Professional Documents
Culture Documents
Lainnya Blog
Berikut
skip links for text browsers
Heru's The Excellent
Beranda
google_ad_section_start(name=default)
Minggu, 11 April 2010
Askep PJB
Oleh :
Heru Cahyadi
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
KONSEP CONGENITAL HEART DISEASES
2.1 Definisi
Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung bawaan adalah kelainan jantung yang sudah
ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi kelaianan jantung
bawaan ini tidak selalu memberi gejala segera setelah bayi lahir tidak jarang kelainan tersebut baru
ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun (Ngastiyah:1997).
2.2 Etiologi
Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik, pada
usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Penyebab utama
terjadinya penyakit jantung congenital belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa
faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung
bawaan :
Faktor Prenatal :
a. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella, influenza atau chicken fox.
b. Ibu alkoholisme.
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
d. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu dan sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, ( thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin,
amethopterin).
f. Terpajan radiasi (sinar X).
g. Gizi ibu yang buruk.
h. Kecanduan obat-obatan yang mempengaruhi perkembangan embrio.
Faktor Genetik :
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
c. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
2.4 Klasifikasi
Terdapat berbagai cara penggolongan penyakit jantung congenital. Penggolongan yang sangat
sederhana adalah penggolongan yang didasarkan pada adanya sianosis serta vaskuiarisasi paru.
1. Congenital Heart Diseases (CHD)non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya
defekseptum (DSV), defek septum atrium (DSA), dan duktus arteriousus persisten (DAP).
2. Congenital Heart Diseases (CHD)non sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada
penggolongan ini termasuk stenosis aorta(SA),stenosis pulmonal (SP) dan koartasio aorta.
3. Congenital Heart Diseases (CHD)sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada
penggolongan ini yang paling banyak adalah tetralogi fallot (TF).
4. Congenital Heart Diseases (CHD)sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya
transposisi arteri besar (TAB).
2. Stenosis Pulmonal
Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktur padakatup, normal tetapi puncaknya
menyatu.
Manifestasi klinik
Tergantung pada kondisi stenosis. Anak dapat mengalami dyspne dankelelahan, karena aliran darah
ke paru-paru tidak adekuat untukmencukupi kebutuhan O2 dari cardiac output yang meningkat.
Dalamkeadaan stenosis yang berat, darah kembali ke atrium kanan yangdapat rnenyebabkan
kegagalan jantung kongesti. Stenosis inididiagnosis berdasarkan murmur jantung sistolik, EKG dan
kateterisasijantung.
Penatalaksanaan
Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukanpada saat anak berusia 2-3 tahun.
(Gambar 2.4 Stenosis Pulmonal/ SP)
3. Koartasio Aorta
Kelaianan pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa cara. Kontriksimungkin
proksimal atau distal terhadap duktus arteriosus. Kelaianan ini biasanyatidak segera diketahui,
kecuali pada kontriksi berat. Untuk itu penting melakukanskrening anak saat memeriksa
kesehatannya, khususnya bila anak mengikutikegiatan-kegiatan olah raga.
Manifestasi klinik
Ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah, secara proksimal pada kelainandan penurunan
secara distal. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripadakaki. Denyut nadi pada lengan terasa
kuat, tetapi lemah pada popliteal danfemoral. Kadang-kadang dijumpai adanya murmur jantung
lemah denganfrekuensi tinggi. Diagnosa ditegakkan dengan cartography.
Penatalaksanaan
Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan bagianaorta yang berkontriksi
atau anastomi bagian akhir, atau dengan caramemasukkan suatu graf.
Manifesfasi klinik
Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini tergantung pada adanyakelainan atau stenosis. Stenosis
kurang tampak apabila kelainanmerupakan PDA atau ASD atau VSD, tetapi kegagalan jantung
akanterjadi.
