena perilakunya banyak meniru budaya barat.
6. Menumbuhkan sifat dan sikap individualisme, tidak adanya rasa kepedulian terhadap orang lain. Padahal
bangsa indonesia dulu terkenal dengan gotong royong.

E. Hubungan Antar Budaya


1. Difusi (Penyebaran)
Difusi adalah suatu proses menyebarnya unsur-unsur kebudayaan dari satu kelompok ke kelompok
lainnya atau dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, difusi
dinyatakan sebagai proses penyebaran atau perembesan suatu unsur kebudayaan dari satu pihak kepada
pihak lain. W.A. Haviland menyatakan bahwa difusi adalah penyebaran kebiasaan atau adat istiadat dari
kebudayaan satu kepada kebudayaan lain. Proses difusi berlangsung menggunakan teknik meniru atau
imitasi. Meniru lebih mudah daripada menciptakan sendiri, terutama tentang hal-hal yang baru. Beberapa
contoh proses terjadinya difusi, di antaranya sebagai berikut.
a. Unsur-unsur budaya timur dan barat yang masuk ke Indonesia dilakukan dengan teknik meniru.
Misalnya, penyebaran agama Islam melalui media perdagangan, berikut cara berdagang yang jujur, dan
model pakaian yang digunakan, lambat laun ditiru oleh masyarakat.
b. Cara berpakaian para pejabat kolonial Belanda ditiru oleh penguasa pribumi.
c. Cara orang Minangkabau membuka warung nasi dan cara orang Jawa membuka warung tegal.
d. Cara makan yang dilakukan orang Eropa dengan menggunakan sendok ditiru oleh orang Indonesia.
2. Akulturasi (Percampuran)
Pencampuran kebudayaan merupakan pedoman kata dari istilah bahasa Inggris acculturation.
Percampuran merupakan suatu perubahan besar dari suatu kebudayaan sebagai akibat adanya pengaruh dari
kebudayaan asing. Menurut Koentjaraningrat, percampuran menyangkut konsep mengenai proses sosial
yang timbul jika sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur
kebudayaan asing. Akibatnya, unsur-unsur asing lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan
sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan asli.
Proses percampuran berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal disebabkan adanya unsur-
unsur kebudayaan asing yang diserap atau diterima secara selektif dan ada unsur-unsur yang tidak diterima
sehingga proses perubahan kebudayaan melalui mekanisme percampuran masih memperlihatkan adanya
unsur-unsur kepribadian yang asli.
a. Unsur Budaya Asing yang Mudah Diterima

