Professional Documents
Culture Documents
36 69 1 SM
36 69 1 SM
Abstract : The Influence of Guided Imagination Relaxation Techniques (Guided Imagery) toward Fulfillment of
Sleeping in School-Age Children in RSUD Prof. Dr. Ma. Hanafiah SM Batusangkar
Sleep disorders are often experienced by children during their hospitalization. Sleep disturbance in a long time
will affect a person's physical psychological condition and can cause the length of the healing process. Guided
imagery relaxation techniques is a relaxation technique that uses all the senses through audio provided. The
purpose of this study was to observe the effect of guided imagery relaxation techniques to fulfill the needs of
school-age children to sleep. The design of this study was a quasi experimental design with one group pretest
posttest. The sampling technique used purposive sampling the consists of 14 respondents experiencing sleep
disorders. The results of this studies using Wilcoxon statistical test showed the influence of guided imagery
relaxation techniques to fulfill the needs of school-age children to sleep. With an average increase in sleep
duration was 8.42, p = 0.000 and 0.474 standard deviation. It should be given a guided imagery relaxation
techniques, either directly or using media such as mp3 audio in a health service in improving the sleep needs of
inpatient children.
Abstrak : Pengaruh Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing (Guided Imagery) Terhadap Pemenuhan
Kebutuhan Tidur Anak Usia Sekolah Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Prof. Dr. Ma. Hanafiah Sm
Batusangkar.
Gangguan tidur sering dialami oleh anak selama menjalani hospitalisasi. Gangguan tidur dalam waktu yang
lama akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis seseorang serta bisa menyebabkan lamanya proses
penyembuhan. Teknik relaksasi imajinasi terbimbing (guided imagery) merupakan salah satu teknik relaksasi
yang menggunakan semua pancaindera melalui audio yang diberikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat
pengaruh teknik relaksasi imajinasi terbimbing terhadap pemenuhan kebutuhan tidur anak usia sekolah. Desain
penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental design dengan one group pretest posttest. Teknik
pengambilan sampel dengan purposive sampling yang terdiri dari 14 orang responden yang mengalami
gangguan tidur. Hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik wilcoxon menunjukan adanya pengaruh
teknik relaksasi imajinasi terbimbing terhadap pemenuhan kebutuhan tidur anak usia sekolah dengan rata-rata
peningkatan durasi tidur adalah 8,42, p=0,000 dan standar deviasi 0,474. Perlu diberikan teknik relaksasi
imajinasi terbimbing (guided imagery) baik secara langsung ataupun menggunakan media audio seperti mp3 di
sebuah pelayanan kesehatan dalam meningkatkan kebutuhan tidur pasien rawat inap anak.
Tidur merupakan salah satu kebutuhan Meltzer, dkk. (2012) mengatakan bahwa
dasar manusia dan berbeda untuk semua anak yang mengalami gangguan tidur selama
umur. Kebutuhan tidur yang tidak tercukupi hospitalisasi akan berpengaruh pada fungsi
akan menyebabkan terjadinya gangguan kekebalan tubuh atau menurunnya daya
tidur. Gangguan tidur dapat dialami oleh tahan tubuh dan menyebabkan lamanya
semua lapisan masyarakat, yang paling proses penyembuhan pasien anak.
sering ditemukan pada anak yang sedang di Reaksi anak karena dirawat di rumah
rawat di rumah sakit. Menurut Irwin, dkk. sakit dipengaruhi oleh beberapa faktor
(1994, 1996); Moldofsky, (1995) dalam seperti anak harus beradaptasi dengan
110
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 110 - 117
lingkungan yang baru dan asing, harus disebabkan kelemahan otot atas pernapasan.
menjalani kegiatan atau aktivitas rutin rumah Terapi non farmakologis yaitu terapi yang
sakit, petugas rumah sakit dan orang orang di tidak menggunakan obat seperti stimulus
sekitarnya, nyeri karena tindakan perawatan control therapy, paradoxical intention
dan penyakit yang akan berakibat pada pola therapy, relaxation therapy, sleep restriction
tidur anak (Rudolph, 2002 dalam Suci dan therapy, temporal control therapy, sleep
Kili, 2012). hygiene.
