You are on page 1of 8

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No.

3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

UJI KEPEKAAN BAKTERI YANG DIISOLASI DAN DIIDENTIFIKASI


DARI SPUTUM PENDERITA BRONKHITIS DI RSUP PROF DR. R. D.
KANDOU MANADO TERHADAP ANTIBIOTIK GOLONGAN
SEFALOSPORIN (SEFIKSIM), PENISILIN (AMOKSISILIN) DAN
TETRASIKLIN (TETRASIKLIN)

Muhamad Faisal1), Fatimawali1), Defny Silvia Wewengkang1)


1)
Program Studi Farmasi, FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT
Bronchitis is a respiratory disease caused by viruses and bacteria. Treatment used for bronchitis
has been usually antibiotics. This study has aims to determine the level of sensitivity of the
bacteria identified and isolated from the sputum of patients with bronchitis to antibiotics
cephalosporins (cefixime), penicillin (amoxicillin) and tetracycline (tetracycline). This research
was conducted by taking a sample of sputum of patients with bronchitis for isolation,
identification of bacteria and sensitivity to antibiotics in accordance with the standards of
NCCLS (National Committee for Clinical Laboratory Standards). These results indicate
bacterial isolates were identified from sputum of patients with bronchitis is a species/genus of
bacteria Bacillus sp, Klabsiella pneumonia, Bacteroides gracilis, Salmonella and Escherichia
coli were resistant to the antibiotic cefixime and amoxicillin. Species/genus Bacillus sp and
Escherichia coli to antibiotics tetracycline intermediate, as well a species/genus of bacteria
Klabsiella pneumonia, Bacteroides gracilis and Salmonella are sensitive to the antibiotic
tetracycline. Tetracycline antibiotics have a high level of sensitivity of the bacteria isolated from
the sputum.

Keywords: bronchitis, antibiotics, bacteria

ABSTRAK
Bronkhitis merupakan penyakit ISPA yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Pengobatan yang
digunakan untuk penyakit bronkhitis biasanya adalah antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan tingkat kepekaan bakteri yang diidentifikasi dan diisolasi dari sputum penderita
bronkhitis terhadap antibiotik golongan sefalosporin (sefiksim), penisilin (amoksisilin) dan
tetrasiklin (tetrasiklin). Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel sputum penderita
bronkhitis untuk dilakukan isolasi, identifikasi bakteri serta kepekaannya terhadap antibiotik
sesuai dengan standar NCCLS (National Committee for Clinical Laboratory Standards). Hasil
penelitian ini menunjukan bakteri yang teridentifikasi dari isolat sputum penderita bronkhitis
adalah jenis/genus bakteri Bacillus sp, Klabsiella pneumonia, Bacteriodes Gracilis, Salmonella
dan Escherichia coli telah resisten terhadap antibiotik sefiksim dan amoksisilin. Jenis/genus
bakteri Bacillus sp dan Escherichia coli intermediate terhadap antibiotik tetrasiklin, serta
jenis/genus bakteri Klabsiella pneumonia, Bacteriodes Gracilis dan Salmonella peka terhadap
antibiotik tetrasiklin. Antibiotik tetrasiklin memiliki tingkat kepekaan yang tinggi terhadap
bakteri yang diisolasi dari sputum.

