You are on page 1of 21

Buat Blog Masuk

Lainnya Blog
Berikut
skip links for text browsers
Heru's The Excellent

Beranda

google_ad_section_start(name=default)
Minggu, 11 April 2010
Askep PJB

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN CHD
(CONGENITAL HEART DISEASES)

Oleh :
Heru Cahyadi

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Congenital heart diseases (CHD) atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi
struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan
yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan
meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini
menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan
operasi dini pada usia muda (IPD FKUI : 1996).
Congenital heart diseases (CHD) atau penyakit jantung bawaan merupakan kelainan bawaan yang
sering ditemukan, yaitu 10% dari seluruh kelainan bawaan dan sebagai penyebab utama kematian
pada masa neonatus. Perkembangan di bidang diagnostik, tatalaksana medikamentosa dan tehnik
intervensi non bedah maupun bedah jantung dalam 40 tahun terakhir memberikan harapan hidup
sangat besar pada neonatus dengan CHD yang kritis. Bahkan dengan perkembangan ekokardiografi
fetal, telah dapat dideteksi defek anatomi jantung, disritmia serta disfungsi miokard pada masa
janin. Di bidang pencegahan terhadap timbulnya gangguan organogenesis jantung pada masa janin
sampai saat ini masih belum memuaskan, walaupun sudah dapat diidentifikasi adanya multifaktor
yang saling berinteraksi yaitu faktor genetik dan lingkungan (IdeBagus : 2008).
Penyakit jantung kongenital bisa terjadi kepada anak-anak di dunia tanpa melihat kedudukan sosial
ekonomi. Kejadian ini berlaku antara 8 -10 kes bagi setiap 1000 kelahiran hidup. Jika seorang anak
dijangkiti, kadar berulangnya kejadian ini pada anaknya nanti ialah antara 4.9 -16% . Penyakit
Jantung Kongenital merupakan 42% dari keseluruhan kecacatan kelahiran. Sebagian besar dari
kematian bayi akibat kecacatan kelahiran adalah disebabkan oleh keabnormalan jantung. Mengikut
Persatuan Jantung Amerika, pada tahun 1992, kecacatan jantung merupakan 31.4% dari semua
kematian akibat kecacatan kelahiran. Kira-kira 40,000 bayi yang dilahirkan setiap tahun mendapat
kecacatan jantung. Dari jumlah ini:
8 - 13% menghidap Septum Atrium terbuka (ASD)
6 - 11% menghidap Duktus Arteriosus terbuka (PDA)
20 - 25% menghidap Septum Ventrikel berlubang (VSD)
(Dikutip dari IdeBagus : 2008).
Congenital heart diseases (CHD) yang berat dan tidak diatasi segera akan menimbulkan kegawatan
dan kematian pada awal kehidupan bayi. Selain faktor tenaga dan fasilitas medis yang terbatas,
problem finansial banyak menjadi penyebab bayi-bayi CHD tak dapat hidup. Kebanyakan orangtua
bayi CHD adalah pasangan muda yang ekonominyamasih rendah. Insidensi penyakit jantung
bawaan di dunia diperkirakan 8/1000 kelahiran hidup. Data mengenai penyakit jantung bawaan
sangat bervariasi bergantung pada hasil penelitian terhadap anak atau orang dewasa, serta
berdasarkan autopsy dan pemeriksaan kateterisasi. Di Indonesia sekitar 40.000 bayi dengan
penyakit jantung bawaan. Saat ini, hanya sekitar 2% penderita yang bisa diselamatkan. Dengan
perkiraan penduduk Indonesia sekitar 220 juta, maka setiap tahun terdapat sekitar 40.000 bayi lahir
dengan CHD/ PJB (IdeBagus : 2008).
Sebagai kalangan mahasiswa kesehatan selayaknya mengetahui bahaya congenital heart diseases
(CHD) bagi kehidupan anak-anak yang bisa mempengaruhi kesehatan mereka dan bisa berujung
pada kematian. Sebagai mahasiswa kesehatan sepatutnya mampu mengidentifikasi faktor penyebab
serta tanda dan gejala dari Congenital heart diseases (CHD), serta dapat bertindak dalam
memberikan pelayanan terbaik pada klien anak yang menderita Congenital heart diseases (CHD)
khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan di rumah sakit.