4
1) Unsur-unsur kebudayaan yang konkret wujudnya, seperti benda-benda keperluan rumah tangga dan alat-
alat pertanian yang praktis dipakai.
2) Unsur-unsur kebudayaan yang besar sekali gunanya bagi si pemakai. Contohnya kendaraan bermotor,
seperti sepeda motor dan truk pengangkut.
3) Unsur-unsur kebudayaan yang mudah disesuaikan dengan masyarakat penerima. Contohnya, penerangan
listrik menggantikan penerangan tradisional dan telepon seluler menggantikan telepon rumah.
b. Unsur Budaya Asing yang Sulit Diterima
1) Unsur-unsur kebudayaan yang wujudnya abstrak, misalnya paham atau ideologi negara asing.
2) Unsur-unsur kebudayaan yang kecil sekali gunanya bagi si pemakai, contohnya cara meminum teh.
3) Unsur-unsur kebudayaan yang sukar disesuaikan dengan keadaan masyarakat penerima, contohnya
traktor pembajak sawah yang sukar menggantikan fungsi bajak yang ditarik kerbau pada lahan pertanian
tertentu.
3. Pembauran (Asimilasi)
Pembauran merupakan padanan kata dari istilah asimilation; merupakan proses perubahan kebudayaan
secara total akibat membaurnya dua kebudayaan atau lebih sehingga ciri-ciri kebudayaan yang asli atau lama
tidak tampak lagi. Menurut Koentjaraningrat, pembauran adalah suatu proses sosial yang terjadi pada
berbagai golongan manusia dengan latar kebudayaan yang berbeda. Setelah mereka bergaul dengan intensif,
sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan masing-masing berubah menjadi unsur kebudayaan campuran.
Proses pembauran baru dapat berlangsung jika ada per syaratan tertentu yang mendukung berlangsungnya
proses tersebut. Harsojo menyatakan bahwa dalam pembauran di pengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya sebagai berikut.
a. Faktor Pendorong Asimilasi
1) Toleransi adalah saling menghargai dan membiarkan perbedaan di antara setiap pendukung kebudayaan
yang saling melengkapi sehingga mereka akan saling membutuhkan.
2) Simpati adalah kontak yang dilakukan dengan masyarakat lainnya didasari oleh rasa saling menghargai
dan menghormati. Misalnya dengan saling menghargai orang asing dan kebudayaannya serta saling
mengakui kelemahan dan kelebihannya akan mendekatkan masyarakat yang menjadi pendukung
kebudayaan-kebudayaan tersebut.
3) Adanya sikap terbuka dari golongan yang berkuasa di dalam masyarakat. Misalnya dapat diwujudkan
dalam kesempatan untuk menjalani pendidikan yang sama bagi golongan-golongan minoritas,
pemeliharaan kesehatan, atau penggunaan tempat-tempat rekreasi.
4) Adanya perkawinan campuran (amalgamasi). Perkawinan campuran dapat terjadi di antara dua
kebudayaan yang berbeda, baik dari asal suku bangsa maupun tingkat sosial ekonomi.
5) Adanya persamaan unsur-unsur kebudayaan yang terdapat dalam setiap kebudayaan menyebabkan
masyarakat pendukungnya merasa lebih dekat satu dengan yang lainnya.
b. Faktor Penghambat Asimilasi
1) Fanatisme dan prasangka, melahirkan sikap takut terhadap kebudayaan lain yang umumnya terjadi di
antara masyarakat yang merasa rendah (inferior) dalam menghadapi kebudayaan luar yang lebih tinggi
(superior). Contohnya, suku-suku bangsa terasing seperti orang Kubu di Sumatra, orang Baduy di Jawa
Barat, dan suku-suku terasing di Irian/Papua. Prasangka yang timbul itu membuat mereka menutup diri
terhadap masuknya budaya baru.
2) Kurangnya pengetahuan kebudayaan yang menyebabkan sikap toleransi dan simpati yang kurang
berkembang antara suku bangsa.
3) Perasaan superioritas yang besar pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap kebudayaan
masyarakat lain. Contohnya, antara masyarakat kolonial dan masyarakat pribumi sehingga integrasi yang
terjalin antara yang menjajah dan yang dijajah tidak berkembang.
4) Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat yang akan berakibat pada tidak
adanya kebebasan untuk bergaul dengan masyarakat luar. Sebaliknya, orang luar kurang memahami
kebudayaan masyarakat tersebut sehingga menimbulkan prasangka yang dapat menghalangi
berlangsungnya proses pembauran.
5) Adanya in-group yang kuat. In-group feeling, artinya suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu
terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan. Misalnya, golongan minoritas
Arab dan Tionghoa di Indonesia yang memperlihatkan perbedaan-perbedaan yang tajam dengan orang
Indonesia asli. Pelaksanaan pergantian nama orang Tionghoa dengan nama Indonesia tidak banyak
membawa hasil untuk mengintegrasikan mereka ke dalam masyarakat Indonesia jika in-group feeling
tidak diatasi lebih dulu.