Kata kunci : Bronkhitis, antibiotik, bakteri

88
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

Pendahuluan
Di negara-negara berkembang seperti Pengobatan yang digunakan untuk
Indonesia, infeksi saluran pernafasan akut penyakit bronkhitis biasanya adalah
(ISPA) masih merupakan masalah kesehatan antibiotik. Dengan kemajuan teknologi,
yang penting. Ditinjau dari 10 penyakit jumlah dan jenis antibiotik yang bermanfaat
terbanyak pada rawat jalan, di Indonesia secara klinis makin meningkat, sehingga
penyakit saluran pernafasan menempati diperlukan ketepatan yang tinggi dalam
urutan kedua pada tahun 2007 dan menjadi memilih antibiotik. (Jawetz dkk, 2004).
yang pertama pada tahun 2008 (Depkes RI, Menurut Depkes RI, 2005 dan Dipiro et al,
2009). Menurut WHO (2003) di negara 2009 terapi pengobatan bronkhitis yang
berkembang ISPA dapat menyebabkan 10-25 disebabkan oleh bakteri dapat menggunakan
% kematian pertahunnya. Penelitian Rikesdas antibiotik golongan sefalosporin (sefiksim),
tahun 2013, ISPA di Provinsi Sulawesi Utara penisilin (amoksisilin) serta tetrasiklin karena
dari tahun 2007 sampai tahun 2013 telah memilki spektrum antibiotik yang luas
mengalami peningkatan sebesar 4,18% sehingga dapat peka terhadap bakteri yang
(Kemenkes, 2013). Bronkhitis merupakan menyebabkan terjadinya bronkhitis.
salah satu bentuk penyakit ISPA yang Berdasarkan hal diatas maka diambil sampel
disebabkan adanya peradangan pada bronkus, berupa sputum penderita bronkhitis di RSUP
bronkhioli, dan trakhea (saluran udara ke Prof. Dr. R. D. Kandou Manado untuk
paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat dilakukan isolasi dan identifikasi bakteri
ringan dan pada akhirnya akan sembuh untuk mengetahui kepekaan bakteri penyebab
sempurna (Arif, 2008). bronkhitis terhadap antibiotik sefiksim,
amoksisilin dan tetrasiklin.

METODE PENELITIAN (Oxoid), Tetrasiklin 30g (Oxoid), Aquades,


Pelaksanaan penelitian dilaksanakan Cristal Violet, Alkohol, Nutrient Agar
pada bulan Januari 2015 sampai Mei 2015. (Oxoid), Nutrient Broth (Oxoid), NaCl,
Tempat pelaksanaan dilakukan di RSUP Prof. Safranin, Kaldu Karbohidrat/Fenol Red
Dr.. R. D. Kandou Manado dan laboratorium (Maltosa, Glukosa, Laktosa), Motility Test
mikrobiologi program studi Farmasi Fakultas Medium, Simon Citrate Agar (Oxoid), Triple
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Sugar Iron (TSI) Agar (Oxoid), Tripton
Universitas Sam Ratulangi. (Oxoid), Agar Bacteriological (Oxoid) dan
Alat yang digunakan dalam penelitian Yeast Extract (Oxoid).
yaitu : Jarum Ose, Cawan Petri (Normax),
Bunsen, Tabung Reaksi (Pyrex), Rak Tabung, Pengambilan Sampel Sputum
Pinset, Pipet Tetes, Laminal Air Flow
(Biotek), Autoklaf (ALP), Baker Glass Pengambilan sampel sputum
(Approx), Hot Plate dan Stirrer, Timbangan dilakukan dengan cara mengambil sampel
Analitik (Kern), Gelas Ukur (Pyrex), Kapas, sputum pada 3 orang penderita bronkhitis
Mikropipet (Ecopipette), Erlenmeyer dengan umur pasien 20 35 tahun yang
(Approx), Inkubator (Incucell),Batang didukung hasil pemeriksaan laboratorium
Pengaduk, Mistar Berskala, Plastik Wrap dan (foto rontgen) yang menunjukan bahwa
Aluminum Foil. pasien positif menderita bronkhitis di RSUP
Bahan yang digunakan dalam Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
penelitian : Sputum, Cakram Antibiotik
Sefiksim 5g (Oxoid), Amoksisilin 25g Sterilisasi Alat

