You are on page 1of 11

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 27 Mei 2010

DAMPAK APLIKASI INSEKTISIDA TERHADAP KEBERADAAN


MUSUH ALAMI

Uvan Nurwahidah
UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Selatan

ABSTRAK

Penelitian resurgensi terhadap wereng coklat pasca aplikasi Dimehypo, Karbosulfan dan Imidokloprid
pada beberapa tingkat dosis telah dilakukan di Kabupaten Maros dan Pangkep. Penelitian menggunakan
insektisida pembanding Fentoat 60EC untuk melihat trend peningkatan populasi akibat aplikasi
insektisida. Fenomena di lapang terlihat bahwa aplikasi insektisida Dimehypo, Karbosulfan dan
Imidokloprid belum nampak memperlihatkan adanya gejala resurgensi pada perlakuan pembanding
resurgensi Fentoat 60EC. Pada perlakuan Fentoat 60EC trend peningktan populasi sesudah aplikasi
terlihat meningkat, sedangkan terhadap perkembangan musuh alam belum nampak adanya penurunan
yang drastis, bahkan yang terjadi justru sebaliknya yakni musuh alam sedikit memperlihatkan trend
perkembangan yang meningkat.

Kata Kunci: Dampak aplikasi, insektisida, musuh alam

PENDAHULUAN
1. Batasan Resurgensi
Yang dimaksud dengan istilah resurgensi suatu hama adalah terjadinya peristiwa peningkatan
populasi hama sasaran yang sangat mencolok jauh melampaui ambang ekonomi segera setelah aplikasi
suatu insektisida. Resurgensi tidak hanya mencakup pengertian meningkatnya populasi hama sasaran
segera setelah selesai pengendalian saja, tetapi juga termasuk berubahnya status suatu hama menjadi
hama sasaran (letusan skunder). Peristiwa tersebut terjadi sebagai akibat terbunuhnya musuh alami
hama akibat penggunaan insektisida yang berspektrum luas (Untung, 1993; Metcalf, 1982).
2. Fenomena Resurgensi
Fenomena resurgensi pertama dilaporkan pada penggunaan insektisida jenis Kalium Arsenat,
Kriolit, DDT, BHC, Aldrin, Toxapen dana Paration. Pada wereng coklat, fenomena resurgensi dilaporkan
oleh Heinrichs dan Mochida (1984) berupa menurunnya tingkat mortalitas, meningkatnya laju
reproduksi, memendeknya stadia nimfa, memanjangnya masa oviposisi dan stadia imago, sedangkan
Bhudasaman et al. (1992) menemukan bahwa insektisida yang dapat menyebabkan resurgensi adalah
Deltametrin.

KINERJA BAHAN AKTIF INSEKTISIDA UJI


1. Aplikasi Dimehypo 290AS
Aplikasi Dimehypo 290 As disusun dalam kisaran 5 perlakuan tingkat dosis yakni dosis 0,375
l/ha, 0,750 l/ha, pembanding Fentoat 60EC dosis 1,5 l/ha dan kontrol populasi yang dicatat pada
pengamatan di Maros nampak adanya peningkatan (menaik) dengan meningkatnya interval pengamatan
dan meningkat tajam mulai minggu 7-11 mst. Dosis aplikasi Dimehypo 290AS tidak berbeda nyata
dengan petak kontrol kecuali pada 7 mst. Dosis yang berbeda nyata dengan kontrol dicatat pada
perlakuan insektisida pembanding Fentoat 60EC pada taraf aplikasi 1,5 l/ha. Pada pengamatan di
347
Uvan Nurwahidah : Dampak Aplikasi Insektisida Terhadap Keberadaan Musuh Alami.

