You are on page 1of 12

Tugas Penyakit Infeksius I

Salmonella pada Ayam


(Salmonella pullorum)

Oleh :

NAMA : KHOIRIYAH SAFITRI S


NIM : 1402101010150
KELAS : 05

Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah yang
telah dilimpahkan kepada kita, maka makalah PENYAKIT INFEKSIUS I berjudul
Salmonella pada Ayam (Salmonella pullorum) yang diberikan oleh Dosen Pengajar telah
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Demikian juga salawat dan salam kami sampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke
alam yang penuh dengan ilmu dan pengetahuan seperti sekarang ini.

Pembuatan makalah ini sebagai tugas bagi para mahasiswa yang menentukan indeks
prestasi dari mahasiswa. Oleh karena itu, dalam pembuatan makalah ini kami melakukan
yang sebaik mungkin demi terselesainya makalah ini dengan benar. Kami berterima kasih
kepada Dosen Pengajar atas tugas pembuatan makalah yang diberikan kepada kami, karena
makalah ini bisa dijadikan salah satu panduan atau referensi bagi para mahasiswa yang
mengikuti mata kuliah PENYAKIT INFEKSIUS I sehingga dapat menambah wawasan para
mahasiswa.

Kami menyadari bahwa masih banyak hal tentang Salmonella pada Ayam
(Salmonella pullorum) ini belum sepenuhnya terbahas dalam makalah ini. Kami juga
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempuranaan. Oleh karena itu, harap dimaklumi
atas ketidaksempurnaan makalah ini karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT
semata.

Kritik dan saran dari Dosen Pembimbing sangat kami harapkan untuk memperbaiki
kekurangan yang ada dalam makalah ini dan dapat memperbaikinya pada makalah yang
selanjutnya.

Banda Aceh, 22 Februari 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II : PEMBAHASAN

A. ETIOLOGI
B. EPIDEMIOLOGI
C. GEJALA KLINIS
D. PATOLOGI ANATOMI
E. DIAGNOSA
F. DIAGNOSA BANDING
G. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

BAB III : PENUTUP

A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit pulorum merupakan suatu penyaikt infeksius pada uggas, terutama anak
ayam dan anak kalkun, yang ditularkan melalui telur. Penyakit ini kerap kali tersifat oleh
adanya diare berwarna putih dan mortalitas yang tinggi pada anak ayam muda dan gejala
asimtomatik pada ayam dewasa yang bersidat carrier. Penyakit pulorum biasanyya ditemukan
dalam bentuk sistemik akut pada anak ayam, tetapi lebih sering bersifat lokal dan kronis pada
ayam dewasa.
Penyakit ini dikenal juga dengan bacillary white diarrhea, white diarrhea atau berak
kapur. Pada berbagai negara di Eropa, Salmonella pullorum dan Salmonella gallinarum
digolongkan dalam satu spesies. Meskipun demikian, para ahli di negara-negara Amerika
ataupun Asia memilih untuk membedakan Salmonella pullorum sebagai penyebab penyakit
pulorum dan Salmonella gallinarum sebagai penyebab fowl typhoid.
Penyebaran penyakit pullorum pada unggas, terutama pada ayam komersial terjadi di
amerika serikat dan inggris dengan tingkat mortalitas yang cukup tinggi. Kemudian tercatat
di Australia pada tahun 1921. Usaha pencegahannya telah dilakukan diamerika melalui suatu
program yang dinamakan the National Poultry Improvement Plan (NPIP) dan berhasil
mengurangi kejadiannya pada kelompok unggas komersial. Biaya yang cukup mahal
dikeluarkan dengan melakukan uji tes pada usaha pembibitan untuk memastikan bahwa
unggas yang dihasilkan benar-benar bebas dari infeksi.
Kerugian ekonomi yang ditimbulkan penyakit ini meliputi penurunan produksi telur,
penurunan daya tunas, kematian embrio dan anak-anak aym sampai umur 3 minggu, pada
ayam dewasa tidak menyebabkan kematian namun sebaai reservoir, cara tersebut secara
vertikal dan horizontal.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa etiologi dari penyakit pullorum?
b. Bagaimana epidemiologi dari penyakit pullorum?
c. Bagaimana gejala klinis hewan yang terserang pullorum?
d. Bagaimana perubahan patologi anatomi pada hewan terserang pullorum?
e. Bagaimana cara mendiagnosa penyakit pullorum?
f. Apa diagnosa banding dari penyakit pullorum?
g. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan penyekit pullorum?