BAB 2
KONSEP CONGENITAL HEART DISEASES

2.1 Definisi
Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung bawaan adalah kelainan jantung yang sudah
ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi kelaianan jantung
bawaan ini tidak selalu memberi gejala segera setelah bayi lahir tidak jarang kelainan tersebut baru
ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun (Ngastiyah:1997).

2.2 Etiologi
Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik, pada
usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Penyebab utama
terjadinya penyakit jantung congenital belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa
faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung
bawaan :
Faktor Prenatal :
a. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella, influenza atau chicken fox.
b. Ibu alkoholisme.
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
d. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu dan sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, ( thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin,
amethopterin).
f. Terpajan radiasi (sinar X).
g. Gizi ibu yang buruk.
h. Kecanduan obat-obatan yang mempengaruhi perkembangan embrio.
Faktor Genetik :
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
c. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

2.3 Tanda dan Gejala


1. Infants :
Dyspnea.
Difficulty breathing (Kesulitan Bernafas).
Pulse rate over 200 beats/mnt (Nadi lebih dari 200 kali/menit).
Recurrent respiratory infections (infeksi saluran nafas yang berulang).
Failure to gain weight (kesulitan penambahan berat badan).
Heart murmur.
Cyanosis.
Cerebrovasculer accident/ CVA.
Stridor and choking spells/ mencekik.
2. Children :
Dyspnea.
Poor physical development ( perkembangan fisik yang kurang).
Decrease exercise tolerance (aktitas menurun).
Recurrent respiratory infections (infeksi saluran nafas yang berulang).
Heart murmur and thrill.
Cyanosis.
Squatting.
Clubbing of fingers and toes.
Elevated blood pressure (tekanan darah tinggi).

2.4 Klasifikasi
Terdapat berbagai cara penggolongan penyakit jantung congenital. Penggolongan yang sangat
sederhana adalah penggolongan yang didasarkan pada adanya sianosis serta vaskuiarisasi paru.
1. Congenital Heart Diseases (CHD)non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya
defekseptum (DSV), defek septum atrium (DSA), dan duktus arteriousus persisten (DAP).
2. Congenital Heart Diseases (CHD)non sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada
penggolongan ini termasuk stenosis aorta(SA),stenosis pulmonal (SP) dan koartasio aorta.
3. Congenital Heart Diseases (CHD)sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada
penggolongan ini yang paling banyak adalah tetralogi fallot (TF).
4. Congenital Heart Diseases (CHD)sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya
transposisi arteri besar (TAB).

a. CHD/ PJB Non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah


Terdapat defek pada septum ventrikel, atrium atau duktus yang tetap terbuka menyebabkan adanya
pirau (kebocoran) darah dari kiri ke kanan karena tekanan jantung dibagian kiri lebih tinggi
daripada dibagian kanan.
1. Defek Septum Ventrikel (VSD)
DSV terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya darah dari bilik kiri
mengalir ke bilik kanan pada saat sistole.
Manifestasi klinik :
Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat, banyak keringat
bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik. Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan
dada kiri. Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostalis dan
region epigastrium. Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik.
Penatalaksanaan
Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk mengatasi gagal jantung.
Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan,
yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat
ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa tindakan tersebut
harapan hidup berkurang.

(Gambar 2.1 Ventrikel Septum Defect/ VSD)

2. Defek Septum Atrium(ASD)


Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen ovale atau pada septum atrium.
Tekanan pada foramen ovale atau septum atrium,tekanan pada sisi kanan jantung meningkat.
Manifesfasi klinik
Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas, mungkin ditemukan
adanya murmur jantung. Pada foto rongent ditemukan adanya pembesaran jantung dan diagnosa
dipastikan dengan kateterisasi jantung.
Penatalaksanaan
Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatugraft pembedahan jantung
terbuka, dengan prognosis baik.