Pangkep, trend padat populasi wereng coklat umumnya juga meningkat pada semua dosis dengan
meningkatnya interval pengamatan. Pada pengamatan 4, 5 dan 7 mst, seluruh perlakuan tidak nyata pada
taraf uji Duncan 10%, akan tetapi pada pengamatan 8-12 mst, dosis antar perlakuan ada yang berbeda
nyata, tetapi tidak nyata terhadap petak kontrol kecuali pada perlakuan insektisida pembanding Fentoat
60EC (Tabel 1). Data tersebut memberi arti bahwa insektisida Dimehypo 290As yang dicobakan pada
wereng coklat berdasarkan pengamatan di Maros dan Pangkep belum memperlihatkan adanya tanda-
tanda resurgensi pada hama sasaran.
2. Aplikasi Carbosulfan 5G
Aplikasi Carbosulfan 5G disusun dalam kisaran 3 perlakuan tingkat dosis yakni dosis aplikasi 6,
12 dan 24 kg bahan aktif/ha, 10 kg b.a/ha, Regent 0.3 G 1.8 kg b.a/ha, Fentoat 60EC dan Kontrol.
Pengamatan dilakukan pada 10 interval yakni mulai dari pengamatan 4 sampai 13 mst.
Rata-rata padat populasi wereng coklat menunjukkan trend yang fluktuatif dari minggu ke
minggu berikutnya. Perlakuan dosis nampak tidak nyata bila dilakukan perbandingan antar perlakuan
yang tercatat pada minggu 4, 5, 8, 9 dan 13 mst, akan tetapi semua perlakuan tidak berbeda nyata bila
dibandingkan dengan kontrol (Tabel 2). Dari pengamatan di lapangan nampak bahwa fenomena
resurgensi akibat perlakuan insektisida Karbosulfan 5G terhadap wereng coklat belum nampak, bahkan
pada petak yang mendapatkan perlakuan insektisida pembanding Fentoat 60EC sekalipun.
3. Aplikasi Carbosulfan 5WP
Aplikasi Imidokloprid 5WP disusun dalam kisaran 3 perlakuan tingkat dosis yakni dosis 250 g
bahan aktif/ha, 500 g b.a/ha, 1000 g b.a/ha, pembanding Fentoat 60EC dosis 1800 ml b.a/ha,
Imidokloprid 200SL 125 g b.a/ha dan kontrol. Hasil pengamatan yang dilakukan 3 hari sebelum aplikasi I
menunjukkan wereng coklat telah merata pada petak-petak percobaan di lapang. Padat populasi pada
pengamatan I (3mst) telah mencapai 129 ekor/70 rumpun. Rata-rata padat populasi pada 4, 6, 7 dan 8
mst terlihat bahwa populasi wereng coklat pada petak yang diaplikasi Imidokloprid 5WP dosis 250, 500
dan 1000 g b.a/ha dan Imidokloprid 200SL dosis 125 ml b.a/ha lebih rendah dibanding kontrol,
sedangkan pada petak yang diaplikasi insektisida pembanding resurgensi (Fentoat 60EC) dosis 1800 ml
b.a/ha sudah menampakkan gejala resurgensi tercatat mulai pengamatan 5-13 mst, yang dicirikan
dengan meningkatnya populasi dan berbeda nyata dibanding kontrol (Tabel 3).

DAMPAK APLIKASI TERHADAP MUSUH ALAM


1. Pada Aplikasi Dimehypo
Pengamatan terhadap musuh alam jenis Lycosa pseudoannulata di Maros nampak bahwa
pengamatan 3, 5 dan 9 mst semua perlakuan dosis yang dicobakan tidak nyata baik antar perlakuan
maupun terhadap kontrol. Pada pengatan 4, 6, 7, 8 dan 10 mst nampak bahwa pembanding resurgensi
Fentoat 60EC berbeda nyata dengan kontrol, sedangkan kisaran dosis Dimehypo yang dicobakan nampak
tidak konsisten (berfluktuasi). Terlihat pada populasi pada 4, 8, 10 mst tidak berbeda nyata dengan
kontrol khususnya pada perlakuan tingkat dosis yang dicobakan. Demikian pula pada pengamatan di
Pangkep, padat populasi Lycosa pseudoannulata pada 4-8, 11-12 mst tidak nyata dibanding kontrol,
kecuali pada 9-10 mst dimana perlakuan dosis 0,375 l b.a/ha, 0.750 l b.a/ha dan pembanding Fentoat
60EC berbeda nyata pada taraf uji 10% DMRT. Ini berarti bahwa tidak terdapat penurunan populasi
musuh alami yang drastis dan berbeda nyata dibanding kontrol akibat aplikasi insektisida Dimehypo baik
di Maros maupun di Pangkep (Tabel 4).
Pengamatan terhadap musuh alam jenis Cyrtorhinus lividipennis di Pangkep nampak bahwa padat
populasi yang dicatat dalam 5 interval pengamatan semuanya tidak berbeda nyata dengan kontrol
kecuali pada 9 mst, dimana semua kisaran dosis yang dicoba dan pembanding resurgensi berbeda dengan
kontrol. Populasinya justru meningkat tajam setelah 10-12 mst, sedangkan pada pengamatan di Maros