C. TUJUAN
a. Mengetahui etiologi dari penyakit pullorum.
b. Mengetahuo epidemiologi dari penyakit pullorum.
c. Memahani gejala klinis hewan yang terserang pullorum.
d. Memahami perubahan patologi anatomi pada hewan terserang pullorum.
e. Menguasai cara mendiagnosa penyakit pullorum.
f. Mengetahui diagnosa banding dari penyakit pullorum.
g. Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan penyekit pullorum.
BAB II
PEMBAHASAN

A. ETIOLOGI

Penyakit pulorum disebabkan oleh Salmonela pullorum, yang tergolong famili


Enterobacteriaceae, yang sangat beradaptasi pada hospes. Bakteri tersebut bersifat gram-
negatif, berbentuk basillus dengan ujung yang sedikit membulat dan mempunyai ukuran 0,3
-0,5 x 1 2,5 m. Salmonela pullorum bersifat non-motil, nonliquefying, non-kromogenik,
non-sporagenik dan fakultatif anaerobe. Bakteri ini cukup tahan terhadap iklim normal, tetapi
rentan terhadap disinfektan biasa (Tabbu,2006).
Bakteri ini dapat tumbuh dengan baik pada agar-agar atau kaldu daging sapi dan
media lain yang mempunyai nilai nutrisi yang mirip. Pertumbuhan bakteri ini pada media
selektif bervariasi, pertumbuhan terbaik dapat ditemukan pada kaldu tetrationat. Bakteri ini
juga dapat tumbuh pada pembenihan agar Mac Conkey (Tabbu,2006).
Bakteri Salmonela pullorum dapat hidup di luar tubuh hospes pada lingkungan yang
sesuai selama berbulan-bulan. Kuman ini kurang tahan terhadap panas dan mungkin juga
terhadap bahan kimia ataupun faktor lingkungan yang merugikan dibandingkan dengan
Salmonela paratyphoid. Kuman ini dapat dibunuh dengan cara sanitasi/desinfeksi yang ketat,
misalnya menggunakan uap formalin (Tabbu,2006).

Bakteri Salmonela pullorum tidak mempunyai antigen flagellar atau antigen H.


Struktur antigen somatik bakteri ini adalah 1,9 dan 12 dan dapat digolongkan ke dalam grup
D pada sistem klasifikasi Kauffman White. Antigen somatik 12 dapat dibedakan lagi menjadi
121,122,123 , galur Salmonela pullorum yang berbeda mengandung perbandingan yang
berbeda dari faktor antigen 122,123. Salmonela pullorum sangat mirip dengan Salmonela
gallinarum penyebab fowl typhoid. Kedua bakteri tersebut mempunyai beberapa kesamaan
struktur antigenik dan dapat mengalami aglutinasi silang (Tabbu,2006).

B. EPIDEMIOLOGI

Hewan-hewan yang rentan adalah ayam dan kalkun, selain itu juga burung gereja,
itik, angsa, merpati, burung puyuh, termasuk juga burung liar. Mamalia dapat pula terkena
infeksi seperti kelinci, bahkan juga manusia, namun tipe dari salmonella yang berbeda.
Faktor-faktro predisposisi seperti udara koto,r sistem sanitasi yang tidak serasi, penyediaan
makanan yang tidak baik dan penyakit-penyakit lain pada waktu yang bersamaan.
Banyak menyerang pada anak ayam yang baru menetas dengan angka morbiditas
mencapai lebih dari 40 % dan angka mortalitas tinggi dapat mencapai 85-100%. Pullorum
lebuh banyak menyerang anak ayam yang baru menetas terutama pada umur minggu ke-2
dan minggu ke-3, namun penyakit juga dapat menyerang pada segala umur ayam.
Penularan pullorum dapat terjadi secara vertikal melalui telur dan induk kepada
anaknya atau secara horizontal dengan cara kontak langsung atau tidak langsung. Secara
langsung dapat melalui air minum, pakan, peralatan kandang dan secara tidak langsung
melalui vektor atau hewan perantara seperti serangga dan tikus. Penyebaran penyakit
pullorum sangat luas dan hampir di seluruh dunia pernah terserang. Pertama kali penyakit
pullorum ditemukan S. pullorum di Indonesia pertama kali diisolasi pada tahun 1971 oleh Sri
Poernomo (POERNOMO, 1971). Secara ekonomi penyakit pullorum menyebabkan
penurunan produksi telur, daya tetas menurun dan angka morbiditas serta mortalitas yang
tinggi 80 - 100% (Suwito dkk, 2010).