Gangguan tidur dapat terjadi pada anak Terapi non farmakologis yang sering
dengan manifestasi kesulitan pada saat digunakan salah satunya adalah teknik
memulai tidur, mempertahankan tidur, atau relaksasi. Teknik relaksasi yang bisa
gangguan yang berhubungan dengan digunakan salah satunya menurut Black dan
pernapasan. Penyebab gangguan tidur dapat Matassarin (1998) yaitu imajinasi terbimbing
bersifat internal maupun eksternal yang akan (guided imagery), dapat bermanfaat untuk
mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur. menurunkan kecemasan, kontraksi otot dan
Bila anak mengalami stres dan mengalami memfasilitasi tidur. Potter & Perry (2005)
gejala psikologis seperti kecemasan akan juga menyatakan imajinasi terbimbing dapat
membuat respon hipotalamus meningkat meningkatkan tidur.
sehingga individu yang mengalami Teknik imajinasi terbimbing akan sangat
kecemasan akan sulit untuk tertidur dan efektif pada anak-anak dibanding orang
cenderung terjaga (Desita dan Aries, 2011). dewasa dan lebih membuka kreativitas dan
Survey American National Sleep imajinasi anak karena pada tahap taman
Foundation (2006) dalam Frost (2009) kanak-kanak pengembangan imajinasi
menyatakan bahwa selama menjalani tampak dengan cara mencoret-coret gambar
hospitalisasi sebanyak 40% orang tua dan dengan gerakan kasar penuh tenaga (Hart,
perawat anak yang ikut dalam survei tersebut 2008 dalam Mariyam dan Sri, 2012).
menyatakan bahwa bayi dan batita mereka Menurut Masulili (2011) imajinasi
tidur kurang dari 12-15 jam/hari seperti yang terbimbing memberikan manfaat kepada
direkomendasikan oleh para dokter spesialis anak untuk belajar rileks, menghilangkan
anak. Anak yang mengalami masalah tidur atau merubah perilaku yang tidak diinginkan,
setiap malam dikeluhkan oleh 40% orang tua meningkatkan manajemen nyeri secara
dan sebanyak 64% mengatakan bahwa dalam efektif, perilaku pembelajaran yang
satu minggu anak-anak mereka sulit untuk diinginkan dan baru, menjadi lebih
tidur sehingga tidak dapat mencapai termotivasi dalam menghadapi suatu
kebutuhan tidur seperti yang seharusnya. masalah, mengatasi atau menghilangkan
Sebanyak 25% orang tua dan perawat anak marah, mengolah situasi stres dan
yang disurvei mengatakan bahwa bayi, kecemasan, serta untuk meningkatkan tidur.
batita, dan anak usia prasekolah mereka Survei awal penelitian di Ruang Rawat
tampak mengantuk atau lelah pada siang hari Inap Anak RSUD Hanafiah Batusangkar
(Yuniarti, 2012). orang tua mengatakan anak menangis disaat
Gangguan tidur dapat diatasi dengan bangun dari tidur dan tidak segar dalam
terapi farmakologis dan terapi non kesehariannya. Anak sering tertidur setelah
farmaklogis. Terapi farmakologis yaitu terapi 30 menit sampai 60 menit dari waktu
dengan menggunakan obat-obatan seperti biasanya anak tidur, bahkan lebih, sering
golongan obat hipnotik, antidepresan, terapi terbangun dari tidurnya karena nyeri dan
hormone melatonin dan agonis melatonin, merasa tidak nyaman dengan lingkungan
antihistamin, dan pada kasus-kasus gangguan rumah sakit, tidur siang yang biasa dilakukan
tidur tertentu seperti sleep apnea yang berat juga tidak terpenuhi karena aktifitas di rumah
dapat dibantu dengan pemakaian masker sakit.
