You are on page 1of 10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP LAMANYA PERAWATAN

PADA PASIEN PASCA OPERASI LAPARATOMI DI INSTALASI RAWAT INAP


BRSU TABANAN

Kusumayanti, Ni Luh Putu Devi., Ns. Ni Made Dian S., M. Kep., Sp. Kep. J (1), Ns. Luh
Putu Ninik Astriani, S. Kep. (2).
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Abstract. Laparotomy is a major surgical that doing at abdomen area. Slashes on


laparotomy's surgical makes large and deeply wound, because of that it needs treatment in the
hospital for several days. During treatment, post laparotomys surgical patients needs more
attention to prevent complication, minimalized days in hospitalized and cost of the treatment,
for patients or management of the hospital. This study aimed to determine the influence
factors for longer treatment of post operative laparotomys patients in hospitalization in the
BRSU Tabanan. This is description observasional design with kohort prospection design,
which data of independent variabel (influence factors) identified before, then followed as
prospective till dependent variabel occur, that is the longer of hospitalization. Observation or
measured variabel performed during four days, then the results analysis by the Spearman rank
with level of significant =0,05. Samples consist of 19 patients were hospitalized in BRSU
Tabanan, they were selected with purposive sampling technique. Data was collected using
observations check list. Research results mean of there was relationship with age (=0,05),
nutrition intake (=0,033), pain scale (=0,016), early mobilization (=0,033), with
hospitalizations longer on post laparotomys surgical patients in BRSU Tabanan. Based on
that invention, there are some suggest to nursing to give more attention for ages, pain scale,
nutrition intake, and early mobilization to post laparotomys surgical patients, there for the
hospitalizations day on post laparotomys surgical patients can shorten.

Keywords: Ages, nutrition intake on post surgical, pain scale, early mobilization,
hospitalitations days

