You are on page 1of 13

Obstruksi Saluran Nafas Atas

Penyebab :

1. Kelainan congenital hidung atau laring

Atresia koane

Stenosis supraglotis, glotis dan infra glotis

Kista diktus tiroglossus

Kista brankiogen yang besar

Laringokel yang besar.

2. Trauma

Ingesti kaustik

Patah tulang wajah

Cedera laringotrakeal.

Intubasi lama

Paralisis nervus laringeus rekurren bilateral.

3. Tumor
Hemangioma
Higroma kistik
Papiloma laring rekurren
Limfoma
Tumor ganas tiroid
Karsinoma sel squamous laring, faring dan esofagus.

4. Infeksi akut

Laringotrakeitis.

Epiglotitis

Hipertropiatonsiler
Angina Ludwig

Abses para faring

5. Paralisis satu atau kedua plika vokalis

6. Pangkal lidah jatuh ke belakang pada pasien tidak sadar.

7. Lain- lain :
Benda asing

ATRESIA KOANE :

Dapat menyumbat total atau sebagian, disatu atau dua sisi akibat kegagalan absorbsi membran
bukofaringeal.

Gejalanya, sulit bernafas dan keluar sekret hidung terus menerus.

Diagnosis secra klinis, timbulnya sianosis pada waktu diam yang menghilang waktu menangis
dan melihat sumbatan di belakang rongga hidung.

Terapi dengan pembedahan.

STENOSIS GLOTIS ATAU WEB GLOTIS

Pita suara terbentuk dari membran horizontal premordial yang terbelah pada garis tengah.
Kegagalan pemisahan menimbulkan kelainan timbulnya web sampai atresia total glotis.

Gejala berupa suara yang parau, pada bayi berupa suara serak dan menangis tidak keras. Derajat
disfoni tergantung luasnya kelainan.

Terapi dengan operatif atau businasi.

ANGINA LUDWIG

Selulitis di dasar mulut dan leher akut yang invasif menyebabkan udem hebat di leher bagian
atas dan menyebabkan sumbatan saluran nafas.

Kuman penyebab biasanya streptokokus dan stapilokokus. Infeksi berasal dari lesi rongga
mulut atau infeksi sekunder dari karsinoma rongga mulut.

Diagnosis berdasarkan gejala klinis dibantu dengan biakan dan uji kepekaan kuman dari nanah.
Terapi dengan antibiotik dan operatif untuk dekompressi

MENELAN BAHAN KAUSTIK

Larutan asam sulfat dan hidroklorid atau basakuat seperti soda kaustik bila tertelan dapat
menyebabkan terbakarnya mukosa saluran cerna.

Diagnosis didasarkan pada riwayat menelan zat kaustik dan adanya luka bakar di sekitar dan
dalam rongga mulut.

TRAUMA TRAKEA

Trauma tumpul dapat menyebabkan kelainan hebat berupa sesak nafas akibat penekanan jalan
nafas atau aspirasi darah dan empisema kutis bisa trakea robek.

Diagnosis dengan foto rontgen dapat melihat benda asing atau trauma penyerta yang ada.

Trauma tumpul jarang memerlukan tindakan bedah. Bila terjadi obstruksi jalan nafas dilakukan
trakeotomi.

Trauma tajam yang menyebabkan robekan trakea dilakukan trakeostomi pada bagian distal
robekan kemudian robekan trakea dijahit kembali.

TRAUMA INTUBASI

Pemasangan endotrakeal yang lama dapat menimbulkan udem laring dan trakea.

Keadaan ini baru diketahui bila pipa dicabut karena suara pasien parau atau ada kesulitan
menelan, gangguan aktifitas laring dan beberapa derajat obstruksi pernafasan

Terapi dengan kortikostreoid dan trakeostomi bila terjadi obstruksi.

Obstruksi Saluran Nafas Atas

KARSINOMA TIROID

Karsinoma tiroid dapat berinvasi ke laring dan mempengaruhi jalan nafas.

Invasi tumor dicurigai bila ada tumor tiroid yang tidak dapat digerakkan dari dasarnya disertai
suara parau dan gangguan nafas.
Foto rontgen leher terlihat distorsi laring atau bayangan massa yang menonjol ke dalam lumen
laring dan trakea.

