You are on page 1of 6

Jumlah Sel Monosit Setelah Paparan Radiasi Sinar-X Dari

Radiografi Periapikal secara In Vivo


(The Number of Monocyte Cells After In Vivo X-Ray Radiation
of Periapical Radiography)

Syah Banun, Sonny Subiyantoro, Supriyadi


Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
e-mail korespondensi: syaharbanu54@yahoo.com

Abstract
Background: Radiography is a vital visual tool to obtain clinical data about teeth and
periapical tissue. Radiography test uses X-Ray as radiation source. X-Ray is an
ionization radiation which could cause damage and death to the blood cells including
monocyte cells. Purpose: To identify the effect of X-Ray periapical radiography radiation
to monocyte cells after single and repetition exposure, and to identify the difference of
cell amount decrease in single and repetition exposure. Research Method: the research
samples are blood smears taken from the heart of mouse (Mus Musculus). The samples
are 18, divided into 3 groups which are control, treatment 1 and treatment 2. Group
treatment 1 given exposure by X-Ray periapical radiography radiation with 1.54 mGy
dose once while group treatment 2 given 14 times. Result: It indicates significant
difference on monocyte between group control, group treatment 1 and group treatment 2.
Conclusion: In conclusion, there is a substantial effect on monocyte after single and
repetition exposure of X-Ray periapical radiography radiation.

Keywords: monocyte, periapical radiography, X-Ray

Abstrak
Latar Belakang: Radiografi merupakan alat bantu visual yang sangat penting untuk
mendapatkan data klinis tentang gigi dan jaringan periapikal. Pemeriksaan radiografi
menggunakan sinar X sebagai sumber radiasi. Sinar X merupakan radiasi ionisasi yang
mampu menyebabkan kerusakan dan kematian pada sel darah termasuk sel monosit.
Tujuan: Mengetahui pengaruh radiasi sinar X radiografi periapikal pada sel monosit
setelah paparan tunggal dan ulangan dan perbedaan penurunan jumlah sel pada
paparan tunggal dan ulangan. Metode Penelitian: Sampel pada penelitian ini adalah
hapusan darah dari mencit (Mus Musculus) yang diambil dari jantung. Jumlah sampel 18
yang terbagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok perlakuan satu dan
kelompok perlakuan dua. Kelompok perlakuan pertama kemudian dipapar radiasi sinar X
radiografi periapikal dengan dosis 1,54 mGy sebanyak sekali paparan dan kelompok
perlakuan kedua sebanyak 14 kali paparan. Hasil: Menunjukkan perbedaan yang
signifikan yang berarti ada perbedaan jumlah monosit kelompok kontrol, perlakuan
pertama, dan perlakuan kedua. Kesimpulan: Terdapat pengaruh yang cukup signifikan
pada sel monosit setelah paparan tunggal dan ulangan sinar X dosis radiografi periapikal.