89
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

pengujian kepekaan antibiotik (Pangastuti


Alat-alat yang akan digunakan dkk, 2002).
disterilkan terlebih dahulu sebelum penelitian.
Sterilisasi alat dilakukan menggunakan Isolasi Sputum
autoklaf dengan cara alat-alat gelas yang akan
Sampel sputum sebanyak 1 ml
digunakan dalam penelitian dibungkus
dicampurkan dengan NaCl sebanyak 10 ml
menggunakan aluminium foil kemudian
hingga homogen didalam tabung reaksi,
dimasukkan kedalam autoklaf, kemudian
kemudian dimasukkan kedalam media NA
autoklaf dihidupkan pada suhu 1210C selama
pada cawan petri, kemudian diinkubasi pada
15-20 menit. Alat-alat yang sudah disterilkan
suhu 370C selama 24 jam.
kemudian ditunggu hingga mencapai suhu
kamar dan kering (Mpila, 2012). Identifikasi Bakteri

Pembuatan Media Identifikasi bakteri bertujuan untuk


mengetahui jenis/genus bakteri yang terdapat
Medium yang digunakan dalam pada sputum. Hal ini dilakukan dengan
penelitian ini adalah medium nutrient agar beberapa pengujian.
(NA). medium ini digunakan sebagai media Uji morfologi di lakukan dengan
agar miring untuk inokulasi bakteri, media pewarnaan Gram yang bertujuan untuk
dasar dan media pembenihan. Adapun cara memudahkan melihat bakteri dengan
pengerjaannya sebagai berikut : mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk
a. Media pertumbuhan bakteri, melihat struktur luar dan struktur
Nutrient Agar (NA) sebanyak 2,3 dalam seperti dinding sel dan vakuola,
gram dilarutkan dalam 100 ml aquades (23 menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang
g/1000 ml) menggunakan erlenmeyer. Setelah khas dari pada bakteri dengan zat warna, serta
itu, dihomogenkan dengan stirrer diatas menentukan bentuk bakteri apakah berupa
penangas air sampai mendidih. Media yang basil, kokus atau spiral.
sudah homogen ini disterilkan dalam autoklaf Uji fisiologi dilakukan dengan uji
pada suhu 1210 C selama 15 menit, kemudian motilitas yang bertujuan untuk mengetahui
didinginkan sampai suhu 45-500C (Mpila, apakah bakteri yang diuji dapat melakukan
2012). media pertumbuhan digunakan dalam pergerakan atau tidak.
pertumbuhan dan isolasi bakteri yang berasal Uji indol bertujuan untuk menentukan
dari sputum. kemampuan isolat uji dalam mendegradasi
b. Media Luria Bertani (LB) triptofan. Untuk media ini digunakan media
Media LB dibuat dengan menimbang semi padat (MIO) yang kaya akan triptofan.
tripton sebanyak 2 gram, NaCl sebanyak 2 Uji sitrat bertujuan untuk menentukan
gram, yeast extract sebanyak 1 gram dan agar kemampuan bakteri dalam menggunakan
bacteriological sebanyak 3 gram, kemudian sitrat sebagai sumber karbon dan energi.
dimasukan kedalam Erlenmeyer dan Uji H2S bertujuan untuk menentukan
dilarutkan bersama aquades sebnyak 200 ml, kemampuan isolat uji dalam memproduksi
Setelah itu, dihomogenkan dengan stirrer H2S. melalui reduksi tiosulfat. Adanya
diatas penangas air sampai mendidih. Media endapan hitam menunjukkan terjadinya
yang sudah homogen ini disterilkan dalam produksi H2S.
autoklaf pada suhu 1210 C selama 15 menit, Uji fermentasi karbohidrat bertujuan
kemudian didinginkan sampai suhu 45- untuk menentukan kemampuan bakteri dalam
0 mendegradasi dan memfermentasikan
50 C. Media ini digunakan sebagai media