(Gambar 2.2 Atrium Septum Defect/ ASD)

3. Duktus Arteriosus Persisten (PDA)


DAP adalah terdapatnya pembuluh darah fetal yang menghubungkan percabangan arteri pulmonalis
sebelah kiri (left pulmonary artery) ke aorta desendens tepat di sebelah distal arteri subklavikula
kiri. DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab DAP bermacam-macam, bisa
karena infeksi rubella pada ibu dan prematuritas.
Manifestosi klinik
Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi.
Sejalan dengan pertumbuhan anak, maka anak akan mengalami dispnea, jantung membesar,
hipertropi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap peningkatan volume darah, adanya
tanda machinery type . Murmur jantung akibat aliran darah turbulensi dari aorta melewati duktus
menetap. Tekanan darah sistolik mungkin tinggi karena pembesaran ventrikel kiri.
Penatalaksanaan
Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya diobati dengan aspirin
atau idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak
berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi.

(Gambar 2.3 Duktus Arteriosus Persisten/ PDA)

b. CHD/ PJB non sianotik dengan vaskularisasi paru normal


1. Stenosis Aorta
Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta. Katupnya sendiri mungkin
terkena atau retriksi atau tersumbat secara total aliran darah.
Manifestasi klinik
Anak menjadi kelelahan dan pusing sewaktu cardiac output menurun, tanda-tanda ini lebih nampak
apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi, hal ini menjadi serius dapat
rnenyebabkan kematian, ini juga ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas
kiri sternum, diagnosa ditegakan berdasarkan gambaran EKG yang menunjukan adanya hipertropi
ventrikel kiri, dan dari kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
Penatalaksanaan
Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada saat anak mampu dilakukan
pembedahan.

(Gambar 2.4 Stenosis Aorta/ SA)

2. Stenosis Pulmonal
Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktur padakatup, normal tetapi puncaknya
menyatu.
Manifestasi klinik
Tergantung pada kondisi stenosis. Anak dapat mengalami dyspne dankelelahan, karena aliran darah
ke paru-paru tidak adekuat untukmencukupi kebutuhan O2 dari cardiac output yang meningkat.
Dalamkeadaan stenosis yang berat, darah kembali ke atrium kanan yangdapat rnenyebabkan
kegagalan jantung kongesti. Stenosis inididiagnosis berdasarkan murmur jantung sistolik, EKG dan
kateterisasijantung.
Penatalaksanaan
Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukanpada saat anak berusia 2-3 tahun.
(Gambar 2.4 Stenosis Pulmonal/ SP)

3. Koartasio Aorta
Kelaianan pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa cara. Kontriksimungkin
proksimal atau distal terhadap duktus arteriosus. Kelaianan ini biasanyatidak segera diketahui,
kecuali pada kontriksi berat. Untuk itu penting melakukanskrening anak saat memeriksa
kesehatannya, khususnya bila anak mengikutikegiatan-kegiatan olah raga.
Manifestasi klinik
Ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah, secara proksimal pada kelainandan penurunan
secara distal. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripadakaki. Denyut nadi pada lengan terasa
kuat, tetapi lemah pada popliteal danfemoral. Kadang-kadang dijumpai adanya murmur jantung
lemah denganfrekuensi tinggi. Diagnosa ditegakkan dengan cartography.
Penatalaksanaan
Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan bagianaorta yang berkontriksi
atau anastomi bagian akhir, atau dengan caramemasukkan suatu graf.

(Gambar 2.5 Koartasio Aorta/ KA)