Kadang tumor tiroid berada pada saluran nafas secara primer. Hal ini di duga oleh sisa tiroid
yang berada di sub mukosa yang melapisi krikoid dan cincin trakea atas yang ditemukan pada 1
-2 % populasi.

BENDA ASING DI SALURAN NAFAS

Dibedakan atas 2 jenis yaitu yang tembus sinar x seperti : biji kacang, kedele, kayu, duri, atau
daging dan yang tidak tembus sinar x seperti logam.

Gejala klinik tergantung jenis dan letak, ditemukan stridor dan sumbatan jalan nafas, atektasis
paru dan abses.

Tindakan : tepuk punggung, perasat Heimlich, laringoskopi.

TONSILITIS

Tonsilitis akut adalah infeksi tonsil akut yang menimbulkan demam, lemah, nyeri tenggorok,
nyeri dan gangguan menelan, dengan gejala dan tanda setempat

Tonsilitis kronik adalah infeksi yang paling sering ditemukan diantara infeksi pada daerah
faring. Keluhan dan gejalanya hampir sama dengan tonsilitis akut dan berulang kali. Pada
pemeriksaan didapatkan tonsil membesar dengan banyak kripta disertai tumpukan nanah seperti
keju di dalam kripta.

Indikasi tonsilektomi :

1. Tonsil hipertropik tidak merupakan kelainan.

2. Timbul penyulit kor pulmonale akibat obstruksi kronik jalan nafas.

3. Abses faringeal atau peritonsiler.

4. Pembesaran tonsil dengan disfagia disertai penurunan berat badan.

5. Kecurigaan keganasan.

6. Pada anak dengan tonsilitis rekurren

Komplikasi Tonsilitis
Yang paling sering ditemukan adalah perdarahan yang dapat timbul pada periode awal atau
terjadi secara sekunder 5 8 hari setelah operasi.

B. Konsep Dasar

1. Pengertian

Obstruksi jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan


pada saluran pernapasan bagian atas. Beberapa gangguan yang merupakan obstruksi pada
jalan napas atas, diantaranya adalah :

a. Obstruksi Nasal

Merupakan tersumbatnya perjalanan udara melalui nostril oleh deviasi septum


nasi, hipertrofi tulang torbinat / tekanan polip yang dapat mengakibatkan episode
nasofaringitis infeksi. (Arif Mansjoer, dkk, 1999)

Obstruksi pada nasal meliputi:

1) Tumor hidung

Yaitu pertumbuhan sel yang abnormal sebagai akibat radang pada hidung. (Ramis
Ahmad, 2000)

Ada 2 jenis tumor, yaitu:

Tumor jinak, biasanya terjadi di kavum nasi dan sinus paranasal.

Tumor ganas, sering ditemukan di papiloma.

2) Karsinoma Nasofaring

Merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi


difosa rosenmuller dan atap nasofaring dan merupakan tumor di daerah leher.
(Arif Mansjoer, dkk, 1999)

3) Polip Hidung

Merupakan masa lunak, berwarna puth, keabu-abuan yang terdapat di dalam


ringga hidung, paling sering berasal dari sinus etmoid, multipel dan bilateral.
(Arif Mansjoer, dkk, 1999)

b. Obstruksi Laring
Adalah adanya penyumbatan pada ruang sempit pita suara yang berupa
pembengkakan membran mukosa laring, dapat menutup jalan dengan rapat mengarah
pada astiksia. (Arif Mansjoer, dkk, 1999)

Salah satu penyakit obstruksi laring, yaitu :

1) Abses peritonsil (Quinsy)

Yaitu kumpulan nnah yang terbentuk di dalam ruang peritonsial. (Arif Mansjoer,
dkk, 1999)

2. Etiologi

a. Obstruksi Nasal

1) Tumor hidung

Idiopatik (belum diketahui)

2) Karsinoma Nasofaring

Virus Epstein Barr

Faktor rass

Letak geografis

Jenis kelamin : laki-laki > wanita

Faktor lingkungan (iritasi bahan kimia, kebiasaan memasak dengan


bahan/bumbu masakan tertentu, asap sejenis kayu tertentu).

Faktor genetik

3) Polip hidung

Akibat reaksi hipersensitif / reaksi alergi pada mukosa hidung

b. Obstruksi Laring

1) Abses Peritonsil (Quinsy)

Disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus


viridans dan streptococcus pyogenes.