90
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

karbohidrat tertentu dengan memproduksi 15-18 mm, dan sensitif (S) bila besarnya zona
asam atau basa dan gas. hambatan diatas 19 mm dan sefiksim resisten
(R) bila besarnya zona hambatan 0-10 mm,
Uji lysine digunakan untuk melihat intermediate (I) bila besarnya zona hambatan
kemampuan bakteri melakukan dekarboksilasi 11-18 mm, dan sensitif (S) bila besarnya zona
dalam asam amino berupa lysine melalui hambatan diatas 19 mm.
produksi enzim dekarboksilasi. Proses
dekarboksilasi lysine sering digunakan bakteri HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk menetralisasikan lingkungan asam
menjadi basa. Isolasi Bakteri dari Sputum
Uji katalase bertujuan untuk Sampel sputum diperoleh dari tiga
menentukan kemampuan bakteri untuk penderita bronkhitis dengan usia dewasa
mendegradasi hydrogen peroksida melalui berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium
produksi enzim katalase. (foto rontgen) di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. Sampel sputum yang
Uji Kepekaan Antibiotik diperoleh dari penderita bronkhitis kemudian
di inokulasi pada media nutrien agar (NA)
Uji kepekaan antibiotik dilakukan yang sebelumnya telah dibuat sebagai media
dengan menggunakan cakram antibiotik, pertumbuhan dasar bakteri. Bakteri yang telah
pengujian dapat dilakukan dengan cara diinokulasi dari sputum kemudian dimurnikan
sebagai berikut: kembali sebanyak 3 kali tahap pemurnian
Dibuat media LB (Luria Bertani Agar) dengan menggunakan media NA. Dari hasil
sebagai media pengujian antibiotik. Lalu isolasi sputum didapatkan 8 isolat bakteri,
suspensi bakteri yang telah ditambahkan yaitu O1, O2, O3, W1, W2, W3, N1 dan N2.
aquades sebanyak 200 l kedalam cawan
petri. Masukkan cakram antibiotik kedalam Identifikasi Bakteri
media pengujian yang telah disuspensikan
bakteri. Kemudian cawan petri diinkubasi Bakteri hasil isolasi dari sputum
dalam inkubator pada suhu 370C selama 24 kemudian dilakukan identifikasi untuk
jam. Pengamatan dilakukan setelah 1x24 jam mengetahui bakteri yang terdapat pada
masa inkubasi. Daerah bening merupakan sputum dengan melakukan uji morfologi,
petunjuk kepekaan bakteri terhadap antibiotik fisiologi, dan biokimia dan diidentifikasi
atau bahan antibiotik lainnya yang digunakan dengan menggunakan bargey determinative,
sebagai bahan uji yang dinyatakan dengan maka hasilnya dapat dilihat pada Table 4.1.
lebar diameter zona hambat ( Vandepitte et al,
Tabel 4.1. Hasil identifikasi bakteri
2005). Uji kepekaan terhadap antibiotik
digolongkan kedalam tiga kriteria sesuai
dengan NCCLS (National Committee for Kode Hasil identifikasi bakteri
Clinical Laboratory Standards), yaitu isolat
amoksisilin resisten (R) bila besarnya zona
hambatan 0-13 mm, intermediate (I) bila O1 Bacillus sp
besarnya zona hambatan 14-17 mm, dan O2 Bacillus sp
sensitif (S) bila besarnya zona hambatan
diatas 18 mm, tetrasiklin resisten (R) bila O3 Bacteriodes gracillis
besarnya zona hambatan 0-14 mm, W1 Klabsiella pneumonia
intermediate (I) bila besarnya zona hambatan