c. CHD/ PJB sianotik dengan vaskularisai paru berkurang


1. Tetralogi fallot
Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari 4kelainan yaitu: 1)
stenosis pulmonal, 2) hipertropi ventrikel kanan, 3) kelainanseptum ventrikuler, 4) kelainan aorta
yang menerima darah dari ventrikel danaliran darah kanan ke kiri melalui kelainan septum
ventrikel.
Manifestasi klinik
Bayi baru lahir dengan TF menampakkan gejala yang nayata yaitu adanyasianosis, letargi dan
lemah. Selain itu juga tampak tanda-tanda dyspne yangkemudian disertai jari-jari clubbing, bayi
berukuran kecil dan berat badan kurang.Bersamaan dengan pertambahan usia, bayi diobservasi
secara teratur, sertadiusahakan untuk mencegah terjadinya dyspne. Bayi mudah mengalami
infeksisaluran pernafasan atas. Diagnosa berdasarkan pada gejala-gejala klinis, mur-mur jantung,
EKG foto rongent dan kateterisasi jantung.
Penatalaksanaan
Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk memenuhipeningkatan kebutuhan
oksigen dalam masa pertumbuhan. Pembedahanberikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk
koreksi secarapermanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara :
1. Blalock-Tausing,dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi subklavikula kanan atau arterikarotis
menuju arteri pulmonalis kanan.
2. Waterson dikerjakan padasisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri pulmonalis
kanan,tindakan ini meningkatkan darah yang teroksigenasi dan membebaskangejala-gejala penyakit
jantung sianosis.

(Gambar 2.6Tetralogi fallot/ TF)

d. CHD/ PJB sianotik dengan vaskularisasi parubertambah


1. Transposisi arteri besar/ Transpotition Great artery (TGA)
Apabila pembuluh pembuluh darah besar mengalami transposisiaorta, arteri aorta dan pulmonal
secara anatomis akan terpengaruh. Anaktidak akan hidup kecuali ada suatu duktus arteriosus
menetap atau kelainanseptum ventrikuler atau atrium, yang menyebabkan bercampurnya
daraharteri-vena. Pada TGA terjadi perubahan tempat keluarnya posisi aorta dan arteri pulmonalis
yakni aorta keluar dari ventrikel kanan dan terletak di sebelahanterior arteri pulmonalis, sedangkan
arteri pulmonalis keluar dari ventrikel kiri ,terletak posterior terhadap aorta. Akibatnya aorta
menerima darah vena sistemik dari vena kava, atriumkanan, ventrikel kanan dan darah diteruskanke
sirkulasi sistemik.
Sedang darah dari vena pulmonalis dialirkan keatrium kiri, ventrikel kiri dan diteruskan ke
arteripulmonalis dan seterusnya keparu.Dengan demikian maka kedua sirkulasi sistemik dan paru
tersebutterpisah dan kehidupan hanya dapat berlangsung apabila ada komunikasiantara 2 sirkulasi
ini. Pada neonatus percampuran darah terjadi melaluiduktus arteriosus dan foramen ovale keatrium
kanan. Pada umumnyapercampuran melalui duktus dan foramen ovale ini tidak adekuat, dan
biladuktus arteriosus menutup maka tidak terdapat percampuran lagi di tempattersebut, keadaan ini
sangat mengancam jiwa penderita.

Manifesfasi klinik
Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini tergantung pada adanyakelainan atau stenosis. Stenosis
kurang tampak apabila kelainanmerupakan PDA atau ASD atau VSD, tetapi kegagalan jantung
akanterjadi.
Penatalaksanaan
Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah. Pada saatprosedur, suatu kateter
balon dimasukan ketika melakukan kateterisasi jantung, untukmemperbesar kelainanseptum intra
arterial. Pada cara Blalock Halen dibuatsuatu kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale
kanan. Sedangkan cara Mustard digunakan untuk koreksi yang permanent. Septum
dihilangkandibuatkan sambungan sehingga darah yang teroksigenisasi dari venapulmonale kembali
ke ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh dan darah tidakteroksigenisasi kembali dari vena cava ke
arteri pulmonale untuk keperluansirkulasi paru-paru. Kemudian akibat kelaianan ini telah berkurang
secaranyata dengan adanya koreksi dan paliatif.

(Gambar 2.7 Transpotition Great Artery/ TGA)

2.5 Komplikasi
Pasien dengan penyakit jantung congenital terancam mengalamiberbagai komplikasi antara lain:
1. Gagal jantung kongestif / CHF.
2. Renjatan kardiogenik/ Henti Jantung.
3. Aritmia.
4. Endokarditis bakterialistis.
5. Hipertensi.
6. Hipertensi pulmonal.
7. Tromboemboli dan abses otak.
8. Obstruksi pembuluh darah pulmonal.
9. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur).
10. Enterokolitis nekrosis.
11. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia
bronkkopulmoner).
12. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit.
13. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin).
14. Gagal tumbuh.