348
Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 27 Mei 2010

nampak bahwa pada 9-10 mst padat populasinya tidak nyata, pada 11 mst perlakuan dosis 0.375 l b.a/ha
berbeda nyata. Nampak yang tercatat ada peningkatan populasi yang drastis pada 11-12 mst (Tabel 5).
Ini berarti bahwa dampak aplikasi insektisida Dimehypo terhadap perkembangan populasi C.lividipennis
tidak nampak bahkan sebaliknya terdapat peningkatan populasi yang tajam.
Pengamatan terhadap Ophionea nigrofaciata di Maros terlihat bahwa kisaran dosis yang
dicobakan tidak nyata pada 9-10 mst, akan tetapi padat populasi nyata dibanding kontrol baru nampak
pada 12 mst. Hal tersebut tercatat pada perlakuan dosis 0.375 l b.a/ha dan pada 11 mst yang tercatat
pada perlakuan pembanding Fentoat 60EC. Pengamatan di Pangkep terlihat bahwa pada 10 mst perlakuan
tidak nyata, pada 11 mst hanya dosis 0.375 l b.a/ha yang nyata. Dari pengamatan di Maros maupun
Pangkep nampak bahwa dampak aplikasi insektisida Dimehypo terhadap perkembangan populasi
O.nigrofaciata belum nampak. Di kedua lokasi penelitian nampak bahwa trend padat populasi terlihat ada
peningkatan yang tidak terlalu tajam (Tabel 6).
2. Pada Aplikasi Karbosulfan
Pengamatan dampak insektisida Karbosulfan terhadap musuh alam hanya dilakukan terhadap jenis
C.lividipennis dan L.pseudoannulata dengan mengamati populasi dalam 70 rumpun sampel. Pada
pengamatan C.lividipennis nampak bahwa baik perbedaan antar perlakuan maupun terhadap kontrol tidak
nampak mulai 4-9 mst. Perbedaan antar perlakuan nyata pada pengamatan 10-13 mst, akan tetapi
perlakuan yang nyata dibanding kontrol ditemukan pada 11 mst yakni pada perlakuan dosis 6, 12, 24 kg
b.s/ha dan pada 13 mst yakni pada perlakuan dosis 6 kg b.a/ha. Pada pengamatan L.pseudoannulata
nampak bahwa perbedaan antar perlakuan tidak nyata tercatat pada 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12 dan 13 mst
sedangkan pada 7 dan 9 mst perbedaan antar perlakuan nyata, akan tetapi tidak nyata dibanding
kontrol. Pada pengamatan C.lividipennis nampak bahwa padat populasinya fluktuatif di lapang, sedangkan
pada pengamatan L.pseudoannulata padat populasinya memperlihatkan trend yang meningkat walaupun
tidak terlalu tajam. Dari fenomena tersebut dapat disimpulkan bahwa dampak aplikasi insektisida
Karbosulfan tidak nyata terhadap perkembangan padat populasi baik C.lividipennis maupun
L.pseudoannulata (Tabel 7).
3. Pada Aplikasi Imidokloprid
Pengamatan dampak aplikasi Imidokloprid terhadap musuh alami jenis dicatat pada jenis
L.pseudoannulata dan C.lividipennis. Pada pengamatan L.pseudoannulatan terlihat bahwa rata-rata padat
populasi tidak nyata antar perlakuan maupun terhadap kontrol dicatat pada 3, 6, 11 dan 13 mst. Pada
pengamatan interval 4 dan 5 mst semua dosis yang dicobakan tidak nyata dibanding kontrol akan tetapi
pembanding Fentoat 60EC nyata. Pada interval 7 dan 9 mst, semua perlakuan dosis Imidokloprid nyata
dibanding kontrol sedangkan pada 8 dan 10 mst tidak nyata. Pada pengamatan C.lividipennis interval 7
dan 8 mst terdapat 3 kisaran dosis Imidokloprid yang nyata dibanding kontrol yakni dosis 250, 500 dan
1000 g b.a/ha sedangkan interval 9-13 mst semua perlakuan tidak nyata dibanding kontrol. Dari
fenomena tersebut dapat disimpulkan bahwa dampak aplikasi Imidokloprid belum nyata berpengaruh
terhadap perkembangan musuh alam jenis L.lividipennis dan C.lividipennis. Trend perkembangan populasi
kedua musuh alam tersebut di atas terlihat sedikit peningkatan dari waktu ke waktu (Tabel 8).