91
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

W2 Bacillus sp Berdasarkan zona hambat yang


dihasilkan oleh antibiotik terhadap kedelapan
W3 Salmonella isolat bakteri, dimana pada isolat O1 (Bacillus
N1 Escherichia coli sp) resisten terhadap antibiotik sefiksim dan
amoksisilin, serta intermediate terhadap
N2 Escherichia coli antibiotik tetrasiklin. Isolat O2 (Bacillus sp)
resisten terhadap antibiotik amoksisilin serta
sensitif terhadap antibiotik sefiksim dan
Uji Kepekaan Antibiotik tetrasiklin, Isolat O3 (Bacteriodes Gracilis)
resisten terhadap antibiotik sefiksim dan
Tabel 4.2 Uji Kepekaan Antibiotik amoksisilin serta intermediate terhadap
antibiotik tetrasiklin. Isolat W1 (Klabsiella
Uji kepekaan antibiotik Pneumonia) resisten terhadap antibiotik
sefiksim dan amoksisilin serta intermediate
Bakteri Sefiksim Amoksisilin Tetrasiklin terhadap antibiotik tetrasiklin. Isolat W2
Isolat Zona Zona Zona (Bacillus sp) resisten terhadap antibiotik
Ket Ket Ket sefiksim dan amoksisilin serta sensitif
hambat hambat hambat terhadap antibiotik tetrasiklin. Isolat W3
16,67 (Salmonella) resisten terhadap antibiotik
O1 8 mm R 5,3 mm R I sefiksim dan amoksisilin serta intermediate
mm terhadap antibiotik tetrasiklin. Isolat N1
2,67 (Escherichia coli) resisten terhadap antibiotik
O2 20 mm S R 19,3 mm S sefiksim dan amoksisilin serta sensitif
mm terhadap antibiotik tetrasiklin. Isolat N2
2,67 (Escherichia coli) resisten terhadap antibiotik
O3 10 mm R R 15,3 mm I sefiksim dan amoksisilin serta sensitif
mm terhadap antibiotik tetrasiklin. Bakteri
6,67 dikatakan resisten apabila pertumbuhannya
W1 9,3 mm R R 15,3 mm I tidak dapat dihambat oleh antibiotik, bakteri
mm yang secara normal memberikan respon
2,67 terhadap antibiotik tertentu mungkin
W2 9,3 mm R R 20 mm S menyebabkan berkembangnya
mm strain/pertahanan yang resisten hal ini
8,67 6,67 disebabkan kemapuan bakteri dalam
W3 R R 14 mm I mengubah system daya tahan tubuhnya
mm mm terhadap antibiotik, penggunaan antibiotik
yang berulang bisa menyebabkan kekebalan
9,67 19,67
N1 10 mm R R S bakteri terhadap antibiotik tersebut. Resistensi
mm mm pada dasarnya dapat disebabkan oleh
mikroorganisme menghasilkan enzim
N2 9 mm R 9 mm R 19 mm S
adenyllacting, fosforilacting, acetylacting
Keterangan : R= Resisten, I=Intermediate, agent yang dapat menghancurkan obat, Anti
mikroba tidak dapat menembus dinding
S=Sensitif bakteri untuk mencapai tempat yang potensial
oleh karena penurunan permeabiltas
mikroorganisme dinding sel, mikroorganisme