PENDAHULUAN
Perkembangan globalisasi dan dari perawatan kesehatan di seluruh dunia.
perubahan gaya hidup manusia berdampak Diperkirakan setiap tahun ada 230 juta
terhadap perubahan pola penyakit. Selama tindakan bedah dilakukan di seluruh dunia
beberapa tahun terakhir di Indonesia, (Hasri, 2012). Data Tabulasi Nasional
masyarakat Indonesia mengalami Departemen Kesehatan Republik
perkembangan dan peningkatan angka Indonesia Tahun 2009, menjabarkan
kesakitan dan kematian. Untuk mengatasi bahwa tindakan bedah menempati urutan
berbagai macam keluhan penyakit, ke-11 dari 50 pola penyakit di Indonesia
berbagai tindakan telah dilakukan, mulai dengan persentase 12,8% dan diperkirakan
dari tindakan yang paling ringan yaitu 32% diantaranya merupakan bedah
secara konservatif atau non bedah sampai laparatomi.
pada tindakan yang paling berat yaitu Laparatomi merupakan jenis
operatif atau tindakan bedah. operasi bedah mayor yang dilakukan di
Data WHO menunjukkan bahwa daerah abdomen. Pembedahan dilakukan
selama lebih dari satu abad, perawatan dengan penyayatan pada lapisan-lapisan
bedah telah menjadi komponen penting dinding abomen untuk mendapatkan
bagian organ abdomen yang mengalami jangka panjang (lebih dari 14 hari)
masalah seperti hemoragi, perforasi, sebanyak 25,8%.
kanker, dan obstruksi (Sjamsuhidajat dan Menurut Potter dan Perry (2006)
Jong, 2005). Sayatan pada bedah lama perawatan yang memanjang
laparatomi menimbulkan luka yang disebabkan karena beberapa faktor, yaitu
berukuran besar dan dalam, sehingga faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik.
membutuhkan waktu penyembuhan yang Faktor ekstrinsik terdiri dari pemenuhan
lama dan perawatan berkelanjutan. Pasien nutrisi yang tidak adekuat, teknik operasi,
akan menerima pemantauan selama di obat-obatan, dan manajemen luka.
rumah sakit dan mengharuskan pasien Sedangkan faktor intrinsik terdiri dari usia,
mendapat pelayanan rawat inap selama gangguan sirkulasi, nyeri, dan penyakit
beberapa hari (Potter dan Perry, 2006). penyerta. Faktor lainnya adalah mobilisasi
Lama rawat inap atau Length of (Majid, Judha, dan Istianah, 2011).
Stay (LOS) adalah salah satu unsur atau Fokus rumah sakit adalah untuk
aspek asuhan dan pelayanan di rumah sakit memberi perawatan yang berkualitas
yang dapat dinilai atau diukur. Lama rawat sehingga pasien dapat pulang lebih awal
inap pasien pasca operasi laparatomi dengan aman ke rumahnya. Badan Rumah
merupakan jumlah hari rawat pasien sejak Sakit Umum Tabanan adalah rumah sakit
menjalani operasi sampai saat pasien tipe B yang memiliki Instalasi Bedah
sembuh dan dapat dipulangkan (Nursiah, Sentral. Dari data rekam medik pasien
2010). BRSU Tabanan tahun 2012, dimana
Dalam Potter dan Perry (2006), jumlah pasien yang mengalami operasi
dijelaskan bahwa penyembuhan atau laparatomi sebanyak 250 pasien.
pemulihan pasca operasi pengangkatan Sementara untuk periode Januari 2013
kandung empedu atau kolesistektomi sampai Oktober 2013, terdapat 192 pasien
membutuhkan waktu lama rawat inap di yang menjalani operasi laparatomi. Dari
rumah sakit selama tiga sampai lima hari data diketahui bahwa lama rawat inap
dan masa pemulihan sedikitnya pasien pasca laparatomi bervariasi, ada
membutuhkan waktu selama empat yang hitungan hari dan ada juga yang
minggu. Hal ini juga serupa dengan lama bulanan. Berdasarkan data Januari 2012
perawatan pasca seksio sesarea yang sampai Oktober 2013, lama rawat paling
dijabarkan oleh Kasdu (2003), dimana cepat adalah satu hari dan paling lama
dibutuhkan waktu perawatan normal adalah 68 hari. Dimana 79,4% rata-rata
selama tiga sampai lima hari dan proses perawatan pasien adalah satu sampai lima
pengangkatan jahitan pasca operasi bersih hari dan 20,6% lebih dari lima hari.
adalah lima sampai tujuh hari sesuai Dari hasil observasi dan wawancara
dengan penyembuhan luka yang terjadi. yang telah dilakukan oleh peneliti pada
Sementara penelitian yang bulan Oktober 2013, pada pasien pasca
dilakukan oleh Islam dan Limpo (2001) operasi laparatomi yang diambil dari usia
menyatakan bahwa lama hari rawat pada muda dan usia tua didapatkan bahwa
pasien pasca operasi bervariasi yaitu tujuh pasien yang sudah menjalani tindakan
sampai 30 hari dengan rata-rata hari rawat pembedahan mengeluhkan beberapa