2.6 Pafofisiologi
Kelainan jantung congenital menyebabkan dua perubahan hemodinamikutama. Shunting atau
percampuran darah arteri dari vena serta perubahan alirandarah pulmonal dan tekanan darah.
Normalnya, tekanan pada jantung kanan lebihbesar daripada sirkulasi pulmonal. Shunting terjadi
apabila darah mengalir melaluilubang abnormal pada jantung sehat dari daerah yang bertekanan
lebih tinggi kedaerah yang bertekanan rendah, menyebabkan darah yang teroksigenisasi mengalirke
dalam sirkulasi sistemik.
Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat bila ada keterlambatanpenipisan normal
serabut otot lunak pada arteriola pulmonal sewaktu lahir.Penebalan vascular meningkatkan
resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darahpulmonal dapat melampaui sirkulasi sistemik dan aliran
darah bergerakdari kananke kiri.Perubahan pada aliran darah, percampuran darah vena dan arteri,
serta kenaikan tekanan pulmonal akan meningkatkan kerja jantung.Manifestasi dari penyakit
jantung congenital yaitu adanya gagal jantung,perfusi tidak adekuat dan kongesti pulmonal.

2.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Foto thorak : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan
(kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat.
2. Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan
atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai
akibat dari pirau kiri ke kanan).
3. Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht)
akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida
(PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.
4. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan
arahnya.
5. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya hipertropi ventrikel kiri,
kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
6. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler
yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.
7. Diagnosa ditegakkan dengan cartography dan Cardiac iso enzim (CPK & CKMB) meningkat.

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN CONGENITAL HEART DISEASES

3.1 Pengkajian Keperawatan


A. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agenpenyebab lain adalah rubella,
influenza atau chicken pox.
2. Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus denganketergantungan pada
insulin.
3. Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga giziibu, dan tidak kecanduan
obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.
4. Proses kelahiran atau secara alami atau adanya faktor-faktormemperlama proses persalinan,
penggunaan alat seperti vakum untukmembantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.
5. Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluargalain yang juga mengalami
kelainan jantung, untuk mengkaji adanyafactor genetik yang menunjang.
6. Riwayat tumbuh
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan
peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit.
7. Riwayat psikososial/ perkembangan :
Kemungkinan mengalami masalah perkembangan.
Mekanisme koping anak/ keluarga.
Pengalaman hospitalisasi sebelumnya.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yangdilakukan terhadap pasien
yang menderita penyakit jantung padaumumnya. Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari
hasil pengkajian fisikpada penyakit jantung congenital ini adalah:
Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas terbatas).
Observasi adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung
tambahan (machinery mur-mur), cedera tungkai, hepatomegali.
Observasi adanya hipoksia kronis : clubbing finger.
Observasi adanya hiperemia pada ujung jari.
Observasi pola makan, pola pertambahan berat badan.
Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang.
Observasi apakah anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
Observasi diameter dada bertambah, sering terlihat benjolan dada kiri.
Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region
epigastrium.
Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.
Observasi anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan, sedangkan
neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi.
Observasi apakah anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan
terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri
sternum.
Observasi apakah ada kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada
kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan temporal.
Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang digunakan,
kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga
terhadap stress.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung, perubahan
tekanan jantung.
2. Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan peningkatan resistensi vaskuler paru, kongesti
pulmonal.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia miokard.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat makan
dan meningkatnya kebutuhan kalori.
5. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai
oksigen dan nutrisi ke jaringan.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, ketidakseimbangan antara pemakaian
oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke jaringan.
7. Peningkatan volume cairan tubuh berhubungan dengan kongestif vena, penurunan fungsi ginjal.
8. Kurang pengetahuan ibu tentang keadaan anaknya berhubungan dengan kurangnya inforrnasi.
9. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga tentang
diagnosis/prognosis penyakit anak.

3.3 Rencana Keperawatan

1. Penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung, perubahan


tekanan jantung.