Penatalaksanaan
Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah. Pada saatprosedur, suatu kateter
balon dimasukan ketika melakukan kateterisasi jantung, untukmemperbesar kelainanseptum intra
arterial. Pada cara Blalock Halen dibuatsuatu kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale
kanan. Sedangkan cara Mustard digunakan untuk koreksi yang permanent. Septum
dihilangkandibuatkan sambungan sehingga darah yang teroksigenisasi dari venapulmonale kembali
ke ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh dan darah tidakteroksigenisasi kembali dari vena cava ke
arteri pulmonale untuk keperluansirkulasi paru-paru. Kemudian akibat kelaianan ini telah berkurang
secaranyata dengan adanya koreksi dan paliatif.
2.5 Komplikasi
Pasien dengan penyakit jantung congenital terancam mengalamiberbagai komplikasi antara lain:
1. Gagal jantung kongestif / CHF.
2. Renjatan kardiogenik/ Henti Jantung.
3. Aritmia.
4. Endokarditis bakterialistis.
5. Hipertensi.
6. Hipertensi pulmonal.
7. Tromboemboli dan abses otak.
8. Obstruksi pembuluh darah pulmonal.
9. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur).
10. Enterokolitis nekrosis.
11. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia
bronkkopulmoner).
12. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit.
13. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin).
14. Gagal tumbuh.
2.6 Pafofisiologi
Kelainan jantung congenital menyebabkan dua perubahan hemodinamikutama. Shunting atau
percampuran darah arteri dari vena serta perubahan alirandarah pulmonal dan tekanan darah.
Normalnya, tekanan pada jantung kanan lebihbesar daripada sirkulasi pulmonal. Shunting terjadi
apabila darah mengalir melaluilubang abnormal pada jantung sehat dari daerah yang bertekanan
lebih tinggi kedaerah yang bertekanan rendah, menyebabkan darah yang teroksigenisasi mengalirke
dalam sirkulasi sistemik.
Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat bila ada keterlambatanpenipisan normal
serabut otot lunak pada arteriola pulmonal sewaktu lahir.Penebalan vascular meningkatkan
resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darahpulmonal dapat melampaui sirkulasi sistemik dan aliran
darah bergerakdari kananke kiri.Perubahan pada aliran darah, percampuran darah vena dan arteri,
serta kenaikan tekanan pulmonal akan meningkatkan kerja jantung.Manifestasi dari penyakit
jantung congenital yaitu adanya gagal jantung,perfusi tidak adekuat dan kongesti pulmonal.
1. Foto thorak : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan
(kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat.
2. Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan
atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai
akibat dari pirau kiri ke kanan).
3. Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht)
akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida
(PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.
4. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan
arahnya.
5. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya hipertropi ventrikel kiri,
kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
6. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler
yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.
7. Diagnosa ditegakkan dengan cartography dan Cardiac iso enzim (CPK & CKMB) meningkat.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN CONGENITAL HEART DISEASES
Tujuan : Pasien dapat mentoleransi gejala-gejala yang ditimbulkan akibatpenurunan curah jantung,
dan setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadipeningkatan curah jantung sehingga keadaan
normal.
Intervensi:
1. Bina hubungan saling percaya (BHSP) dengan pasien dan keluarga pasien.
Rasional : Menciptakan suasana yang kondusif dan bersahabat.
2. Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cardiac output.
Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta
lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
3. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
Rasional: permulaan terjadinya gangguan pada jantung akan ada perubahanpada tanda-tanda vital
seperti pernafasan menjadi cepat, peningkatan suhu, nadimeningkat, peningkatan tekanan darah,
semuanya dapat cepat dideteksi untukpenangan lebih lanjut.
4. Informasikan dan anjurkan tentang pentingnya istirahat yang adekuat.
Rasional: istirahat yang adekuat dapat meminimalkan kerja dari jantung dandapat mempertahankan
energi yang ada.
5. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.
Rasional:meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokord dan untukmelawan efek
hipoksia/iskemia.
6. Observasi keadaan kulit terhadap pucat dan sianosis.
Rasional: pucat menunjukan adanya penurunan perfusi sekunderterhadap ketidakadekuatan curah
jantung, vasokonstriksi dan anemi.
7. Monitor tanda-tanda CHF seperti gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital
edema, oliguria, dan hepatomegali.
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana tingkat kegawatan dari anak serta diperlukan dalam
mendeteksi untuk penanganan lebih lanjut.