antara tujuh sampai 14 hari. Pemaparan ini masalah, hal ini dibuktikan dari
juga didukung oleh penelitian yang ketidakmampuan pasien dalam melakukan
dilakukan oleh Nursiah (2010) di RSUD ambulasi dimana pasien mengeluh nyeri
Labuang Baji Makasar terhadap pasien pada lokasi pembedahan, sehingga hal ini
yang menjalani tindakan pembedahan juga mengakibatkan terjadinya
laparatomi menyatakan bahwa lama keengganan untuk memenuhi asupan
perawatan singkat yaitu tujuh sampai 14 nutrisi. Jika hal ini dibiarkan maka dampak
hari sebanyak 74,2% dan lama perawatan yang terjadi adalah proses penyembuhan
luka pada pasien pasca operasi laparatomi Setelah data terkumpul, peneliti
akan berlangsung lama dan hal ini juga melakukan tabulasi dan analisis data.
akan mengakibatkan dampak pada lama Analisa data menggunakan analisis non-
hari rawat yang panjang. parametric. Analisis univariat dan analisis
Berdasarkan uraian di atas, maka bivariat dimana untuk uji statistik yang
peneliti tertarik untuk melakukan digunakan adalah uji rank spearman
penelitian yang berjudul Faktor-Faktor
Yang Berpengaruh Terhadap Lamanya HASIL PENELITIAN
Perawatan Pada Pasien Pasca Operasi A Data Umum
Laparatomi Di Instalasi Rawat Inap Badan Penelitian ini dilakukan pada
Rumah Sakit Umum Tabanan. tanggal 10 Mei 2014 - 7 Juni 2014.
Berdasarkan data demografi responden
METODE PENELITIAN diperoleh gambaran bahwa sebagian besar
Rancangan Penelitian responden dengan usia muda sebanyak 15
Jenis penelitian dalam penelitian (78,9%) dan sebagian besar responden
ini adalah deskriptif korelatif, dengan dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak
pendekatan kohort prospektif. 7 (36,8%). Dari jenis kelamin
menunjukkan bahwa sebagian besar
Populasi dan Sampel responden adalah perempuan sebanyak 12
Populasi dalam penelitian ini (63,2%).
adalah seluruh pasien pasca laparatomi B Data Khusus Lama Hari Rawat
yang mengalami hospitalisasi di BRSU
Tabanan. Peneliti mengambil sampel Distribusi responden berdasarkan
berjumlah 19 responden yang memenuhi lama hari rawat menunjukkan bahwa
kriteria inklusi. pasien dengan hari rawat panjang (>5 hari)
sebanyak 4 responden (21,1%) dan dengan
Instrumen Penelitian hari rawat singkat atau pendek (1-5 hari)
Pengambilan data dilakukan sebanyak 15 responden (78,9%).
dengan cara observasi. Instrumen yang C Data Khusus Skala Nyeri Pasca
digunakan untuk mengukur mobilisasi Operasi
berupa checklist, data pemenuhan
Distribusi responden berdasar
kebutuhan nutrisi yang diukur
akumulasi skala nyeri pada pasien pasca
menggunakan taksiran visual skala
operasi laparatomi di BRSU Tabanan
Comstock, dan skala nyeri pasien yang
menunjukkan bahwa pasien dengan skala
didapatkan menggunakan alat ukur VAS
nyeri ringan sebanyak 10 responden
(Visual analog scale).
(52,6%), dan pasien dengan nyeri sedang
sebanyak 9 (47,4%).
Prosedur Pengumpulan dan
D Data Khusus Pemenuhan Nutrisi
Analisis Data
Pasca Operasi
Dari sampel terpilih, dilakukan
penyampaian maksud dan tujuan peneliti Distribusi responden berdasar
kepada sampel untuk kesediaannya secara akumulasi pemenuhan nutrisi pada pasien
sukarela menjadi responden. Pengambilan pasca operasi laparatomi di BRSU
data dilakukan dengan cara observasi skala Tabanan menunjukkan bahwa pasien
nyeri dan pemenuhan nutrisi pasca operasi dengan pemenuhan nutrisi baik sebanyak 9
yang dimulai pada hari ke-1 sampai skala (47,4%), dan pasien dengan pemenuhan
hari ke-4. Untuk penilaian lembar nutrisi yang kurang sebanyak 10
observasi mobilisasi dini, pengambilan responden (52,6%).
data dimulai pada 8 jam pasca operasi E Data Khusus Mobilisasi Dini Pasca
sampai hari ke-3 pasca operasi. Operasi
Distribusi responden berdasarkan Dari hasil analisis menunjukkan antara
mobilisasi dini pada pasien pasca operasi mobilisasi dini dengan lama rawat pada
laparatomi di BRSU Tabanan pasien laparatomi terdapat hubungan,
menunjukkan bahwa pasien dengan dimana nilai sig. 0,033 (<0,05) dengan
mobilisasi dini baik sebanyak 9 (47,4%), nilai koefisien 0,490 (tanda negatif),
dan pasien dengan mobilisasi dini cukup dimana hal ini menunjukkan semakin baik
sebanyak 10 (52,6%). mobilisasi dini yang dilakukan pasien
F Pengaruh Usia Terhadap Lama pasca operasi, maka lama rawat akan
Hari Rawat Pasien Pasca Operasi semakin pendek, dengan kekuatan
Laparatomi hubungan moderat.