KESIMPULAN
Aplikasi insektisida Dimehypo, Karbosulfan dan Imidokloprid belum memperlihatkan adanya
gejala resurgensi pada serangga target bila dibandingkan dengan fenomena skor populasi yang tercatat
pada perlakuan pembanding resurgensi Fentoat 60EC. Pada perlakuan Fentoat 60EC, trend peningkatan
populasi sesudah aplikasi terlihat meningkat. Perkembangan musuh alami juga belum nampak adanya
penurunan yang drastis bahkan yang terjadi justru sebaliknya yakni populasi musuh alam sedikit
memperlihatkan trend perkembangan yang meningkat.

349
Uvan Nurwahidah : Dampak Aplikasi Insektisida Terhadap Keberadaan Musuh Alami.

DAFTAR PUSTAKA
Baco, D., M. Yasin, dan Masmawati. 1996. Resurgensi insektisida Dimehypo 290 AS terhadap wereng
coklat Nilaparvata lugens dan pengaruhnya terhadap musuh alami. Hasil Penelitian Hama dan
Penyakit 1995/1996. Badan Litbang Pertanian, Balitjas. hal. 90 104
Bhudhasamai, P. Silaposorn, and Shoiwtip. 1992. Effects of for hand spray insecticides on Brown
Planthopper (BPH) resurgence in rice. International Rice Research Newsletter. No. 17. No. 13.
IRRI. Manila. Philippines. pp.20-21
Heinrichs, E.A dan O. Mochida. 1984. From secondary to major pest status. The case of Insecticide-
Induced Rice Brown Planthopper (Nilaparvata lugens Stal) Resurgence. Protection Ecology (&) :
201 216
Masud, S., dan D. Baco. 1996. Pengaruh insektisida Karbosulfan 5 G terhadap resurgensi wereng coklat
(Nilaparvata lugens Stal) pada tanaman padi. Hasil Penelitian Hama dan Penyakit 1995/1996.
Badan Litbang Pertanian. Balitjas. hal. 105 111
Metcalf., R.L. 1984. Insecticides in pest management. Dalam R.L. Metcalf dan W.H. Luckman (ed).
Introduction to Insect Pest Management. Edisi kedua. John Wiley & Sons. New York. hal. 217
277.
Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gajah Mada University Press. 273 hal
Yasin, M., dan D. Baco. 1996. Efikasi dan resurgensi wereng coklat oleh insektisida Imidoctoprid 5 WP
pada tanaman padi. Hasil Penelitian Hama dan Penyakit 1995/1996. Badan Litbang Pertanian.
Balitjas Maros. Hal 119 129.

350
Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 27 Mei 2010

Tabel 1. Padat populasi wereng coklat/70 rumpun pada penelitian insektisida Dimehypo 290 AS. Maros dan Pangkep, MH 1994/95.

Dosis Pengamatan (MST)


Perlakuan
(l/h) 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
I. Pengamatan Maros
Dimehypo 290 AS 0,375 16 tn 19 c 58 b 36 bc 217 bc 370 bc 698 b 1112 bc 1550 b 712
Dimehypo 290 AS 0,750 13 11 c 54 b 29 c 334 b 414 bc 787 b 1150 bc 1670 b 1562 b
Dimehypo 290 AS 1,50 12 9d 39 c 44 b 195 c 327 c 797 b 825 c 1553 b 733 c
Fentoat 50 EC 1,50 14 41 a 69 a 89 a 575 a 904 a 2199 a 2924 a 2348 a 2056 a
Kontrol - 15 23 b 59 b 62 b 559 a 512 b 1566 b 1566 b 1784 b 1550 b