Kata kunci: monosit, radiasi sinar x, radiografi periapikal


Pendahuluan dosis sebesar 1,54 mGy mampu
menyebabkan penurunan jumlah monosit
Radiografi merupakan alat bantu yang darah tepi setelah dipapar radiasi sinar X
sangat penting. Radiograf adalah satu-satunya radiografi periapikal dosis tunggal dan
cara visual untuk mendapatkan data klinis pengulangannya secara in vitro pada darah
tentang gigi dan jaringan periapikal [1]. manusia. Berdasarkan uraian latar belakang di
Pemeriksaan radiografi di kedokteran gigi atas, penulis tertarik melakukan penelitian
digunakan sebagai alat bantu diagnosa, tentang pengaruh paparan radiasi sinar X dari
penunjang perawatan, menentukan rencana radiografi periapikal terhadap sel monosit,
perawatan, dan evaluasi hasil perawatan [2]. yaitu pengaruh paparan radiasi sinar X
Pemeriksaan Radiografi di kedokteran gigi radiografi periapikal secara in vivo pada sel
menggunakan sumber radiasi sinar X. Sinar X monosit mencit jantan (Mus Musculus L).
merupakan salah satu bentuk dari radiasi
ionisasi [3]. Metode Penelitian
Radiasi ionisasi merusak dengan cara
mengionisasi atom-atom pembentuk jaringan. Penelitian ini adalah penelitian
Interaksi radiasi pada tingkat atom dapat eksperimental laboratoris (in vivo) dengan
menimbulkan perubahan molekul, yang menggunakan rancangan penelitian the post
kemudian akan menyebabkan kerusakan test only control group design [7]. Penelitian
selular, dan selanjutnya menimbulkan dilakukan di Instalasi Radiologi Kedokteran
gangguan fungsi atau hilangnya fungsi sel [4]. Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM)
Kerusakaan sel akibat radiasi ionisasi berasal Universitas Jember dan Bagian Biomedik
dari efek langsung dan tidak langsung. Efek Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
langsung terjadi pada DNA, RNA, protein, dan pada bulan November 2014. Sampel yang
enzim. Partikel-partikel ionisasi jika digunakan dalam penelitian ini adalah mencit
berinteraksi langsung dengan DNA, maka (Mus Musculus).
dapat menyebabkan hilangnya salah satu Kriteria sampel yaitu mencit berjenis
ikatan kimianya, sehingga salah satu rantai kelamin jantan, berat badan 20-25 gram, umur
fosfat gula akan putus. Efek tidak langsung 3-4 bulan, dan sehat. Bahan dan alat yang
berasal dari radiolisis molekul air sehingga digunakan yaitu kandang pemeliharaan,
menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas ini tempat makan dan minum mencit, timbangan,
dapat merusak sel, DNA dan protein [4]. gunting bedah, sarung tangan, masker, pisau
Monosit merupakan salah satu jenis skalpel, mikroskop, gelas obyek, gelas
leukosit atau sel darah putih yang berperan penghapus, kapas, pinset, periapical
dalam fungsi sistem kekebalan tubuh. Monosit radiography unit, tabung bekas suntikan untuk
bersama netrofil dimobilisasi bersama sebagai fiksasi mencit, apron, disposable syringe,
bagian respon peradangan dan membentuk papan fiksasi, jarum fiksasi, untuk bahannya
garis pertahanan terhadap infeksi bakteri. yaitu minuman dan makanan standart mencit,
Fungsi dari monosit yaitu memfagosit dan wrights stain, methanol, buffer fosfat pH 6,
mencerna bahan asing beserta jaringan yang aquades, dan chloroform.
mati [5]. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa
Orang sehat memiliki sekitar 7% tahap yaitu persiapan hewan coba,
monosit dari jumlah peredaran leukosit, di pengelompokan hewan coba, fiksasi hewan
mana terdapat 300 sel dalam 1 mm 3 darah. coba, pemaparan radiasi, pengambilan sampel
Monosit tersirkulasi dalam peredaran darah darah, pembuatan hapusan, dan penghitungan
dengan rasio plasma 3-5% selama satu jumlah monosit.