Dari hasil analisis menunjukkan antara PEMBAHASAN
usia dengan lama rawat pada pasien Berdasarkan hasil uji statistik,
laparatomi terdapat hubungan, dimana didapatkan ada pengaruh usia, skala nyeri,
nilai sig. 0,001 (<0,05) dengan nilai pemenuhan nutrisi, dan mobilisasi dini
koefisien 0,712 (tanda positif), dimana hal dengan lama hari rawat inap pada pasien
ini menunjukkan semakin meningkat umur pasca operasi laparatomi di instalasi rawat
pasien, maka lama rawat akan semakin inap BRSU Tabanan.
panjang dengan kekuatan hubungan sangat A Pengaruh Usia Terhadap Lama
kuat. Hari Rawat Pasien Pasca Operasi
G Pengaruh Skala Nyeri Terhadap Laparatomi
Lama Hari Rawat Pasien Pasca
Operasi Laparatomi Saat dilakukan observasi, peneliti
menemukan pasien dengan usia muda
Dari hasil analisis menunjukkan antara lebih cepat mengerti dan tanggap akan
nyeri dengan lama rawat pada pasien anjuran dari perawat dalam melakukan
laparatomi terdapat hubungan, dimana perawatan pasca operasi. Seseorang yang
nilai sig. 0,016 (<0,05) dengan nilai memasuki usia muda sampai dewasa
koefisien 0,544 (tanda positif), dimana hal memiliki banyak pengetahuan dan banyak
ini menunjukkan semakin meningkat nyeri pengalaman yang dapat mempengaruhi
yang dialami pasien, maka lama rawat sikap dan perbuatan yang dapat diterapkan
akan semakin panjang, dengan kekuatan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
hubungan kuat. sejalan dengan penelitian yang dipaparkan
H Pengaruh Pemenuhan Nutrisi oleh Desmita (2008) mengatakan bahwa
Terhadap Lama Hari Rawat Pasien pada usia muda orang biasanya berubah
Pasca Operasi Laparatomi dan menerapkan pengetahuan yang
didapat. Selain itu menurut Baharestani
Dari hasil analisis menunjukkan antara
(2003) pola penyembuhan usia muda pasca
pemenuhan nutrisi dengan lama rawat
operasi lebih cepat pada usia tua. Hal ini
pada pasien laparatomi terdapat hubungan,
dikarenakan pada usia muda jumlah
dimana nilai sig. 0,033 (<0,05) dengan
fibroblast dan kolagen lebih banyak dan
nilai koefisien 0,490 (tanda negatif),
lebih cepat dalam pembentukan jaringan
dimana hal ini menunjukkan semakin baik
granulasi daripada usia tua. Penelitian ini
atau meningkat pemenuhan nutrisi pasien
didukung pula oleh penelitian mengenai
pasca operasi, maka lama rawat akan
hubungan usia dengan masa penyembuhan
semakin pendek, dengan kekuatan
yang dipaparkan Valencia (2001)
hubungan moderat.
menjelaskan bahwa semakin tua usia
I Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap
pasien, maka angka komorbiditasnya akan
Lama Hari Rawat Pasien Pasca
meningkat, respon terhadap fase inflamasi,
Operasi Laparatomi
proliferasi, dan maturasi mengalami untuk melakukan latihan-latihan
penurunan seiring dengan pengaruh usia. menggerakkan tubuh dan berinteraksi
dengan lingkungan sosial sehingga proses
B Pengaruh Skala Nyeri Terhadap pemulihan dan penyembuhan dapat
Lama Hari Rawat Pasien Pasca berlangsung dengan cepat.
Operasi Laparatomi C Pengaruh Pemenuhan Nutrisi
Terhadap Lama Hari Rawat Pasien
Tindakan pembedahan laparatomi Pasca Operasi Laparatomi
menyebabkan kerusakan jaringan dan
menimbulkan nyeri pada bagian abdomen. Pengobatan melalui diet dan nutrisi
Nyeri pasca operasi mengindikasikan pasca operasi sangat penting dalam
kerusakan atau cedera telah terjadi dengan kesuksesan operasi dan penyembuhan
intensitas ringan sampai berat. Adanya pasien. Luka operasi dan stress karena
nyeri maka seseorang akan cenderung respon pasca operasi memerlukan kalori
malas dan takut untuk beraktifitas selain untuk energi dan protein untuk sintesis
itu masalah yang timbul adalah penurunan protein. Dalam penelitian Meilany,dkk
kemampuan fungsional dikarenakan (2012) menyebutkan bahwa 55-60%
adanya nyeri dan kondisi pasien yang kebutuhan kalori total tubuh berasal dari
masih lemah (Basuki, 2007). Dari hasil karbohidrat. Kepentingan karbohidrat
pengamatan, nyeri pasca operasi timbul untuk luka sebagai faktor struktural
setelah hilangnya efek dari pembiusan lubrikan, fungsi transport, imunologi,
kurang lebih dua sampai empat jam, nyeri hormonal dan enzimatik. Karbohidrat juga
hebat dirasakan hari pertama post operasi. merupakan komponen utama glikoprotein
Pasien mengeluh mengalami nyeri di dalam penyembuhan luka dan aktivitas