KK (%) - 16,00 34,80 13,42 33,30 34,79 37,75 36,01 36,01 25,59 32,75

II. Pengamatan Pangkep


Dimehypo 290 AS
Dimehypo 290 AS 0,37 - 52 tn 60 tn 36 ab 71 tn 394 bc 1028 b 3688 b 4292 b 5172 b
Dimehypo 290 AS 0,750 - 55 22 28 b 43 236 c 493 b 1178 b 2277 b 4284 b
Fentoat 50 EC 1,5 - 55 24 26 b 54 396 bc 527 b 2688 b 2578 b 6720 b
Kontrol 1,5 - 55 38 50 a 56 1363 a 1914 a 6741 a 7858 a 11160 a
- - 56 26 47 ab 55 699 b 472 b 2778 b 2547 b 7411 b
KK (%) - - 12,0 22,0 32,89 32,55 26,44 31.15 30,00 31,63 26,17

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 10%
tn = tidak nyata MST = minggu setelah tanam
Sumber : Baco et.al (1996)

351
Uvan Nurwahidah : Dampak Aplikasi Insektisida Terhadap Keberadaan Musuh Alami.

Tabel 2. Rata-rata padat populasi wereng coklat per 70 rumpun pada setiap pengamatan. Maros MH. 1995/96

Dosis
Populasi wereng coklat (MST)
Formula
Perlakuan
si 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kg (l)/ha
Karbosulfan 5 G 6 126,25 87,20 b 47,25 a 65,25 ab 19,50 a 10,75 a 17,25 ab 28,75 ab 13,25 ab 0,75
Karbosulfan 5 G 12 106,75 74,00 b 35,50 a 84,50 b 36,00 a 12,50 a 24,00 ab 38,75 ab 34,75 b 7,75
Karbosulfan 5 G 24 88,75 58,00 b 32,75 a 61,75 ab 32,50 a 20,25 a 23,25 ab 33,75 ab 21,00 ab 7,50
Regent 0.3 G 10 91,25 60,50 b 37,50 a 48,50 a 19,00 a 7,50 a 9,00 a 12,50 a 8,75 ab 0,50
Fentoat 60 EC 1,8 82,75 19,50 a 20,50 a 46,50 a 32,00 a 17,50 a 37,75 b 52,50 b 25,50 b 3,00
Kontrol - 79,25 60,75 b 34,00 a 67,00 ab 21,50 a 15,75 a 10,75 a 21,50 a 7,00 a 0,00

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%
MST = minggu setelah tanam
MH = musim hujan
Sumber : Masud dan Baco (1996)

Tabel 3. Rata-rata padat populasi wereng coklat per 70 rumpun pada setiap pengamatan. Maros MH. 1995/96

Dosis
Populasi wereng coklat (MST)
Perlakuan Formulasi
Kg (l)/ha 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Imidoctoprid 5 WP 250 128 tn 60 ab 46 b 13 c 22 b 15 ab 13 tn 17 b 18 tn 13 tn
Imidoctoprid 5 WP 500 125 58 ab 39 b 12 c 21 a 13 b 11 11 b 26 32
Imidoctoprid 5 WP 1000 127 38 b 22 b 9c 19 b 13 b 11 16 b 19 18
Imidoctoprid 200 SL 125 ml 123 37 b 30 b 15 c 28 b 14 b 10 24 b 16 17
Fentoat 60 EC 1800 ml 130 60 ab 78 a 39 a 91 a 46 a 47 201 a 189 69
Kontrol - 123 75 ab 47 b 26 b 83 a 28 ab 15 36 ab 33 39

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%
MST = minggu setelah tanam
MH = musim hujan
Sumber : Yasin dan Baco (1996)

352
Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 27 Mei 2010

Tabel 4. Padat populasi Lycosa pseudoannulata per 70 rumpun pada penelitian insektisida Dimehypo 290 AS.
Maros dan Pangkep, MH. 1994/95