hingga tiga hari, kemudian bermigrasi ke Tahap yang pertama yaitu persiapan
seluruh jaringan tubuh. Dosis radiasi sebesar hewan coba, hewan coba diadaptasikan
100 mGy (10 rad) cukup mengurangi jumlah selama 7 hari, diberi makanan standart dan
sel ini dalam aliran darah [4]. minum setiap hari secara ad libitum
Penelitian terdahulu menunjukkan (sesukanya). Tahap selanjutnya yaitu
bahwa dosis sebesar 25 rem (2,5 seivert) pengelompokan hewan coba, hewan coba
menunjukkan adanya penurunan jenis leukosit sebanyak 18 ekor dikelompokkan secara acak
sel PMN (polymorpho nuclear) akibat paparan menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok pertama
radiasi sinar X dosis tunggal dan tetap terjadi 6 mencit untuk kontrol, kelompok kedua 6
penurunan pada setiap dosis ulangannya mencit untuk perlakuan pertama, dan
secara in vivo pada mencit (Mus Musculus L), kelompok terakhir 6 mencit untuk perlakuan
referensi lain, menyebutkan bahwa dosisi kedua.
sebesar 5 rem (5 rad) dapat menyebabkan Tahap berikutnya yaitu fiksasi hewan
sindrom haemopoitik [6]. Penelitian lain juga coba dan pemaparan radiasi, hewan coba di
menunjukkan bahwa radiasi ionisasi dengan fiksasi dengan alat fiksasi khusus yang terbuat
tabung bekas suntikan yang terbuat dari Tabel tersebut menunjukkan jumlah
plastik, mencit diletakkan diatas tabung monosit paling sedikit terdapat pada kelompok
tersebut dengan badan menghadap ke bawah, dengan paparan radiasi ionisasi sebanyak 14
dan tangan kaki diikat oleh benang supaya kali, dan jumlah monosit kontrol lebih tinggi
tidak ada gerakan selama pemaparan sinar x. dibanding kelompok yang lain, sebelum data
Mencit yang telah difiksasi ditempatkan pada hasil penelitian di analisis, data tersebut lebih
papan fiksasi. Paparan radiasi diarahkan ke dahulu dilakukan uji normalitas dan uji
daerah punggung hewan coba (sumsum homogenitas. Uji normlitas menggunakan uji
tulang). Pemaparan radiasi sinar X radiografi Kolmogorov-Smirnov yang dilakukan untuk
periapikal dari dental-radiography unit dengan melihat apakah data yang didapat berdistribusi
pengaturan untuk regio molar pertama normal atau tidak. Uji homogenitas
permanen rahang bawah, pasien dewasa, 70 menggunakan uji Levene-Statistic yang
kV, 7 mA, waktu penyinaran 0,180 s (SOD bertujuan untuk mengetahui apakah data
[Source Object Distance] = 8 inci/20 cm) homogen atau tidak. Keduanya menggunakan
dengan dosis radiasi 1,54 mGy (0,154 rad) tingkat kesalahan p> 0,05.
dengan jumlah paparan satu kali dan 14 kali
dengan jarak interval satu menit [8]. Tabel 2. Hasil Uji normalitas menggunakan Uji
Tahap terakhir yaitu pengambilan Kolmogorov-Smirnov
sampel darah, 24 jam setelah dipapar radiasi Kelompok Sampel Nilai Signifikasi
hewan coba diambil darah dari jantungnya Kelompok Kontrol 0,787
sebanyak 1 ml dengan menggunakan jarum (tanpa paparan radiasi
insulin. Darah dibuat hapusan dan darah untuk
sinar X)
hitung total monosit. Perhitungan dilakukan di Kelompok Perlakuan 1 0,976
counting area dengan perbesaran 1000x.
Identifikasi sel monosit dan penghitungan (perlakuan dengan
dimulai dari satu sisi bergerak ke sisi lain, paparan tunggal)
kemudian kembali ke sisi semula dengan arah Kelompok Perlakuan 2 0,957
zigzag berjarak 3 lapangan pandang, untuk (perlakuan dengan
memudahkan penghitungan dibuat tabel
penghitungan, apabila kolom pertama sudah paparan ulangan
terhitung 10 leukosit maka pindah ke kolom sebanyak 14 kali)
selanjutnya, begitu seterusnya sampai
perhitungan 100 leukosit tiap hapusan.
Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas menggunakan
Hasil Penelitian Levene-Statistic