92
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

berkembang dan mengadakan perubahan Manado, sefiksim merupakan terapi utama


struktur tubuh, seperti perubahan kromosom pada pengobatan pasien bronkhitis di RSUP
dengan menghilangkan protein tertentu pada Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jadi perlu
subunit ribosom dan mikroorganisme dilakukan evaluasi tentang penggunaan
mempunyai kemampuan meningkatkan antibiotik sefiksim. Pola kepekaan bakteri
sintesis lintasan metabolisme esensial terhadap antibiotik cenderung berubah selaras
sehingga melawan antibiotik (Rezeki, 2004). dengan pemakaian antibiotik itu sendiri.
Sensitif disini dimaksudkan bahwa antibiotik Antibiotik tetrasiklin memiliki tingkat
memiliki kemapuan dalam menghambat sensitivitas 50%, intermediate 50% namun
pertumbuhan bakteri bahkan mampu tidak memiliki tingkat resistensi. Dengan
membunuh bakteri (Nelwan, 2002). tingkat kepekaan intermediate 50% serta
Intermediate dimaksudkan bahwa antibiotik sensitivitas 50% pada antibiotik ini dapat
masih memiliki kemampuan untuk dikatakan bisa membunuh atau menghambat
menghambat pertumbuhan bakteri bahkan pertumbuhan bakteri yang diisolasi dari
bisa membunuh bakteri (Nelwan, 2002). sputum penderita bronkhitis. Antibiotik
amoksisilin tidak memiliki tingkat sensitifitas
Tabel 4.4. Presentasi kepekaan bakteri dari namun memiliki tingkat resistensi 100 %, ini
isolat sputum terhadap antibiotik sejalan dengan penelitian yang dilakukan
sefiksim, amoksisilin dan Sekar (2013), menunjukan antibiotik
tetrasiklin. amoksisilin memiliki tingkat resistensi yang
tidak jauh berbeda yaitu 80 %. Resistensi
Persentase
terhadap (%)antibiotik ini disebabkan karena
Antibiotik S I R
S antibiotika
I ini Rmerupakan antibiotik lini
pertama. Antibiotik lini pertama merupakan
Sefiksim 1 - 7 13 % 0
antibiotik yang87pertama
% kali dipakai untuk
Amoksisilin - - 8 0 mengobati
0 suatu infeksi.
100 % Pemakaian antibiotik
yang irasional juga menyebabkan tingginya
Tetrasiklin 4 4 - 50 % 50 % resistensi
tingkat 0 terhadap antibiotik ini
(Depkes RI, 2005). Beberapa bakteri secara
Keterangan : R= Resisten, I=Intermediate,
intrinsik resisten terhadap golongan antibiotik
tertentu. Bakteri dikatakan resisten apabila
S=Sensitif
pertumbuhannya tidak dapat dihambat oleh
antibiotika pada kadar maksimum yang dapat
Hasil pengujian kepekaan bakteri dari ditolerir oleh penjamu. Namun demikian,
isolasi sputum penderita bronkhitis terhadap spesies bakteri yang secara normal
antibiotik sefiksim, amoksisilin dan tetrasiklin memberikan respon terhadap antibiotik
pada Tabel 4.4. Menunjukan antibiotik tertentu mungkin menyebabkan
sefiksim memiliki tingkat sensitifitas sebesar berkembangnya strain yang resisten.
13 % serta resistensi sebesar 87 %. Hal ini Munculnya strain resisten tersebut disebabkan
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh penggunaan antibiotik yang tidak
Sonita (2014), menunjukan bahwa sefiksim rasional. Resistensi antibiotik dapat terjadi
resisten terhadap bakteri yang diisolasi dari melalui beberapa mekanisme seperti mutasi,
sputum, namun hal ini berbeda dengan transduksi, transformasi dan konjugasi
penilitian yang dilakukan oleh Kundiman (Setiabudi, 2009).
(2015) dimana bedasarkan rekam medik yang Perubahan dalam resistensi bakteri
diperoleh di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou terhadap suatu antibiotik dapat disebabkan

93
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

oleh beberapa hal, antara lain pajanan amoksisilin. Jenis/genus bakteri Bacillus sp
terhadap antibiotik, selection preassure, dan Escherichia coli intermediate terhadap
penggunaan antibiotik yang tidak adekuat
serta kolonisasi bakteri yang menyebabkan
terjadinya resisten golongan endogen dari
antibiotik tetrasiklin, serta jenis/genus bakteri
bakteri. Sedangkan, Beberapa keterbatasan
Klabsiella pneumonia, Bacteriodes Gracilis
didalam penelitian ini antara lain jumlah
dan Salmonella peka terhadap antibiotik
sampel yang didapat terlalu kecil, kurangnya
tetrasiklin.
data jumlah isolat bakteri berdasarkan hasil
pemeriksaan kultur sehingga tidak dapat Saran
memenuhi syarat isolat minimal (minimal 10
isolat) untuk dapat menggambarkan pola 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
bakteri berdasarkan kepekaannya terhadap perlu dipertimbangkan untuk penggunaan
antibiotik tertentu (Sekar, 2013). antibiotik tetrasiklin terhadap penderita
bronkhitis di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou
Manado.
2. Perlu dilakukan evaluasi prosedur terapi
KESIMPULAN DAN SARAN bronkhitis dengan antibiotik agar selalu
sesuai dengan pola bakteri penyebab dan
Kesimpulan
uji kepekaannya yang terkini, agar
Berdasarkan penilitian yang dilakukan dapat mendapatkan terapi yang tepat.
disimpulkan bahwa bakteri yang 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
teridentifikasi dari isolat sputum penderita dengan jumlah sampel yang lebih banyak
bronkhitis di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou dan dilakukan secara teratur untuk
Manado adalah jenis/genus bakteri Bacillus mengetahui antibiotik yang tepat bagi
sp, Klabsiella pneumonia, Bacteriodes penderita bronkhitis berdasarkan pola
Gracilis, Salmonella dan Escherichia coli kepekaan bakteri terhadap antibiotik.
telah resisten terhadap antibiotik sefiksim dan