sekitar luka operasi. Upaya perawat dalam enzim heksokinase dan sintesa sitrat dalam
mengatasi nyeri pasca operasi laparatomi reaksi penyembuhan luka. Penyediaan
selama ini yaitu dengan kolaborasi energi dari karbohidrat juga dapat melalui
memberikan analgetik untuk mengurangi penggunaan laktat. Laktat sebagai produk
rasa nyeri. Terapi farmakologis yang dapat metabolik glukosa penting untuk efek
diberikan adalah analgesik yang dapat penyembuhan luka. Laktat menstimuli
diberikan melalui rute oral maupun sintesis kolagen dan aktivator penting pada
parenteral. Analgetik yang digunakan jalur penyembuhan selain sebagai
untuk mengurangi nyeri post operasi penyedia energi. Protein telah diketahui
laparatomi di instalasi rawat inap BRSU diperlukan untuk penyembuhan luka dan
Tabanan adalah ketorolac dengan dosis 30 apabila kekurangan maka akan
mg. Ketorolac diindikasikan untuk menghambat penyembuhan baik luka akut
pelaksanaan nyeri akut yang sedang maupun kronis. Aktivitas penyembuhan
sampai berat dalam jangka pendek (<5 luka diperankan oleh dipeptida dan
hari), yang membutuhkan analgetik polipeptida. Sesuai dengan peraturan
setingkat dengan opioid, biasanya pada Kepmenkes 129 tahun 2008 tentang
kasus setelah operasi. Berdasarkan hasil standar minimal pelayanan rumah sakit,
pengamatan, penulis menemukan pasien dalam pelayanan gizi standar minimal
dengan tindakan laparatomi memiliki skala untuk sisa makanan yang tidak termakan
nyeri dari ringan sampai skala nyeri oleh pasien adalah sebanyak 20%. Dari
sedang tergantung dengan respon pasien hasil pengamatan, pemberian makanan
terhadap rasa nyeri dan rata-rata pasien diberikan secara bertahap, mulai dari
mengatakan nyeri berkurang setelah bentuk cair, saring, lunak, dan biasa.
pemberian ketorolac. Ketika nyeri yang Pemberian makanan dari tahap ke tahap
dirasa pasien berkurang atau dapat tergantung dari macam pembedahan dan
ditoleransi, maka pasien tidak akan ragu kondisi pasien. Pada pasien pasca operasi
laparatomi, pemberian makanan diberikan yang panjang memiliki perasaan takut dan
secara hati-hati, bergantung pada kondisi khawatir dengan bekas luka operasi yang
sistem gastrointestinal pasien. Diet rutin nantinya akan terbuka, selain itu alasan
pada bedah laparatomi menempatkan nyeri dan takut merasakan sakit lagi juga
pasien dalam kondisi terbatas. Hari ke-0 dikeluhkan oleh pasien. Dalam penelitian
sampai hari pertama akan diberikan diet Barid (2011) menjelaskan saat sirkulasi
cairan secara bertahap. Hari kedua lancar, leukosit dan monosit akan
diberikan makanan cair kental atau lunak mencapai luka dalam beberapa jam,
dengan tinggi protein. Hari ketiga sampai leukosit utama yang bekerja pada luka
hari keenam diberikan makanan lunak dan adalah neutropil, yang berguna untuk
jumlah makanan akan ditingkatkan sampai memakan bakteri dan debris yang kecil.
diet makanan biasa diberikan kepada Sedangkan monosit akan berubah menjadi
pasien. Pasien memulai makan jika ada makrofag yang akan membersihkan luka
tanda-tanda flatus dan bising usus. Rata- dari bakteri, serta mencerna asam amino
rata pemenuhan nutrisi pasien pasca dan glukosa yang dapat membantu
operasi laparatomi di BRSU Tabanan penyembuhan luka, selanjutnya makrofag
dikatakan kurang dari 80%. Pasien akan melanjutkan proses pembersihan
mengeluh tidak terbiasa dengan makanan debris luka dan menyiapkan untuk
di rumah sakit, selain itu pasien juga perbaikan jaringan dan pembentukan
mengeluh tidak ada nafsu makan. Namun, fibroblast yaitu sel yang mensintesa
beberapa pasien dengan pemenuhan nutrisi kolagen dan menjadi komponen utama
yang baik, yang mampu menghabiskan jaringan parut. Sel epitel bergerak dari
makanannya, menunjukkan hasil yang bagian tepi luka di bawah dasar bekuan
baik. Selanjutnya pasien dapat diberikan darah, dan terus akan berkumpul selama
diet pasca bedah lanjutan sesuai dengan 48 jam. Akhirnya diatas luka akan
tahapan-tahapan diet pasca bedah dan hal terbentuk lapisan tipis dari jaringan epitel
ini akan mendorong dalam penyembuhan dan menjadi barier terhadap organisme
dan perbaikan luka pasca operasi sehingga penyebab infeksi dan dari zat-zat beracun.
lama hari rawat dapat diperpendek. Dari 19 responden, terdapat dua
D Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap responden yang mengalami proses