Penghitungan monosit dilakukan pada tiap Nilai Signifikansi


seratus leukosit. Hasil penghitungan monosit Levene-Statistic 0,955
pada kelompok kontrol, paparan tunggal dan
paparan ulangan dapat dilihat pada tabel
berikut: Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa
masing-masing kelompok sampel didapatkan
Tabel 1. Hasil Penghitungan Jumlah Monosit pada nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05,
Pengamatan 24 jam Setelah Paparan Radiasi Sinar maka data yang dihasilkan berdistribusi
X dari Radiografi Periapikal normal. Tabel 3 hasil uji homogenitas Levene-
Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 Statistic mendapatkan nilai signifikansi 0,955.
1 17 11 7 Nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka data
2 21 10 9 yang didapat adalah homogen.
3 18 13 8 Data yang didapatkan berdistribusi
normal dan homogen, maka selanjutnya untuk
4 17 10 11
mengetahui apakah terdapat perbedaan
5 15 13 9 jumlah monosit akibat paparan radiasi sinar X
6 17 12 11 dari radiografi periapikal diantara kelompok
17,5 11,5 9,2 kontrol (tanpa paparan), kelompok perlakuan
x
pertama (satu kali paparan), dan kelompok
Keterangan: kontrol = tidak diberikan perlakuan
perlakuan kedua (14 kali paparan) dilakukan
perlakuan 1 = kelompok perlakuan uji statistik One-Way Anova. Uji statistik One-
dengan paparan tunggal Way Anova dengan tingkat kesalahan yang
perlakuan 2 = kelompok perlakuan digunakan adalah 0,05. Hasil analisis
dengan 14 kali paparan dinyatakan berbeda bila p<0,05.
Berdasarkan hasil uji statistik One-Way stem cell) adalah sel sumsum tulang yang
Anova didapatkan p<0,05, artinya terdapat membentuk semua jenis sel darah. Sebelum
perbedaan jumlah monosit yang bermakna berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel
akibat paparan radiasi sinar X dari radiografi darah, HSC berdiferensiasi menjadi sel induk
periapikal diantara kelompok kontrol (K), khusus atau disebut juga sebagai committed
kelompok perlakuan perlakuan pertama (P1), stem cell (sel progenitor). Melalui sel
dan kelompok perlakuan kedua (P14), progenitor inilah terbentuk promonosit.
selanjutnya dilakukan uji statistik Least Promonosit berdiferensiasi menjadi monosit
Significance Difference (LSD) untuk dengan cara dua kali pembelahan [10,11].
mengetahui kelompok manakah yang berbeda Pada penelitian ini digunakan mencit
secara bermakna. Ringkasan hasil uji statistik sebagai sampel, karena pengambilan darah
LSD dapat dilihat pada Tabel 5. pada hewan ini lebih mudah. Selain itu hewan
ini termasuk golongan omnivora yang memiliki
Tabel 5 Hasil Uji LSD pada Ketiga Kelompok 24 jam alat pencernaan dan kebutuhan nutrisi hampir
setelah pemaran radiasi sinar X dari Radiografi sama dengan manusia [12]. Dosis letal (LD)
Periapikal 50/30 dari mencit adalah 540-640 Rad.
K P1 P14 Sedangkan LD 50/30 manusia dewasa adalah
K - 0,000 0,000 450 Rad. LD 50/30 adalah dosis radiasi
P1 0,000 - 0,029
seleruh tubuh yang bersifat letal pada 50%
P14 0,000 0,029 -
populasi dalam waktu 30 hari [13,14], namun
apakah hasil penelitian ini dapat disamakan
Hasil analisa data dengan uji LSD
atau digeneralisasikan pada manusia, hal ini
didapatkan p<0,05 dan pada tiap perlakuan
memerlukan penelitian dan pembahasan
dan kontrol (tabel 5) dapat terlihat bahwa
tersendirI. Efek biologis dari radiasi sinar X
terdapat perbedaan jumlah monosit bermakna
tergantung dari: besar dosis yang diserap, luas
antara antara kelompok kontrol dengan
permukaan yang terpapar, sensitifitas sel,
kelompok P1, kelompok kontrol dengan
kecepatan proliferasi sel, kemampuan
kelompok P14, dan kelompok P1 dengan
penyembuhan dan lama periode laten [11].
kelompok P14.
Efek radiasi terhadap sumsum tulang
terlihat dengan jelas pada penelitian ini,
Pembahasan dimana efek radiasi tersebut dapat