Tujuan : Pasien dapat mentoleransi gejala-gejala yang ditimbulkan akibatpenurunan curah jantung,
dan setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadipeningkatan curah jantung sehingga keadaan
normal.
Intervensi:
1. Bina hubungan saling percaya (BHSP) dengan pasien dan keluarga pasien.
Rasional : Menciptakan suasana yang kondusif dan bersahabat.
2. Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cardiac output.
Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta
lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
3. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
Rasional: permulaan terjadinya gangguan pada jantung akan ada perubahanpada tanda-tanda vital
seperti pernafasan menjadi cepat, peningkatan suhu, nadimeningkat, peningkatan tekanan darah,
semuanya dapat cepat dideteksi untukpenangan lebih lanjut.
4. Informasikan dan anjurkan tentang pentingnya istirahat yang adekuat.
Rasional: istirahat yang adekuat dapat meminimalkan kerja dari jantung dandapat mempertahankan
energi yang ada.
5. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.
Rasional:meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokord dan untukmelawan efek
hipoksia/iskemia.
6. Observasi keadaan kulit terhadap pucat dan sianosis.
Rasional: pucat menunjukan adanya penurunan perfusi sekunderterhadap ketidakadekuatan curah
jantung, vasokonstriksi dan anemi.
7. Monitor tanda-tanda CHF seperti gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital
edema, oliguria, dan hepatomegali.
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana tingkat kegawatan dari anak serta diperlukan dalam
mendeteksi untuk penanganan lebih lanjut.
8. Observasi perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung disorientasi cemas.
Rasional: dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadappenurunan curah
jantung.
9. Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian tindakan farmakologis berupa digitalis dan
digoxin.
Rasional: mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksinmeningkatkan kekuatan kontraksi
miokard dan memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan konduksi dan memperlambat
periode refraktori padahubungan AV untuk meningkatkan efisiensi curah jantung.

2. Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan peningkatan resistensi vaskuler paru, kongesti
pulmonal.
Tujuan : Tidak terjadi ketidakefektitan pola nafas.
Intervensi :
1. Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cardiac output.
Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta
lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
2. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman serta catat upaya pernafasan.
Rasional : pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah komplikasi.
3. Observasi penyimpangan dada, penurunan ekspansi paru atau ketidaksimetrisan gerakan dada.
Rasional : udara atau cairan pada area pleura mencegah ekspansi lengkap (biasanya satu sisi) dan
memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi.
4. Observasi ulang laporan foto thorax dan pemeriksaan laboratorium GDA, Hb sesuai indikasi.
Rasional: pantau keefektifan terapi pernafasan dan catat terjadinya komplikasi.
5. Minimalkan menangis atau aktifitas yang meningkat pada anak.
Rasional: menangis akan menyebabkan pernafasan anak akan meningkatkan.

3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia miokard.