5
BAB II
POTENSI KEBERAGAMAN BUDAYA YANG ADA DI MASYARAKAT SETEMPAT DALAM
KAITANNYA DENGAN BUDAYA NASIONAL

A. Faktor-Faktor Penyebab Keberagaman Budaya


1. Tempat tinggal : dimana seseorang itu tinggal, mempengaruhi suatu kebudayaan yang mereka jalani,
misalnya seseorang yang tinggal di daerah pantai mata pencaharian hidupnya tidak mungkin mencari teh
karena tidak sesuai dengan tempat tinggalnya
2. Pengaruh dari luar : pengaruh dari luar ini tidak terbatas. Misalnya bagi daerah Jawa Tengah, lalu
terpengaruh oleh Jawa Timur. Bagi Jawa Tengah, Jawa Timur itu termasuk pengaruh dari luar. Namun,
pengaruh dari luar ini juga termasuk pengaruh dari bangsa asing yang dulu memang pernah menjajah
Indonesia. Misalnya di Indonesia bagian timur banyak yang menganut agama kristen, sedangkan di
bagian barat banyak yang menganut agama islam karena terpengaruh Turki, dll.
3. Iklim : iklim juga mempengaruhi kebudayaan yang dijalani oleh masyarakat. Hawa dan suhu lingkungan
juga dapat menentukan apa yang kita lakukan. Misalnya, bagi orang-orang yang tinggal di daerah Eropa,
udara disana dingin, sehingga mereka membutuhkan sesuatu yang dapat menghangatkan badannya, salah
satunya dengan meminum alkohol. Sedangkan di Indonesia hal tersebut dilarang untuk dilakukan, karena
Indonesia beriklim tropis sehingga udaranya tidak terlalu dingin dan juga terkadang tidak begitu panas,
sehingga memang tidak membutuhkan alkohol untuk dikonsumsi.
4. Turunan nenek moyang : turunan dari nenek moyang ini, atau bisa katakan semacam tradisi yang
diturunkan kepada setiap anggota keluarganya. Misalnya bahasa Jawa yang berbeda-beda, walaupun
namanya itu sama-sama bahasa Jawa. Hal ini dikarenakan keturunan dari nenek moyang kita yang
terdahulu. Mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa-bahasa tersebut sehingga dari generasi
ke generasi bahasa yang digunakan berbeda-beda, walaupun biasanya tingkat kekentalan berbahasa
daerah itu semakin berkurang.
5. Mobilisasi : mobilisasi ini dapat menciptakan budaya baru. Misalnya ada orang Jawa yang tinggal di
Palembang. Sehingga apa yang ada disuku Jawa orang tersebut di gabungkan dengan apa yang ada di
Palembang, sehingga terbentuk budaya baru (terjadi akulturasi).
6. Jarak dan Lingkungan : ketika terjadi jarak dan lingkungan yang berbeda maka juga terjadi perbedaan
budaya. Misalnya budaya didaerah Sumatera Utara berbeda dengan budaya di daerah Jawa Timur.
Bahkan hal ini juga bisa terjadi didalam satu rumah, misalnya kebiasaan si adik dan si kakak dikamar
mereka masing-masing.
7. Kepercayaan : kepercayaan juga mempengaruhi kebudayaan. Misalnya di daerah Bali kebanyakan
menganut agama Hindu, sedangkan di Medan banyak yang menganut agama kristen. Ritual-ritual dan
upacara agama yang dilakukan disetiap daerah tersebut berbeda-beda, dan hal ini karena dipengaruhi
oleh perbedaan kepercayaan.
8. Ada juga yang disebut dengan daerah kebudayaan yaitu penggabungan atau penggolongan dari suku-
suku bangsa yang beragam kebudayaannya, tetapi mempunyai beberapa unsur dan ciri mencolok yang
serupa. Penggolongan beberapa kebudayaan dalam suatu daerah kebudayaan dilakukan berdasarkan atas
persamaan ciri-ciri yang mencolok. Tidak hanya dari ciri-ciri fisik (misalnya alat-alat berburu, alat-alat
bertani, senjata), tetapi juga unsur-unsur kebudayaan yang lebih abstrak dari sistem sosial atau sistem
budaya (misalnya unsur-unsur organisasi kemasyarakatan, sistem perekonomian, upacara-upacara
keagamaan, ataupun adat istiadat). Kebudayaan memang beraneka ragam, tetapi perbedaan itulah yang
membuat kebudayaan itu menjadi unik dan khas. Kebudayaan yang sekarang masih ada ini, harus dapat
kita lestarikan bersama agar dapat tetap terus ada dan tidak hilang.

B. Manfaat Keragaman Budaya


Tidak semua negara memiliki keberagaman budaya seperti yang dimiliki oleh negara Indonesia. Dengan
demikian, keberagaman budaya memberikan manfaat bagi bangsa kita. Beberapa manfaat keberagaman budaya,
sebagai berikut :
1. Dalam bidang bahasa, kebudayaan daerah yang berwujud dalam bahasa daerah dapat memperkaya
perbendaharaan istilah dalam bahasa Indonesia.
2. Dalam biang pariwisata, potensi keberagaman budaya dapat dijadikan objek dan tujuan pariwisata di
Indonesia yang bisa mendatangkan devisa.
3. Pemikiran yang timbul dari sumber daya manusia masing-masing daerah dapat pula di jadikan acuan bagi
pembangunan nasional

C. Contoh-Contoh Budaya Lokal


Deskripsi tentang budaya lokal suatu bangsa, biasanya mencakup : kondisi alam, mata pencaharian,
kepercayaan, bahasa dan kesenian.
1. Budaya Batak
Suku bangsa Batak sebagian besar mendiami pegunungan Sumatera Utara. Wilayah tempat tinggal suku
bangsa Batak beriklim musim. Tanah-tanah datar diantara daerah pegunungan dengan daerah pantai sangat
subur untuk lahan pertanian. Akan tetapi daerah-daerah pegunugan yang terdiri atas padang rumput kurang
subur. Bagi yang kurang ulet, mereka pergi merantau ke daerah lain di nusantara, teruatama ke ibu kota Jakarta.
Oleh karena itu, orang-orang batak dikenal sebagai suku bangsa perantau.