C. GEJALA KLINIS

Gejala biasanya terlihat pada anak ayam muda dari 3 minggu. Gejala yang nampak
dari serangan S. pullorum pada anak ayam biasanya menggerombol dibawah sumber panas,
nafsu makan turun, mengantuk, bulu kusam dan ditemuinya feses keputihan yang menempel
pada dubur ayam (Suwito dkk, 2010).
Pada sejumlah kasus, gejala pulorum tidak teramati selama 5-10 hari setelah menetas,
tetapi gejala klinik akan mencapai puncaknya sekitar 70-10 hari berikutnya. Anak ayam yang
terinfeksi kerap kali menciap kesakitan ketika sedang defekasi dan pada umumnya akan
membentuk suatu timbunan kotoran berwarna putih menyerupai kapur (pasta), yang kadang-
kadang bercampur ekskreta berwarna cokelat-kehijauan di sekitar kloaka. Mungkin akan
terlihaat kesulitan bernapas atau pernapasan melalui mulut akibat keradangan yang ekstensif
pada paru.
Anak ayam yang sembuh akan mengalami gangguan pertumbuhan yang drastis,
peningkatan berat abdan yang terhambat dan gangguan pertumbuhan bulu. Anak ayam calon
petelur yang mengalami gangguan produksi telur. Meskipun demikian, sejumlah ayam yang
dapat bertahan tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan mempunyai perkembangan.
Kadang-kadang terjadi kebutaan dan kelumpuhan dari ayam yang terinfeksi kuman tersebut
akibat pembengkakan persendian dan membrana sinovial.
Gambar. Beberapa anak ayam yang mati atau terlihat lemah dan mengantuk akibat penyakit pulorum
Pada ayam dewasa, infeksi dapat terjadi tanpa gejala yang spesifik yang mirip infeksi
akut. Infeksi dapat menyebar dalam suatu flok tanpa disertai oleh gejala tertentu. Ayam yang
terinfeksi dapat menunjukkan adanya balun (jengger) yang pucat, berkeriput, mengecil dan
berwarna kelabu. Ayam yang menderita infeksi Salmonela pullorum dapat mengalami
penurunan produksi telur, fertilitas dan daya tetas telur. Kadang terjadi infeksi akut pada
ayam dara ataupun ayam dewasa, pada kelompok ayam tersebut akan terlihat adanya
kelesuan, kehilangan nafsu makan, diare dan dehidrasi. Mungkin juga terlihat adanya kepala
dan leher yang menjadi kaku.

D. PATOLOGI ANATOMI

Perubahan anatomi pascamati pada anak ayam adalah kantong kuning telur tidak
terabsorbsi, fokal nekrosis pada hati dan limpa, terdapat nodul-nodul berwarna abu-abu pada
paru dan jantung, perkejuan pada usus buntu. Sedangkan pada ayam karier biasanya tidak
terdapat kelainan organ, tetapi kadang-kadang terdapat radang pada jantung, ovarium tidak
normal, kadang hemoragi atau folikel telur pucat dan atrofi (Suwito dkk, 2010).
Gambar. Nekrosis multifolkal dan moduli pada hati dan noduli pada jantung akibat penyakit pulorum

Pada anak ayam kantong kuning telur tidak bisa diserap. Pada kasus kronis dijumpai
adanya abses di berbagai organ, dan adanya radang pada usu buntu yang ditandai adanya
bentukan berwarna keabu-abuan atau berisi bahan serupa keju yang mengeras.

E. DIAGNOSA
Gejala klinis dan perubahan pasca mati pulorum sangat bervariasi dan tidak bersifat
untuk menetapkan suatu diagnosis pasti oleh karena penyakit tersebut mirip dengan penyakit-
penyakit lainnya. Perubahan patologik pada ayam yang terinfeksi berat mungkin dapat
dijadikan sebagai dasar diagnosis pasti. Diagnosis definitif pulorum membutuhkan isolasi dan
identifikasi kuman. Uji serologik yang positif terhadap Salmonela pullorum merupakan
petunjuk yang penting untuk mendeteksi adanya infeksi bakteri tersebut pada suatu program
yang terkendali, tetapi tidak dapat dipakai sebagai cara untuk mendiagnosis definitif.
Ayam dewasa yang terinfeksi dapat dideteksi dengan pemeriksaan serologik
menggunakan uji aglutinasi. Sejumlah metode pemeriksaan yang digunakan meliputi whole
blood plate test, serum plate test dan tube agliglutination test, meskipun demikian, uji yang
terbanyak dilakukan adalah whole blood plate test (rapid plate test,RPT) dan tube
agglutination test. Pada infeksi akut isolasi Salmonela pullorum dapat dilakukan dari
berbagai jaringan, terutama hati. Organ-organ lain, misalnya limpa, miokardium atau
perikardium, paru, ventrikulus, pankreas dan yolk sac juga dapat digunakan sebagai bahan
untuk isolasi kuman tersebut. Pada infeksi kronis, bahan untuk isolasi kuman dapat diambil
dari organ lain yang merupakan sasaran pulorum walaupun tidak menunjukkan perubahan
tertentu.
Kadang-kadang pulorum menyebabkan lesi pada persendian yang mirip dengan lesi
yang ditimbulkan oleh Mycoplasma synoviae, Staphylococcus sp. Infeksi lokal yang
disebabkan oleh Salmonela pullorum pada ayam dewasa carrier, terutama pada perikardium
dan ovarium mirip dengan lesi yang ditimbulkan oleh E.coli, Staphylococcus, Micrococci dan
spesies Salmonella lainnya.