Tujuan : Menyatakan nyeri hilang dan anak keliatan nyaman.
Intervensi:
1. Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang nyeri dan penanganannya.
Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta
lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
2. Observasi adanya keluhan nyeri, pada anak bisa ditunjukan dengan rewel atau sering menangis.
Rasional: Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri.
3. Observasi perilaku dan tanda-tanda vital anak tiap 4 jam.
Rasional : Perilaku dan tanda vital membantu menentukan derajat atau adanya ketidaknyamanan
pasien.
4. Evaluasi respon terhadap obat/terapi yang diberikan.
Rasional: penggunaan terapi obat dan dosis, catat nyeri yang tidak hilang atau menurun dengan
penggunaan nitrat.
5. Berikan lingkungan istirahat yang nyaman dan batasi aktivitas anak sesuai kebutuhan.
Rasional: aktivitas berlebih dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. (contoh kerja tiba-
tiba, stress, makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.
6. Ajarkan teknik distraksi relaksasi pada anak dan ibu.
Rasional : dengan adanya distraksi nyeri anak dapat dialihkan/pengalihan dan dapat menurunkan
respon nyeri.
7. Anjurkan ibu untuk selalu memberikan ketenangan pada anak.
Rasional: ketenangan anak akan mengurangi stress yang dapat memperberat nyeri yang dirasakan.
8. Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian analgesic.
Rasional : analgesik bekerja dengan menghambat nosiseptor nyeri menempati reseptornya, sehingga
nyeri tidak dirasakan lagi.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat makan
dan meningkatnya kebutuhan kalori.
Tujuan: Anak dapat makan dan menyusu dan tidak terjadi penurunan beratbadan selama terjadi
perubahan status nutrisi.
Intervensi:
1. Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang manfaat dari nutrisi sendiri.
Rasional: lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta
lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
2. Anjurkan ibu untuk terus memberikan anak susu, walaupun sedikit tetapi sering.
Rasional: air susu akan mempertahankan kebutuhan nutrisi anak.
3. Pada anak yang sudah tidak menyusui lagi maka berikan makanan dengan porsi sedikit tapi
sering dengan diet sesuai instruksi (TKTP).
Rasional : meningkatan intake atau masukan dan mencegah kelemahan.
4. Jika anak menunjukkan kelemahan akibat ketidak adekuatannya nutrisi yang masuk maka pasang
infuse.
Rasional: infuse akan menambah kebutuhan nutrisi yang tidak dapat dipenuhimelalui oral.
5. Observasi selama pemberian makan atau menyusui.
Rasional: selama makan atau menyusui mungkin dapat terjadi anak sesak atau tersedak.
6. Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
7. Observasi dan catat masukan makanan anak/ intake dan output secara benar.
Rasional : mengawasi masukkan kalori dan kualitas kekurangan konsumsi makanan.
8. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi
halus untuk penyikatan yang lembut, berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri,
meminimalkan kemungkinan infeksi.

5. Peningkatan volume cairan tubuh berhubungan dengan kongestif vena, penurunan fungsi ginjal.
Tujuan : Menunjukan keseimbangan masukan dan keluaran, berat badan stabil,tanda-tanda vital
dalam rentang normal, tidak terjadinya edema.
Intervensi:
1. Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cairan.
Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta
lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
2. Pantau pemasukan dan pengeluaran/ intake dan output, catat keseimbangan cairan, timbangberat
badan anak setiap hari.
Rasional : penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dankeefektifan terapi diuretic,
keseimbangan cairan berlanjut dan berat badanmeningkat menunjukkan makin buruknya gagal
jantung.
3. Kaji adanya edema periorbital, edema tangan dan kaki, hepatomegali, rales,ronchi, penambahan
berat badan.
Rasional: menunjukan kelebihan cairan tubuh.
4. Berikan batasan diet natrium sesuai dengan indikasi.
Rasional : menurunkan retensi natrium.
5. Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian diuretic ( furosemid ) sesuai indikasi.
Rasional: menghambat reabsorsi natrium, yang meningkatkan eksresi cairan danmenurunkan
kelebihan cairan total tubuh.

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, ketidakseimbangan antara pemakaian


oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke jaringan.
Tujuan : Anak dapat melakukan aktivitas yang sesuai tanpa adanyakelemahan.
Intervensi:
1. Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang aktifitas.
Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta
lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
2. Kaji perkembangan tanda-tanda peningkatan tanda-tanda vital, seperti adanyasesak.
Rasional: menunjukan gangguan pada jantung yang kemudian akanmenggunakan energi lebih
sebagai kompensasi sehingga akhirnya anak menjadikelelahan.
3. Bantu pasien dalam aktivitas yang tidak dapat dilakukannya.
Rasional: teknik penghematan energi.
4. Support dalam pemberian nutrisianak.
Rasional : nutrisi dapat membantu meningkatkan metabolisme juga akanmeningkatkan produksi
energi.
5. Batasi aktifitas anak yang berlebihan.
Rasional : meminimalkan kerja dari jantung dan dapat mempertahankan energi yang ada.