6
a. Sistem religi/kepercayaan
Kehidupan masyarakat Batak dipengaruhi oleh beberapa agama, seperti islam, kristen, katholik, hindu
dan budhha. Walaupun sebagian besar suku bangsa batak beragama kristen dan islam tetapi banyak konsep
yang berasal dari agama aslinya yang masih hidup, terutama penduduk di pedesaan terpencil. Orang-orang
batak mempunyai kepercayaan bahwa alam semesta diciptakan oleh debata (ompung) mula jadi na bolon
(debata kaci-kaci) dalam bahasa karo. Debata mulajadi na bolon tinggal di langit sebagai maha pencipta,
penguasa dunia tengah. Ia tinggal di dunia dengan menggunakan nama silaon na bolon (toba) atau tuan
padukah ni aji (karo).
Menurut kepercayaan nenek moyangnya, orang-orang batak mengenal tiga konsep jiwa atau roh, yaitu
tondi dan sahala. Tondi adalah jiwa atau roh orang itu sendiri yang merupakan kekuatannya. Sahala adalah
kekuatan yang dimiliki seseorang. Tidak semua orang memiliki sahala dan kualitasnya pun berbeda beda.
Sahala seorang raja, datuk atau pimpinan lebih kuat dari pada yang dimiliki orang biasa. Tondi merupakan
kekuatan yang memberi hidup kepada bayi (calon manusia), sedangkan sahala menentukan wujud dan jalan
orang itu didalam kehidupan selanjutnya.
Sahala dan tondi dapat berkurang dan bertambah kekuatannya. Tondi dapat pergi meninggalkan badan.
Apakah orang tadi akan menjadi sakit, bila untuk seterusnya orang itu akan mati.
b. Kesenian
Keberagaman kesenian suku bangsa batak tercermin dari rumah adat, motif-motif batik, adat upacara
kematian, pakaian adat, lagu-lagu dan tarian daerah. Seni bangunan tradisional orang batak terdiri atas lima
macam berikut ini :
1) Balai batu, yaitu bangunan pintu gerbang untuk menjaga perkampungan dan tempat tidur bagi para
penjaga lingkungan.
2) Rumah bolon adat, bangunan rumah untuk sang raja.
3) Balai bolon adat, bangunan tempat kantor pengadi;an yang diselenggarakan oleh raja.
4) Jambur, bangunan tempat menyimpan padi.
5) Pantangan, bangunan tempat menenun.
2. Budaya Sunda
a. Sistem religi/ kepercayaan
Masyarakat Sunda sebagian besar memeluk agama Islam. Orang-orang Sunda dikenal cukup taat dalam
menjalankan ajaran agama Islam, seperti giat melakukan shalat lima waktu, puasa, zakat fitrah, ibadah haji,
dan kewajiban lainnya. Namun di daerah-dareah pedesaan masih ada orang-orang Sunda yang percaya pada
hal-hal yang bersifat gaib dan tahayul, seperti mempercayai makhluk halus, jin, setan, benda-benda pusaka,
dan sebagainnya.
Pada masyarakat Sunda dikenal macam-macam upacara keagamaan, seperti upacara memperingati
Maulid Nabi, Idul Fitri, Idul Adha, selametan kelahiran anak, selametan kematian (tahlilan), sunatan,
pernikahan, selametan pendirian rumah, dan sebagainya. Hidangan upacara selamatan berupa nasi tumpeng
dengan lauk-pauknya dan makanan ringan. Daging ayam atau ikan terdapat di dalam nasi tumpeng. Ketika
mengikuti upacara selamatan orang tidak berani banyak bicara, tetapi khusu derdoa mengikuti pemimpin
upacara, yaitu ustadz atau orang yang ahli dalam agama Islam. Orang yang telah selesai memimpin jalannya
upacara biasanya dikirim nasi tumpeng beserta lauk-pauk dan makanan lainnya. Bahkan, ada pula yang
memberikan uang saku sebatas kerelaan dan kemampuan orang yang mempunyai hajatan.
b. Sistem kekerabatan
Sistem kekerabatan suku bangsa Sunda ialah parental, yaitu mengikuti garis keturunan dari kedua
orang tua (ayah dan ibu). Semua anggota keluarga, baik dari pihak laki-laki (ayah) maupun perempuan (ibu)
yang masih memiliki pertalian darah dan keturunan termasuk kedalam keluarga atau kerabat. Pada
masyarakat Sunda, bentuk keluarga yang terpenting ialah keluarga batih,yang terdiri atas ayah, ibu, dan
anak-anak. Hubungan sosial diantara anggota keluarga batih sangat erat, bersifat kekeluargaan, dan tolong-
menolong. Selain keluarga batih, pada masyarakat Sunda dikenal kelompok kekerabatan yang
dinamakan golongan keluarga. Golongan keluarga ini dalam ilmu antropologi disebut kindred. Selain itu,
pada masyarakat Sunda ada kelompok kekerabatan berupa ambilineal, yang masih tergolong kerabat di
sekitar keluarga batih, tetapi berorientasi ke arah nenek moyang yang jauh dalam masa lampau. Kelompok
kekerabatan ini dinamakan bondoroyot (suatu keturunan dari nenek moyang).
c. Kesenian
Masyarakat sunda dikenal memiliki macam macam kesenian daerah, seperti seni musik, seni tari,
drama kaligrafi, seni lukis, dan sebagainya. Sejak dahulu, orang sunda di kenal memilik peradaban yang
cukup tinggi. Hal ini tercermin dari kemajuan yang di capai di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
kesenian, organisasi sosial, bahasa, dan lain lain.