Lama Hari Rawat Pasien Pasca penyembuhan luka yang tidak baik,
Operasi Laparatomi sehingga terjadi infeksi pada luka, dalam
hal ini peneliti mengeluarkan dua
Saat melakukan observasi di ruang responden tersebut dalam penelitian.
rawat inap BRSU Tabanan, kebanyakan Infeksi terjadi karena mobilisasi yang
pasien diberikan dorongan oleh perawat kurang sehingga sirkulasi untuk memenuhi
untuk bisa turun dari tempat tidur sedini kebutuhan nutrisi ke daerah sayatan belum
mungkin. Namun sebelum itu perawat terpenuhi, akibatnya perbaikan sel menjadi
telah mengkaji kestabilan sistem terhambat dan hal ini merupakan salah satu
kardiovaskuler dan neuromuskuler pasien, alasan yang menyebabkan lama perawatan
tingkat aktivitas pasien yang wajar dan memanjang dan pada akhirnya dapat
tindakan pembedahan yang telah menyebabkan dampak pada peningkatan
dilakukan. Jika mobilisasi dini tidak biaya perawatan.
dilakukan, latihan di tempat tidur dapat
dilakukan untuk mencapai hasil yang KESIMPULAN DAN SARAN
diinginkan sampai tingkat tertentu. Pada Dari hasil pengolahan data yang
kenyataannya saat peneliti melakukan telah dilakukan didapatkan kesimpulan
penelitian didapatkan bahwa pasien yang bahwa ada pengaruh faktor usia, skala
telah melakukan mobilisasi dini pasca nyeri, pemenuhan nutrisi, dan mobilisasi
operasi namun dengan lama rawat inap dini pasca operasi terhadap lama rawat
pada pasien pasca laparatomi di instalasi ournal.html, diakses 10 November
rawat inap BRSU Tabanan. Maka 2013.
disarankan pada Tenaga kesehatan seperti
perawat, ahli gizi, dokter, untuk lebih Barid, Mubin. (2011). Pengaruh
memotivasi dan memperhatikan pasien Mobilisasi Dini Terhadap Proses
agar lebih aktif melakukan mobilisasi dini Penyembuhan Luka dan Lama Hari
delapan jam pasca operasi, seperti ROM Rawat Pada Pasien Post
aktif, ROM pasif, berjalan dimana Pembedahan Sectio Caesarea Di
tujuannya adalah untuk melancarkan Ruang Brawijaya RSUD
sirkulasi sehingga mempercepat Kanjuruhan Malang.
penyembuhan. Selain itu pemenuhan
nutrisi juga harus diperhatikan, jika asupan Basuki, Ngudi. (2007). Pengaruh teknik
nutrisi pada pasien dipenuhi dengan baik, distraksi dan relaksasi terhadap
maka proses penyembuhan dan perbaikan penurunan tingkat nyeri pada
luka akan semakin cepat. Dan bagi peneliti pasien fraktur ekstremitas bawah.
selanjutnya, apabila akan melakukan (Online), http:/www.poltekes-
penelitian sejenis hendaknya berfokus soeproen.ac.id/?
pada variabel perancu yang belum dapat prm=artikel&yar=detail&id=27,
dikontrol dalam penelitian ini yang dapat diakses 10 November 2013.
mempengaruhi hasil penelitan, seperti
kondisi luka pasca operasi, sepsis, Bedah Unhas. (2013). Jenis-jenis Insisi
pengobatan manajemen luka, status gizi Laparatomi. (Online),
pre-operasi selain itu jumlah sampel dalam http://www.bedahunhas.org/2013/03
penelitian sebaiknya ditambah agar /jenis-jenis-insisi-laparatomi.html,
penelitian mendapat hasil yang lebih diakses 10 November 2013.
signifikan.
Butler, Colleen T. (2006). Pediatric Skin
DAFTAR PUSTAKA Care. Pediatric Nursing Magazine,
32(5): 443.
Akhrita, Z. (2011). Pengaruh Mobilisasi
Dini Terhadap Pemulihan Kandung Buzby J.C. dan Guthrie J.F. (2002). Plate
Kemih Pasca Pembedahan Dengan Waste in School Nutritional
Anestesi Spinal Di IRNA B. skripsi Program, Final Report to Congress.
tidak diterbitkan. Fakultas (Online),
Kedokteran Universitas Andalas. www.ers.usda.gov/publication/efan,
diakses 10 November 2013.
Almatsier, Sunita. (2004). Penuntun Diet,
Edisi Baru. Jakarta: Gramedia. Carpenito, Lynda juall. (2000). Buku Saku
Diagnosa Keperawatan, Edisi 8.
Anzar, Pratignyo, Nazir. (2013). Profil Jakarta: EGC.
Kecukupan Asupan Makanan pada
Rawat Inap. Sari Pediatri, 14 (6). Chamber. V.E. Goldwin, S.L. Vecchio,
F.A. (2000). Cognitive Strategies or
Baharestani, Mylene Mona. (2003). An Reporting Portion Sizes Using
Overview of Neonatal and Pediatric Dietary Recall Procedures. Journal
Wound Care Knowledge and of American: Dietetic Association.
Considerations. (Online), Comstock, E. M. Pierre dan Mackierman.
http://www.o- (1981). Measuring Individual Plate
wm.com/ostemywoundmanagemetj Waste In School Lunch. (Online),
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme
d/7264115, diakses 10 November Ilmu Keperawatan Universitas
2013 Negeri Gorontalo.

