Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
f. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
g. Perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek.
h. Pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan
dan tanggungjawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan
kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
i. Medication record adalah catatan pengobatan setiap akhir.
j. Medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat
pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang
sebetulnya dapat dicegah.
k. Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik
antara apoteker dan pasien untuk mengidetifikasikan dan memecahkan
masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan.
l. Pelayanan residensial (Home care) adalah pelayanan apoteker sebagai
care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya
untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan terapi kronis
lainnya.
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat
yang diatur dalam :
a. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347/MenKes/SK/VlI/1990
Tentang Obat Wajib Apotik.
c. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1332/Menkes/SK/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/1993
tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 51 tentang Pekerjaan Kefarmasian tahun
2009.
e. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di
apotek.
7
a. Pemberi layanan
Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus berinteraksi dengan
pasien. Apoteker harus mengintegrasikan pelayanannya pada sistem
pelayanan kesehatan secara berkesinambungan.
b. Pengambil keputusan
Apoteker harus mempunyaikemampuan dalam mengambil keputusan
dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada secara efektif
dan efisien.
c. Komunikator
16
2.7 SIPA
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian, Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) adalah surat izin yang diberikan
kepada apoteker untuk dapat melaksanakan praktik kefarmasian pada fasiitas
pelayanan kefarmasian. Untuk memperoleh SIPA, apoteker mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan
kefarmasian dilaksanakan dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum
dalam Formulir 6 terlampir.
Permohonan SIPA harus melampirkan :
a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat
keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari
pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran.
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi.
19
(5) Apotek, Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, dan Instalasi Farmasi
Klinik hanya dapat menyerahkan Narkotika dan/atau Psikotropika kepada
pasien berdasarkan resep dokter.
Pasal 20
(1) Penyerahan Narkotika dan Psikotropika oleh Apotek kepada Dokter
hanya dapat dilakukan dalam hal :
a. dokter menjalankan praktik perorangan dengan memberikan
Narkotika dan Psikotropika melalui suntikan; dan/atau
b. dokter menjalankan tugas atau praktik di daerah terpencil yang tidak
ada Apotek atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berdasarkan surat
permintaan tertulis yang ditandatangani oleh dokter yang menangani
pasien dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam
Formulir 6 terlampir.
Penyerahan prekursor farmasi diatur pada :
Pasal 22
(1) Penyerahan Prekursor Farmasi hanya dapat dilakukan oleh:
a. Apotek;
b. Puskesmas;
c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit;
d. Instalasi Farmasi Klinik;
e. dokter; dan
f. Toko Obat.
(2) Apotek hanya dapat menyerahkan Prekursor Farmasi golongan obat keras
kepada:
a. Apotek lainnya;
b. Puskesmas;
c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit;
d. Instalasi Farmasi Klinik;
e. dokter; dan
f. pasien.
(3) Apotek, Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, dan Instalasi Farmasi
Klinikhanya dapat menyerahkan Prekursor Farmasi golongan obat
keraskepada pasien berdasarkan resep dokter.
(4) Penyerahan Prekursor Farmasi golongan obat keras sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf d hanya dapat
25
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat
dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat
bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Parasetamol
d. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan.
Contoh : Morfin, Petidin.