7
BAB III
ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH AKIBAT ADANYA KEBERAGAMAN BUDAYA

A. Masalah-Masalah yang Timbul Akibat Keragaman Budaya


Keberagaman budaya itu merupakan tantangan sekaligus peluang bagi masyarakat Indonesia. Merupakan
tantangan karena apabila tidak dikelola dan ditangani dengan baik maka keberagaman budaya akan dapat
mendorong timbulnya persaingan dan pertentangan sosial. Sebagai peluang, keragaman budaya itu bila dibina dan
diarahkan secara tepat, maka akan menjadi suatu kekuatan atau potensi dalam melaksanakan pembangunan bangsa
dan Negara Indonesia. Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan masalah-masalah yang muncul sebagai akibat dari
keberagaman budaya.
1. Pertentangan Sosial Akibat Keberagaman Budaya
Kita harus menyadari bahwa kehidupan masyarkat Indonesia sangat majemuk dalam suku bangsa dan
budaya. Keberagaman suku bangsa dan budaya itu akan berdampak negatif, berupa timbulnya pertentangan
antar budaya, jika tidak benar-benar ditangani secara tepat. Kehidupan bangsa Indonesia yang beragam suku
bangsa dan budaya, kadang-kadang diwarnai oleh konflik antar budaya. Hal itu terbukti dari timbulnya berbagai
kerusakan sosial, seperti yang terjadi di Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, Situbondo, Ambon, Poso, Sambas,
Aceh, Papua (Irian Jaya), dan daerah-daerah lainnya.
Peristiwa Tasikmalaya merupakan contoh konflik yang disebabkan oleh kecemburuan Poso merupakan
contoh konflik yang disebabkan oleh perbedaan agama antar umat Islam dengan umat Kristen. Peristiwa
Sambas merupakan contoh konflik dan yang disebabkan oleh perbedaan etnis / suku bangsa anara suku Dayak
(penduduk asli) dengan suku Madura (penduduk pendatang). Peristiwa Aceh dan Papua (Irian Jaya) merupakan
contoh konflik sosial yang disebabkan perbedaan kepentingan politik antara pemerintah Pusat dengan
masyarakat daerah setempat.
Kerusakan sosial yang terjadi di ibukota Jakarta tentara suku bangsa Betawi (penduduk asli) dengan suku
bangsa Madura (penduduk pendatang) merupakan akibat dari sentiment ke daerahan. Perubahan nilai-nilai
budaya akibat pengaruh globalisasi ternyata telah memicu timbulnya konflik sosial budaya dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Jakarta sebagai ibu kota Negara seringkali diwarnai oleh peristiwa kerusuhan sosial,
seperti peristiwa Tanjung Priuk dan prasasti. Konflik sosial tersebut telah menimbulkan korban jiwa dan harta
yang cukup banyak. Warga masyarakat yang tidak berdosa banyak yang menjadi korban amuk massa. Konflik
sosial akibat keberagaman budaya mempunyai dampak negatif yang amat luas dan kompleks.
Pada era reformasi sekarang ini, dampak negatif akibat keberagaman social budaya, antara lain sebagai
berikut :