7. Kurang pengetahuan ibu/ keluarga tentang keadaan anaknya berhubungan dengan kurangnya
inforrnasi.
Tujuan : Ibu/ keluarga tidak mengalami kecemasan dan mengetahui proses penyakit
danpenatalaksanaan keperawatan yang dilakukan.
Intervensi:
1. Berikan pendidikan kesehatan (health education) kepada ibu dan keluarga mengenaipenyakit
serta gejala dan penataksanaan yang akan dilakukan.
Rasional: informasi akan meningkatkan pengetahuan ibu/ keluarga sehingga cemas yangdialami
ibu/ keluarga melihat kondisi anaknya akan berkurang bahkan hilang.
3.4 Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah dilakukannya asuhan keperawatan adalah :
1. Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung/ cardiac output.
2. Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru dan
efektif pola nafasnya.
3. Anak akan merasa nyaman dan tidak mengalami/ merasa nyeri dada.
4. Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat.
5. Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan.
6. Anak akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat badan
dalam menopang pertumbuhan.
7. Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan kelainan jantung,
mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan
penting dalam keberhasilan pengobatan.

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien anak yang mengalami congenital heart diseases atau penyakit
jantung bawaan (CHD) merupakan bentuk asuhan keperawatan kompleks yang melibatkan aspek
biologis, psikologis dan sosial dalam proporsi yang cukup besar ke seluruh aspek tersebut perlu
benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.
Asuhan keperawatan yang paripurna harus dilaksanakan dengan kompeten dan professional agar
dapat memcapai tingkat homeostatis maksimal bagi klien anak. Manajemen keperawatan harus
benar-benar ditegakkan untuk membantu klien anak mencapai tingkat optimalisasi dalam
menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat penyakit congenital heart diseases atau penyakit
jantung bawaan (CHD).
4.2 Saran
Untuk menjadikan makalah ini menjadi makalah yang sempurna maka harus disertai saran-saran
yang bersifat mendorong dan membangun, saran - saran itu antara lain :
1. Kita hendaknya lebih memahami tentang congenital heart diseases atau penyakit jantung bawaan
(CHD) dalam meningkatkan pelayanan pada penderita/ anak khususnya dalam pemberian asuhan
keperawatan.
2. Kita hendaknya mampu dan mau mempelajari makalah Asuhan Keperawatan Anak Dengan
CHD, demi untuk menambah pengetahuan dibidang ilmu keperawatan khususnya, dan dibidang
pelayanan dan pemberian asuhan keperawatan pada umumnya.
Demikian saran dari kami semoga apa yang kami suguhkan dapat bermanfaat bagi kami khususnya
dan bagi para pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Juall. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Ed. 10. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Pasien. ed.03. Jakarta : EGC.
Gusty. Reni Prima, dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Anak Dengan Tetralogi Fallot.
www.pediatrik.com/perawat_pediatrik/061031-dqrn164.doc. (akses tanggal 6 April 2010).
IdeBagus. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kelainan Jantung Bawaan.
http://one.indoskripsi.com/node/4348. (akses tanggal 6 April 2010).
Madiyono, Bambang, dkk. (2005). Penanganan Penyakit Jantung Pada Bayi Dan Anak.. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, -Ed.03-. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan. (1993). Proses Keperawatan Pada
Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
Tim Keperawatan Anak. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Congenital Heart
Diseases (CHD). http://webcache.googleusercontent.com/-search?q=cache%3AAZYB6GQjcSgJ
%3Ainherent.brawijaya.ac.id%2Fvlm%2Ffile.php
%2F35%2Fchd.pdf+askep+penyakit+jantung+bawaan+pada+anak&hl=id&gl=id. (akses tanggal 6
April 2010).
Tyo. (2010). Askep Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan. http://www.kuliah-
keperawatan.co.cc/2010/04/askep-anak-dengan-penyakit-jantung.html. (akses tanggal 6 April
2010).
Yahya. Fauzi. (2009). Penyakit Jantung bawaan.
http://joenurse.blog.friendster.com/2009/05/penyakit-jantung-bawaan/. (akses tanggal 6 April 2010).

Diposkan oleh Heru's The Excellent di 21.34

TIDAK ADA KOMENTAR:

POSKAN KOMENTAR

google_ad_section_end
Posting Lebih Baru
Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)


Pengikut

Arsip Blog
2010 (3)
Juni (1)
April (2)
Askep Ca Cervix
Askep PJB

Mengenai Saya

Heru's The Excellent


Mahasiswa PSIK
Lihat profil lengkapku

spacer for skins that want sidebar and main to be the same height

end content-wrapper

end outer-wrapper

You might also like