oksigen (continuous positive airway Empat dari enam orang tua mengatakan
pressure) atau tindakan pembedahan jika bahwa anak mereka tidur kurang dari
111
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 110 - 117
kebutuhan tidurnya seperti anak usia 4 tahun Berdasarkan fenomena dan hasil survei
tidur 8-9 jam per hari dan anak usia 8 tahun diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
tidur hanya 6-8 jam perhari selama penelitian tentang Pengaruh Teknik
perawatan. Perawat yang berada di ruang Relaksasi Imajinasi Terbimbing (Guided
rawat inap anak mengatakan bahwa anak- Imagery) Terhadap Pemenuhan Kebutuhan
anak selalu mengalami gangguan tidur saat Tidur Anak Usia Sekolah di Ruang Rawat
hari pertama sampai hari ketiga. Inap Anak RSUD Prof. Dr. Ma. Hanafiah
Batusangkar.
berturut-turut, setelah itu pada hari keempat
METODE dilakukan kembali pengukuran kebutuhan
Penelitian ini merupakan penelitian quasi tidur setelah intervensi (posttest). Teknik
eksperimental dengan rancangan penelitian pengambilan sampel pada penelitian ini
yang digunakan adalah pretest-posttest with adalah Non Probability Sampling yaitu
one group design. Penelitian ini melihat Purposive Sampling. Sampel yang
pengaruh teknik imajinasi terbimbing digunakan adalah sebanyak 14 orang dan
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur anak sebelum diberikan intervensi, dilakukan
di ruang rawat inap anak RSUD Prof. Dr. screening untuk menentukan anak
Ma. Hanafiah SM Batusangkar yaitu mengalami gangguan tidur atau tidak,
kelompok intervensi dilakukan pengukuran mengalami stres, cemas dan nyeri.
nilai kebutuhan tidur sebelum diberikan Responden yang mengalami gangguan tidur,
teknik imajinasi terbimbing (pretest) stres, cemas dan nyeri berat berdasarkan
kemudian diberikan intervensi teknik hasil screening tidak diberikan intervensi
imajinasi terbimbing satu kali sehari teknik relaksasi imajinasi terbimbing.
sebelum tidur malam selama tiga hari
112
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 110 - 117
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa penelitian ini berada pada rentang usia 6-
dari 14 responden, responden yang lebih 12 tahun dengan responden usia 10 dan 12
dominan pada penelitian ini adalah laki- tahun (21,4%) lebih banyak dalam
laki 9 orang (64,3%) dan perempuan 5 penelitian ini.
orang (35,7%) dan responden pada
Analisis Univariat
Grafik 5.1 Distribusi frekuensi durasi tidur sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi
imajinasi terbimbing di di ruang rawat inap anak RSUD Prfo. Dr. Ma. Hanafiah SM
Batusangkar.
10
6
Pretest
Posttest
4
Berdasarkan grafik 5.1 diatas, dapat gangguan mood/perasaan, tidak susah untuk
dilihat bahwa durasi tidur responden sebelum tidur kembali, tidak sulit untuk memulai
diberikan intervensi imajinasi terbimbing tidur, tidak rewel dan gelisah, serta
antara 6-7 jam yang menunjukan bahwa tercukupinya jumlah jam tidur anak. Rata-
responden mengalami gangguan tidur dan rata terjadi peningkatan durasi tidur dari 6,39
tidak terpenuhi kebutuhan tidurnya, dengan menjadi 8,42.
keluhan sering terbangun pada malam hari,
sulit untuk memulai tidur, mengantuk di Analisis Bivariat
siang hari, merasa lelah dan gelisah. Sebelum dilakukan analisis bivariat,
Durasi tidur responden setelah diberikan dilakukan uji normalitas untuk menentukan
intervensi meningkat menjadi 8-9 jam yang uji yang akan digunakan dalam menganalisis
menunjukan telah tercukupinya kebutuhan data. Hasil uji normalitas dengan
tidur responden dengan tidak terbangun pada menggunakan Shapiro-Wilk didapatkan nilai
malam hari, tidak sering menguap atau pretest p=0,001 dan posttest p=0,001, dan
mengantuk pada siang hari, tidak mengalami dilakukan uji wilcoxon.
113
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 110 - 117
Mean Rank
Sum of
n P Value
Ranks
114
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 110 - 117
115
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 110 - 117
116
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 110 - 117
117