a. Menimbulkan krisis ekonomi dan moneter yang berkepanjangan dan sulit diatasi , menyebabkan naiknya
harga barang-barang kebutuhan pokok serta rendahnya daya beli masyarakat;
b. Menimbulkan konflik antar elite dan golongan politik, sehingga menghambat jalannya roda pemerintah
dan pelaksanaan pembangunan;
c. Menimbulkan konflik antar suku bangsa, antar golongan, atau antar kelas sosial, sehingga menyebabkan
timbulnya perilaku anarkisme, terorisme, sekularisme, primordialisme, separalisme, dan sebagainya;
d. Menimbulkan perubahan sosial dan budaya yang terlalu cepat, sehingga terjadi perubahan nilai dan norma
sosial, perubahan pranata dan lembaga sosial, perubahan pandangn hidup, perubahan sistem dan struktur
pemerintahan, dan sebagainya.
2. Alternatif Pemecahan Masalah
Kita tahu bahwa keberagaman budaya dapat menimbulkan konflik dan kerusuhan sosial. Sebenarnya, telah
banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah kita dalam mengatasi masalah sosial akibat keberagaman budaya.
Ahli-ahli ilmu sosial juga telah memberikan teori-teori pemecahan masalah akibat konflik sosial budaya. Namun
pengaruh pemecahan masalah tersebut, tidak langsung dirasakan hasilnya oleh masyarakat.
Adapun metode-metode pemecahan masalah akibat konflik sosial budaya yang biasa digunakan, antara lain
sebagai berikut :
a. Metode kompetisi (competition)
Metode kompetisi adalah pemecahan masalah dengan menggunakan teknik persaingan. Metode ini
menyajikan suatu arena persaingan menang-kalah kepada pihak-pihak yang bertentangan. Apabila terjadi
konflik dalam masyarakat, biasanya pihak yang berkuasa akan memanfaatkan kekuasaan yang dimilikinya.
Misalnya, dengan memberikan alternatif siapa yang tidak setuju silahkan mengundurkan diri.
b. Metode menghindari (avoidance)
Metode menghindari adalah pemecahan masalah dengan cara salah satu pihak yang berselisih menarik diri
atau menghindari konflik. Dalam metode ini biasanya pihak-pihak yang bertentangan mengambiil keputusan
untuk berpisah atau menghindar secara fisik. Misalnya, golongan elit politik yang pernah berkuasa pada era
Orde Baru menarik diri dan tidak ikut lagi dalam kegiatan politik praktis pada pemerintahan era reformasi
sekarang ini.
c. Metode akomodasi (accommodation)
Metode akomodasi adalah cara pemecahan masalah dengan menciptakan kondisi damai untuk sementara.
Metode ini diterapkan apabila salah satu pihak bersedia memenuhi tuntutan pihak lawan. Metode ini digunakan
untuk memelihara hubungan baik dengan harapan salah satu pihak mau mengalah sebagai contoh, dalam
menyelesaikan konflik antara suku bangsa Dayak dengan suku bangsa Madura di Sambas, maka pemerintah kita
memisahkan dua pihak yang bertikai dengan menyediakan penampungan sementara bagi pengungsi dari suku
Madura sampai dicapai suatu kesepakatan damai.