Dosis
Padat populasi (MST)
Perlakuan Formulasi
Kg (l)/ha 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
I. Pengamatan Maros
Dimehypo 290 AS 0,375 25 tn 34 a 32 tn 34 bc 38 ab 29 a 49 tn 65 a 66 ab 78 b
Dimehypo 290 AS 0,750 27 38 a 32 43 a 46 a 38 a 64 59 a 72 a 79 b
Dimehypo 290 AS 1,5 28 35 a 29 30 c 34 bc 33 a 51 59 a 63 b 85 a
Fentoat 60 EC - 26 28 b 34 27 cd 29 c 16 b 59 44 b 54 c 77 b
Kontrol - 27 39 a 35 40 ab 39 ab 31 a 54 52 ab 52 c 77 b

II. Pengamatan Pangkep


Dimehypo 290 AS 0,375 - 36 tn 36 tn 46 tn 55 tn 68 tn 84 ab 110 a 108 tn 56 tn
Dimehypo 290 AS 0,750 - 36 16 54 46 74 79 b 100 b 100 47
Dimehypo 290 AS 1,5 - 34 16 55 50 80 84 ab 90 b 96 47
Fentoat 60 EC - - 37 18 46 42 61 93 a 98 a 112 56
Kontrol - - 40 25 56 43 72 79 b 102 ab 116 52

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%
MST = minggu setelah tanam
MH = musim hujan
Sumber : Baco et.al (1996)

353
Uvan Nurwahidah : Dampak Aplikasi Insektisida Terhadap Keberadaan Musuh Alami.

Tabel 5. Padat populasi C. lividipennis per 70 rumpun padi pada penelitian Dimehypo 290 AS di Maros dan
Pangkep, MH. 1994/95

Dosis Padat populasi (MST)


Perlakuan
Kg (l)/ha
8 9 10 11 12
I. Pengamatan Maros
Dimehypo 290 AS 0,375 - 97 tn 113 tn 168 b 242 c
Dimehypo 290 AS 0,750 - 86 110 217 a 434 a
Dimehypo 290 AS 1,5 - 92 112 220 a 257 c
Fentoat 60 EC - - 88 98 183 ab 400 a
Kontrol - - 90 108 212 a 331 b

I. II. Pengamatan Pangkep


Dimehypo 290 AS 0,375 8 tn 56 a 101 b 240 b 261 b
Dimehypo 290 AS 0,750 7 48 a 106 b 257 b 344 b
Dimehypo 290 AS 1,5 6 46 a 84 b 219 b 376 b
Fentoat 60 EC - 6 64 a 254 a 405 a 490 a
Kontrol - 6 24 b 69 b 152 b 234 b
KK (%) I - 21.30 18.20 24.88 22.60
KK (%) II 18.20 26.97 25.76 28.80 37.00

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 10%
Sumber : Baco et.al (1996)

354
Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 27 Mei 2010

Tabel 6. Padat populasi O. nigrofaciatals per 70 rumpun padi pada penelitian Dimehypo 290 AS di Maros dan
Pangkep, MH. 1994/95

Dosis Padat populasi (MST)


Perlakuan
Kg (l)/ha
8 9 10 11 12
I. Pengamatan Maros
Dimehypo 290 AS 0,375 - 28 tn 38 tn 44 tn 27 b
Dimehypo 290 AS 0,750 - 31 42 53 a 42 a
Dimehypo 290 AS 1,5 - 30 45 53 a 32 ab
Fentoat 60 EC - - 27 39 41 b 45 a
Kontrol - - 29 42 45 ab 39 a

II. Pengamatan Pangkep


Dimehypo 290 AS 0,375 - - 4 tn 23 a 30 a
Dimehypo 290 AS 0,750 - - 4 9b 20 ab
Dimehypo 290 AS 1,5 - - 5 9b 17 b
Fentoat 60 EC - - - 3 12 b 22 ab
Kontrol - - - 4 11 b 20 ab
KK (%) I - 21.16 28.00 31.00 32.00
KK (%) II - - 20.00 36.80 36.20

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 10%
Sumber : Baco et.al (1996)

355
Uvan Nurwahidah : Dampak Aplikasi Insektisida Terhadap Keberadaan Musuh Alami.

Tabel 7. Rata-rata populasi musuh alami (C. lividipennis) dan (L. pseudoannulata) per 70 rumpun pada pengamatan
Maros MH. 1995/96