Sinar X adalah sumber radiasi yang menurunkan jumlah rata-rata sel monosit
sering digunakan pada pemeriksaan radiografi secara signifikan. Dampak radiasi terhadap sel
di Kedokteran Gigi, selain memberikan monosit dengan dosis tunggal (P1)
manfaat radiasi sinar X juga memberikan efek dibandingkan dengan kelompok kontrol (K)
negatif. Radiasi sinar X merupakan salah satu terlihat penurunan yang sangat signifikan (p =
agen yang kuat dalam menimbulkan 0,000) dibandingkan dengan dampak radiasi
kerusakan bahkan kematian terhadap sel, antara dosis tunggal dan dosis ulangan (p =
jaringan, atau organ [4]. 0,029). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
Pada penelitian ini radiasi sinar X dari dampak injuri sinar radiasi terhadap sumsum
radiografi periapikal dipaparkan pada daerah tulang pada mencit dengan dosis tunggal
sumsum tulang dari hewan coba (mencit), dan menimbulkan efek syok terhadap sistem
diperoleh penurunan jumlah monosit dalam hematopoietic sehingga jumlah sel monosit
sirkulasi darah secara signifikan. Tingkat menurun drastis ( x =11,5) dibandingkan
radiosensitivitas sel salah satunya tergantung dengan kelompok kontrol ( x = 17,5).
pada tingkat proliferasi, semakin tinggi tingkat Dosis sekitar 0,5 Gy dapat
pembelahan atau proliferasinya maka sel menyebabkan penekanan proses
tersebut semakin sensitive terhadap radiasi pembentukan sel darah sehingga jumlah sel-
[9]. Sel-sel dalam sistem hematopoietic adalah sel darah akan menurun. Jumlah sel leukosit
sel yang terus membelah sehingga akan menurun dalam beberapa jam paska
sensitivitasnya terhadap radiasi sangat tinggi, paparan radiasi, sedangkan trombosit
dengan demikian paparan radiasi ke arah (platelet) juga menurun tetapi dalam waktu
sumsum tulang akan memberikan dampak yang lebih lama, beberapa hari atau minggu.
yang lebih besar dibandingkan apabila Sementara penurunan jumlah eritrosit (sel
paparan diberikan di daerah perifer. darah merah) baru terjadi dalam waktu
Sumsum tulang adalah organ dari beberapa minggu kemudian. Paparan radiasi
sistem pembentukan darah, sekitar 75 % sel di dosis tinggi pada sumsum tulang akan
sumsum tulang termasuk dalam seri mieloid mengakibatkan kematian dalam waktu
penghasil sel darah putih termasuk monosit. beberapa minggu [15]. Penyebab lain
Sel induk hematopoietic (HSC; Hematopoietic penurunan jumlah monosit pada pada
kelompok perlakuan pada penelitian ini sirkulasi darah akan menurun, selain itu dapat
disebabkan karena terjadi kematian sel akibat juga disebabkan efek biologis langsung
efek biologis dari radiasi sinar X. Kerusakan terhadap sel monosit.
atau kematian sel akibat radiasi ionisasi ini Pada penelitian ini, peneliti hanya
terjadi secara langsung maupun tidak terbatas melihat dampak radiasi sinar X
langsung. Kerusakan langsung terjadi pada terhadap jumlah monosit dan belum meneliti
DNA. Pada sel yang mendapat paparan faktor lain yang menyebabkan penurunan
radiasi, molekul DNA akan menjadi target jumlah sel, juga perubahan struktur sel dan
utama sehingga akan mengalami kerusakan subsel akibat paparan radiasi, sehingga perlu
paling banyak. Hal ini karena molekul DNA dilakukan penelitian lebih lanjut misalnya
merupakan struktur sub sel yang paling peka mengenai keadaan paparan radiasi sinar X
terhadap radiasi dibandingkan struktur sub sel terhadap sel tubuh lainnya akibat radiasi
yang lain [16]. ionisasi. Penelitian lebih lanjut juga perlu
Apabila rantai tunggal DNA terputus dilakukan untuk melihat penurunan sel
maka perbaikan umumnya berlangsung monosit setelah paparan radiasi sinar X
dengan baik (reversible), tetapi apabila dua radiografi dengan teknik radiografi yang lain.
rantai DNA yang terputus maka tidak mungkin
terjadi perbaikan (irreversible) sehingga terjadi
kematian sel [4,17]. Kerusakan secara tidak Daftar Pustaka