8
d. Metode kompromi (compromise)
Metode kompromi adalah pemecahan masalah dengan cara melakukan perundingan damai. Metode ini tidak
diarahkan untuk menentukan siapa yang menang atau yang kalah, tetapi untuk mencari akar permasalahan,
sehingga dicapai suatu kesepakatan damai. Metode ini dapat memperkecil permusuhan yang terpendam.
e. Metode kolaborasi (collaboration)
Metode kolaborasi adalah pemecahan masalah dengan cara memberikan keuntungan yang sama kepada
pihak-pihak yang berselisih. Metode ini merubah konflik menjadi kerja sama. Dalam hal ini pihak-pihak yang
bertentangan diajak bekerja sama untuk berkompromi.
f. Metode pengurangan konflik
Selain ke lima metode tersebut,masih ada alternatif pemecahan masalah yang dapat digunakan, yaitu
metodepengurangan konflik. Ada dua cara yang dapat digunakan utuk mengurangi konflik, yaitu:
Mengganti tujuan yang menimbulkan konflik dengan tujuan yang dapat diterima oleh kedua pihak yang
berselisih;
Mempersatukan dua belah pihak yang bertentangan dengan menimbulkan ancaman atau musuh dari luar.

B. Integrasi Nasional
Apabila konflik sosial merupakan hasil proses sosial yang bersifat negatif, integrasi sosial dan nasional
merupakan hasil proses sosial yang bersifat positif,Integrasi sosial dan nasional dapat diartikan sebagai suatu
proses bersatunya unsur-unsur sosial-budaya yang berbeda-beda, sehingga tercipta kehidupan sosial dan
nasional secara serasi dan teratur.Integrasi sosial dan nasional terwujud melalui tahapan tertib
sosial,order,kejegan, dan keteraturan sosial budaya.
1. Tahapan Proses Sosial Budaya Menuju Terwujudnya Integrasi Sosial Dan Nasional
a. Tindakan sosial
Tindakan sosial adalah pola perilaku anggota masyarakat dalam interaksi sosial.Tindakan sosial setiap
orang tentu saja berbeda-beda.Perbedaan tersebut disebabkan masing-masing warga masyarakat memiliki
peran dan status sosial yang tidak sama.Selain itu,tindakan sosial dipengaruhi oleh nilai dan norma sosial
budaya yang berlaku dalam masyarakat. Contoh tindakan sosial berikut ini!
Siswa SMK pergi kesekolah untuk belajar menuntut ilmu
Ayah pergi bekerja untuk mencari nafkah.
Ibu pergi kre pasar untuk berbelanja
Anak kecil menangis karena ditinggal ibunya
b. Pola sosial
Pola sosial adalah bentuk hubungan sosial yang bersifat tetap atau berpola dalam interaksi sosial. Pola
sosial yang baik tentu saja akan dicontoh atau ditiru melalui proses imitasi dan identifikasi. Perhatikan contoh
pola sosial berikut ini!
Warga masyarakat bergotong royong mrembersihkan sampah.
Warga masyarakat bermusyawarah untuk mengambil keputusan bersama.
Warga masyarakat tolong-menolong apabila ada yang terkena musibah.
c. Order sosial
Order sosial adalah norma-norma sosial yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat.Order
sosial terbentuk dari pegaulan hidup di masyarakat.Order sosial i bersifat melekat dan mengatur perilaku
warga masyarakat.Oleh karena itu,keberadaan order sosial akan terus terpelihara dalam
masyarakat.Pelanggaran terhadap order sosial bagi para pelakunya akan mendapat sanksi,yang berupa
cemoohan,pengucilan atau hukuman pidana. Order sosial itu, ada yang tertulis dan ada pula yang tidak tertulis.
Order itu,ada yang tertulis:peraturan perundang-undangan (UUD 1945,undang-undang,peraturan
presidin,peraturan mentri,peraturan daerah,tata tertib sekolah,dan sebagainya)
Order sosial tidak tertulis:kebiasaan,adat istiadat,konvensi,tatakrama,etika sopan santun dan norma sosial
lainnya.
d. Keajegan sosial
Keajegan sosial adalah suatu kedaan masyarakat teratur dan bersifat tetap(ajeg), tidak mudah berubah.
Keajegan sosial timbul sebagai hasil hubungan yang serasi dan selaras dalam interaksi sosial antara perilaku
dengan nilai dan norma sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat. Contoh keajegan sosial berikut ini !
Laki-laki dewasa yang tam,pil menjadi wali nikah, bukan perempuan.
Ayah yang menjadi kepala keluarga, bukan ibu.
Anak-anak lazimnya bersikap hormat dan patuh kepada orang tua.
e. Tertib sosial
Tertib sosial adalah keadaan masyarakat yang tertib dan teratur. Tertib sosial merupakan hasil hubungan
serasi dan selaras antara perilaku dengan nilai dan norma sosial dalam proses interaksi sosial. Tertib sosial

9
terwujud bila seluruh anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan tuntunan nilai dan norma sosial.
Gambaran terwujudnya keteraturan sosial yaitu sebagi berikut
Perilaku sosial membentuk pola sosial
Pola sosial kemudian menjadi order sosial.
Order sosial membentuk keajegan sosial
Keajegan sosial menghasilkan tertib sosial
Tertib sosial mewujudkan keteraturan dan integrasi sosial