8. Observasi perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung disorientasi cemas.
Rasional: dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadappenurunan curah
jantung.
9. Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian tindakan farmakologis berupa digitalis dan
digoxin.
Rasional: mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksinmeningkatkan kekuatan kontraksi
miokard dan memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan konduksi dan memperlambat
periode refraktori padahubungan AV untuk meningkatkan efisiensi curah jantung.
2. Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan peningkatan resistensi vaskuler paru, kongesti
pulmonal.
Tujuan : Tidak terjadi ketidakefektitan pola nafas.
Intervensi :
1. Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cardiac output.
Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta
lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
2. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman serta catat upaya pernafasan.
Rasional : pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah komplikasi.
3. Observasi penyimpangan dada, penurunan ekspansi paru atau ketidaksimetrisan gerakan dada.
Rasional : udara atau cairan pada area pleura mencegah ekspansi lengkap (biasanya satu sisi) dan
memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi.
4. Observasi ulang laporan foto thorax dan pemeriksaan laboratorium GDA, Hb sesuai indikasi.
Rasional: pantau keefektifan terapi pernafasan dan catat terjadinya komplikasi.
5. Minimalkan menangis atau aktifitas yang meningkat pada anak.
Rasional: menangis akan menyebabkan pernafasan anak akan meningkatkan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat makan
dan meningkatnya kebutuhan kalori.
Tujuan: Anak dapat makan dan menyusu dan tidak terjadi penurunan beratbadan selama terjadi
perubahan status nutrisi.
Intervensi:
1. Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang manfaat dari nutrisi sendiri.
Rasional: lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta
lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
2. Anjurkan ibu untuk terus memberikan anak susu, walaupun sedikit tetapi sering.
Rasional: air susu akan mempertahankan kebutuhan nutrisi anak.
3. Pada anak yang sudah tidak menyusui lagi maka berikan makanan dengan porsi sedikit tapi
sering dengan diet sesuai instruksi (TKTP).
Rasional : meningkatan intake atau masukan dan mencegah kelemahan.
4. Jika anak menunjukkan kelemahan akibat ketidak adekuatannya nutrisi yang masuk maka pasang
infuse.
Rasional: infuse akan menambah kebutuhan nutrisi yang tidak dapat dipenuhimelalui oral.
5. Observasi selama pemberian makan atau menyusui.
Rasional: selama makan atau menyusui mungkin dapat terjadi anak sesak atau tersedak.
6. Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
7. Observasi dan catat masukan makanan anak/ intake dan output secara benar.
Rasional : mengawasi masukkan kalori dan kualitas kekurangan konsumsi makanan.
8. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi
halus untuk penyikatan yang lembut, berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri,
meminimalkan kemungkinan infeksi.
5. Peningkatan volume cairan tubuh berhubungan dengan kongestif vena, penurunan fungsi ginjal.
Tujuan : Menunjukan keseimbangan masukan dan keluaran, berat badan stabil,tanda-tanda vital
dalam rentang normal, tidak terjadinya edema.
Intervensi:
1. Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cairan.
Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta
lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
2. Pantau pemasukan dan pengeluaran/ intake dan output, catat keseimbangan cairan, timbangberat
badan anak setiap hari.
Rasional : penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dankeefektifan terapi diuretic,
keseimbangan cairan berlanjut dan berat badanmeningkat menunjukkan makin buruknya gagal
jantung.
3. Kaji adanya edema periorbital, edema tangan dan kaki, hepatomegali, rales,ronchi, penambahan
berat badan.
Rasional: menunjukan kelebihan cairan tubuh.
4. Berikan batasan diet natrium sesuai dengan indikasi.
Rasional : menurunkan retensi natrium.
5. Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian diuretic ( furosemid ) sesuai indikasi.
Rasional: menghambat reabsorsi natrium, yang meningkatkan eksresi cairan danmenurunkan
kelebihan cairan total tubuh.
7. Kurang pengetahuan ibu/ keluarga tentang keadaan anaknya berhubungan dengan kurangnya
inforrnasi.
Tujuan : Ibu/ keluarga tidak mengalami kecemasan dan mengetahui proses penyakit
danpenatalaksanaan keperawatan yang dilakukan.