langsung yaitu oleh radikal bebas hasil dari [1] Grossman, Louis I. Ilmu endodontik
radiolisis molekul air dalam sel, terutama dalam praktek. Jakarta: EGC; 1998
adalah radikal bebas hidroksil (OH). [2] Whaites E. Essentials of Dental
Persentase molekul air dalam tubuh mencapai Radiography and Radiology. Edisi 3. New
80% berat, sehinnga diperkirakan kerusakan York: Churchill Livingstone. 2003.
sel pada penelitian ini sebagian besar terjadi [3] Cotran, R., Robbins, S., Kumar, Abbas
melalui efek tidak langsung atau radikal bebas dan Nelson. Pathologic Basic of disease.
[4,13,16]. Edisi VII. Alih Bahasa: Haryanto A.G.
Pada penelitian terdahulu dengan Philadhelpia: Elseviers Health Science.
metode yang hampir sama yaitu pemaparan 1999.
radiasi sinar X radiografi perapikal [4] Edwards, C., Statkiewicz, M.A. dan
menggunakan mencit jantan menunjukkan Russell, E. Perlindungan Radiologi Bagi
terdapat penurunan jenis leukosit PMN Pasien dan Dokter Gigi. Alih Bahasa:
(polymorpho nuclear) yang signifikan akibat Lilian Y. Judul Asli: Radiation Protection
pemaparan dosis tunggal maupun dosis for Dental Radiographers. Jakarta: Widya
ulangan. Penelitian lain menunjukkan bahwa Medika. 1990.
radiasi sinar X mampu menyebabkan [5] Metuk. Struktur Sel dan Jaringan.
penurunan jumlah monosit pada dosis tunggal, Lampung: Universitas Lampung. 2009.
tetapi penelitian tersebut dilakukan secara in [6] Lukman, D. Dasar-Dasar Radiologi dalam
vitro pada darah perifer manusia. Ilmu Kedokteran Gigi. Edisi 2. Jakarta:
Berdasarkan hasil penelitian ini maka Widya Medika. 1995.
usaha pencegahan dan proteksi terhadap [7] Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian
radiasi perlu ditingkatkan, termasauk pada Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta; 2002.
pemeriksaan radiografi di Kedokteran Gigi. [8] Carestream Health, Inc. Kodak 2200
Proteksi radiasi bertujuan untuk meminimalkan Intraoral X-Ray System, Users Guide.
resiko dari radiografi yang digunakan untuk Croissy-Beaubourgh. Perancis. 2009.
pemeriksaan baik untuk pasien, operator, [9] Rubin, E. Rubins Pathology:
maupun lingkungan sekitar [18]. Clinichopathologic Foundations of
Medicine. Edisi Keempat. Lipponcott
Simpulan dan Saran William dan Wilkins: Maryland USA.
2005.
Berdasarkan hasil penelitian tentang
[10] Guyton A.C. and J.E. Hall. Buku Ajar
jumlah sel monosit setelah paparan radiasi
Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:
sinar X dari radiografi periapikal secara in vivo,
EGC. 2007.
dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan
[11] Ganong, W. F. Buku Ajar Fisiologi
jumlah sel monosit setelah paparan tunggal
Kedokteran Ganong. Edisi 22,
dan paparan ulangan sebanyak 14 kali radiasi
Jakarta:EGC. 2003.
sinar X dari radiografi periapikal dengan dosis
[12] Rantam Fedik A. Metode Imunologi.
sebesar 1,54 mGy secara signifikan yang
Surabaya: Airlangga University Press.
disebabkan karena efek radiasi menekan
2003.
proses pembentukan sel darah pada sumsum
tulang sehingga jumlah sel monosit pada
[13] Goaz, Paul W, Stuart C. White. Oral
Radiology Principles and Interpretation.
USA: The C.V. Mosby Company. 1987.
[14] Lawler, W., Ali, A., William, H. Buku Pintar
Patologi Untuk Kedokteran Gigi. Alih
Bahasa: Djaya. Judul Asli: Essensial
Pathology for Dental Students. Jakarta:
EGC. 1992.
[15] Alatas, Z. Efek Radiasi Pengion dan Non
Pengion pada Manusia. Buletin ALARA.
Vol. 5 (99): hal 112. 2004.
[16] Bushong, Sc.D. Radiologic Science for
Technologist Physics, Biology dan
Protection. Edisi 4. St.Louis: The C.V.
Mosby Company. 1988.
[17] Underwood, J.C.E. Patologi Umum dan
Sistemik. Vol.2. Edisi 2. Jakarta: EGC.
2000.
[18] American Dental Association. The Use of
Dental Radiographs: Update and
Recommendation. J Am Dent Assoc
(137). 2006.

You might also like