DAFTAR PUSTAKA Beberapa Antibiotika di


Laboratorium Mikrobiologi RSUP
Artini Pangastuti , Dinamella Dr.M.Djamil Periode 2010 2012.
Wahjuningrum , Antonius Suwanto, Jurnal Kesehatan Andalas. vol 3(3)
2002. Isolasi, Karakterisasi, dan halaman 354-357.
Kloning Gen Penyandi -Amilase
Bakteri Halofil Moderat asal Bledug Bibiana W Lay. 1994. Analisis Mikroba Di
Kuwu. Hayati, Vol 9 no 1. halaman. laboratorium. Edisi pertama. Raja
10-14. Grafindo Persada, Jakarta.
Dipiro, J.T., Wells, G.B., Schwinghammer,
Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. T.L., Dipiro, C.V. 2009.
Jilid 2. Edisi III. Mansjoer, Arif Pharmacotherapy Handbook, 7th ed.
(Eds). Penerbit Media Aesculapius The Mc. Graw Hill Company, USA.
FK. UI. Jakarta.
Dorland, 2009. Kamus Kedokteran Dorland.
Ashima Sonita, Erly, Machdawaty Masri. Penerbit Buku Kedokteran : EGC,
2014. Pola Resistensi Bakteri pada Jakarta.
Sputum Pasien PPOK Terhadap

94
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

Jawetz, E.; Melnick J.; Aldenberg E. 2005. Pratiwi, S. 2008. Mikrobiologi Farmasi.
Mikrobiologi Kedokteran, Jakarta. Erlangga, Jakarta.
Sarapi, Devianitta. 2014. Identifikasi Bakteri
John G. Holt, Noel R. Krieg and Stanley T. Resisten Merkuri Dalam Urine,
Williams. 1994. Bargeys Manual Feses, dan Kalkulasi Gigi Pada
Determinative Bacteriology, 9th Individu di Daerah Pesisir Pantai
edition. The William and Wilkins Desa Pulisan Kecamatan Likupang
Company. USA. Timur Kabupaten Minahasa Utara.
[Skripsi]. Universitas sam ratulangi,
Kundiman, Eunice. 2015. Evaluasi
Manado.
Kerasionalan Penggunaan Antibiotik
pada Pasien Lansia dengan Setiabudy, A. 2009. Antimikroba : Dalam
Bronkhitis Kronik Eksaserbasi Akut Farmakologi dan Terapi, Edisi 5
yang di Rawat Jalan di RSUP. Prof. (cetak Ulang Dengan Perbaikan,
Dr. R. D. Kandou Manado Periode 2008) . Balai penerbit FKUI, Jakarta.
Juli 2013 Juni 2014. [Skripsi].
Universitas Sam Ratulangi, Manado. Shirly Kumala, Dimas A. M. Pasanema dan
Mardiastuti, 2010. Pola resistensi
Mpila, Deby. Afriani. 2012. Uji Aktivitas antibiotik terhadap isolat bakteri
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun sputum penderita tersangka infeksi
Mayana ( Coleus atropurpures [L] saluran nafas bawah. Jurnal Farmasi
Benth) terhadap Stapilococcus Indonesia Vol. 5 (1) halaman 24 -32.
aureus, Escherichia coli dan
Pseudomonas aeruginosa Secara In- Syahrurachman, Agus, dkk. 2010.
Vitro.[Skripsi]. Universitas Sam Mikrobiologi Kedokteran. Edisi
Ratulangi, Manado. revisi. Binarupa Aksara, Jakarta.

95

You might also like