Desmita. (2008). Psikologi Long Barbara C. (1989). Keperawatan


Perkembangan. Bandung: Rosda. Medikal Bedah. USA: Mosby
Company.
Fahmi, Fariddah. (2012). Pengaruh Terapi
Musik Terhadap Tingkat Gangguan Majid, A. Judha, M. dan Istianah, U.
Tidur Pada Pasien Paska Operasi (2011). Keperawatan Perioperatif.
Laparatomi Di IRNA B (Teratai) Yogyakarta : Gosyen Publishing.
dan IRNA Ambun Pagi RSUP Dr.
M. Djamil Padang. Skripsi tidak Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta
diterbitkan. Fakultas Kedokteran Kedokteran. Jakarta : Media
Universitas Andalas. Aesculapius.
Medical dictionary. (2011). Laparotomy.
Gibson, Rosalinds S & Elaine L. Ferguson. (Online),
(2008). An Interactive 24-hours http://medicine.academic.ru/4635/L
Recall for Assesing the Adequacy of aparotomy, diakses 10 November
iron and Zink Intakes in Developing 2013.
Countries. Washington : Harves Meilany,dkk. (2012). Pengaruh Malnutrisi
Plus. dan Faktor Lainnya terhadap
Kejadian Wound Dehiscence pada
Gustia, Irna. (2010) Kategori Usia Muda Pembedahan Abdominal Anak pada
Berakhir Di Umur 35 Tahun. Periode Operatif. Sari Pediatri, 14
(Online), (2).
http://health.detik.com/read/2010/03
/18/124532/1320296/766/, diakses Meilyana, F., Djais, J. dan Garna, H.
23 januari 2014. (2010). Status Gizi Berdasarkan
Subjective Global Assesment
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2011). Metode Sebagai Faktor yang
Penelitian Keperawatan dan Teknik mempengaruhi Lama Perawatan
Analisa Data, Edisi Pertama. Pasien Rawat Inap Anak. Sari
Jakarta: Salemba Medika. Pediatri, 12 (3).