Kuman aerob dan anaerob


3. Patofisiologi

a. Obstruksi Nasal

1) Tumor hidung

Tumor hidung dapat diketahui bersama-sama dengan polip nasi dan


cenderung kambuh. Mempunyai kecenderungan untuk timbul bersama tumor
hidung sel skuamosa maligna, lebih sering timbul di dinding lateral hidung dan
dapat pula menyebabkan obstruksi saluran pernapasan hidung, perdarahan
intermiten atau keduanya.

2) Karsinoma Nasofaring

Agen penyebab masuk ke saluran napas atas dan mengiritasi epitoliuma


yang terdapat pada dinding mukosa nasofaring sampai berulserasi dan terinfeksi,
menyebabkan pertumbuhan jaringan baru yang dapat bersifat ganas yang dapat
menyebabkan obstruksi saluran pernapasan bagian atas. Menyebabkan pertukaran
O2 di dalam tubuh terhambat, sehingga pemenuhan kebutuhan O2 tidak adekuat.
Selain itu, karsinoma nasofaring bisa bermetastase ke jaringan / organ tubuh lain.

3) Polip Hidung

Akibat reaksi alergi pada mukosa hidung, menyebabkan mukosa hidung


membengkak dan terisi banyak cairan interseluler, sehingga sel menjadi radang
kemudian terdorong ke dalam rongga hidung oleh gaya berat dan akan menekan
jaringan saraf, pembuluh darah dan kelenjar pada hidung. Sehingga terbentuklah
masa yang mengandung jaringan saraf pembuluh darah yang rusak, yang dapat
menimbulkan sumbatan hidung yang menetap dan rinorea serta terjadinya
hiposmig / anemia, sehingga mengakibatkan klien terlihat bersin-bersin dan
terjadinya iritasi di hidung.

b. Obstruksi Laring

Laring merupakan kotak kaku dan mengandung ruangan sempit antara pita suara
(glotis), dimana udara harus melewati ruang ini. Adanya pembengkakan membran
mukosa larings dapat menutupi jalan ini yang menjadi penyebab kematian.

1) Abses Peritonial (Quinsy)

Proses infeksi yang disebabkan oleh kuman penyebab tonsilitis di dalam ruang
peritonsil akan mengalami supurasi (proses terbentuknya nanah karena bakteri
piogen, lalu menembus kapsul tonsil dan menjalar serta menginfeksi di sekitar
gigi, ke spatium parafaringium dan pembuluh darah yang dapat menyebabkan
sepsis).
4. Manifestasi

a. Obstruksi Nasal

1) Tumor Hidung

Secara makroskopi mirip dengan polip hidung, hanya lebih keras, padat dan tidak
mengkilat. Ada dua jenis, yaitu aksolitik dan andolitik (papiloma inversi) yang
terakhir bersifat sangat invasif, dapat merusak tulang dan jaringan lunak
sekitarnya diduga dapat berubah menjadi ganas.

2) Karsinoma Nasofaring

Gejalanya dibagi dalam 4 kelompok, yaitu:

Gejala nasofaring sendiri, berupa epistaksis ringan,pilek / sumbatan hidung.

Gejala telinga, berupa tinitus, rasa tidak nyaman sampai nyeri di telinga.

Gejala saraf, berupa gangguan saraf otak seperti diplopia, parestesia di daerah
pipi, neurolgia trigeminal, parasis / paralisis arkus faring, kelumpuhan otot
bahu dan sering tersedak.

Gejala / metastatis di leher, berupa benjolan di leher.

3) Polip Hidung

Sumbatan hidung yang menetap dan rinorea.

Dapat terjadi hiposmig / anosmia

Bersin

Iritasi di hidung

Pembengakkan mukosa dari mukosa hidung di luar sinus.

Masa berupa berwarna putih seperti agar-agar.

Bila ditusuk tidak memberikan rasa sakit dan tidak berdarah.

b. Obstruksi Laring

1) Hipersalivasi

Suara sengau
Kadang-kadang sulit membuka mulut

Pembengkakan

Nyeri tekan pada kelenjar submandibular

Palatum mole pembengkakan

Teraba fruktuasi

Tonsil bengakak

Abses Peritonsil (Quinsy)

Demam tinggi

Leukositosis

Nyeri tenggorokan

Otalgia

Nyeri menelan

Muntah

Mulut berbau

hiperemis

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Obstruksi Nasal

1) Tumor hidung dan karsinoma

Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini

CT Scan : perluasan tumor dan destruksi tulang

MRI : membedakan jaringan tumor dari jaringan normal

Pemeriksaan Radiologik konvensional : tampak masa jaringan lunak di daerah


nasofaring.
Tomografi komputer : terlihat adanya simetri dari resesus lateratif, tonus
tubarius dan dinding posterior nasofaring.

Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal, dll : untuk memastikan adanya
tumor, mendeteksi kekambuhan / untuk mendeteksi secara dini tumor.

2) Polip Hidung

Rinoskopi anterior terlihat adanya polip

Endoskopi terlihat polip yang masih sangat kecil dan belum keluar kom.
dapat terlihat.

Rontgen polos (CT Scan) mendeteksi adanya simetrif

Biopsi penampakan makroskopis menyerupai keganasan / bila pada foto


rontgen ada gambaran erosi tulang.

3) Abses Peritonsil

Kadang-kadang sukar memeriksa seluruh jaringan, karena trismus-


palatum mole tampak membengkak dan menonjol ke depan, dapat teraba
fluktuasi, uvula bengkak dan terdorong ke sisi kontra lateral. Tonsil bengkak,
hiperemis, mungkin banyak / detritus dan terdorong ke arah tengah, depan dan
bawah.

6. Komplikasi

a. Obstruksi Nasal

1) Tumor hidung

Tidak dapat bermetastasis, tetapi sangat destruktif disekitarnya dapat


menyebarmemenuhi nasofaring dan terlihat dari orofaring.

2) Karsinoma Nasofaring

Metastasis jauh ke tulang, hati dan paru dengan gejala khas, nyeri pada tulang,
batuk-batuk dan gangguan fungsi hati.

3) Polip Hidung

Terjadinya pertautan endotel yang terbuka, menandakan kebocoran pembuluh


darah.

b. Obstruksi Larings
1) Abses Peritonsial (Quinsy)

Abses parafaringeal

Abses retrofaringeal dan edema larings

Dehidrasi perdarahan

Aspirasi paru

Mediastinitis

Trambus sinus kavernosus

Meningitis dan abses otak

7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

1) Obstrusi Nasal

a) Tumor hidung

Pembedahan luas, bila ada yang tertinggi dapat residif.

Radiasi dapat mengecilkan tumor, tapi tidak dianjurkan karena bisa dapat
menjadikan ganas.

b) Karsinoma Nasofaring

Radio terapi

Dilakukan diseksi leher

Pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi


vaksin dan anti virus.

Kemoterapi dengan kombinasi sis-platinum.

c) Polip hidung

Tindakan konservatif dengan kortikosteroid sistemik atau oral, misal


Prednison 50 mg/hari
Secara lokal disuntikan ke dalam polip, misal Triamsinolon asetonis /
prednisolon 0,5 mg tiap 5-7 hari.

Secara topikal sebagai semprot hidung, misal Beklometason dipropionah

Dilakukan ekstraksi polip dengan senar.

Operasi etmoidektomi intranasal dan ekstranasal.

2) Obstruksi Laring

a) Abses peritonsial (Quinsy)

Pada stadium infiltrasi, tindakan yang dilakukan :

Berikan antibiotik dosis tinggi (penisilin 600.000 1.200.000 unit,


ampisilin, dll)

Berikan analgesik, antipirotik (parasetamol 3x250 . 500 mg)

Anjurkan berkumur dengan antiseptik / air hangat dan kompres dengan air
hangat bila telah terbentuk abses, perlu dilakukan insisi abses sebagai
berikut :

Insisi pada pertemuan garis horizontal melalui vulva dengan garis


vertikal melalui arkus faringeus. Luka insisi dilebarkan dengan
klem,nanah dihisap dengan baik supaya tidak masuk ke faring,
sebelum insisi dapat diberikan anestesia dengan spray silokain 1 % /
anastesi blok pada ganglion stenoplatinum.

Setelah selesai, lakukan berkumur dengan larutan bargarisma khan


atau larutan betadin / larutan peroksid 3% atau larutan PK 0,001 %

b. Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan secara umum adalah :

1) Posisikan klien dengan posisi semi fowler

2) Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi

3) Berikan makanan dalam bentuk lunak

4) Ciptakan lingkungan yang konduktif

5) Berikan dukungan pada pasien


6) Lakukan perawatan luka dengan kumur antiseptik.

You might also like