Intervensi:
1. Berikan pendidikan kesehatan (health education) kepada ibu dan keluarga mengenaipenyakit
serta gejala dan penataksanaan yang akan dilakukan.
Rasional: informasi akan meningkatkan pengetahuan ibu/ keluarga sehingga cemas yangdialami
ibu/ keluarga melihat kondisi anaknya akan berkurang bahkan hilang.
3.4 Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah dilakukannya asuhan keperawatan adalah :
1. Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung/ cardiac output.
2. Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru dan
efektif pola nafasnya.
3. Anak akan merasa nyaman dan tidak mengalami/ merasa nyeri dada.
4. Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat.
5. Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan.
6. Anak akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat badan
dalam menopang pertumbuhan.
7. Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan kelainan jantung,
mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan
penting dalam keberhasilan pengobatan.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien anak yang mengalami congenital heart diseases atau penyakit
jantung bawaan (CHD) merupakan bentuk asuhan keperawatan kompleks yang melibatkan aspek
biologis, psikologis dan sosial dalam proporsi yang cukup besar ke seluruh aspek tersebut perlu
benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.
Asuhan keperawatan yang paripurna harus dilaksanakan dengan kompeten dan professional agar
dapat memcapai tingkat homeostatis maksimal bagi klien anak. Manajemen keperawatan harus
benar-benar ditegakkan untuk membantu klien anak mencapai tingkat optimalisasi dalam
menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat penyakit congenital heart diseases atau penyakit
jantung bawaan (CHD).
4.2 Saran
Untuk menjadikan makalah ini menjadi makalah yang sempurna maka harus disertai saran-saran
yang bersifat mendorong dan membangun, saran - saran itu antara lain :
1. Kita hendaknya lebih memahami tentang congenital heart diseases atau penyakit jantung bawaan
(CHD) dalam meningkatkan pelayanan pada penderita/ anak khususnya dalam pemberian asuhan
keperawatan.
2. Kita hendaknya mampu dan mau mempelajari makalah Asuhan Keperawatan Anak Dengan
CHD, demi untuk menambah pengetahuan dibidang ilmu keperawatan khususnya, dan dibidang
pelayanan dan pemberian asuhan keperawatan pada umumnya.
Demikian saran dari kami semoga apa yang kami suguhkan dapat bermanfaat bagi kami khususnya
dan bagi para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Juall. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Ed. 10. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Pasien. ed.03. Jakarta : EGC.
Gusty. Reni Prima, dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Anak Dengan Tetralogi Fallot.
www.pediatrik.com/perawat_pediatrik/061031-dqrn164.doc. (akses tanggal 6 April 2010).
IdeBagus. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kelainan Jantung Bawaan.
http://one.indoskripsi.com/node/4348. (akses tanggal 6 April 2010).
Madiyono, Bambang, dkk. (2005). Penanganan Penyakit Jantung Pada Bayi Dan Anak.. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, -Ed.03-. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan. (1993). Proses Keperawatan Pada
Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
Tim Keperawatan Anak. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Congenital Heart
Diseases (CHD). http://webcache.googleusercontent.com/-search?q=cache%3AAZYB6GQjcSgJ
%3Ainherent.brawijaya.ac.id%2Fvlm%2Ffile.php
%2F35%2Fchd.pdf+askep+penyakit+jantung+bawaan+pada+anak&hl=id&gl=id. (akses tanggal 6
April 2010).
Tyo. (2010). Askep Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan. http://www.kuliah-
keperawatan.co.cc/2010/04/askep-anak-dengan-penyakit-jantung.html. (akses tanggal 6 April
2010).
Yahya. Fauzi. (2009). Penyakit Jantung bawaan.
http://joenurse.blog.friendster.com/2009/05/penyakit-jantung-bawaan/. (akses tanggal 6 April 2010).
POSKAN KOMENTAR
google_ad_section_end
Posting Lebih Baru
Beranda
Arsip Blog
2010 (3)
Juni (1)
April (2)
Askep Ca Cervix
Askep PJB
Mengenai Saya
spacer for skins that want sidebar and main to be the same height
end content-wrapper
end outer-wrapper