2. Faktor Pendorong Integrasi Sosial/Nasional


Integrasi sosial/nasional dapat terwujud dalam masyarakat Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika, karena
adanya kesadaran dari seluruh warga negara untuk hidup bersatu dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Kesadaran untuk hidup bersatu sebagai bangsa itu disebabkan masyarakat Indonesia mempunyai cita
cita dan tujuan luhur yang sama, yaitu masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Integrasi sosial akan lebih berkembang jika terdapat faktor pendorong berikut ini.
Seluruh anggota menyadari akan manfaat integrasi sosial
Adanya program masyarakat yang jelas dan terarah
Berkembangnya semangat kerjasama, kekeluargaan, dan gotong royong
Adanya faktor saingan atau ancaman dari luar ( out group ) sehingga integrasi social menjadi lebih kukuh
Adanya berbagai pranata dan lembaga social yang berperan mewadahi aktivitas kehidupan masyarakyat.
3. Peran Masyarakat Dan Pemerintah Dalam Menjaga Keselarasan Antar Budaya
a. Memelihara kebudayaan nasional dengan cara :
Mengelola, menggali, dan memperbaiki budaya tradisional yang tersebar di seluruh tanah air Indonesia;
Meneliti, mendokumentasikan, dan melestarikan perbendaharaan nasiona;
Meningkatkan perlindungan cagar alam.
b. Menghidupkan budaya nasional dengan cara :
Membangun sarana, lembaga, dan pusat pusat penelitian, pengkajian, penyajian, dan pendidikan
kebudayaan;
Membangkitkan dan mengembangkan pembendaharaan kebudayaan nasional;
Menghasilakan tenaga terdidik melalui jalur pendidikan formal maupun non formal, yang akan
mempunyai profesi di bidang kebudayaan antara lain sebagai seniman pelaku, pencipta, dan pamong
pengembang kebudayaan nasional;
Mendorong pendidikan seni budaya melalui jalur non formal yang diselenggarakan dalam bentuk
kegiatan kegiatan pendidikan kebudayaan di lingkungan keluarga dan masyarakat.
c. Memperkaya budaya nasional dengan cara:
Mengolah bentuk, corak, langgam, dan/atau budaya local dan tradisional untuk diselaraskan dengan
tingkat perkembangan kehidupan bangsa Indonesia dan perkembangan manusiawi di masa depan;
Membina bahasa dan sastra Indonesia serta bahasa dan sastra daerah;
Membangkitkan dan memupuk terus menerus sumber sumber penciptaan melalui pengembangan
gagasan gagasan dan karya karya baru;
Mendorong penciptaan kontemporer dari pada karay kesenian dan karya akal budi ;
Menyediakan bantuan keuangan dan/atau peralatan oleh pemerintahan bagi usaha non-pemerintah di
bidang pengembangan kebudayaan dalam batas kesanggupan keuangan Negara dan sesuai dengan
prioritas pembangunan nasional.
d. Membina ketahanan kebudayaan nasional dengan cara:
Mengamati dan meneliti semua unsur dan kegiatan kebudayaan asing yang dapat merugikan tata nilai
kehidupan dan kepribadian bangsa Indonesia;
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam hal daya penangkapan, pemilihan, penyerangan, dan
penyesuaian unsur unsur kebudayaan asing terhadap perkembangan peradaban bangsa, sehingga
merupakan pengolah budaya yang fungsional;
Mengatur, mengamati, dan mengarahkan penggunaan sarana dan lembaga kebudayaan;
Meningkatkan penulisan sejarah nasional dan pengembangan kesadaran sejarah, baik masa lampau,
masa kini, masa depan;
Meningkatkan pengenalan dan perlindungan tradisi serta peninggalan sejarah yang mempunyai nilai
nilai perjuangan dan kebangsaan nasional.
e. Menyebarluaskan dan memanfaatkan kebudayaan nasional dengan cara:
Memperluas kemungkinan dan kemampuan anggota masyarakat untuk turut menghayati, menikmati,
membina, memperkaya, memiliki dan menyebarluaskan hasil karya kebudayaan nasional;
Memperluas pandangan hidup, perhatian dan keterampilan anggota masyarakat bagi kepentingan
perkembangan peradaban;
Membudayakan hubungan kerja dan kesanggupan, perkembangan, pusat pusat pemukiman dan
penggunaan peralatan audiovisual serta media komunikasi lainnya.

C. Sikap Toleransi Dan Empati Sosial Terhadap Keberagaman Budaya

10
Sikap toleransi berarti sikap yang rela menerima dan menghargai perbedaan dengan prang atau kelompok
lain. Empati adalah sikap yang secara ikhlas mau merasakan pikiran dan perasaan orang lain. Sikap tolerans dan
empati ini sangat penting ditumbuh kembangkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia multicultural. Dengan
pengembangan sikap toleransi dan empati sosial, maka masalah-masalah yang beraitan dengan keberagaman
sosial budya akan dapat dikendalikan, sehingga tidak mengarah pada pertentangan sosial yang dapat
mengancam diisintegrasi nasional.
Adapun cara untuk menerima dan menghargai orang lain atau suku bangsa lain yang berbeda latar belakang
budaya dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai dari bangsa Indonesia.
2. Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai makhluk pribadi dan makhluk
sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
3. Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai manusia yang memiliki kelebihan
dan keterbatasan dalam hal-hal tertentu.
4. Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai manusia yang memiliki persamaan
kedudikan, harkat, martabat, dan derajat, serta hak dan kewajiban asasi.
5. Kita perlu menerima dan menghargai oranglain/suku bangsa lain sebagai pemilihan dan penghuni tanah air
Indonesia ciptaan Tuhan Yang Maha Rsa
6. Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai manusia yang memiliki latar
belakang sosial budaya yang berbeda-beda dalam ras, suku bangsa, bahasa, adat-istiadat, profesi, golongan
politik dan sebagainya.

11

You might also like