Johnson, Ruth dan Taylor, Wendi. (2005). Nursalam (2008). Konsep Dan Penerapan
Buku Ajar Praktik Kebidanan. Metodologi Penelitian Ilmu
Jakarta: EGC. Keperawatan, Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Kasdu, Dini. (2003). Operasi Caesar:
Masalah dan Solusinya. Jakarta: Nursalam. (2011). Konsep Dan Penerapan
Puspa Swara. Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Edisi 2. Jakarta :
Langanawa, Cindrawati. (2013). Salemba Medika.
Gambaran Tingkat Nyeri pada
Pasien Post Operasi di Ruangan Nursiah, Arfah Noer. (2010). Faktor-faktor
Bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei yang berhubungan dengan lama
Saboe. Skripsi tidak diterbitkan. hari rawat pada pasien pasca
Gorontalo Fakultas Ilmu Kesehatan operasi laparatomi di rumah sakit
dan Keolahragaan Program Studi umum daerah Labuang Baji
Makasar. Skripsi tidak diterbitkan.
Makasar Fakultas Kedokteran Sjamsuhidajat dan Jong. (2005). Buku Ajar
Universitas Hasanuddin. Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzane C. (Eds). (2001). Buku
Nuryanti, Dewi. (2012). Tinjauan Umum Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Tentang Bedah Laparatomi. Brunner and Suddarth. Edisi 8,
(Online), Volume 1. Jakarta: EGC.
http://www.dewinuryanti.com/2012/
04/tinjauan-tentang-bedah- Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
laparatomi.html, diakses 10 Pendidikan (Pendekatan
November 2013. Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta.
Potter, P.A. dan Perry, A.G. (2005). Buku
Ajar Fundamental Keperawatan: Supariasa, I Dewa Nyoman., B. Bakri dan
Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi I. Fajar. (2012). Penilaian Status
4, Volume 1. Alih Bahasa oleh Gizi. Jakarta: EGC.
Yasmin Asih,dkk. Jakarta: EGC.
Susetyowati. Ija, M. dan Makhmudi, A.
Potter, P.A. dan Perry, A.G. (2006). Buku (2010). Status Gizi Pasien Bedah
Ajar Fundamental Keperawatan : Mayor Preoperasi berpengaruh
Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi terhadap Penyembuhan Luka dan
4.Volume 2. Alih Bahasa oleh Lama Rawat Inap Pascaoperasi di
Renata Komalasari, dkk. Jakarta: RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.
EGC. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 7 (1).

Putra, Sitiatava Rizema. (2012). Panduan Thompson, Frances E. dan Amy F Subar.
Riset Keperawatan dan Penulisan (2001). Dietary Assesment
Ilmiah. Yogyakarta: D-Medika. Methodology. National Cancer
Institute, Bethesda, Maryland.
Riwidikdo. (2013). Statistik Kesehatan:
Dengan Aplikasi SPSS dalam Valencia Isabel, P. Falabela Anna, F.
Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Lawrence Schachner. 2001. New
Rohima Press. Development in Wound Care for
Infant and Children. Pediatric
Science Daily. (2013). Helping Abdominal Journals: Proquest Medical Library.
Surgery Patients Recover Sooner. (Online),
(Online), http://www.proquest.umi.com,
http://www.sciencedaily.com/release diakses 10 November 2013.
s/2013/10/131017093501.htm,
diakses 27 Januari 2014. Winduka, Meta. (2012). Nutrisi
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Penyembuh Luka. (Online),
Riset Keperawatan. Yogyakarta: http://www.lkc.or.id/2012/09/06/nut
Graha Ilmu. risi-penyembuh-luka-eating-for-
healing/, diakses 20 November
2013.
https://www.google.co.id/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiQ6oHYx4r

MAhXHoZQKHSSBCgoQFghHMAY&url=http%3A%2F%2Fojs.unud.ac.id%2Findex.php

%2Fcoping%2Farticle%2Fview

%2F10812%2F8164&usg=AFQjCNEyftVToAXeRK3oopSvdr_vUCQO1w&bvm=bv.11940

8272,d.dGo (diunduh 13 April 2016)

You might also like