Dosis
Populasi Cyrtorhinus sp. (MST)
Perlakuan Formulasi
Kg (l)/ha 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Karbosulfan 5 G 6 0,00 0,00 a 1,50 a 6,75 a 26,25 a 94,00 a 47,75 ab 44,00 c 45,25 a 36,25
Karbosulfan 5 G 12 0,25 0,00 a 1,00 a 8,00 a 33,75 a 81,75 a 58,75 b 48,00 c 62,25 b 33,00 bc
Karbosulfan 5 G 24 0,25 0,00 a 0,25 a 5,75 a 28,25 a 91,25 a 54,75 ab 49,25 c 59,00 ab 30,00 abc
Regent 0.3 G 10 0,75 0,25 a 0,25 a 3,25 a 22,75 a 67,50 a 44,25 a 42,50 bc 61,00 ab 22,75 a
Fentoat 60 EC 1,8 0,50 0,00 a 0,25 a 2,25 a 18,75 a 61,00 a 43,50 a 28,75 a 52,75 ab 22,00 ab
Kontrol - 0,25 0,00 a 0,50 a 4,50 a 18,50 a 72,25 a 53,50 ab 33,75 ab 49,75 ab 20,00 a
Dosis Populasi Lycosa sp. (MST)
Perlakuan Formulasi
Kg (l)/ha 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Karbosulfan 5 G 6 2,75 2,00 a 14,00 a 23,25 ab 42,25 a 87,75 b 88,75 a 106,75 a 103,00 a 96,25 a
Karbosulfan 5 G 12 1,75 0,00 a 12,50 a 34,25 b 37,25 a 79,25 ab 92,00 a 106,50 a 102,75 a 99,75 a
Karbosulfan 5 G 24 2,50 0,25 a 10,00 a 21,75 ab 33,75 a 68,50 a 87,75 a 103,75 a 106,25 a 98,50 a
Regent 0.3 G 10 2,75 0,75 a 10,50 a 35,00 b 42,25 a 88,50 b 94,00 a 111,25 a 104,00 a 99,75 a
Fentoat 60 EC 1,8 2,75 0,50 a 7,75 a 15,75 a 34,00 a 81,50 ab 87,25 a 101,00 a 103,75 a 91,50 a
Kontrol - 0,50 1,75 a 7,50 a 32,00 b 37,50 a 86,25 b 91,25 a 105,75 a 104,00 a 94,75 a

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%
MST = minggu setelah tanam
MH = musim hujan
Sumber : Masud dan Baco (1996)

356
Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 27 Mei 2010

Tabel 8. Rata-rata padat populasi L. pseudoannulata dan C. lividipennisi per 70 rumpun pengamatan. Maros MH. 1995/96

Dosis
Populasi L. pseudoannulata (MST)
Perlakuan Formulasi
Kg (l)/ha 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Imidoctoprid 5 WP 250 15 a 15 a 15 tn 34 b 38 ab 70 b 96 a 116 tn 86 tn 95 tn
Imidoctoprid 5 WP 500 15 a 15 a 15 32 b 33 b 71 b 94 a 119 85 99
Imidoctoprid 5 WP 1000 16 a 14 a 14 32 b 39 ab 72 b 94 a 118 94 99
Imidoctoprid 5 WP 125 ml 14 a 13 a 14 38 b 36 ab 75 b 86 b 116 84 95
Fentoat 60 EC 1800 ml 8a 8a 14 49 a 37 ab 88 b 82 b 126 84 83
Kontrol - 17 a 14 a 15 52 a 43 a 91 a 97 a 116 87 91
Dosis
Populasi C. lividipennis. (MST)
Perlakuan Formulasi
Kg (l)/ha 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Imidoctoprid 5 WP 250 - - - 12 c 14 c 19 tn 37 tn 68 tn 69 tn 33 tn
Imidoctoprid 5 WP 500 - - - 14 bc 13 c 25 38 65 67 20
Imidoctoprid 5 WP 1000 - - - 14 bc 16 bc 26 41 69 58 35
Imidoctoprid 5 WP 125 ml - - - 16 bc 22 ab 25 38 73 69 30
Fentoat 60 EC 1800 ml - - - 22 ab 19 abc 22 34 72 52 39
Kontrol - - - - 24 a 24 a 27 33 60 70 22

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%
MST = minggu setelah tanam
MH = musim hujan
Sumber : Masud dan Baco (1996)

357

You might also like