F. DIAGNOSA BANDING

Penyakit yang mempunyai gejala hampir sama dan sering dikelirukan dengan
pullorum antara lain adalah:
a. Fowl typhoid yang disebabkan S.gallinarum. Dapat ditentukan dengan isolasi dan
identifikasi.
b. Parathypoid ditentukan dengan isolasi dan identifikasi.
c. Omphalitis menyebabkan banyak kematian dini pada anak-anak ayam dengan
memperhatikan peradangan pada sekitar pusat dan kantong kuning telur, pada
beberapa keadaan tercium bau busuk, kadang-kadang disertai perikarditis dan
perihepatitis.
d. Coccidiosis, terutama menyerang anak ayam umur 2-8 minggu. Pada keadaan akut
usu buntu mengalami radang berdarah.

G. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Pencegahan harus dilakukan mulai pembibitan yaitu dengan cara menghasilkan bibit
yang bebas penyakit pullorum. Di Indonesia biasanya akan diterbitkan sertifikat bebas
pullorum oleh Dinas Peternakan untuk farm pembibitan yang bebas pullorum dan akan
dilakukan tes secara berkala .
Pemberian furazolidone pada anak ayam akan mngurangi angka kematian.
Furazolidone diberikan melalui pakan dengan dosis 100 g/ton pakan yang diberikan selama
dua minggu. Selanjutnya, dosis dikurangi menjadi 50 g/ton pakan selama 2-3 minggu.
Pengobatan pada ayam yang berumur 14 minggu lebih tidak disarankan. Jika ayam sudah
terinfeksi secara serius, sebaiknya dimusnahkan dan harus diikuti dengan meningkatkan
program sanitasi.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Penyakit pulorum disebabkan oleh Salmonela pullorum, yang tergolong famili


Enterobacteriaceae. Pullorum lebih banyak menyerang anak ayam yang baru menetas,
namun penyakit juga dapat menyerang pada segala umur ayam. Penularan pullorum dapat
terjadi secara vertikal melalui telur dan induk kepada anaknya atau secara horizontal dengan
cara kontak langsung atau tidak langsung. Gejala yang nampak dari serangan S. pullorum
pada anak ayam biasanya menggerombol dibawah sumber panas, nafsu makan turun,
mengantuk, bulu kusam dan ditemuinya feses keputihan yang menempel pada dubur ayam.
Perubahan anatomi pascamati pada anak ayam adalah kantong kuning telur tidak terabsorbsi,
fokal nekrosis pada hati dan limpa, terdapat nodul-nodul berwarna abu-abu pada paru dan
jantung, perkejuan pada usus buntu. Diagnosa pullorum berdasarkan gejala klinis dan
perubahan patologi, serta diagnosis definitif pulorum membutuhkan isolasi dan identifikasi
kuman. Diagnosa banding pullorum antara lain fowl typhoid, parathypoid, omphalitis, dan
coccidiosis. Pencegahan pullorum dengan cara menghasilkan bibit yang bebas penyakit
pullorum. Dan pengobatan pullorum dapat diberikan dengan furazolidone.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. Pullorum. http://wiki.isikhnas.com/images/d/dd/PULLORUM.pdf. Diakses


pada 16 Februari 2017

Fadilah, R. dan A. Polana. 2004. Aneka Penyakit pada Ayam & Cara Mengatasinya. Jakarta:
AgroMedia Pustaka

Fadilah, R. dan A. Polana. 2011. Mengatasi 71 Penyakit pada Ayam. Jakarta: AgroMedia
Pustaka

Sari, M. L. 2004. Pullorum dan Permasalahannya. Pengantar Ke Falsafah Sains, IPB

Sugiarti, A. 2003. Patogenesis Salmonellosis pada Ayam. Skripsi. Fakultas Kedokteran


Hewan, IPB

Suwito, W., Supriadi dan E. Winarti. 2010. Seroprevalensi Antibodi Salmonella Pullorum
Dari Peternakan Sektor IV Ayam Buras Di Gunung Kidul Yogyakarta. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner, Yogyakarta

Tabbu, C. R. 2006. Penyakit Ayam & Penanggulangannya1: Penyakit Bakterial, Mikal dan
Viral. Yogyakarta: Kaninus

You might also like